You are on page 1of 23

PROPOSAL PENELITIAN

RANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMANFAATAN KAMAR OPERASI

DI SUSUN OLEH:

Dr. Ibnu Yazid Asqalany

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG

2017
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berbeda dengan industri manufaktur yang telah lebih dahulu mengembangkan


sistemnya, industri jasa seperti rumah sakit di indonesia masih cenderung kurang dalam
melakukan optimasi. Di sisi lain, rumah sakit harus mampu menghadapi tantangan-
tantangan baru seperti makin banyaknya generasi tua, semakin meningkatnya biaya
kesehatan, dan teknologi medis yang semakin berkembang. Menghadapi berbagai
tantangan tersebut, rumah sakit dituntut untuk mampu meningkatkan produktifitas,
kualitas dan efisiensi pelayanan tanpa mengabaikan prosedur dan etika medis.
Dengan adanya perubahan paradigma kesehatan, maka peningkatan mutu rumah
sakit harus dilakukan pada bidang pelayanan yang sesuai standar dan dilakukan disemua
instalasi termasuk bagian kamar operasi (OK). Hal tersebut dilakukan untuk menuju
kesatu sasaran yang lebih jauh yaitu quality assurance (menjaga mutu) dan akreditasi
rumah sakit
Dalam hal ini, usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
ruang operasi menjadi suatu hal penting. Maka dari itu, diperlukan operating room
management yang baik untuk memaksimalkan utilitas dari sumber sumber daya dan
fasilitas yang ada. Salah satu bagian penting dalam operating room management adalah
sistem informasi ruang operasi. Sistem informasi yang baik akan membantu pengurus
rumah sakit dalam mengatur ruang operasi seefisien mungkin dengan cara meminimalkan
biaya yang timbul akibat operasi dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan
keterbatasan sumber daya manusia dan material yang ada.
Adanya penelitian di dalam system informasi ruang operasi diharapkan dapat
mengoptimasi sistem dalam ruang operasi walaupun sangat sulit dan bahkan tidak
mungkin untuk mencapai semua objektif tanpa melanggar batasan-batasan yang ada
dalam sebuah model. Berbagai penelitian tentang system informasi ruang operasi telah
banyak dilakukan di negara-negara dengan standar kesehatan tinggi, namun di beberapa
negara berkembang seperti Indonesia belum banyak dilakukan penelitian secara

1
mendalam tentang system informasi ruang operasi. Dalam kenyataannya, sumber daya
baik ruang operasi, jumlah dokter, peralatan, ahli bedah di Indonesia masih sangat
terbatas jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Melihat kondisi tersebut perlu
dilakukan sebuah pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang sudah pernah dilakukan
di luar negeri yang belum tentu dapat diterapkan di Indonesia. Pendekatan tersebut
diharapkan dapat membantu dalam memaksimalkan keterbatasan yang ada sehingga
tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai


berikut: Bagaimana rancangan sistem informasi ruang ok yang efektif, sehingga
didapatkan model penjadwalan yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan
sumber daya yang ada
I.3 Tujuan

1. Tujuan Umum:
a. Menghasilkan rancangan system informasi pemanfaatan kamar operasi (OK).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perancangan sistem informasi
pemanfaatan (jadwal SDM, kebutuhan logistic dan pelayanan kamar operasi)
(OK), kendala-kendala/ permasalahan, peluang/dukungan pimpinan,
Kebutuhan data dan informasi dari user, bentuk-bentuk laporan/ dokumen .
Dan juga membuat rancangan Input (data pasien, operator, jenis operasi,
logistic) dan Output (Jadwal kegiatan, daftar tenaga pengguna OK, daftar
ketersediaan logistic, dan laporan).
I.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi system
informasi di rumah sakit agar pemanfaatan ruang operasi bisa lebih efektif dan efisien.

I.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini disusun untuk bisa mengetahui rancangan system informasi yang
paling efektif dan efisien untuk pemanfaatan ruang operasi di rumah sakit.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Sistem Informasi


A. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi dalam suatu pemahaman yang sederhana dapat didefinisikan
sebagai satu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa
pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya tergabung dalam suatu
entitas organisasi formal, seperti Departemen atau Lembaga suatu Instansi Pemerintahan
yang dapat dijabarkan menjadi Direktorat, Bidang, Bagian sampai pada unit terkecil
dibawahnya. Informasi menjelaskan mengenai organisasi atau salah satu sistem utamanya
mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa
yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang tentang organisasi tersebut.
Sistem informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang, tempat,
dan segala sesuatu yang ada di dalam atau di lingkungan sekitar organisasi. Informasi
sendiri mengandung suatu arti yaitu data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang
lebih memiliki arti dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data sendiri
merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu keadaan, kondisi, atau peristiwa yang terjadi
atau ada di dalam atau di lingkungan fisik organisasi. Data tidak dapat langsung
digunakan untuk pengambilan keputusan, melainkan harus diolah lebih dahulu agar dapat
dipahami, lalu dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.
Informasi harus dikelola dengan baik dan memadai agar memberikan manfaat
yang maksimal. Penerapan sistem informasi di dalam suatu organisasi dimaksudkan
untuk memberikan dukungan informasi yang dibutuhkan, khususnya oleh para pengguna
informasi dari berbagai tingkatan manajemen. Sistem informasi yang digunakan oleh
para pengguna dari berbagai tingkatan manajemen ini biasa disebut sebagai: Sistem
Informasi Manajemen.
Sistem informasi mengandung tiga aktivitas dasar di dalamnya, yaitu: aktivitas
masukan (input), pemrosesan (processing), dan keluaran (output). Tiga aktivitas dasar ini
menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk pengambilan keputusan,
pengendalian operasi, analisis permasalahan, dan menciptakan produk atau jasa baru.

