You are on page 1of 4

MANAJEMEN RESIKO BENCANA KEBAKARAN.

A.           LATAR BELAKANG
         Provinsi Jawa Barat secara geografis, demografis, geologis, topografis dan
hidrologis merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana, baik
bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, non alam maupun bencana
sosial.
         Jumlah penduduk Jawa Barat tersebar di 26 Kab/Kota sehingga membawa
konsekwensi besar bila terjadi bencana baik korban jiwa maupun harta
benda.
 
       Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk secara alamiah dan arus
migrasi yang tidak terkendali pada wilayah perkotaan, telah menyebarkan
meningkatnya kebutuhan akan berbagai fasilitas perumahan, sarana
perbelanjaan, hiburan, transportasi, serta fasilitas publik lainnya, tidak dapat
disangkal bahwa meningkatnya kebutuhan masyarakat tidak selalu dibarengi
dengan kesadaran akan pentingnya keamanan dan keselamatan dari
ancaman bahaya kebakaran.
 
       Penanganan bencana kebakaran yang ditimbulkan oleh alam, non alam atau
ulah manusia harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu nulai dari
“sebelum” pada “saat” dan “sesudah” terjadi bencana kebakaran.
       Penanganan bencana kebakaran meliputi kegiatan pencegahan,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga pemulihan memerlukan kecepatan
dan ketepatan bertindak yang harus segera ditindaklanjuti.
 
       Sejalan dengan itu, dalam rangka kesiapsiagaan pelaksanaan tugas aparat
daerah dalam mitigasi bencana dan penanganan bahaya kebakaran harus
dilakukan secara terpadu baik dari tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan,
Kab/Kota, sampai dengan Provinsi harus berdasarkan pada pedoman
prosedur tetap. Oleh karena itu “Pedoman Prosedur Tetap Mitigasi Bencana
dan Penanganan Bahaya Kebakaran” ini mengatur tugas aparat Pemerintah
Daerah di tingkat satun masing-masing. 
      
B.           MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud :  Sebagai pedoman bagi aparat Pemerintah Daerah.
  Tujuan  :   Terjalin koordinasi dan pengendalian yang efektif guna
pelaksanaan tugas aparat Pemerintah Daerah dalam Bidang
Mitigasi Bencana dan Penanganan Bahaya Kebakaran.
 
C.           DASAR HUKUM
1.         Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2.         Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
3.         Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
4.         Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana.
   
   
BAB II
MITIGASI BENCANA KEBAKARAN
 
I.              PENGERTIAN MITIGASI (PENGURANGAN)
-             Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-
bencana dan pembangunan.
-          Kebakaran adalah api yang tak terkendali.
-             Mitigasi bencana kebakaran adalah salah satu upaya agar bahaya
kebakaran tidak terjadi.
-             Pengananan bahaya kebakaran adalah segala upaya pencegahan,
peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi
kebakaran, penanganan darurat melalui memadamkan api yang tak
terkendali, pencarian, pertolongan, penyelamatan korban maupun harta
benda dan pemberian bantuan pada saat terjadi kebakaran, serta
pengungsian pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi
sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum ketika sesudah terjadi
kebakaran.
-             Penanganan pengungsi adalah upaya yang ditujukan kepada
pengungsi akibat kebakaran yang meliputi langkah-langkah
penyelamatan, evakuasi, perlindungan, pemberian bantuan darurat,
pemulihan mental,  rehabilitasi dan rekontruksi
sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum,
pengembalian/pemulangan/pemindahan tempat kehidupan (Relokasi),
serta Rekonsilidasi/Normalisasi sosial.
-             Tanggap darurat adalah segala upaya yang dilaksanakan secara
terencana, terkoordinasi, dan terpadu pada kondisi darurat dalam waktu
relaltif singkat dengan tujuan untuk menolong dan menyelamatkan jiwa
juga harta benda beserta lingkungannya sebagai akibat kebakaran.
-             Rehabilitasi/Rekontruksi adalah segala upaya yang dilakukan agar
kerusakan sarana/prasarana fasilitas fisik sosial/umum akibat kebakaran
dapat berfungsi kembali.
    -             Pemulihan adalah segala upaya yang dilakukan agar trauma mental
/fsikis/pikiran manusia dan masyarakat akibat kebakaran dapat pulih
kembali.
Relokasi adalah suatu upaya untuk menempatkan/memukimkan kembali
para pengungsi dari tempat penampungan sementara ketempat asal
atau tempat/lokasi baru.
 
II.            UPAYA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN.
Menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka dilakukan
upaya mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa :
1.      Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa
berikutnya.
2.         Upaya mitigasi itu sangat komplek, saling ketergantungan dan
melibatkan banyak pihak.
3.         Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif.
4.         Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada
kelompok rentan.
5.         Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus
menerus untuk mengetahui perubahan situasi.
 
Sedangkan strategi bencana kebakaran dapat dilakukan antara lain dengan :
1.         Mengintegrasikan mitigasi bencana kebakaran dalam program
pembangunan yang lebih besar.
2.         Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
3.         Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukan hasil yang
segera tampak.
4.         Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera
setelah bencana kebakaran terjadi.
5.         Mitigasi dilakukan dengan cara meingkatkan kemampuan local dalam
manajemen dan perencanaan.
 
  MITIGASI BENCANA KEBAKARAN.
Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana melalui :
1.         Pelaksanaan penataan ruang.
2.         Pengaturan pembangunan Infra struktur, Tata bangunan.
3.         Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan.
 
LANGKAH-LANGKAH MITIGASI BENCANA KEBAKARAN.
1.         Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan-bahan mudah terbakar.
2.         Jangan biarkan sampah menumpuk.
3.         Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan
cair mudah terbakar.
4.         Simpan cairan mudah terbakar ditempat aman dari sumber nyala api.
5.         Pastikan kabel dan peralatan listrik tidak rusak.
6.         Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik.
7.         Jangan menempatkan alat pemadam telah terpakai pada tempatnya,
segera kirim alat pemadam api tersebut untuk diisi ulang.
8.         Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah cukup alat-alat pemadam api yang
paling sesuai, pastikan alat pemadam ditempatkan secara tepat dan
terpasang sesuai dengan Standar Australia 2444 atau berdasarkan peraturan
tentang kebakaran dan bangunan setempat.
9.         Rawat dan periksa semua peralatan dan perlengkapan pemadam
kebakaran, alat-alat pemadam kebakaran dan hose reels secara teratur
berdasarkan Standar Australia 1851 atau persturan tentang kebakaran dan
peraturan bangunan setempat.

You might also like