You are on page 1of 9

KEABSAHAN JUAL BELI HAK ATAS TANAH DIBAWAH TANGAN DI

DESA PATIHAN KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN


(Tinjauan Beberapa Kasus Terkait di Pengadilan Negeri di Surakarta)
Prancisca Romana Dwi Hastuti
(Mahasiswa S2 Program MKN FH UNS)
Email : Cizcalicious@Rocketmail.com

Toto Susmono Hadi


Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hartiwiningsih
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
This study aims to determine why the purchase agreement of land rights under the hand is often done by people
in rural districts Patihan Sidoharjo sragen district and what efforts should be made so that people in rural
districts Patihan Sidoharjo Sragen regency buying and selling land rights in accordance with Government
Regulation Number 24 of 1997 in order permanent legal power and also the validity of the sale and purchase
of land rights is merely carried out under the hand.This study is an empirical law research with the form
of evaluative research. Sources of data used are primary and secondary data sources using data collection
techniques used is by interview and literature study,The next data obtained were analyzed using qualitative
analysis techniques with interactive model.The results of research and studies it is known that the purchase
agreement of land rights under the hand is often done by people in rural districts Patihan Sidoharjo Sragen
regency because it does not cost too much and the process is very easy. then efforts are made so that people
in rural districts Patihan Sidoharjo Sragen regency legal power that remains in the buying and selling of land
rights,that must comply with government regulation number 24 of 1997 article 37. for land that has not been

should actually owners. whereas the validity of the sale and purchase of land rights under the hand that has

Keyword: Validity, buying and selling, land rights, under the hand

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa perjanjian jual beli hak atas tanah dibawah tangan sering
dilakukan oleh masyarakat di desa patihan kecamatan sidoharjo kabupaten sragen dan upaya apa yang harus
dilakukan agar masyarakat di kelurahan patihan kecamatan sidoharjo kabupaten sragen melakukan jual beli
hak atas tanah sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 agar memperoleh kekuatan hukum
tetap dan juga keabsahan jual beli hak atas tanah yang baru sebatas dilakukan dibawah tangan. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan
yaitu sumber data primer dan sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
melalui wawancara dan studi kepustakaan, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis kualitatif dengan model interaktif. Dari hasil penelitian dan kajian diketahui bahwa perjanjian
jual beli hak atas tanah dibawah tangan sering dilakukan oleh masyarakat di desa patihan kecamatan sidoharjo
kabupaten sragen dikarenakan biayanya tidak terlalu banyak dan prosesnya sangat mudah. Kemudian upaya
yang dilakukan agar masyarakat di kelurahan patihan kecamatan sidoharjo kabupaten sragen memperoleh
kekuatan hukum tetap dalam melakukan jual beli hak atas tanah, yaitu harus sesuai Peraturan Pemerintah

dikantor pertanahan, dan harus ada kepastian bahwa penjual harus benar-benar pemilik. Sedangkan keabsahan
dari jual beli hak atas tanah di bawah tangan yang belum atau tidak dilaksanakan dihadapan Pejabat Pembuat
Akta Tanah tidak secara otomatis menjadi tidak sah menurut hukum.
Kata Kunci: Keabsahan, jual beli, hak atas tanah, bawah tangan

