You are on page 1of 3

A.

Wakalah
1. Pengertian al-Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate. Dalam bahasa
Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Contoh kalimat “aku serahkan urusanku
kepada Allah” mewakili pengertian istilah tersebut.
Pengertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu disebut dalam firman
Allah,

173."Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik


Pelindung." (ali-imran: 173)
Akan tetapi, yang dimaksud sebagai al-wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh
seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.

2. Landasan syariah
Islam mensyariatkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap
orang mempunyai kemampuan atau kesempatan umtuk menyelesaikan segala urusannya
sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada
orang lain untuk mewakilkan dirinya.
a. Al-Qur’an
Salah satu dasar diperbolehkannya al-wakalah adalah firman Allah SWT berkenaan
dengan kisah Ash-habul Kahfi,

19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata
(yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun. (al-kahfi:19)
Ayat ini melukiskan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan
diatas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.

b. Al-hadits
“bahwasannya Rasulullah saw. Mewakilkan kepada abu rafi’ dan seorang anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah bintil-Harits.”(malik no 678, kitab al-muwaththa’, bab
Haji)
Dalam kehidupan sehari-hari, rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk
berbagai urusan. Di antaranya adalah membayar hutang, mewakilkan penetapan had dan
membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan dll.

c. Ijma
Para ulama pun bersepakat dengan ijma atas diperbolehkannya wakalah. Mereka bahkan
ada yang cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis
ta’awun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan takwa. Tolong-menolong diserukan
oleh Al-qur’an dan disunnahkan oleh Rasulullah saw..
Allah berfirman
“Dan, tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
janganlah kamu tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan permusuhan..”(al-maidah:2)
Rasulullah bersabda,
“Dan, Allah menolong hamba selama hamba menolong saudaranya.”(HR Muslim
no.4867, kitab az-zikr)

B. AL-KAFALAH
1. Pengertian al-kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung(kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain,
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang
pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
2. Landasan syariah
a. Al-qur’an
Dasar hokum untuk akad member kepercayaan ini dapat dipelajari dalam Al-qur’an pada
bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf,

“Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya."(yusuf:72)
Kata za’im yang berarti penjamin dalam surah yusuf tersebut adalah gharim, orang yang
bertanggung jawab atas pembayarannya.
b. Al-hadits
Landasan syariah dari pemberian fasilitas dalam bentuk jaminan kafalah pada ayat di atas
dipertegas dalam hadits Rasulullah,
Telah dihadapkan kepada Rasulullah saw. (mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan)…..
Rasulullah saw. Betanya “apakah dia mempunyai warisan?” para sahabat menjawab, “tidak”.
Rasulullah saw bertanya lagi, “ apakah dia mempunyai utang ?” sahabat menjawab “ya,
sejumlah tiga dinar.” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi
beliau sendiri tidak). Abu qatalah lalu berkata, “saya menjamin utangnya, ya rasulullah” maka
rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. ( HR Bukhari no 2127, kitab al-hawalah).
3. Jenis kafalah
a. Kafalah bin-nafs
Kafalah bin-nafs merupakan akad memberikan jaminan atas diri. Sebagai contoh, dalam
praktik perbankan untuk bentuk kafalah ini iyalah seorang hamba yang mendapat pembiyaan
dengan jaminan nama baik dan ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat. Walaupun
bank secara fisik tidak memgang barang apapun, tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat
mengusahakan pembayaran ketika nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan.
b. Kafalah bil-maal
Kafalah bil-maal merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
c. Kafalah bit-taslim
Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas barang yang disewa,
pada waktu masa sewa berakhir.
Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk kepentingan nasabahnya
dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan penyewaan. Jaminan pembayaran bagi bank
dapat berupa deposito/tabungan dan bank dapat membebankan uang jasa kepada nasabah itu.
d. Kafalah al-munjazah
Kafalah al-munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan
uang kepentingan/tujuan tertentu.
Salah satu bentuk kafalah al-munjazah adalah pemberian jaminan dalam bentuk ‘jaminan
prestasi’, suatu hal yang lazim di kalangan perbankan dan hal ini sesusai dengan bentuk akad
ini.
e. Kafalah al-muallaqoh
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah, baik oleh
industry perbankan maupun asuransi.

You might also like