You are on page 1of 7

KEDUDUKAN WANITA

Pria dan Wanita Equal But Not Identical


Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka
rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan. (Qs.al-Isra’ [17]:70)
Tentu, kalimat anak-anak Adam mencakup lelaki dan perempuan, demikian pula
penghormatan Tuhan yang diberikan-Nya itu, mencakup anak-anak Adam
seluruhnya, baik perempuan maupun lelaki.
-----------------------------------------------
Pemahaman ini dipertegas oleh ayat 195 surah Ali 'Imran yang menyatakan:
Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain, dalam arti bahwa "sebagian
kamu (hai umat manusia yakni lelaki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan
sperma lelaki dan sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya."
Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia. Tak ada perbedaan antara mereka dari
segi asal kejadian dan kemanusiaannya.
---------------------------------------------------
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
---------------------------------------------------
Tabiat manusia antara laki-laki dan perempuan hampir dikatakan sama. Allah telah
menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana dia menganugerahkan kepada
laki-laki, potensi yang cukup untuk memikul tanggungjawab dan menjalankan
aktivitas-aktivitas.
Oleh karena itu, Allah memberikan hak dan kewajiban yang sama antara pria dan
wanita, seperti kewajiban sholat, puasa, zakat, haji, ‘amr ma’ruf nahi munkar, dan
sebagainya.
Akan tetapi, adakalanya syariat Islam menetapkan adanya pembebanan hukum (hak
dan kewajiban) yang berbeda bagi pria dan wanita. Kewajiban mencari nafkah
dibebankan kepada kaum pria, tidak kepada wanita. Masalah perwalian juga
diserahkan hanya kepada kaum pria. Sedangkan tugas menjadi ibu dibebankan
kepada wanita saja dan tidak kepada pria.
Pembedaan tersebut karena memang ada perbedaan tabiat fitri yang dimiliki oleh
masing-masing.
---------------------------------------------
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada istrinya.” (QS Al-Baqarah : 228)
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS
4:34).

1
Kelebihan itu adalah qiwamah (pemeliharaan dan perlindungan). Hal ini merujuk
pada perbedaan alami antara dua jenis kelamin yang mewajibkan jenis yang lebih
lemah mendapatkan perlindungan. Hal ini tidak menyiratkan adanya superioritas atau
kelebihan di mata hukum. Nanum peran kepemimpinan laki-laki dalam keluarganya
tidak berarti seorang suami menjadi dictator atas isterinya. Islam menkeankan
pentingnya nasehat dan persetujaun bersama dalam diskusi keluarga. Al-Qur’an
memberi kita contoh:
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. “ (QS Al-Baqarah : 233)
-------------------------------------------------
Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah).
Benar ada hadis yang berbunyi demikian dan yang dipahami secara keliru bahwa
perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang kemudian mengesankan
kerendahan derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan lelaki. Namun, cukup
banyak ulama yang telah menjelaskan makna sesungguhnya dari hadis tersebut.
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, menulis: "Seandainya tidak
tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Kitab Perjanjian Lama (Kejadian
II;21) dengan redaksi yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat
yang keliru itu tidak pernah akan terlintas dalam benak seorang Muslim."
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam
arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan
dengan bijaksana.
--------------------------------------------
Wanita mulia karena mereka adalah ibu kita.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku
untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-
Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)

2
Propaganda

1. Islam mengungkung kebebasan kamu wanita

Inilah secara tepat apa yang saya pada suatu kali perhatikan di Amerika. Dia
memberi tahu saya sebuah kisah dan berkata bahwa dia adalah putra seorang janda
yang kehilangan suaminya pada usia muda tapi dia adalah seorang ibu yang baik. Dia
mengorbankan segala kesenangannya demi dia dan adik perempuannya dan kini,
meskipun adik perempuannya itu belum mencapai usia dewasa, sebagai hasil dari
pengaruh masyarakat dan televisi Amerika, setiap Tom, Dick dan Harry (maksudnya
setiap lelaki – Red) datang dan mengajak saudara perempuannya itu keluar rumah.
Dia berkata bahwa ibunya menangis setiap waktu, khawatir atas apa yang mungkin
terjadi. Putrinya itu polos tapi tak terkendali sebab masyarakat memberinya pesan:
”Kamu adalah tuan untuk dirimu sendiri, lakukan apapun yang kamu sukai dan
capailah kesenangan seperti orang-orang lain.”