3
Masukan berperan di dalam pengumpulan bahan mentah (raw data), baik yang diperoleh
dari dalam maupun dari lingkungan sekitar organisasi. Pemrosesan berperan untuk
mengkonversi bahan mentah menjadi bentuk yang lebih memiliki arti. Sedangkan,
keluaran dimaksudkan untuk mentransfer informasi yang diproses kepada pihak-pihak
atau aktivitasaktivitas yang akan menggunakan. Sistem informasi juga membutuhkan
umpan balik (feedback), yaitu untuk dasar evaluasi dan perbaikan di tahap input
berikutnya.
Dewasa ini, sistem informasi yang digunakan lebih berfokus pada system
informasi berbasis komputer (computer-based information system). Harapan yang ingin
diperoleh di sini adalah bahwa dengan penggunaan teknologi informasi atau sistem
informasi berbasis komputer, informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas,
dan tepat waktu, sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efektif dan efisien.
Meskipun sistem informasi berbasis komputer menggunakan teknologi komputer
untuk memproses data menjadi informasi yang memiliki arti, ada perbedaan yang cukup
tajam antara komputer dan program komputer di satu sisi dengan sistem informasi di sisi
lainnya. Komputer dan perangkat lunak komputer yang tersedia merupakan fondasi
teknis, alat, dan material dari sistem informasi modern. Komputer dapat dipakai sebagai
alat untuk menyimpan dan memproses informasi. Program komputer atau perangkat
lunak komputer merupakan seperangkat instruksi operasi yang mengarahkan dan
mengendalikan pemrosesan informasi.

B. Perkembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Sesungguhnya, konsep sistem informasi telah ada sebelum munculnya komputer.
Sebelum pertengahan abad ke-20, pada masa itu masih digunakan kartu punch,
pemakaian komputer terbatas pada aplikasi akuntansi yang kemudian dikenal sebagai
sistem informasi akuntansi. Namun demikian para pengguna - khususnya dilingkungan
perusahaan - masih mengesampingkan kebutuhan informasi bagi para manajer. Aplikasi
akuntansi yang berbasis komputer tersebut diberi nama pengolahan data elektronik (PDE).
• Dalam tahun 1964, komputer generasi baru memperkenalkan prosesor baru yang
menggunakan silicon chip circuitry dengan kemampuan pemrosesan yang lebih baik.
Untuk mempromosikan generasi komputer tersebut, para produsen memperkenalkan

4
konsep system informasi manajemen dengan tujuan utama yaitu aplikasi computer adalah
untuk menghasilkan informasi bagi manajemen. Ketika itu mulai terlihat jelas bahwa
komputer mampu mengisi kesenjangan akan alat bantu yang mampu menyediakan
informasi manajemen. Konsep SIM ini dengan sangat cepat diterima oleh
beberapaperusahaan dan institusi pemerintah dengan skala besar seperti Departemen
Keuangan khususnya untuk menangani pengelolaan anggaran, pembiayaan dan
penerimaan negara. Namun demikian, para pengguna yang mencoba SIM pada tahap
awal menyadari bahwa penghalang terbesar justru datang dari para lapisan manajemen
tingkat menengah – atas
Perkembangan konsep ini masih belum mulus dan banyak organisasi mengalami
kegagalan dalam aplikasinya karena adanya beberapa hambatan, misalnya:
• kekurangpahaman para pemakai tentang komputer,
• kekurangpahaman para spesialis bidang informasi tentang bisnis dan peran
manajemen,
• relatif mahalnya harga perangkat komputer, serta
• terlalu berambisinya para pengguna yang terlalu yakin dapat membangun sistem
informasi secara lengkap sehingga dapat mendukung semua lapisan manajer.
Sementara konsep SIM terus berkembang, Morton, Gorry, dan Keen dari
Massachussets Institute of Technology (MIT) mengenalkan konsep baru yang diberi
nama Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems - DSS). DSS adalah
sistem yang menghasilkan informasi yang ditujukan pada masalah tertentu yang harus
dipecahkan atau keputusan yang harus dibuat oleh manajer.
Perkembangan yang lain adalah munculnya aplikasi lain, yaitu Otomatisasi
Kantor (office automation - OA), yang memberikan fasilitas untuk meningkatkan
komunikasi dan produktivitas para manajer dan staf kantor melalui penggunaan peralatan
elektronik. Belakangan timbul konsep baru yang dikenal dengan nama Artificial
Intelligence (AI), sebuah konsep dengan ide bahwa komputer bisa diprogram untuk
melakukan proses lojik menyerupai otak manusia. Suatu jenis dari AI yang banyak
mendapat perhatian adalah Expert Systems (ES), yaitu suatu aplikasi yang mempunyai
fungsi sebagai spesialis dalam area tertentu.

