You are on page 1of 13

TUGAS PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

PROSES PEMBUATAN KOKAS DAN MANFAATNYA

OLEH

HARUN

D621 16 008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Makalah
Pengolahan Bahan Galian berjudul “Proses Pembuatan Kokas Dan Manfaatnya” ini dapat
diselesaikan meskipun dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman menulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan amalan yang setimpal
atas segala bantuan dari berbagai pihak dan penulis berharap kiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua khususnya pada penulis.

Gowa, 16 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kokas .................................................................................... 3
2.2 Produksi Kokas ....................................................................................... 3
2.3 Tabel Klasifikasi Tahanan Jenis ................................................................ 4
2.4 Penggunaan kokas.................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
3.1 Tahap Pembentukan (Forming Stage) ...................................................... 5
3.2 Tahap Karbonisasi (Carbonizing Stage) .................................................... 5
3.3 Gas yang dihasilkan (generated Gas)........................................................ 5
3.4 Produk sampingan (byproducts) .............................................................. 6
3.5 Sirkulasi Gas (Gas recycle) ...................................................................... 6
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 8
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 8
4.2 Saran ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kokas ................................................................................................ 3


Gambar 2.2 Alur proses produksi kokas batubara ................................................... 7

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara memiliki peran yang sangat penting tidak hanya sebagai sumber energi,
tetapi juga sebagai bahan baku industri kimia berbasis karbon. Beberapa industri kimia
yang memanfaatkan batubara dan hasil samping pengolahan batubara sebagai bahan
baku utamanya antara lain industri pupuk, industri baja, industri semen, industri polimer
dan industri farmasi. Pada masa yang akan datang, perkembangan teknologi pengolahan
batubara diharapkan akan memberikan kontribusi yang lebih baik pada peradaban
manusia mengingat keterbatasan cadangan minyak bumi dan gas alam. World Energy
Council (WEC) pada tahun 2013 memperkirakan cadangan minyak bumi dunia hanya
cukup untuk 56 tahun ke depan.
Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar melebihi cadangan minyak
bumi. Kegiatan penambangan batubara di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun
ke tahun dimana batubara diharapkan sebagai sumber alternatif, selain untuk ekspor
juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi dalam negeri. Oleh karena itu perlu
digalakkan program pemasyarakatan dan pembudayaan batubara. Salah satu caranya
adalah dengan penanganan lebih lanjut proses pengembangan pembuatan kokas,
karena merupakan komoditi penting yang banyak dibutuhkan pada industri berskala kecil
sampai skala besar. Industri yang membutuhkan kokas antara lain industri pengecoran
logam, industri gula, industri elektrode dan industri logam lainnya. Pemenuhan
kebutuhan kokas di Indonesia sebagian besar berasal dari luar negeri (impor) Jepang,
RRC, dan Taiwan.
Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu
dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan
berongga. Kokas sebenarnya dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum
digunakan adalah buatan manusia.
Kokas selain digunakan untuk meningkatkan kandungan karbon dalam besi, juga
berfungsi sebagai bahan bakar, bahan pereduksi maupun penyangga beban. Mengingat
kokas merupakan komoditi yang cukup penting, terutama pada industri logam dan baja,
maka usaha pengembangan dan pemenuhan kebutuhan kokas dari dalam negeri
menjadi sangat perlu.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana proses pembuatan batubara (coke)?
2. Apa manfaat dari kokas batubara (coke)?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana proses pembuatan batubara (coke)?
2. Apa manfaat dari kokas batubara (coke)?

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Kokas

Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu
dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan
berongga. Kokas sebenarnya dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum
digunakan adalah buatan manusia.

Gambar 2.1 Kokas.