117
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

A. Pendahuluan tanah bertujuan untuk memperoleh sertipikat


tanahnya dan memperoleh kepastian hukum yang
Pokok-pokok pikiran yang tercantum di kuat. Perkembangan perekonomian dewasa ini
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara demikian pesat, dunia usaha begitu maju. Maka
Republik Indonesia menekankan bahwa bumi, air tidak dapat dipungkiri dengan majunya bidang-
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya bidang usaha membutuhkan modal yang antara lain
adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bisa dengan perantaraan pertanahan. Karena bidang
seluruh rakyat Indonesia, merupakan pokok-pokok
pertanahan ikut berperan, untuk itu dibutuhkan status
kemakmuran rakyat yang dikuasai oleh Negara hukum, kepastian hukum dari tanah tersebut serta
dan ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kepemilikan secara hukum sebagaimana disebutkan
kemakmuran rakyat Indonesia. Bertitik tolak dari dalam Pasal 19 UUPA ayat 1 yaitu bahwa : (Boedi
pasal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa negara Harsono,2003:558)
dianggap bukan sebagai pemilik tanah dalam suatu “Untuk menjamin kepastian hukum oleh
wilayah negara, tetapi kewenangan negara untuk
pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
menguasai tanah tersebut semata-mata kepentingan seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
masyarakat banyak. ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Tanah sangat erat sekali hubunganya dengan Peraturan Pemerintah. “
kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan Disamping untuk kepastian hukum bagi
tanah bahkan bukan hanya dalam kehidupanya, untuk status tanah tersebut, pendaftaran tanah juga untuk
meninggal pun manusia masih memerlukan sebidang melindungi para pemegang tanah agar kepemilikan
tanah. Tanah mempunyai peranan yang penting haknya tidak terganggu oleh pihak-pihak yang
dalam kehidupan manusia karena mempunyai berkepentingan terhadap tanahnya.Untuk itu
fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital
ditegaskan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA,
asset. Sebagai social asset tanah merupakan bahwa : (Boedi Harsono,2003:558)
sarana pengikat kesatuan di kalangan masyarakat “Pendaftaran tanah dalam Pasal ini meliputi:
Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak
dan bernegara, sedangkan capital asset tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
merupakan faktor modal dalam pembangunan dan kuat.”
tanah harus dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan rakyat secara adil dan Alat pembuktian diberikan berupa sertipikat
merata, juga harus dijaga kelestariannya. (Achmad sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 point 20
Rubaie,2007:1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
24 tahun 1997, yaitu : (BPN,1998:5)
Dalam masyarakat, perolehan tanah lebih “Sertipikat adalah surat tanda bukti hak
sering dilakukan dengan pemindahan hak, yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2
dengan melalui jual beli.. Perkataan jual beli dalam huruf c UUPA untuk tanah, hak pengelolaan
pengertian sehari-hari dapat diartikan, di mana tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah
seseorang melepaskan uang untuk mendapatkan susun dan hak tanggungan yang masing-masing
barang yang dikehendaki secara sukarela. Kemudian sudah dibukukan dalam buku tanah yang
menurut Hukum Perdata (BW) Pasal 1457 disebutkan bersangkutan.”
bahwa jual–beli tanah adalah suatu perjanjian dengan
mana penjual mengikatkan dirinya (artinya berjanji) Mengingat pentingnya kepastian hukum dalam
untuk menyerahkan tanah yang bersangkutan kepada setiap peralihan tanah sebagai akibat dari transaksi
pembeli yang mengikatkan dirinya untuk membayar jual beli hak atas tanah maka oleh UUPA diwajibkan
kepada penjual harga yang telah disepakatinya. untuk melakukan pendaftaran peralihan hak karena
jual beli tersebut. Dalam prakteknya masyarakat
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa UUPA di Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten
merupakan perangkat hukum yang mengatur di Sragen dalam transaksi jual beli hak atas tanah
bidang pertanahan dan menciptakan hukum tanah masih banyak dilakukan dibawah tangan yaitu jual
nasional yang tunggal yang didasarkan pada hukum beli hak atas tanah antara penjual dan pembeli yang
adat sebagai hukum yang asli yang disesuaikan dilakukan di hadapan kepala desa yang bersifat tunai,
dengan kepentingan masyarakat dalam negara nyata dan terang. Tunai dan nyata artinya bahwa
yang modern. Pendaftaran tanah bagi pemilik pada saat pembeli membayar harga tanah kepada