5
Semua konsep di atas, baik PDE, SM, OA, DSS, EIS, maupun AI merupakan
aplikasi pemrosesan informasi dengan menggunakan komputer dan bertujuan
menyediakan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

C. Perhatian terhadap Manajemen lnformasi


Terdapat dua alasan utama mengapa terdapat perhatian yang besar terhadap
manajemen informasi, yaitu meningkatnya kompleksitas kegiatan organisasi tata kelola
pemerintahan dan meningkatnya kemampuan komputer. Selanjutnya, dengan tersedianya
informasi yang berkualitas, tentunya juga mendorong manajer untuk meningkatkan
kemampuan kompetitif (competitive advantage) organisasi yang dikelolanya.
Pada masa komputer generasi pertama, komputer hanya disentuh oleh para
spesialis di bidang komputer, sedangkan pengguna lainnya tidak pernah kontak langsung
dengan komputer. Sekarang, hampir setiap kantor mempunyai paling tidak beberapa
desktop/personal computer – PC. Pemakai sistem informasi manajemen pun kini tahu
bagaimana menggunakan komputer dan memandang komputer bukan sebagai sesuatu
yang spesial lagi, tetapi sudah merupakan suatu kebutuhan seperti halnya filing cabinet,
mesin photocopy atau telepon.

D. Pengguna Sistem Informasi Manajemen


Sebagai pengguna sistem informasi manajemen, tingkatan manajemen ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
• Manajer tingkat perencanaan stratejik (strategic planning); merupakan manajer
tingkat atas, seperti para jajaran Menteri, para eselon I, di mana keputusan-keputusan
yang dibuatnya berkenaan dengan perencanaan stratejik yang meliputi proses evaluasi
lingkungan luar organisasi, penetapan tujuan organisasi, dan penentuan strategi
organisasi.
• Manajer tingkat pengendalian manajemen (management control); yang dikenal
juga dengan istilah manajer tingkat menengah, mempunyai tanggung jawab untuk
menjabarkan rencana stratejik yang sudah ditetapkan ke dalam pelaksanaannya dan
meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan tercapai. Termasuk dalam kelompok ini

6
misalnya adalah Pejabat Eselon II, Kepala Kantor Wilayah, Kepala Dinas, dan Eselon III,
Kepala Bagian/Bidang.
• Manajer tingkat pengendalian operasi (operational control) merupakan manajer
tingkat bawah misalnya eselon IV dan V, bertanggung jawab melaksanakan rencana yang
sudah ditetapkan oleh manajer tingkat menengah, yang terwujud dalam operasi/kegiatan
organisasi.
Penggolongan manajer menurut tingkatnya mempunyai pengaruh signifikan
dalam mendisain sistem informasi yang berkaitan dengan sumber informasi, cara
penyajian, dan jenis keputusannya. Manajer tingkat perencanaan stratejik akan lebih
banyak menerima informasi yang berasal dari lingkungan luar organisasi daripada
informasi intern, dan sebaliknya untuk manajer tingkat bawah. Dari segi penyajiannya,
manajer tingkat atas lebih menyukai informasi dalam bentuk ringkas, bukan detil.
Sebaliknya, manajer tingkat bawah lebih menekankan pada informasi detil, bukan ringkas.
Sedang berdasarkan jenis keputusan yang diambil, keputusan yang dibuat oleh manajer
tingkat atas lebih tidak terstruktur dibandingkan keputusan yang diambil oleh manajer
tingkat yang lebih rendah.
Keputusan yang terstruktur merupakan keputusan yang sifatnya berulangulang
dan rutin sehingga unsur-unsurnya lebih mudah untuk dimengerti. Contoh dari keputusan
ini misalnya adalah keputusan tentang kenaikan pangkat pegawai, kenaikan gaji berkala
dan lain sebagainya. Sebaliknya untuk keputusan yang tidak terstruktur, keputusan ini
tidak mudah untuk didefinisikan dan biasanya lebih banyak membutuhkan informasi dari
lingkungan luar. Pengalaman dan pertimbangan manajer sangat penting dalam
pengambilan keputusan yang tidak terstruktur. Keputusan terstruktur akan lebih mudah
dikomputerisasikan dibandingkan dengan keputusan yang tidak terstruktur.
Walaupun terdapat perbedaan tingkat manajemen dan area fungsinya, pada
dasarnya manajer melaksanakan beberapa fungsi dan memainkan peran yang sama
dengan berbagai variasi penekanannya.
Satu hal yang perlu ditekankan pula disini bahwa bukan hanya para manajer yang
memperoleh manfaat dari SIM. Pegawai-pegawai dalam posisi non-manajer maupun staf
ahli juga menggunakan output yang dihasilkan SIM. Demikian juga para pengguna yang
berada di luar institusi/lembaga. Para pengguna menerima manfaat berupa informasi jenis