2.2 Produksi Kokas

Kandunagan volatil dari batubara -termasuk air, gas batubara, dan batubara-tar
didorong keluar karena dipanggang dalam tungku atau oven pengap pada suhu setinggi
2.000°C (3.600°F) meskipun biasanya sekitar 1.000 - 1.100°C ( 1832 - 2012°F).
Fasilitas paling modern oven kokas tetap menghasilkan "produk sampingan".
Saat ini, hidrokarbon volatil juga dimanfaatkan, setelah pemurnian, dalam proses
pembakaran yang terpisah untuk menghasilkan energi. Tungku kokas (oven) membakar
gas hidrokarbon yang dihasilkan oleh proses pembuatan kokas mengakibatkan
terjadinya proses karbonisasi.
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi dimasukan ke tungku
(pada tahap v), di mana batubara melewati zona karbonisasi suhu rendah, pada suhu
sekitar 375 – 475oC, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di
sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 – 60ooC, terlihat kemunculan cairan tar dan

3
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi
semi-kokas, dan kemudian batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu tinggi sampai
1000oC. untuk menjalani karbonisasi.
Batubara bitumen harus memenuhi seperangkat kriteria untuk digunakan
sebagai kokas batubara, ditentukan oleh teknik uji batubara tertentu. Termasuk
diantaranya kadar air, kadar abu, sulfur, kandungan volatil, tar, dan plastisitas.
Pengujian ini ditargetkan untuk menghasilkan kokas dengan kekuatan yang sesuai
(umumnya diukur oleh coke strength after reaction (CSR). Pengujian lainnya juga
dipertimbangkan, termasuk untuk memastikan coke tidak menggelembung terlalu
banyak selama produksi dan menghancurkan oven melalui tekanan dinding yang
berlebihan.
Semakin besar zat terbang (volatil) dalam batubara, semakin banyak byproduk
diproduksi. Umumnya tingkat 26-29% zat terbang dalam campuran batubara dianggap
baik untuk tujuan mendapatkan kokas. Jadi jenis batubara lain bisa dicampur secara
proporsional untuk mencapai tingkat volatil yang dapat diterima sebelum proses produksi
kokas dimulai.
Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh intrusi vulkanik.
Gangguan ini memanaskan batubara di sekitarnya dalam suasana anoxic sehingga
terbentuklah zona kokas (biasanya beberapa meter) di sepanjang gangguan itu. Namun,
kokas alami sangat bervariasi dalam hal kekuatan dan kadar abunya, dan umumnya
dianggap tidak dapat dijual kecuali dalam beberapa kasus sebagai produk termal.

2.4 Penggunaan Kokas

Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam
peleburan bijih besi dalamblast furnace. Kokas ini digunakan untuk mengurangi oksida
besi (hematit) untuk mengumpulkan besi. Karena konstituen penghasil asap dibuang
selama proses pembuatan kokas, kokas menjadi bahan bakar yang baik untuk kompor
dan tungku yang tidak cocok untuk pembakaran batubara bitumen asli. Kokas dapat
dibakar dengan sedikit atau tidak berasap saat pembakaran, sedangkan batubara
bitumen akan menghasilkan banyak asap.
Dalam bentuk akhirnya, bahan ini disebut AVCOAT 5026-39. Bahan ini telah
digunakan baru-baru ini sebagai perisai panas pada kendaraan Pathfinder Mars. Kokas
secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk pemanas domestik menyusul
diberlakukannya zona tanpa asap di Inggris.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.1 Tahap Pembentukan (forming Stage)

Noncaking Coal adalah bahan baku utama (60-80%). Batubara dikeringkan


hingga kandungan air 2-3%. Batubara kering digerus. Pengikat ditambahkan ke bubuk
batubara, bahan ini kemudian dicampur, dan dicetak, sehingga memperoleh batubara
umpan.