-----------------------------

Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan yaitu


bahwa "perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut
membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut".

Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup
beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-
peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Nama-nama seperti Ummu
Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah,
dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan. Ahli
hadis, Imam Bukhari, membukukan bab-bab dalam kitab Shahih-nya, yang
menginformasikan kegiatan-kegiatan kaum wanita, seperti Bab Keterlibatan
Perempuan dalam Jihad, Bab Peperangan Perempuan di Lautan, Bab Keterlibatan
Perempuan Merawat Korban, dan lain-lain.

Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai
bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim
binti Malhan yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay196 --istri Nabi
Muhammad saw. Ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.

Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti
Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi
Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada
Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli. Dalam kitab
Thabaqat Ibnu Sa'ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di mana ditemukan antara
lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan harga jual-beli. Nabi memberi
petunjuk kepada perempuan ini dengan sabdanya:

Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka tetapkanlah harga yang
Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik kemudian Anda diberi atau
tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam menawar atau menawarkan sesuatu).

Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak kulit
binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi
Abdullah ibn Mas'ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak
3
mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini.197 Al-Syifa', seorang perempuan
yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai petugas yang
menangani pasar kota Madinah.198

--------------------------

2. Wanita dan pendidikan dalam Islam

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim (dan Muslimah).

Banyak wanita yang sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan yang menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki. Istri Nabi, Aisyah
r.a., adalah seorang yang sangat dalam pengetahuannya serta dikenal pula sebagai
kritikus. Sampai-sampai dikenal secara sangat luas ungkapan yang dinisbahkan oleh
sementara ulama sebagai pernyataan Nabi Muhammad saw.:

Ambillah setengah pengetahuan agama kalian dari Al-Humaira' (Aisyah).

Demikian juga Sayyidah Sakinah putri Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian
Al-Syaikhah Syuhrah yang digelari Fakhr Al-Nisa' (Kebanggaan Perempuan) adalah
salah seorang guru Imam Syafi'i.

Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang menjadi guru-guru tokoh
mazhab tersebut, yaitu Mu'nisat Al-Ayyubiyah (putri Al-Malik Al-Adil saudara
Salahuddin Al-Ayyubi), Syamiyat Al-Taimiyah, dan Zainab putri sejarahwan Abdul-
Latif Al-Baghdadi.

--------------------------------

3. Wanita dan Hijab

4. Wanita dan Poligami

5. Wanita dan Hak Waris

--------------------------------------------

Ranna Kabbani (1989) dalam bukunya Letter to Christendom yang mencatat: “…in
Islamic society, as in the West, the oppression of women is usually more the result of
poverty and lack of education and other opportunities, than of religion”.

4
Wanita Sumber Masalah?
Dalm doktrin Yahudi dan Kristen, wanita dianggap sebagai biang masalah dan
sumber kajahatan karena dulu telah menggelincirkan Adam dari Surga.
Dari ayat-ayat Al-Quran ditemukan bahwa godaan dan rayuan Iblis tidak hanya
tertuju kepada perempuan (Hawa) tetapi juga kepada lelaki. Ayat-ayat yang
membicarakan godaan, rayuan setan serta ketergelinciran Adam dan Hawa dibentuk
dalam kata yang menunjukkan kebersamaan keduanya tanpa perbedaan, seperti:
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya ... (QS 7:20).
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan keduanya dikeluarkan dari
keadaan yang mereka (nikmati) sebelumnya ... (QS 2:36).
Kalaupun ada yang berbentuk tunggal, maka itu justru menunjuk kepada kaum lelaki
(Adam), yang bertindak sebagai pemimpin terhadap istrinya, seperti dalam firman
Allah:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya (Adam) dan berkata: "Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
punah?" (QS 20:120).
-------------------------------
Namun dalam Islam ada anjuran untuk bersikap waspada dan hati-hati terhadap
fitnah yang bisa muncul dari kaum wanita.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia untuk condong kepada syahwat, yaitu
wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak … .” (Ali Imran: 14).
Takutlah kepada (fitnah) dunia dan takutlah kepada (fitnah) wanita, karena
sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Isra’il dari wanitanya.” (HR.
Muslim)
----------------------------------

