Professional Documents
Culture Documents
2. Leukosit
Berdasarkan granula (buitran-butiran) spesifik pada sitoplasmanya, sel-sel darah
putih digolongkan dalam 2 kelompok: granulosit dan agranulosit. Berdasarkan morfologi
inti leukosit juga dapat dibagi dalam sel-sel polimorfonuklear dan mononuklear
dipandang. Selain itu, mereka dapat digolongkan berdasarkan asal mula sebagai sel-sel
mieloid atau limfoid, tergantung dari asalnya.
Granulosit mempunyai bentuk inti tidak teratur, dalam sitoplasma terdapat granula
spesifik yang dinamakan – neutrofil, eosinofil, basofil. Agranulosit mempunyai inti
dengan bentuk teratur, sitoplasma tidak mempunyai granulagranula nonspesifik, tetapi
mungkin mempunyai granula-granula nonspesifik khas seperti granula azurofilik yang
juga terdapat dalam leukosit lainnya. Tergantung pada bentuk intinya dan sifat pewarnaan
sitoplasma, agranulosit dapat digolongkan sebagai limfosit atau monosit.
Leukosit berperanan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asing. Bila tersuspensi dalam sirkulasi darah mereka berbentuk sferis tetapi mampu
berubah menjadi seperti amoeba bila menemukan substrat padat. Melalui proses
diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel
dan menembus ke dalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit dalam jaringan
penyambung demikian banyak sehingga mereka dianggap merupakan komponen seluler
normal jaringan tersebut. Jumlah leukosit per mikroliter (µL) darah pada orang dewasa
normal adalah 4-11 ribu.
3. Trombosit
Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti, berbentuk cakram dengan garis
tengah 2-5 ìm. Keping darah berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak
megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Jumlah normal berkisar dari 150.000 –
300.000 ìL darah. Sebagai indikator demam berdarah dengue (DBD). Setelah masuk
aliran darah, kepingan darah mempunyai masa hidup sekitar 8 hari.
Fungsi trombosit adalah untuk darah. Saat pembuluh darah pecah, tombosit pecah
dalam daerah cedera mengeluarkan granula yang mengandung serotonin. Serotonin akan
menyebabkan mengakibatkan vasokonstriksi kontraksi otot polos vaskuler, menghambat
atau menghentikan aliran darah dalam daerah cedera. Trombosit dengan mudah melekat
pada kolagen yang terbuka pada tempat cedera dan, bersamaan dengan kerusakan sel-sel
endotel, mengeluarkan enzim tromboplastin (trombokinase). Dalam suatu rangkaian
reaksi, tromboplastin secara enzimatik mengubah protombin plasma menjadi trombin,
yang selanjutnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Protrombin dan fibrinogen
keduanya disintesis oleh hati dan dikeluarkan ke dalam darah. Setelah pembentukannya,
fibrin berpolimerisasi menjadi matriks fibriler yang menangkap trombosit-trombosit dan
sel-sel darah dan menimbulkan sumbatan hemostatik, dasar dari bekuan darah (trombus).
D. Cardiac Output dan Tekanan Darah
1. Sistole dan Diastole
Ventrikel mendorong darah dalam volume kecil dan serempak ke arteri paru dan
aorta. Kontraksi miokardium ventrikel yang terus diulang ini disebut sistole; relaksasinya
disebut diastole. Masing-masing fase, sistole dan diastole, pada gilirannya dapat dibagi
menjadi dua tahap:
a. Sistole
- Fase Kontraksi
- Fase Ejection
b. Diastole
- Fase Relaksasi
- Fase Filling
Selama bagian pertama dari sistol, miokardium ventrikel mulai berkontraksi (fase
kontraksi). Karena katup atrioventrikular tertutup, dan katup semilunar belum terbuka,
tekanan intraventrikular meningkat pesat dengan tidak ada perubahan volume (kontraksi
isovolumic, kontraksi isovolumetric). Namun, segera setelah tekanan dalam ventrikel
mencapai tekanan dalam aorta (sekitar 120 mmHg) atau arteri pulmonalis (sekitar 20
mmHg), katup semilunar terbuka, dan fase ejeksi dimulai. Selama fase ini ventrikel
berkontraksi maksimal, dan volume 70 ml darah (stroke volume) dikeluarkan ke dalam
arteri saat istirahat. Tekanan intraventrikular kembali berada di bawah tekanan arteri dan
katup semilunar menutup lagi. Sistol diikuti oleh diastole. Selama miokardium relaksasi,
katup atrioventrikular tetap tertutup dan volume dalam ventrikel (volume
intraventrikular) tidak berubah (yang disebut volume akhir diastolik sekitar 70 ml).