7
pelayanan yang dihasilkan oleh suatu institusi seperti Kantor Pariwisata yang
menginformasikan suatu daerah tujuan wisata yang sudah dikelola dengan baik dan layak
untuk dikunjungi, para pembayar pajak dapat mengetahui penggunaan sebagian
kontribusi mereka kepada negara untuk membangun fasilitas umum, dan pihak
pemerintah dapat segera mengetahui Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
perusahaan publik, dan kewajiban mereka membayar pajak. Jadi istilah SIM sebenarnya
tidak memberikan gambaran yang menyeluruh, bahwa sasaran informasi yang dihasilkan
semata-mata untuk para manajer. SIM bukanlah suatu sistem yang memproduksi
informasi manajemen, melainkan informasi untuk mendukung pemecahan masalah.

E. Peran Baru Sistem Informasi Manajemen


Manajemen tidak dapat mengabaikan sistem informasi karena system informasi
memainkan peran yang kritikal di dalam organisasi. Sistem informasi ini sangat
mempengaruhi secara langsung bagaimana manajemen mengambil keputusan, membuat
rencana, dan mengelola para pegawainya, serta meningkatkan sasaran kinerja yang
hendak dicapai, yaitu bagaimana menetapkan ukuran atau bobot setiap tujuan/kegiatan,
menetapkan standar pelayanan minimum, dan bagaimana menetapkan standar dan
prosedur pelayanan baku kepada masyarakat. Oleh karenanya, tanggung jawab terhadap
sistem informasi tidak dapat didelegasikan begitu saja kepada sembarang pengambil
keputusan.
Semakin meningkat saling ketergantungan antara rencana strategis instansi,
peraturan dan prosedur di satu sisi dengan sistem informasi (software, hardware, database,
dan telekomunikasi) di sisi yang lainnya. Perubahan di satu komponen akan
mempengaruhi komponen lainnya. Hubungan ini menjadi sangat kritikal manakala
manajemen ingin membuat rencana ke depan. Aktivitas apa yang akan dilakukan lima
tahun ke depan biasanya juga sangat tergantung kepada sistem apa yang tersedia untuk
dapat melaksanakannya. Sebagai contoh, peningkatan produktivitas kerja para pegawai
sangat tergantung pada jenis dan kualitas dari sistem informasi organisasi.
Perubahan lain dalam hubungan sistem informasi dengan organisasi adalah
semakin meningkatnya cakupan dan ruang lingkup dari system informasi dan aplikasinya.
Pengembangan dan pengelolaan sistem dewasa ini membutuhkan keterlibatan banyak

8
pihak di dalam organisasi, jika dibandingkan peran dan keterlibatanya pada periode-
periode yang lalu. Sebagaimana sudah disampaikan dengan meningkatnya
kecenderungan organisasi berteknologi digital, maka sistem informasi di dalam
organisasi dapat meliputi jangkauan yang semakin luas hingga kepada masyarakat,
instansi pemerintahan lainnya, dan bahkan informasi mengenai perkembangan politik
terakhir.
Satu alasan mengapa sistem informasi memainkan peran yang sangat besar dan
berpengaruh di dalam organisasi adalah karena semakin tingginya kemampuan teknologi
komputer dan semakin murahnya biaya pemanfaatan teknologi komputer tersebut.
Semakin baiknya kemampuan komputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang
kuat yang dapat digunakan organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat
dari berbagai penjuru dunia serta untuk mengendalikan aktivitas yang tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Jaringan-jaringan ini telah mentransformasikan ketajaman dan bentuk
aktivitas organisasi, menciptakan fondasi untuk memasuki era digital.
Jaringan yang terluas dan terbesar yang digunakan adalah internet. Hampir setiap
orang di seluruh dunia ini, baik yang bekerja di dunia sains, pendidikan, pemerintah,
maupun kalangan pebisnis menggunakan jaringan internet untuk bertukar informasi atau
melakukan transaksi bisnis dengan orang atau organisasi lain di seluruh dunia. Internet
menciptakan platform teknologi baru yang universal.
Pertumbuhan yang pesat di teknologi komputer dan jaringan, termasuk teknologi
internet telah mengubah struktur organisasi yang memungkinkan secara instan informasi
didistribusi di dalam dan di luar organisasi. Kemampuan ini dapat digunakan untuk
mendesain ulang dan mempertajam organisasi, mentransfer struktur organisasi, ruang
lingkup organisasi, melaporkan dan mengendalikan mekanisme, praktik-praktik kerja,
arus kerja, serta produk dan jasa. Pada akhirnya, proses bisnis yang dilakukan secara
elektronis membawa organisasi lebih dikelola secara digital, yang membawa dampak
pada hal-hal sebagai berikut:
- Organisasi semakin ramping.
Organisasi yang gemuk dan birokratis lebih sulit untuk mengikuti perubahan yang
pesat dewasa ini, kurang efisien, dan tidak dapat kompetitif. Oleh karenanya, banyak

9
model organisasi ini sekarang dirampingkan, termasuk jumlah pegawainya dan tingkatan
hirarkis manajemennya.
- Pemisahan pekerjaan dari lokasi.
Teknologi komunikasi telah mengeliminasi jarak sebagai satu faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pekerjaan.

