Professional Documents
Culture Documents
Semenjak bulan Rajab, kita selalu berdoa: Allahumma bararik lanaa fii rajab wa sya’ban wa
ballighnaa ramadhana. Dan sekarang ramadhan tinggal beberapa hari lagi....
Ramadhan adalah rabi’ul hayat (musim semi kehidupan) bagi setiap muslim dan bagi
umat ini.
Sebagaimana musim semi dimana daun-daun kembali tumbuh dan bunga-bunga bermekaran,
setelah sebelumnya kering kerontang, udara menjadi segar setelah sebelumnya kering
menusuk tulang, maka demikianlah ramadhan.
Di bulan ramadhan, pikiran kita disegarkan kembali dengan banyaknya taklim di masjid-
masjid, di kantor-kantor, di radio, di televisi, di surat-surat kabar. Pikiran kita diajak kembali
untuk memahami ajaran agama kita.
Di bulan ramadhan, ruhani kita disegarkan kembali dengan bacaan Al-Qur’an, sholat
tarawih, dan puasa itu sendiri.
Di bulan ramadhan, jasad kita pun disegarkan kembali dengan puasa, yang menurut para ahli
kesehatan dan medis, bisa menetralisir racun-racun dalam tubuh, dan secara umum sangat
baik untuk kesehatan tubuh.
Keluarga-keluarga muslim juga dieratkan dengan berbuka, makan sahur bersama, dan
sebagainya.
Umat Islam secara keseluruhan juga dieratkan dengan saling tolong menolong, memberi
infaq, zakat dan shadaqah, dan saling bersilaturahim.
Mengapa? Karena selama sebelas bulan sebelum ramadhan telah banyak dosa dan kesalahan
yang telah diperbuat, dan ramadhan adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan dari
Allah.
Ramadhan adalah sarana penghapusan dosa yang bersifat tahunan. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw: ”Dari ramadhan ke ramadhan, dari jum’at ke jum’at, dan dari sholat lima
waktu ke sholat lima waktu yang lain, adalah sarana penghapusan dosa.”
Dan tidakkah kita dengar sabda Rasulullah saw:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غغففرِ له ما تقدم من ذنبه
من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفرِ له ما تقدم من ذنبه
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفرِ له ما تقدم من ذنبه
Di bulan ramadhan, istri yang jelas-jelas halal saja dijauhi. Maka apalagi wanita yang tidak
halal? Sementara saat ini kita melihat betapa banyak orang – yang bahkan muslim – yang
melakukan zina dengan wanita yang tidak halal baginya.
Inilah ramadhan, yang akan melatih diri kita untuk sabar: bisa mengendalikan diri.
Jangan sampai kita menjadi orang-orang ramadhani, yaitu penyembah bulan ramadhan, yang
hanya baik ketika ramadhan saja. Begitu ramadhan lewat, kita tidak lagi menjadi baik.
Sebaliknya, jadilah orang-orang yang rabbani, yaitu penyembah Rabb (tuhan kita), yaitu
Allah swt. Sebagaimana Allah selalu ada, maka kita juga selalu baik meski ramadhan telah
lewat.
Ikhwatal iman, kita semua adalah musafir, dengan tujuan negeri akhirat. Karena kita musafir
maka kita perlu perbekalan. Wa tazawwaduu fainna khairaz zaadit taqwaa. Dan taqwa itu
bisa kita peroleh dengan ibadah ramadhan (la’allakum tattaquun).
Ramadhan bukanlah membalik siang menjadi malam, dan malam menjadi siang.
Siang banyak tidur dan malam banyak makan.
Siang menjadi malas, padahal dahulu banyak peperangan dan kemenangan dalam sejarah
Islam yang justru terjadi di bulan Ramadhan, eg: kemenangan besar dalam Perang Badar Al-
Kubra, dan Fathu Makkah (Pembebasan Kota Mekah).
Boleh saja mengatur ritme pekerjaan agar tubuh bisa menyesuaikan diri, tapi tidak untuk
bermalas-malas dan tidur-tiduran saja.
Bahkan banyak yang uang belanja untuk masaknya menjadi membengkak di bulan
Ramadhan, padahal Ramadhan adalah bulan menahan diri dari makan.
Yang betul adalah pengeluaran di bulan Ramadhan memang mestinya lebih banyak, tapi
bukan pengeluaran untuk masak. Lalu untuk apa? Untuk berinfaq dan berzakat.