3.1.2 Tahap Karbonisasi (carbonizing stage)

Karbonisasi batubara adalah proses distilasi kering di mana sirkulasi udara


dikontrol seminimal mungkin. Melalui dinding baja, panas disalurkan ke dalam tanur
bakar yang memuat batubara. Proses karbonisasi merupakan reaksi endoterm atau
eksoterm tergantung pada temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi. Secara
umum hal ini dipengaruhi oleh hubungan temperatur karbonisasi, sifat reaksi, perubahan
fisik/kimiawi yang terjadi.
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi dimasukan ke tungku,
di mana batubara melewati zona karbonisasi suhu rendah, pada suhu sekitar 375 sampai
475 derajat celcius, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di
sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 - 600oC terlihat kemunculan cairan tar dan
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi
semi-kokas, dan kemudian batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu tinggi sampai
1000oC, untuk menjalani karbonisasi.
Tingkat panas yang tinggi harus dikendalikan sehingga batubara tidak pecah dan
hancur akibat batubara mengalami pertambahan atau penyusutan volume. Batubara
yang telah terkarbonisasi (coke), didinginkan hingga mencapai suhu 100o C atau lebih
rendah. Suhu di pendinginan (pada tahap viii) oleh gas yang bersuhu normal dimasukkan
dari bawah tungku sebelum kokas dikeluarkan dari tungku.

3.1.3 Gas yang dihasilkan (generated Gas)

Gas hasil pemanasan kokas (300-350oC) meninggalkan bagian atas tungku yang
didinginkan oleh recooler dan pendingin utama. Setelah menghilangkan asap tar,
sebagian besar gas dikembalikan ke tungku. Porsi gas yang berlebihan dikeluarkan dari

5
sistem, yang kemudian mengalami rectification dan desulfurisasi untuk menjadi bahan
bakar bersih yang memiliki nilai kalori tinggi, (3800kcal/Nm3).

3.1.4 Produk sampingan (byproducts)

Cairan dalam gas dibawa ke decanter yang memisahkan ammonia dan tar
dengan dekantasi dan pengendapan. Masing-masing produk sampingan tersebut
digunakan untuk tanaman yang ada untuk perawatan lebih lanjut. Setelah dinormalisasi,
tar digunakan kembali sebagai pengikat untuk pembentukan kokas.

3.1.5 Sirkulasi Gas (Gas recycle)

Gas hasil pemisahkan kabut tar di electric precipitator dipanaskan sampai sekitar
1000oC pada suhu tungku pemanas gas yang tinggi dan kemudian dimasukan ke zona
karbonisasi bersuhu tinggi. Gas yang dipanaskan sampai 450oC pada suhu tungku
pemanas gas rendah kendalikan ejektor. Ejektor menghisap gas bersuhu tinggi yang
digunakan untuk mendinginkan kokas untuk memberi umpan ke zona karbonisasi
bersuhu rendah pada suhu gas sekitar 600oC.

6
Gambar 1.2 Alur proses produksi kokas batubara.

7
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

1. Secara umum kokas batubara terbentuk dari proses pemanasan batubara


sebagai umpan yang dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Lalu dipanaskan
pada suhu rendah dari 375 - 475oC sehingga terbentuk lapisan plastis di sekitar
dinding. Ketika suhu mencapai 475 - 600oC terlihat kemunculan cairan tar dan
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis
menjadi semi-kokas, dan kemudian batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu
tinggi sampai 1000oC untuk menjalani karbonisasi.
2. Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam
peleburan bijih besi dalamblast furnace. Kokas ini digunakan untuk mengurangi
oksida besi (hematit) untuk mengumpulkan besi. Selain itu, kokas memiliki sifat
perisai panas yang unggul bila dikombinasikan dengan bahan lain.

4.2 Saran

Melihat hasil riset para ilmuan saat ini yang banyak menemukan manfaat dan
kegunaan dari kokas batubara semakin beragam. Namun, hal ini kurang didukung oleh
jumlah industri yang memproduksi kokas itu sendiri. Oleh karena itu, dirasa perlu
adanya perkembangan dalam industri kokas itu sendiri segi dari kuantitas maupun
kualitas. Sehingga kegunaan kokas tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Center for Coal Utilization, Japan; and Japan Iron and Steel Federation Period: 1978-
1986

Khairil & Irwansyah. 2010. Kaji Eksperimental Teknologi Pembuatan Kokas dariBatubara
sebagai Sumber Panas dan Karbon pada Tanur Tinggi (BlastFurnace). Aceh:
Universitas Syiah Kuala.

You might also like