Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
bersendi dengan batang stapes, dan permukaan lebar stapes terletak pada labirin
membranosa pada lubang foramen ovale tempat gelombang suara dihantarkan ke
telinga dalam, yang dinamai koklea (Guyton & Hall, 2012).
2.3. Presbikusis
2.3.1. Definisi
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut
akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan
simetris pada kedua sisi telinga (Roland, Eaton, & Meyerhoff, 2001).
Presbikusis adalah penurunan pendengaran yang mengiringi semua
proses menua, pada audiogram terlihat gambaran penurunan pendengaran bilateral
simetris yang mulai terjadi pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan
tidak ditemukannya kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum
(Shohet, Talavera, & Gianoli, 2005).
2.3.2. Patologi
Terdapat empat tipe patologik yang telah diklasifikasikan oleh
Schuknecht. Fenomena pertama adalah presbikusis sensorik. Pada bentuk ini,
yang mula-mula hilang adalah patologi sel-sel rambut. Hal ini kemudian akan
menyebabkan gangguan neuron-neuron koklea. Biasanya melibatkan hilangnya
sel-sel rambut pada gelang basal koklea dan menyebabkan ketulian nada tinggi.
Sebaliknya, neuropresbikusis, hilangnya gangguan primer adalah pada neuron-
neuron koklea dan sel-sel rambut relatif dipertahankan. Pada kasus ini,
diskriminasi kata-kata relatif lebih terganggu dengan hanya sedikit gangguan sel
rambut. Presbikusis stria masih memberi skor diskriminasi yang bagus walaupun
proses degenerasi menyebabkan ketulian sedang hingga berat yang sifatnya relatif
datar. Secara patologis, stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut. Yang
terakhir, ketulian koklear-konduktif dengan populasi sel rambut dan neuron yang
normal tanpa adanya kerusakan stria vaskularis namun ketullian diduga berkaitan
dengan keterbatasan gerak membrana basilaris. Sifat-sifat proses patologik ini
masih belum jelas (Adams, Boeis, & Higler, 2007).
2.3.3.2. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler
yang mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan
viskositas darah, penurunan aliran darah kapiler dan transpor oksigen. Hal
tersebut mengakibatkan kerusakan sel-sel auditori sehingga proses transmisi
sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan gangguan komunikasi. Kurang
pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufisiensi mikrosirkuler
pembuluh darah seperti emboli, perdarahan, atau vasospasme (Fernanda, 2009).
2.3.3.4. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam
darah (dislipidemia) di mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan penumpukan plak/atherosklerosis pada
tunika intima. Patogenesis atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis
yang terdapat secara bersama. Arteroma merupakan degenerasi lemak dan
infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau
pengendapan bercak kuning keras bagian lipoid dalam tunika intima arteri
sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnnya elastisitas/ pengerasan pembuluh nadi. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen. Teori
ini sesuai dengan penelitian Villares yang menyatakan terdapat hubungan antara
penderita hiperkolesterolemia dengan penurunan pendengaran (Muyassaroh,
2012).
2.3.3.5. Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek
mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel
saraf organ koklea. Karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi
karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin
menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Seperti diketahui, ikatan antara
hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan oksigen.
Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea dan
menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek karmonmonoksida lainnya adalah
spasme pembuluh darah, kekentalan darah, dan arteriosklerotik (Muyassaroh,
2012).
Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh merokok
menjadi penyebab gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif.
Pembuluh darah yang menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral
sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain (Laviolette &
Kooy, 2004).
untuk menentukan jenis suara dan arah datangnya suara. Kehilangan senstivitas
bermula dari frekuensi yang tinggi, sehingga terdapat kesulitan ketika mendengar
pada situasi bising. Keluhan pada pasien presbikusis kebanyakan bukan tidak
dapat mendengar tetapi tidak dapat memahami percakapan (Gates & Milles,
2005).
Selain itu, terdapat keluhan tambahan yaitu tinnitus (berdenging). Hal ini
terjad karena adanya peningkatan sensitivitas dari saraf pendengaran. Setelah
kehilangan frekuensi yang tinggi, selanjutnya yaitu kehilangan frekuensi rendah.
Seiring berjalannya waktu kesulitan yang terjadi mencakup keduanya yaitu tidak
dapat mendengar dan tidak dapat memahami percakapan. Kehilangan
pendengaran akan berpengaruh terhadap masalah sosial. Masalah sosial yang akan
terjadi antara lain depresi, kehilangan kepercayaan diri, cemas, paranoid, dan
frustasi (Gates & Milles, 2005).
Ambang Dengar(AD) =
otoskopi, maka akan tampak membran timpani yang normal ataupun suram dan
juga dilakukan tes dengan menggunakan penala, untuk mendapatkan jenis tuli
sensorineural atau tuli konduktif. Pemeriksaan lebih lanjut menggunakan
audiometri nada murni menunjukkan gangguan pendengaran sensori neural nada
tinggi, bilateral dan simetris. Pada pemeriksaan audiometri tutur dapat
menunjukkan adanya diskriminasi bicara (Gates GA, 2003).