118
Prancisca Romana Dwi Hastuti. Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah Dibawah Tangan ...

penjual, maka pada saat itu tanah telah beralih dari Sistem pendaftaran tanah yang dianut di Negara
penjual kepada pembeli atau dengan kata lain bahwa Indonesia adalah sistem pendaftaran tanah negatif
sejak saat itu pembeli telah mendapatkan hak milik bertendensi positif, artinya walaupun terdapat tanda
atas tanah tersebut. Sedangkan terang artinya bahwa bukti pemilikan tanah (sertipikat) yang mempunyai
dengan dilakukannya jual beli dihadapan kepala kekuatan hukum tetapi masih dimungkinkan untuk
desa sudah terjamin bahwa tidak terjadi pelanggaran di persoalkan (dibatalkan) oleh pihak lain yang
hukum dalam jual beli tersebut atau jual beli itu mempunyai alasan hukum yang kuat melalui sistem
dianggap terang sehingga masyarakat mengakui peradilan hukum tanah Indonesia. Hal ini seperti
keabsahannya. terlihat pada Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23
ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2)
Namun jika dikaji lebih mendalam perjanjian
UUPA. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk
jual beli di bawah tangan tersebut tetap rawan, karena
menghimpun dan menyediakan informasi yang
tidak memberikan kepastian hukum. Kepastian
lengkap mengenai bidang-bidang tanah dipertegas
hukum adalah keadaan dimana suatu peraturan dibuat
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor
dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara
24 Tahun 1997.
jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak terdapat
kekaburan norma atau keraguan (multitafsir) dan Dalam rangka memberikan kepastian hukum
logis dalam artian menjadi suatu sistem norma kepada para pemegang tanah dalam Peraturan
dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau Pemerintah ini diberikan penegasan mengenai
menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum sejauh mana kekuatan pembuktian sertipikat, yang
menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh
tetap, konsisten dan konsekuen, yang pelaksanaannya UUPA. Untuk itu diberikan ketentuan bahwa selama
tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang
sifatnya subjektif. Kepastian hukum mengandung data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat
arti bahwa setiap perbuatan hukum yang dilakukan harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam
harus menjamin kepastian hukumnya. pembuatan hukum sehari-hari maupun dalam
sengketa di Pengadilan. Sepanjang data tersebut
Sertipikat tanah menjadi hal yang penting bagi
sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur
masyarakat karena merupakan bukti yang kuat
dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 ayat
dan sah secara hukum atas kepemilikan bidang
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997),
bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah
prosedur dan tata cara yang sesuai dengan peraturan
bersertipikat atas nama orang atau badan hukum
perundang-undangan yang berlaku. Adapun lembaga
lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya
yang berwenang untuk menerbitkan sertifikat
sertipikat itu dia tidak mengajukan gugatan pada
tanah adalah Badan Pertanahan Nasional. Dengan
Pengadilan. Sedangkan tanah tersebut diperoleh
terdaftarnya bagian tanah tersebut sebenarnya
orang atau badan hukum lain dengan itikad baik
tidak semata-mata akan terwujudnya jaminan
keamanan akan kepemilikannya dalam menuju
orang lain atau badan hukum yang mendapatkan
kepastian hukum. Bahkan seseorang pemilik akan
persetujuannya berdasarkan Peraturan Pemerintah
mendapatkan kesempurnaan dari haknya, karena
Nomor 24 tahun 1997.
hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya rasa aman dalam memiliki tanah Berdasarkan uraian diatas, penulis hendak
(security); mengkaji lebih lanjut tentang Keabsahan Jual Beli
2. Mengerti dengan baik apa dan bagaimana yang Hak Atas Tanah di Bawah tangan di Desa Patihan
diharapkan dari pendaftaran tersebut (simplity); Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Tinjauan
3. Adanya jaminan ketelitian dalam sistem yang beberapa Kasus terkait di Pengadilan Negeri
dilakukan (accuracy); Surakarta).
4. Mudah dilaksanakan (expedition);
5. Dengan biaya yang bisa dijangkau oleh
semua orang yang hendak mendaftarkan tanah
B. Metode Penelitian
(cheapness), dan daya jangkau ke depan dapat Penelitian ini merupakan penelitian hukum
diwujudkan terutama atas harga tanah itu kelak empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
(suitable). mencari kebenaran data dila pangan. Pa da

