You are on page 1of 4

Bronkiolitis

Epidemiologi

Bronkiolitis merupakan infeksi akut saluran pernapasan bawah pada bayi yang ditandai oleh
mengi dan hiperekspansi, yang disebabkan oleh saluran pernapasan kecil yang tersumbat fan
meradang, RSV merupakan penyebab utama ( 60% kasus) . Begitu pula virus parainfluenza
(20%). Kadang - kadang dapat disebabkan pula oleh virus influenza, adenovirus, rhinovirus,
M.pneumoniae dan enterovirus. RSV juga menyebabkan trakeobronkitis,pneumonia dan infeksi
saluran pernafasan atas dengan otitis media, infeksi asimtomatik jarang terjadi.

•RSV merupakan paramikrovirus RNA dengan dua subtipe utama yaitu A dan B

•Imunitas yang terbentuk bersifat inkomplet dan sering terjadi infeksi berulang, penyakit berat
jarang terjadi setelah infeksi primer. Pada usia 2 tahun hampir semua anak mempunyai bukti
serologis adanya infeksi

•Epidemi terjadi setiap tahun pada musim dingin dan musim semi awal.

•Penyakit ini lebih banyak terdapat pada anak laki laki , bayi yang mendapat ASI dan anak dari
kelompok sosial ekonomi rendah

•Penyakit paling brrat terjadi pada bayi usia muda (<2bulan), bayi yang terlahir prematur atau
dengan penyakit jantung paru kronik, dan pada bayi dengan gangguan sistem imun.

•Penyebarannya melalui infrksi droplet ke membran mukosa, melalui udara atau kontak
langsung, pertumbuhan virus berlangsung selama 1minggu.

•Virus mudah diinaktivasi oleh desinfektan dan bertahan hanya beberapa jam dipermukaan

•RSV juga dapat menyebabkan pneumonitis berat pada orang berusia lanjut

•Masa inkubasi 3-5 hari ( berkisar 2-8 hari)

Patologi dan patogenesis

RSV menyebabkan inflamasi peribronkial berbentuk bercak dengan edema.produksi materi


nerkotik dan fibrin yang menyebabkan obstruksi.bila obstruksi yang terjadi parsial,hal ini
menyebabkan terperangkap nya udara dan hiperinflasi;bila obstruksi komplet,maka
menyebabkan kolaps.pneumonia interstisial juga dapat terjadi.respons imun lokal mungkin
penting dalam patogenesis seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan antibodi imunoglobulin E
(IgE) spesifik pada sekret nasofaring.Akan tetapi,antibodi sistemik mempunyai daya proteksi
yang buruk karena penyakit dapat terjadi walaupun terdapat antibodi maternal atau antibodi yang
di rangsang oleh vaksin.suatu kandidat vaksin yang inaktif menyebabkan respons yang
berlebihan terhadap infeksi virus liar dan menimbulkan penyakit lebih berat.
Manifestasi klinis

Karakteristik bronkiolitis RSV adalah :

• demam, pilek dan batuk mendahului terjadinya gawat napas selama 1-2 hari

• pucat , takipnea, takikardia dan kegelisahan yang berlebihan

• retraksi jaringan lunak supraklavikular, interkostal dan subkostal saat inspirasi yang berkaitan
dengan mengi ekspirasi

• pada auskultasi terdengar mengi dengan atau tanpa ronki difus

• sianosis yang diperberat oleh batuk atau oleh usaha saat diberi makan,terjadi pada kasus berat

• demam bersifat intermiten dan jarang melampaui 39°c

• penyakit berlangsung selama 3-7 hari dengan pemulihan bertahap dalam 1-2 minggu

Komplikasi

• pada RSV primer, 1% kasus membutuhkan perawatan dirumah sakit

• komplikasi utama adalah gagal napas, yang jarang terjadi pada anak-anak yang sebelumnya
sehat. Sampai dengan dua pertiga kasus fatal terjadi pada pasien dengan penyakit jantung paru
atau yang mengalami imunosupresi. Apnea dan hipoksia tidak jarang terjadi pada bayi yang
dirawat dirumah sakit, karena infeksi bakteri sekunder sering terjadi. Hiperreaktivitas saluran
napas dan asma mungkin berkaitan dengan bronkiolitis pada bayi. Bronkiolitis obliterans sangat
jarang dan merupakan komplikasi berat yang timbul setelag bronkiolitis adenovirus.

Diagnosis

Diagnosis terutama bersifat epidemiologis dan klinis meskipun kondisinya harus dibedakan dari
asma yang biasanya rekuren, dan dari pneumonia dimana tanda obstruksi saluran pernapasan
yang jelas pada keadaan normal tidak terlihat. Manifestasi non spesifik yang menunjang RSV
meliputi :

• leukosit yang normal atau sedikit meningkat dengan hitung jenis yang limfositik

• tanda dinding bronkus yang menonjol dan hiperinflasi serta area konsolidasi kolaps multipel
pada rontgen toraks.
• hipoksemia tanpa hiperkapnia ( kecuali terjadi gagal napas )

Diagnosis spesifik dibuat berdasarkan salah satu cara berikut :

• isolasi virus dari swab hidung atau tenggorok

• deteksi antigen atau RNA dari aspirat nasofaring

• peningkatan atau penurunan titer antibodi sebanyak empat kali lipat atau titer antibodi yang
tinggi pada pengukuran tunggal

Pengobatan

Anak anak dengan tanda-tanda keterlibatan saluran pernapasan bawah paling baik diobati
dirumah sakit pada ruang isolasi.

Pada kasus berat :

• diberi oksigen dengan pemantauan Po2 atau saturasi oksigen

•dirawat dalam udara yang lembap

•diberi makan melalui selang nasogastrik bila bayi sulit diberi makan dengan cara biasa

•dilakukan pengisapan berulang yang membantu mempertahankan jalan napas

•diobservasi secara hati-hati untuk menghindari overhidrasi

•pertimbangan ventilasi dan ribavarin aerosol bila penyakit menjadi berat

Antibiotik,bronkodilator ,dan kortikosteroid tidak efektif.

Pencegahan

• pengendalian infeksi silang di bangsal perawatan anak

• bayi sebaiknya tidak bertemu dengan orang dewasa atau kakak yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas

• RSV-IVIG ( imunoglobulin dengan titer antibodi netralisasi yang tinggi terhadap RSV) atau
palivizumab (antibodi monoklonal murin untuk manusia) dapat di berikan untuk melindungi
orang-orang yang beresiko tinggi mengalami penyakit berat selama wabah
• percobaan dengan vaksin RSV yang dimatikan dihentikan karena terjadinya penyakit klinis
berat pada orang yang di vaksinasi

Prognosis

Kematian sangat jarang kecuali bila bayi memiliki penyakit dasar,dilahirkan prematur,atau
berusia <2bulan.pada kategori ini terdapat mortalitas yang cukup bermakna (5-35%)

You might also like