You are on page 1of 5

Alda Olivia P

112014159

1. Mantouxtes
 Mantouxtesdiberikandengancaramenyuntikkan 0.1ml derivate protein tuberculin
kelengan bawah secara intrakutan. Injeksi ini akan menghasilkan gelembung (wheal)
berdiameter 6-10mm.
 Reaksi yang ditunjukkanpada tuberculin tesaadalahreaksiklasik delayed hypersensitivity
reaction.
 Tuberculin skin test dibaca dalam rentang waktu 48 hingga 72 jam setelah penyuntikan.
Jika tidak dibaca melebihi 72 jam, tes mantoux harus diulang
 Cara membaca mantoux tes adalah dengan mengukur diameter indurasi yang ada.
Dilakukan garisan secara melintang pada tempat suntkan sehingga terasa adanya
indurasi. Jangan megukur kemerahan.

Hasil positif

a) Lebih dari 5mm:


a. Pasien HIV
b. orang yang kontak positif dengan penderita TB
c. orang dengan gambaran rontgen paru mengarah ke TB
d. orang dengan transplantasi organ
e. orang yang imunosupressi karena penyebab lain.
b) Lebih dari 10mm:
a. Imigran yang baruberhijrahkurangdari 5 tahun dari tempat tinggi kasus TB
b. Pengguna jarum suntik
c. Pekerjaataupenduduk yang tinggirisikoterpaparkuman TB
d. Petugas lab
e. Anakberusiakurnagdari 4 tahun
f. Anak, bayi dan dewasa muda yang terpapar dengan dewasa yang tinggi risiko.
c) Lebih dari 15mm:
a. Pada semua orang termasuk yang tidak berisiko.

 Dikatakan false-positif apabila:


a) Infeksi dengan non tuberculosis mycobacteria
b) Baru mendapatkan vaksin BCG
c) Salah cara penyuntikan
d) Salah cara baca hasil indurasi
e) Salah antigen untuk tuberculin skin tes
 False-negative adalah:
a) Cutaneous anergy (ketidakmampuan badan untuk memberikan reaksi kepada skin tes
karena imun sistem yang lemah.
b) Baru terinfeksi TB (8-10 minggu paparan)
c) infeksi TB yang terlalu lama
d) umur yang terlalumuda (dibawah 6 bulan)
e) baru diberikan vaksinasi virus hidup (campak dan cacar)
f) penyakit TB terlalu parah
g) terjangkiti penyakit virus lain
h) salah penyuntikan tuberculin
i) kesalahan pada intrepretasi
Sumber: http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.htm

http://www.tbindonesia.or.id/tbidcnt/uploads/2014/04/algo-tbanak.png

2. Tabel walgren

3. Pemberian prednisone pada meningitis TB

Diberikan selama 2-4minggu dengan dosis penuh yaitu 1-2mg/kgBB/hari dan dimulai tapering
off selama 2-6minggu berikutnya.

Sumber: http://www.ichrc.org/482-tuberkulosis-tatalaksana

4. Patofisiologi meningitis TB

Meningitis Tb terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen kemeningean. Dalam


pejalanannya, meningitis Tb melalui dua tahap. Mula-mula terbentuk lesi otak di meningen
akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran secara
hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan.
Selanjutnya, meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen Tb dari focus kaseosa
(lesi dipermukaan di otak) akiat trauma atau proses imunologik, langsung masuk keruang
subaraknoid. Meningitis TB dapatterjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.

Kebanyaan bakteri masuk kecairan sereberospinal salam bentuk kolonisasi dari


nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau
selaput meningen. Vena-vena yang mengalami penyembuhan dapat meyebabkan aliran
retrograde transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur,
paska bedah saraf, injeksi steroid epidural, tindakatanastesi, adanya benda asing seperti
implant kolear, VP shunt dan lain-lain. Sering juga kolonisasi organism pada kulit dapat
menyebabkan meningitis.Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput
meningen, kerurasakn meningen dapat berasal dari infeksi yang berakibat edema otak,
penyumbatan vena dan memblok aliran cairan sereberospinal yang berakhir dengan
hidrosefalus, peningkatan intra cranial dan herniasi.

Sumber: http://www.tbindonesia.or.id/2014/04/21/meningitis-tuberkulosa/

5. Spondiolitis TB
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen/limfogen melalui nodus
limfatikus para-aorta dari fokus tuberkulosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada.
Pada anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer di paru, sedangkan pada orang
dewasa berasal dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil).1 Dari paru-paru, kuman dapat
sampai ke tulang belakang melalui pleksus venosus paravertebral Batson.2
Lesi tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi paradiskus.Setelah
tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang belakang dan osteoporosis terjadi
pada tulang. Destruksi tulang terjadi akibat lisis jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lunak
dan gepeng terjadi akibat gaya gravitasi dan tarikan otot torakolumbal. Selanjutnya, destruksi
tulang diperberat oleh iskemi sekunder akibat tromboemboli, periarteritis, endarteritis.Karena
transmisi beban gravitasi pada vertebra torakal lebih terletak pada setengah bagian anterior badan
vertebra, maka lesi kompresi lebih banyak ditemukan pada bagian anterior badan vertebra
sehingga badan vertebra bagian anterior menjadi lebih pipih daripada bagian posterior.2 Resultan
dari hal-hal tersebut mengakibatkan deformitas kifotik.Deformitas kifotik inilah yang sering
disebut sebagai gibbus.
Sumber :
1. Agrawal V, Patgaonkar PR, Nagariya SP. Tuberculosis of Spine. Journal of
Craniovertebral Junction and Spine 2010, 1: 14.
2. Vitriana. Spondilitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-
UNPAD/ RSUP dr. Hasan Sadikin , FK-UI/ RSUPN dr. Ciptomangunkusumo. 2002.

6. Komorbid CP
 Retardasi mental
 Global developmental delay
 Kesukaran berkomunikasi
 Epilepsy
 Abnormal muscle tone
 Failure to thrive
 Respiratory distress syndrome

Sumber: http://cerebralpalsy.org/about-cerebral-palsy/associative-conditions/

You might also like