119
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada penjual dan dibuatnya perjanjian dihadapan
awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian kepala desa. Perbuatan hukum jual beli secara
dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer terang maksudnya adalah jual beli dilakukan di
dilapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono hadapan kepala desa untuk memastikan bahwa
Soekanto,2008:43). Sumber data primer diperoleh perbuatan itu tidak melanggar ketentuan hukum
dari hasil wawancara dan sumber data sekunder yang berlaku.
dengan studi dokumen yang dapat berupa jurnal,
A d a p u n fa k t o r p e n y e b a b s e r i n g
buku-buku aktual, arsip, dokumen-dokumen,
dilakukannya pembelian tanah yang belum
peraturan perundang-undangan, laporan, hasil
atau tidak sekaligus dilaksanakan dihadapan
penelitian, media elektronik serta bahan kepustakaan
PPAT antara lain:
lainnya. Teknik analisis dengan menggunakan teknik
a. masyarakat kurang paham atau bahkan
analisis kualitatif model interaktif.
ketidaktahuan dari si pelaku transaksi baik
penjual maupun pembeli tanah mengenai
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ketentuan hukum yang berlaku;
1. Perjanjian Jual beli hak atas tanah Dibawah b. Mula pertama atas dasar hanya karena
Tangan Sering Dilakukan Oleh Masyarakat saling percaya antara penjual dan pembeli
Di Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo dan ketidaktahuan atas hak-hak dan
Kabupaten Sragen. kewajiban selaku penjual dan pembeli
tanah;
Hukum tanah nasional konsepsinya di c. Tanah yang menjadi obyek jual beli belum
dasarkan pada hukum adat dan pelaksanaannya
mengingat bahwa hukum agraria sekarang ini belum dikonversi;
memakai sistem dan asas-asas hukum adat d. Belum mempunyai biaya untuk peralihan
maka jual beli hak atas tanah sekarang harus haknya atau bahkan juga belum mempunyai
pula diartikan sebagai perbuatan hukum yang dana untuk membayar Pajak Penghasilan
berupa penyerahan hak milik atau penyerahan (PPh) maupun Bea Perolehan Tanah dan
tanah untuk selama-lamanya. Oleh penjual Bangunan (BPHTB);
kepada pembeli yang pada saat itu juga e. Jenis tanahnya masih merupakan tanah
menyerahkanharganya kepada penjual. (Boedi pertanian (sawah/tegal),sedangkan yang
Harsono,2000: 23) dibeli hanya sebagian,sehingga harus
Masyarakat di Desa Patihan Kecamatan dimohon perubahan status tanah tersebut
Sidoharjo Kabupaten Sragen termasuk masyakat lebih dahulu menjadi tanah perumahan/
yang masih menggunakan aturan Hukum Adat pekarangan;
yang berlaku. Hal ini bisa dilihat dari cara hidup f. Jenis tanahnya masih tanah
masyarakatnya yang masih melakukan praktek pertanian,sedangkan pembeli bertempat
jual beli hak atas tanah dibawah tangan. Syarat tinggal diluar wilayah kecamatan letak
sahnya jual beli hak atas tanah menurut hukum tanah yang menjadi obyek jual beli atau
adat adalah terpenuhinya tiga unsur yaitu tunai, bahkan diluar kabupaten atau propinsi,
riil dan terang. Yang dimaksud dengan tunai se hingga ma sih me nunggu prose s
adalah penyerahan hak oleh penjual dilakukan perpindahan penduduk bagi pembeli agar
bersamaan dengan pembayaran oleh pembeli tidak melanggar ketentuan mengenai
dan seketika itu juga hak sudah beralih. Harga absente,atau dalam hal demikian ditempuh
yang dibayarkan itu tidak harus lunas, selisih jalan dimohon/diproses permohonan
harga dianggap sebagai hutang pembeli kepada perubahan jenis tanah menjadi tanah
penjual yang termasuk dalam lingkup hukum perumahan lebih dahulu.
hutang piutang bukan hukum pertanahan. g. Guna memudahkan proses peralihan
haknya dikarenakan pemilik tanah sudah
Sifat riil berarti bahwa kehendak yang meninggal dunia, sedangkan ahli warisnya
telah diucapkan oleh penjual dan pembeli berjumlah cukup banyak. Sebagian besar
harus diikuti dengan perbuatan nyata, misalnya dari mereka sudah berusia lanjut dan
dengan diterimanya uang pembayaran oleh bertempat tinggal jauh dari lokasi tanah
yang dijual.