Tekanan dalam ventrikel kemudian turun di bawah tekanan atrium sehingga katup
atrioventrikular terbuka dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel (ventrikel mengisi).
Kekuatan pendorong untuk gerakan ini pertama-tama adalah kontraksi atrium awal, dan
turunnya dasar jantung, dimana dasar jantung mendekati apeks selama fase ejeksi,
memperluas atrium dan dengan demikian mengisap darah dari pembuluh darah. Ketika
miokardium ventrikel rileks, darah mencapai ventrikel melalui katup atrioventrikel
terbuka.
2. Cardiac Output
Curah jantung adalah volume darah jantung memompa keluar dalam rentang
waktu tertentu. Volume sirkulasi berhubungan dengan jumlah darah yang dikeluarkan
oleh jantung per menit. Jantung kiri dan kanan selalu memindahkan darah dalam jumlah
yang sama, karena jika sebaliknya darah dalam satu sirkulasi akan cepat terbendung,
sementara bagian lain akan menderita kekurangan darah. Jika jantung saat istirahat
berdetak sekitar 70 kali per menit (frekuensi denyut) dan setiap kontraksi menyemburkan
sekitar 70 ml darah ke dalam sirkulasi sistemik (stroke volume), volume menit yang
dihitung akan menjadi sekitar 5 liter (70 × 70 ml = 4900 ml ). Jumlah ini kira-kira total
volume darah manusia dengan berat 70 kg.
Selama pekerjaan fisik, otot-otot, di antara organ-organ lain, harus diperfusi
dengan lebih banyak darah, dan sirkulasi volume darah dan berhubungan dengan itu
tekanan darah harus meningkat. Denyut jantung dan stroke volume dapat ditingkatkan
untuk meningkatkan volume darah yang beredar. Dengan cara ini, curah jantung bisa
meningkat hingga 25 l / min selama aktivitas fisik yang berat, volume darah dapat
mencapai lima kali normal. Peningkatan dapat dicapai, misalnya, jika kenaikan stroke
volume dari 70 ml menjadi 140 ml dan detak jantung secara cepat dinaikkan menjadi 180
denyut / menit (180 / menit x 140 ml = 25,200 ml / menit = 25,2 l / min ).
E. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan saat ventrikel kiri memompa darah. Tekanan
dapat dipalpasi dengan jari pada arteri superfisial (misal radialis). Tekanan darah tidak
konstan, tetapi bervariasi antara tekanan sistol dan diastole. Tekanan darah sistolik
normal adalah sekitar 120 mmHg, diastolik di atas 80 mmHg. Selama aktivitas fisik
tekanan dapat mencapai 200 mmHg. Tekanan saat istirahat diastolik ≥ 90 mmHg atau
sistolik ≥ 140 disebut tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah merupakan akibat
cardiac output dan tahanan vaskuler.