5
Wanita dalam Peradaban Lain
Di Athena, kedudukan wanita tidak lebih baik ketimbang di India dan Romawi.
“….Athenian women were always minors, subject to some male…” “Wanita Athena
selalu berada diposisi yang lebih rendah (minor), tunduk terhadap laki-laki – kepada
ayah mereka, saudara laki-laki mereka atau keluarga laki-laki mereka.
Dalam hukum Romawi Kuno, wanita dalam masa sejarah sangat tergantung
sepenuhnya. Jika menikah, dirinya dan hartanya berpindah tangan dalam kekuasaan
suaminya. Jika seorang wanita menikah, maka dia dan seluruh hartanya secara
otomatis menjadi milik sang suami.
Ini hampir sama dengan yang tertulis dalam English Common Law. “All real
property which a wife held at the time of a marriage became a possession of her
husband.” “Semua harta benda riil yang dimiliki seorang perempuan pada saat dia
menikah menjadi milik suaminya.” Hanya pada akhir abad ke 19 keadaan ini mulai
berubah. “Dengan serangkaian peraturan, dimulai dengan Pengaturan Kepemilikan
wanita menikah pada tahun 1870, yang diamandemen pada tahun 1882 dan 1887,
wanita menikah memperoleh hak untuk memuliki harta pribadi.
Sementara itu dalam petuah Cina kuno diajarkan "Anda boleh mendengar
embicaraan
wanita tetapi sama sekali jangan mempercayai kebenarannya."

Dalam tradisi Hindu, hak hidup seorang wanita yang bersuami harus berakhir
pada saat kematian suaminya; istri harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat
suaminya dibakar. Ini baru berakhir pada abad ke-17 Masehi.
Masih dalam tradisi Hindu, sebagaimana tertulis dalam The Encyclopaedia
Britannica, bahwa ciri seorang isteri yang baik adalah wanita yang pikiran,
perkataan, dan seluruh tingkah lakunya selalu patuh pada suaminya bagaimanapun
seorang suami bersikap kepadanya.
Dalam ajaran Yahudi, mereka menganggap wanita sebagai sumber laknat karena
dialah yang menyebabkan Adam terusir dari surga.

Dalam pandangan sementara pemuka/pengamat Nasrani ditemukan bahwa wanita


adalah senjata Iblis untuk menyesatkan manusia. Pada abad ke-5 Masehi
diselenggarakan suatu konsili yang memperbincangkan apakah wanita
mempunyai ruh atalu tidak. Akhirnya terdapat kesimpulan bahwa wanita tidak
mempunyai ruh yang suci. Bahkan pada abad ke-6 Masehi disselenggarakan suatu
pertemuan untuk membahas apakah wanita manusia atau bukan manusia. Dari
pembahasan itu disimpulkan bahwa wanita adalah manusia yang diciptakan semata-
mata untuk melayani laki-laki.

6
Wanita Sebelum Islam
58. dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. 59. ia
Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah,
Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl ayat 58-59)
Diperjualbelikan dijadikan sebagai harta warisan. Bila suaminya meninggal, maka
anaknya yang paling besar dari suaminya mewarisiny. Jika mau ia menikahinya atau
menikahkannya kepada selainnya dan dia mengambil maharnya atau melarangnya
untuk menikah hingga meninggal.
“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh).”(An-Nisa’: 22).
Bahkan dihalangi untuk mendapatkan warisan.
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya,
dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapak dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (An-
Nisa’:7).

You might also like