120
Prancisca Romana Dwi Hastuti. Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah Dibawah Tangan ...

Menurut Sekretaris desa bapak Sumardi pembayaran harga tanah diserahkan kepada
selaku sekertaris desa di desa Patihan ini pembeli. Demikian pula pertemuan kehendak
masih terdapat praktek jual beli hak atas tanah harus dikonkritkan dengan penyerahan panjar
di bawah tangan. Mereka melakukan jual beli supaya mengikat secara hukum adat.
hak atas tanah di bawah tangan disebabkan
Transaksi jual beli hak atas tanah tersebut
biayanya tidak terlalu banyak dan prosesnya
dapat dibuat diatas kertas segel atau tanpa kertas
sangat mudah, yaitu cukup dihadiri oleh Kepala
segel dan harus dibubuhi materai yang dibuat
Desa dan saksi-saksi, maka proses jual beli hak
oleh para pihak di hadapan kepala desa yang
atas tanah yang terjadi sudah sah.
bersangkutan dan sekaligus sebagai penyerahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan menurut hukum adatatas tanah telah beralih
Bapak Sumardi, bahwa masyarakat Desa kepada pembeli.
Patihan ini masyarakatnya masih memilih
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
menggunakan praktek jual beli hak atas tanah
disimpulkan bahwa jual beli pada masyarakat di
di bawah tangan karena prosesnya yang mudah,
Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten
cepat selesai,praktis dan biayanya lebih murah
Sragen dilakukan menurut hukum adat yang
dibandingkan dengan jual beli hak atas tanah
dalam pelaksanaannya hanya dilakukan di
yang dilakukan didepan PPAT. Sebenarnya
hadapan kepala desa yang bersifat tunai, riil
Bapak Sumardi sudah menganjurkan pada
dan terang.Jual beli tersebut tetap sah walaupun
masyarakat, agar melakukan jual beli hak
telah diatur dalam Peraturan pemerintah Nomor
atas tanah sebaiknya dilakukan ke PPAT
10 tahun 1961 yang telah disempurnakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
masyarakat masih memilih jual beli hak atas
1997 tentang Pendaftaran tanah sepanjang
tanah secara bawah tangan.
syarat-syarat materiil terpenuhi yaitu adanya
Mengenai ikut sertanya kepala desa dalam para pihak, tanah sebagai objek jual beli dan
jual beli hak atas tanah, Makamah Agung harga yangtelah disepakati.
dalam Yurisprudensinya tanggal 13 Desember
2. Upaya Yang Dilakukan Agar Masyarakat
1958 No. 4/K/RUP/1958 menyatakan bahwa
di Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo
ternyata ikut sertanya kepala desa diharuskan
Kabupaten Sragen Melakukan Jual beli
sebagai syarat mutlak oleh hukum adat, hanya
hak atas tanah Sesuai Dengan Peraturan
percampuran kepala desa atau kesaksian
kepala desa itu merupakan faktor yang lebih Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Agar
menyatakan keyakinan bahwa suatu jual beli hak Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap.
atas tanah adalah sah. Dalam putusan Makamah Pokok-pokok pikiran yang tercantum
Agung tanggal 12 Juni 1975 No.952/K/ di dalam Pasal 33 menekankan bahwa bumi,
SIP/1975 dalam pertimbangan hukumnya air dan kekayaan alam yang terkandung di
menyebutkan bahwa jual beli menurut hukum dalamnya adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa
adat sah apabila dilakukan secara riil dan tunai kepada seluruh rakyat Indonesia, merupakan
serta diketahui oleh kepala desa. pokok-pokok kemakmuran rakyat yang dikuasai
Keputusan dari Makamah Agung tersebut oleh Negara dan ditujukan untuk mencapai
sesuai dengan asas dari hukum adat. Apabila jual sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
beli tersebut tidak dilakukan di hadapanPejabat Bertitik tolak dari pasal tersebut di atas, maka
jelaslah bahwa negara dianggap bukan sebagai
Pembuat Akta Tanah (PPAT) jual beli tersebut
pemilik tanah dalam suatu wilayah negara, tetapi
tetap sah karena UUPA berdasarkan hukum
adat dan pengertian jual beli menurut UUPA kewenangan negara untuk menguasai tanah
menggunakan asas dari hukum adat yaitu tersebut semata-mata kepentingan masyarakat
konkrit dan nyata. banyak.

Di dalam hukum adat sistem yang dipakai Menurut penulis upaya yang harus
dilakukan untuk masyarakat di Desa Patihan
berkenaan dengan jual beli hak atas tanah dikenal
dengan sistem konkrit atau kontan dan terang Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen agar
yaitu perpindahan hak atas tanah serentak begitu melakukan jual beli hak atas tanah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24