F. Konsep Subsistem Informasi Organisasi


SIM merupakan upaya organisasi pertama yang tujuan utamanya adalah
menyediakan informasi bagi manajemen (karena itu dinamakan system informasi
manajemen). Ternyata dalam praktiknya SIM pada suatu organisasi menyediakan juga
informasi bagi orang-orang selain para manajer.
Ketika suatu organisasi semakin memiliki pengalaman dalam menerapkan
rancangan SIM yang mencakup kebutuhan seluruh organisasi, para manajer di wilayah-
wilayah tertentu, baik ditingkat pusat maupun daerah, mulai menerapkan konsep sesuai
kebutuhan yang mereka perlukan. Sistem informasi mulai akan memasuki wilayah yang
sudah tersegmentasi, yang dapat disebut sebagai sub-sub sistem SIM yang disesuaikan
untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Sebagai contoh pada tataran organisasi
pemerintah pusat sudah mengimplementasikan beberapa aplikasi sistem informasi antara
lain:
• Sistem akuntansi keuangan negara (SKAN),
• Sistem akuntansi barang milik negara (SABMN),
• Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD),
• Sistem Informasi Kependudukan,
• Sistem Informasi Kepegawaian dan pengembangan-pengembangan subsub
sistem tata kelola pemerintahan lainnya. subsistem organisasi dapat juga digunakan oleh
yang lain, dan banyak juga yang berbagi perangkat lunak (software). Sistem-sistem
informasi organisasi merupakan suatu cara berfikir logis, bukannya fisik tentang SIM.

10
II.2 Ruang Operasi
A. Pengertian
Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk
sebagai fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan untuk
pasien pasien yang membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk tindakan operasi
besar. Proses operasi meskipun sebuah operasi yang komplek akan terbagi menjadi 3
periode yaitu 1. Prior Surgery, 2. During Surgery dan 3. After Surgery. Kegiatan pada
periode prior surgery dapat dilakukan di ruang perawatan atau di ruang persiapan operasi
untuk kasus kasus One Day Care Surgery. Kegiatan pada periode During Surgery tentu
saja berada di Kamar Operasi. Sedangkan kegiatan pada periode After Surgery, pasien
yangtelah selesai dilakukan tindakan operasi akan dipindahkan ke ruang pemulihan tahap
1 selama 1 atau 2 jam. Setelah pasien siuman dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang
tentunya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, jika pasien dalam keadaan baik maka
akan dipindahkan ke bangsal perawatan biasa, apabila pasien perlu mendapatkan
perawatan intensive maka akan di relokasi ke ICU. Sedangkan pasien yang dilakukan
tindakan operasi dengan system one day care maka akan dipindahkan ke ruang pemulihan
tahap 2 sebelum pasien ini pulang ke rumah. Penentuan jumlah ruang operasi sangat
tergantung dari historis jumlah pasien dan prediksi pasien yang akan datang ke rumah
sakit untuk melakukan tindakan operasi.

B. Perletakan dan Peruangan Kamar Operasi


Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit
disarankan mempunyai pengelompokkan sebagai berikut:
1. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar
misalnya unit gawat darurat, poliklinik, administrasi, apotik, rekam medik, dan kamar
mayat.
2. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak langsung
berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi, dan rehabilitasi
medik.

11
3. Zona Privasi
Area yang menyediakan dan ruang perawatan dan pengelolaan pasien, misalnya
gedung operasi, kamar bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang perawatan.
4. Zona Pelayanan
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit, misalnya ruang
cuci, dapur, bengkel, dan CSSD.
Pelayanan, tenaga, sarana prasarana dan peralatan untuk pelayanan kamar operasi
yang berada di zona privasi terkait dengan pelayanan anestesiologi dan reanimasi serta
perawatan intensif sesuai klasifikasi rumah sakit. Selain berdekatan dengan ICU serta
pelayanan anestesiologi pada tipe rumah sakit D dan C dimana UGD belum memiliki
kamar operasi cito sendiri maka letak kamar operasi ini (IBS) harus berdekatan dengan
UGD.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk melakukan
operasi baik untuk pasien maupun tenaga medis yang beraktifitas di dalamnya.
Kenyamanan dan keamanan ini dapat di capai dari dua hal kenyamanan fisik dan
kenyamanan non fisik. Yang dimaksud dengan kenyamanan fisik dapat di capai dengan
memenuhi persyaratan sebuah kamar operasi dan membuat desain bangunannya
memberikan kenyamanan visual, termal dan audio. Sedangkan kenyamanan non fisik
dapat dicapai dengan memberikan ruangan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan hidup
manusia dan mendesain ruangan agar bersuasana yang tidak membuat bosan. Contohnya
dengan memberikan ruang tunggu bagi dokter dokter sebelum atau sesudah melakukan
operasi, dimana ruangan tersebut di lengkapi dengan fasilitas sofa yang ergonomis, view
natural atau artifisial, internet connection, bed dan pantry semi streril misalnya.
Persyaratan fisik kamar operasi meliputi:
1. Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mudah dicapai oleh pasien
b. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan
non-steril
c. Kereta dorong pasien harus mudah bergerak
d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur

12
e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan
non-steril, untuk pengaturan penggunaan baju khusus
f. Letaknya dekat dengan UGD
2. Rancang bangun kamar operasi harus mencakup:
a. kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi
yang dilengkapi
dengan fasilitas induksi anestesi
b. Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar induksi
c. Kamar pulih (recovery room)
d. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen, obat farmasi
termasuk bahan
narkotik
e. Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas
pakai operasi
f. Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah
g. Ruang istirahat untuk staf yang jaga
h. Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti
hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga terhindar dari area kotor
setelah ganti dengan pakaian operasi. Ruang perawat hendaknya terletak pada
lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien.
i. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan elektif
dan tindakan cito
j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik;
pintu masuk pasien operasi; dan alur perawatan
k. Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas
operasi
l. Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara:
 Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien, Daerah
semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar operasi dan
ruangan semi steril

13
 Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang
harus sudah berpakaian khusus dan masker
 Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up
 Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan bahan
kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung
m. Syarat kamar operasi:
 Pintu kamar operasi harus selalu tertutup.
 Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari
dua daun pintu
 Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup
 Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang
 Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
 Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi minimal 3m
 Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang tidak berpori
 Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan lengkung
 Plafon harus rapat, kuat dan tidak bercelah
 Cat /dinding berwarna terang
 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
dan berwarna terang, ditutup dengan vinyl atau keramik.
 Tersedia lampu operasi dengan pemasangan seimbang, baik jumlah
lampunoperasi dan ketinggian pemasangan
 Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000 lux
 Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara melalui
filter.
 Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral dengan 98%
steril dan dilengkapi saringan. Ventilasi harus dengan sistem
tekanan positif/ total pressure.
 Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil
 Kelembaban ruangan 50-60%

14
 Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas ke
bawah
 Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,
untuk itu harus dibuat ruang antara
 Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril
dari bagian alat steril cukup dengan sebuah loket yang dapat
dibuka/ ditutup
 Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan melalui atas
langit-langit
 Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang
di bawah lantai
 Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman
Rumah sakit memberikan pelayanan anestesiologi dan reanimasi dengan
memberikan anestesia dan analgesia bagi pasien pembedahan dan tindakan medik lain
yang menimbulkan rasa takut, rasa cemas dan rasa nyeri, melakukan resusitasi jantung,
paru dan otak, melakukan tindakan penunjang hidup pasien gawat karena trauma atau
penyakit medik lain, melakukan penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan, asam
basa, gas darah dan metabolisme, serta melakukan penatalaksanaan nyeri kronis.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang nyaman untuk melakukan anestesi,
yaitu minimum 20º C dan maksimal 26º C. Fasilitas untuk induksi anestesi dirancang dan
dilengkapi untuk dapat memberikan pelayanan yang aman;
a. Ruangan dilengkapi dengan oksigen medik, penghisap lendir, penerangan yang
sesuai, dan perlengkapan standar resusitasi
b. Adanya peralatan elektrik dan instalasi listrik yang memenuhi syarat
c. Tenaga listrik darurat dan penghisap lendir yang digunakan secara mekanik
dapat diperoleh sewaktu-waktu terjadi kegagalan listrik
Sarana fisik minimal yang diperlukan untuk mendukung pelayanan anestesiologi
dan reaminasi:
a. Kamar persiapan anestesia
b. Fasilitas di kamar bedah

15
c. Kamar pulih sadar
d. Ruang perawatan/ terapi intensif (ICU)
e. Kantor administrasi
f. Kamar obat dan alat

C. Sistem Sirkulasi
Pada kamar operasi pengguna jalur sirkulasinya adalah pasien, pengunjung staf
medis, perawat dan logistical support. Pasien yang masuk ke kamar operasi dapat berasal
dari bangsal, UGD atau dari instalasi rawat jalan yang di terima di ruang persiapan.
Pengunjung yang biasanya merupakan keluarga dari pasien yang dioperasi akan
menunggu di ruang tunggu keluarga pasien. Masing masing dari mereka akan di bedakan
jalur sirkulasinya. Sistem sirkulasi manusia dan logistical support di kamar operasi ini
menggunakan system one way yaitu tidak saling bertubrukan terutama untuk logistical
steril dan non steril dengan menggunakan system koridor maupun selasar, yang memiliki
standar lebar yang sama yaitu minimal 2,44 m. Untuk rumah sakit yang baru berkembang
dan belum memungkinkan adanya system one way ini, maka dapat di siasati dengan
menghilangkan factor penulasarn infeksi dan memperlebar koridornya agar persyaratan
keteraturan tetap dapat di pertahankan