F. Aliran, Tekanan dan Tahanan Vaskuler
Jika kita menggunakan hukum universal fisika untuk aliran darah melalui sistem
pembuluh darah, maka hukum Ohm untuk rangkaian listrik menyatakan:
yaitu, laju aliran meningkat dengan meningkatnya perbedaan tekanan, dan
menurun dengan meningkatnya resistensi vaskuler. Hambatan aliran menjadi
mengatasi diciptakan oleh gesekan internal fluida yang mengalir. darah
mengalir relatif mudah melalui pembuluh besar, tetapi arteri yang lebih kecil,
dan terutama arteriol dan kapiler, melawan arus dengan resistensi tinggi
yang diciptakan oleh diameter kecil (resistensi perifer). Dengan demikian,
semakin besar resistensi perifer, semakin besar tekanan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Pada prinsipnya, fungsi pembuluh darah (peredaran darah) bertumpu pada adanya
perbedaan tekanan dari arteri ke vena, yang mempertahankan aliran darah. Karena dalam
sirkulasi sistemik tekanan arteri rata-rata menurun dari sekitar 100 mmHg (mean dari
tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg) sampai 3 mmHg, gradien
tekanan sekitar 97 mmHg. Oleh karena itu kinerja sirkulasi dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh dengan mengubah laju aliran (kinerja memompa jantung = curah
jantung) dan resistensi terhadap aliran (resistensi perifer). Untuk sirkulasi sistemik:
Karena peningkatan tekanan dalam sirkulasi sistemik selalu menempatkan beban
yang besar pada dinding pembuluh darah, dinding pembuluh dijaga sekonstan mungkin.
Adaptasi dengan kondisi yang berubah dalam sirkulasi yang terjadi lebih cenderung
dengan mengubah kinerja pemompaan jantung atau resistensi perifer. Ketika, misalnya,
total kebutuhan darah meningkat karena meningkatnya aktivitas otot, naik curah jantung
dan resistensi perifer diturunkan oleh pelebaran pembuluh di otot. Dengan cara ini,
menurunkan atau meningkatkan resistensi perifer di organ tertentu dapat menimbulkan
redistribusi output jantung sesuai kebutuhan dari beberapa organ untuk mendukung orang
lain.
G. Regulasi Perfusi Organ
Kebutuhan perfusi salah satu organ dapat dipenuhi dalam dua cara utama:
Peningkatan tekanan darah arteri
Penurunan resistensi perifer
Peningkatan tekanan darah, bukanlah solusi yang paling sesuai karena semua
organ akan menerima lebih banyak aliran darah, dan terlebih lagi meningkatnya tekanan
darah dua kali lipat (240/160 mmHg) hanya akan menghasilkan aliran dua kali lipat.
Penurunan resistensi perifer dengan vasodilatasi lokal (pelebaran pembuluh darah)
menyebabkan perubahan yang signifikan dalam aliran darah. Hal ini karena fisika
hemodinamik, dimana resistensi terhadap aliran fluida dalam tabung (pembuluh darah)
tergantung pada panjang tabung, viskositas fluida, dan kekuatan pangkat empat jari-jari
tabung (r4) (hukum Hagen -Poiseuille). Dengan demikian, penurunan radius arteri hanya
16% akan menggandakan tahanan. Di sisi lain menggandakan radius pembuluh akan
menghasilkan peningkatan aliran darah 16 kali lipat.
Karena sebagian besar dari semua resistensi perifer terletak di arteri kecil dan
yang disebut sebagai "arteriol prekapiler," ini mungkin dideskripsikan sebagai resistensi
pembuluh darah. Pengaturan aliran darah perifer karenanya tergantung terutama pada
regulasi otot arteri kecil dan arteriol. Jadi pembuluh menyempit (vasokonstriksi) dengan
kontraksi (peningkatan tonus) otot polos, sedangkan jika serat-serat otot rileks pembuluh
melebar secara pasif. Kondisi kontraksi otot-otot pembuluh darah pada dasarnya dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal (autoregulasi) atau sinyal hormonal atau gelisah.
B. PENGKAJIAN
4. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising
yang meniup, bising yang melagu
Pemeriksaan pembuluh darah perifer
1. Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan
adalah palpasi nadi.
2. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari
a. radialis.
3. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :
a. Frekuensi nadi
b. Tegangan nadi
c. Irama nadi
d. Macam denyut nadi
e. Isi nadi
f. Bandingkan nadi a. radialis ka & ki
g. Keadaan dinding arteri
Intervensi Rasional
· Sediakan kebutuhan nutrisi · Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa
adekuat. pertumbuhan dan perkembangan serta
meningkatkan daya tahan tubuh.
· Sebagai monitor terhadap keadaan
· Monitor BB/TB, buat catatan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama
khusus sebagai monitor. dirawat.
· Kolaborasi intake Fe dalam · Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin
nutrisi. sebagi akibat penurunan kardiak output.