2.3.7. Penatalaksanaan
Presbikusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbikusis
adalah tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya adalalah untuk
memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu
dengar. Alat ini berfungsi membantu penggunaan sisa pendengaran untuk
berkomunikasi. Alat bantu dengar baru diperlukan bila penurunan pendengaran
lebih dari 40 dB (Dewi, 2007) . Selain itu dapat juga digunakan assistive listening
devices, alat ini merupakan amplifikasi sederhana yang mngirimkan signal pada
ruangan dengan menggunakan headset (Shohet, Talavera, & Gianoli, 2005)
Pada presbikusis dimana terjadi penurunan pendengaran bersifat
progresif perlahan yang mulai terjadi pada nada tinggi, pada awalnya tidak terasa
pendengaran menurun. Umumnya gangguan dengar baru disadari jika kegiatan
sehari-hari mengalami kesulitan. Pada orang tua penurunan pendengaran sering
disertai juga dengan penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh
proses menua yang kemudiaan mengakibatkan perubahan watak yang
bersangkuran seperti mudah tersinggung, penurunan perhatian, penurunan
konsentrasi, cepat emosi, dan berkurangnya daya ingat (Dewi, 2007).
Dengan demikian tidak semua penderita presbikusis dapat diatasi denga
baik menggunakan alat bantuk dengar terutama pada presbikusis tipe neural. Pada
keadaan dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantuk dengar, penderita merasa
adanya penolakan dari teman atau saudara yang selanjutnya akan mengakibatkan
hubungan jadi tidak baik sehingga penderita akan menarik diri, terjadi
pengurangan sosialisasi, penurunan fisik, penurunan aktifitas mental sehingga
merasa kesepian, dan akhirnya dapat terjadi depresi dan paranoid (Dewi, 2007).
Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar
atau lip reading yaitu dengan cara membaca gerakan mulut orang yang menjadi
lawan bicaranya. Penting juga dilakukan physiologic counseling yaitu
memperbaki mental penderita. Disini harus dijelaskan pada keluarganya
bagaimana memperlakukan atau menghadapi penderita presbkusis (Dewi, 2007).
Penderita yang mengalami perubahan koklear tetapi gangla spiralis dan
jaras sentral masih baik dapat digunakan koklear implant (Shohet, Talavera, &
Gianoli, 2005).
Rehabilitasi perlu sesegera mungkin untuk memperbaiki komunikasi. Hal
ini akan memberikan kekuatan mental karena sering orangtua dengan gangguan
dengar dianggap menderita senilitas, yaitu suatu hal yang biasa terjadi pada
orangtua dan dianggap tidak perlu diperhatikan. Rehabilitasi pada penderita
presbikusis membutuhkan waktu dan kesabaran. Diperlukan gabungan ahli dari
THT, audiologi, neurologi, dan psikolog untuk menangani penderita ini (Dewi,
2007).
Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting
dalam penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat
memanfaatkan sisa pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utamanya adalah
untuk memperkuat (anplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat mendengar
percakapan untuk berkomunikasi, mengatur nada dan volume suaranya sendiri,
mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya, mengetahui kejadian
sekelilingnya, serta mengenal lingkungan. Yang terpenting adalah bunyi untuk
berkomunikasi antar manusia sehingga alat ini harus dapat menyaring dan
memperjelas suara percakapan manusia berkisar antara 30-60 dB pada frekuensi
500-2000 Hz (Ricketts, Chicchis, & Bess, 2001).
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier
(pengeras suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga/ear mold (menyumbat
liang telinga dan pengarah suara ke telinga tengah) (Ricketts, Chicchis, & Bess,
2001).
2.4. Audiometri
2.4.1. Audiometri Nada Murni
Audiometer nada murni adalah suatu alat elektronik yang menghasilkan
bunyi yang relatif bebas bising ataupun energi suara pada kelebihan nada,
karenanya disebut nada “murni”. Terdapat beberapa pilihan nada terutama dari
oktaf skala C:125, 250, 500,1000,2000,4000 dan 8000 Hz. Tersedia pula nada-
nada dengan interval setengah oktaf(750,1500,3000,dan 6000 Hz). Audiometer
memiliki tiga bagian penting: suatu osilator dengan berbagai frekuensi untuk
menghasilkan bunyi, suatu peredam yang memungkinkan berbagai intensitas
bunyi(umumnya dengan peningkatan 5 dB), dan suatu transduser(earphone atau
penggetar tulang dan kadang-kadang pengeras suara) untuk mengubah energi
listrik menjadi energi akustik (Adams, Boeis, & Higler, 2007).
2.4.1.2. Ambang
Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat intensitas terendah
dalam desibel dari tiap frekuensi yang masih dapat didengar, dengan kata lain
ambang pendengaran dari bunyi tersebut (Adams, Boeis, & Higler, 2007).
dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung bersumbat; sebagian diabsorbsi dan
sisanya dipantulkan kembali ke analisis dan dikumpulkan oleh saluran kedua dari
tabung tersebut. Satu alat pengukur pada telinga normal diperlihatkan bahwa
besar energi yang dipantulkan tersebut lebih kecil dari energi insiden. Sebaliknya
bila telinga terisi cairan, atau bila gendang telinga menebal, atau sistem osikular
menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar dari telinga normal.
Dengan demikian jumlah energi yang dipantulkan makin setara dengan energi
insiden. Hubungan ini digunakan sebagai sarana pengukur kelenturan (Adams,
Boeis, & Higler, 2007).
Timpanogram dalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan
relatif sistem timpanoosikular sementara tekanan udara liang telinga diubah-ubah.
Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika
tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu dengan pendengaran normal
atau dengan gangguan sensorineural akan memperlihatkan sistem timpano-
osikular yang normal (Adams, Boeis, & Higler, 2007).