D. Mekanikal dan Elektrikal di Kamar Operasi


Kamar operasi harus mempunyai standar yang tinggi terhadap kebersihan dan
kondisi aseptic. Kamar operasi mempunyai beberapa jenis yang standar peruangan dan
mechanical nya sedikit berbeda, seperti ruang operasi untuk cystoscopy, ophthalmology,
orthopedic dan neurosurgery mempunyai standar electrical yang berbeda terutama yang
berkaitan dengan peralatan medis yang harus disedikan. Secara umum kamar operasi
membutuhkan medical gases yang harus terpenuhi yaitu oxygen, nitrous oxide dan juga
mempunyai vacuum system untuk memompa gas gas yang tidak terpakai. Gas gas
tersebut dapat dilairkan melalui system hose drop atau medical gas column. Di kamar
operasi juga dibutuhkan smoke evacuation sebagai pembuang asap yang ditimbulkan oleh
laser atau cutter. Juga harus ada system fluorescent fixture, gas evacuation system yang
dperlukan untuk membuang gas anastesi yang sudah tidak terpakai. Penghawaan di

16
kamar operasi juga harus dingin dengan menggunakan system fresh air yang menjaga
kesegaran di ruang operasi dan tidak menimbulkan kantuk.

II.3 Kerangka Konsep

II.4 Penelitian Terkait


Pada penelitian Drs. Purwito Sugeng tahun 2009 berjudul Rancangan Sistem
Informasi Pemanfaatan Kamar Operasi di RUmah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
menghasilkan Rancangan model Input dan output data untuk system informasi
pemanfaatan ruang operasi di rs sultan agung semarang.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah operational research disertai metode
kualitatif.

III.2 Rancangan Penelitian


Design penelitian ini menggunakan tahap pengembangan SDLC (System
Development Life Cycle). Siklus Hidup Pengembangan Sistem, dengan 8 tahapan tetapi
hanya sampai tahapan kelima yaitu tahap perancangan yang secara rinci tahapanya adalah
sebagai berikut
1. Studi Pendahuluan (prelimanary investigation) dengan tujuan :
a. Mengetahui masalah , peluang dan arahan user.
b. Mengetahui ruang lingkup yang akan dikerjakan.
c. Mengetahui kelayakan perencanaan proyek
2. Analisis Masalah (Problem Analysis) tahapan ini bertujuan
a. Mempelajari, menganalisis sistem yang sedang berjalan saat ini.
b. Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya.
3. Analisis kebutuhan(Requirement Analysis), tahap meliputi
a. Mengidentifikasi kebutuhan user (data, proses dan interface).
b. Menganalisis kebutuhan sistem.
4. Analisis Keputusan (Decision analysis). mempunyai tujuan :
a. Mengidentifikasi alternatif sistem .
b. Menganalisis kelayakan alternatif sistem.
c. Pemilihan alternatif sistem.
5. Perancangan (Design).Tahapan ini adalah tahap perancangan sistem baru yang
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi diperoleh dari pemilihan alternatif
sistem yang terbaik, dengan kegiatan
a. Perancangan keluaran (Output) bentuk laporan dan dokumennya,

18
b. Perancangan masukan (Input), untuk memberikan bentuk masukan
meliputi kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan

III.3 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di ruang operasi rumah sakit di bandung

III.4 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan September 2017 – September 2018

III.5 Subjek dan Objek Penelitian


III.5.1 Subyek penelitian adalah tenaga pada pelayanan (OK). (Ka instalasi bedah,
tenaga bedah/operator, tenaga anestesi, perawat), tenaga kamar operasi (OK).
Data-data tentang fasilitas, ruang dan kebijakan yang berlaku kamar operasi (OK).
III.5.2 Obyek penelitian : Sistim Informasi penjadualan kegiatan kamar operasi di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung yang dilakukan saat ini.

III.6 Cara dan Alat Pengumpulan Data Penelitian


Mengikuti tahapan kerja dalam SDLC (System Development Life Cycle) namun
hanya sampai proses perancangan :
1. Survey ruang lingkup dan kelayakan
a. Mempelajari ruang lingkup kamar operasi berkaitan dengan
1). Mengamati proses pelayanan bedah dari pasien masuk kamar
operasi sampai pasien keluar kamar operasi.
2). Mengamati pergantian jadual kegiatan antar petugas selama
penelitian berlangsung.
b. Mengumpulkan dan mempelajari formulir formulir yang digunakan dan
catatan yang digunakan dalam kegiatan bedah untuk memperoleh data:
jadual tenaga, linen operasi, peralatan medis untuk operasi, obat-obat
untuk operasi
c. Mempelajari prosedur tertulis pelayanan bedah (bukan prosedur klinik
operasi)

19
2. Mempelajari dan menganalisa sistem yang sudah ada.
Tahapan ini dilakukan untuk inventarisasi guna mencari isi (content
analysis) yaitu metode untuk menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif
dan kuantitatif terhhadap kebutuhan informasi.
3. Mendefinisikan kebutuhan End User.
Merangkum hasil jawaban wawancara dengan user untuk merumuskan
kebutuhan informasi dan rancangan input, proses dan output sistem.
a. Memilih solusi yang paling baik berkaitan dengan alur informasi yang
dihasilkan, untuk pengambilan keputusan yang dilakukan.
b. Membuat rancancangan input sistem informasi kamar operasi (OK), dan
jenis informasi untuk rancangan output informasi OK.

III.7 Analisis Data Penelitian


Pada tahapan ini menganalisis sistem yang sedang berjalan dan mengidentifikasi
masalah yang ada untuk memperoleh solusi disesuaikan dengan kebutuhan informasi dan
data sebagaimana pada diagram kontek
III.7.1 Analisis Masalah ( Problem Analysis)
Analisis sistem sedang berjalan saat ini
III.7.2 Analisis Kebutuhan (Requiment analisis)
a) Tugas pokok dan fungsi masing masing pelaku yang terkait dengan pelayanan
bedah
b) Pengaturan jadwal kegiatan pelayanan bedah berdasarkan tingkat kegawatan
dan kedatangan pasien
c) Pengaturan tenaga yang terlibat dalam pelayanan bedah.
d) Pengaturan obat untuk pelayanan operasi
e) Kendala kendala yang dihadapi dalam pelayanan itu
III.7.3 Analisis Keputusan (Decision Analysis)
Pada tahap ini digunakan untuk mempelajari dan menganalisis sistem
informasi yang sedang berjalan dan dilakukan pada tingkat manajemen kamar
operasi (OK) sesuai kapasitasnya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi, misi
yang telah ditetapkan.

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Cordata, W James. Total Quality Management terapan dalam manajemen sistem
informasi, Cetakan I, Penerbit ANDI, Yogjakarta, 1996.
2. Guwandi, J,SH. Aspek Hukum dan Manajemen Resiko di Kamar Bedah, makalah
lokakarya Perdhaki, Jakarta, 1999.
3. Puruhito, Dr.med, Dasar – dasar Teknik Pembedahan, Cetakan II, Lembaga
Penerbit Universitas Airlangga, Surabaya, 1987.
4. Yoga Aditama Tjandra. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi II, Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta, 2003. Hal 4-5
5. Guwandi, J,SH. Segi-segi Hukum dalam Pemberian Anestesi di Kamar Bedah,
makalah lokakarya Perdhaki, Jakarta, 1999.
6. Wibowo,S; Puruhito; Basuki, S. Pedoman Teknik Operasi “ OPTEK”, Airlangga
University Press, Surabaya, 1993.
7. DepKes RI. Pedoman pelayanan Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D Direktorat
pelayanan medik, Jakarta, 1986.
8. DepKes RI. Pola Prosedur |Kerja Tetap (Protap) di Rumah Sakit Kelas C dan
Kelas D Direktorat pelayanan medik, Jakarta, 1989.
9. Nanang.W, A, SpOG, Mars, Dr. Organisasi dan Ketenagaan Kamar Bedah,
makalah lokakarya Perdhaki, Jakarta,1999.
10. Neuvert ,1993, Data Arsitek Jilid I edisi 2, PT Erlangga
11. Neuvert ,1996, Data Arsitek Jilid I edisi 33, PT Erlangga
12. Neuvert ,1999, Data Arsitek Jilid 2 Edisi 2, PT Erlangga
13. Davis , Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, Bagian I,
Pengantar, Seri Manajemen No. 90-A, PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta,1999.
14. Daihani. Dadan Umar . Komputerisasi Pengambilan Keputusan, Gramedia.
Jakarta, 2001
15. Fathansyah, Ir. Basis Data, Buku Teks Ilmu Komputer, Penerbit Informatika,
Bandung, 2001.
16. Raymond McLeod, Jr alih bahasa Hendra Teguh, SE,Ak, Sistem Informasi
Manajemen Jilid I & II, PT Prenhallind, Jakarta, 1996.

21
17. Jogiyanto,HM. Analisis & Desain Sistem Informasi : pendekatan terstruktur teori
dan praktek aplikasi bisnis, ANDI OFFSET, Yogjakarta, 1999.
18. Whitten, Jeffrey, L.,MS, CDP., Bentley, Lonnie, D, MS, CDP., Barlow, Victor,
MBA,CDP. Systems Analysis & Design Methods, Second Edition, IRWIN,
Homewood, IL, Bosto, United States,1989.
19. Chandra, B, dr,. Pengantar Statistik Kesehatan,EGC, Jakarta,1995.
20. Sutono, Djoko. Sistem Informasi Manajemen. Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
21. Dirjen Yanmed 2008, Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit,
Depkes RI

22

You might also like