121
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

tahun1997 tentang Pendaftaran Tanah. Yaitu berwenang menurut peraturan perundang-


untuk memberikan suatu bentuk jaminan akan undangan yang berlaku.
adanya kepastian hukum atas kepemilikan
Jual beli hak atas tanah sah secara hukum
tanah.
dengan dibuatnya akta jual beli yang merupakan
Dalam peraturan pemerintah Nomor 24 pembuktian bahwa telah terjadi jual beli hak
Tahun 1997 ditentukan bahwa pendaftaran tanah atas tanah yaitu pembeli telah menjadi pemilik.
diselenggarakan untuk memberikan jaminan Pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual
kepastian hukum di bidang pertanahan dan beli di Kantor Pertanahan bukanlah merupakan
bahwa sistem publikasinya adalah negatif tetapi syarat sahnya jual beli yang telah dilakukan
mengandung unsur positif. tetapi hanya untuk memperkuat pembuktian
terhadap pihak ketiga. Pelaksanaan pembuatan
Daya pembuktian sertifikat tidak bisa
akta jual beli di hadapan pejabat pembuat akta
dilepaskan dari kewenangan Pejabat Tata
tanah harus dihadiri oleh para pihak yang
usaha Negara, yakni Kepala Badan Pertanahan
melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan
Nasional/Kantor Pertanahan yang telah
atau oleh orang yang dikuasakan dengan surat
kuasa tertulis sesuai dengan peraturan yang
yang tentunya dapat dipercaya oleh orang
berlaku. Pembuatan akta jual beli juga harus
yang namanya tercantum dalam sertifikat
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
tersebut. Di dalam daya pembuktian terdapat
saksi yang memenuhi syarat.( Ketut Dezy Ari
daya pembuktian formal dan daya pembuktian
Utami, 2014:5)
materil. Daya pembuktian materil, isi keterangan
berlaku sebagai kebenaran buat siapapun dan Jual beli hak atas tanah yang tidak dilakukan
di hadapan pejabat pembuat akta tanah atau
untuk kemanfaatannya, untuk keperluan siapa dilakukan menurut hukum adat, maka berkaitan
keterangan itu diberikan. Sedangkan daya dengan pendaftaran tanah menurut UUPA yaitu
pembuktian formil Kepala Badan Pertanahan pada Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nasional/Kantor Pertanahan menerangkan apa Nomor 24 tahun 1997 telah ditegaskan bahwa
yang berada di atas tanda tangannya dan orang setiap peralihan hak atas tanah karena jual
beli harus dibuktikan dengan akta yang dibuat
pemiliknya. oleh pejabat pembuat akta tanah. Jadi untuk
melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah
3. Keabsahan Jual beli hak atas tanah Di pada Kantor Pertanahan diperlukan suatu alat
Bawah Tangan. bukti bahwa telah dilakukan perbuatan hukum
jual beli yang menurut Pasal 37 ayat 1 bahwa
Berdasarkan hasil penelitian penulis di alat bukti harus berupa akta yang dibuat oleh dan
Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten dihadapan pejabat pembuat akta tanah.
Sragen, masyarakatnya banyak melakukan
jual beli secara dibawah tangan yaitu jual beli Untuk dapat memenuhi ketentuan tersebut
yangdilakukan di hadapan kepala desa, tetapi maka cara yang dapat dilakukan pemohon
apabila ada masyarakat yang ingin mendapatkan (pembeli) untuk dapat melakukan pendaftaran
sertipikat tanah atas namanya atau dengan peralihan hak atas tanah karena jual beli adalah
membalik nama sertipikat atas nama penjual dengan terlebih dahulu melakukan pengulangan
menjadi atas nama pembeli pada Kantor transaksi jual beli di hadapan pejabat pembuat
Pertanahan. Berdasarkan ketentuan Pasal 37 akta tanah untuk mendapatkan akta jual
ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun beli yang merupakan salah satu persyaratan
1997 tentang Pendaftaran Tanah ditegaskan pendaftaran peralihan hak atas tanah.
bahwa peralihan hak atas tanah melalui jual Selain melakukan pengulangan transaksi
beli, tukar menukar, hibah dan perbuatan hukum jual beli di hadapan pejabat pembuat akta
pemindahan hak lain kecuali lelang hanya dapat tanah, masyarakat Desa Patihan Kecamatan
didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang Sidoharjo Kabupaten Sragen untuk dapat
dibuat oleh Pejabat pembuat akta tanah yang mendaftarkan peralihan hak atas tanahnya di

122
Prancisca Romana Dwi Hastuti. Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah Dibawah Tangan ...

Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen adalah pertama menyerahkan barangnya serta


dengan meminta putusan pengadilan yang menjamin pihak pembeli memiliki barang
menyatakan bahwa jual beli menurut hukum itu tanpa ada gangguan dari pihak lain dan
adat yang pernah terjadi adalah sah menurut kedua bertanggung jawab terhadap cacat-
hukum dan pemohon (pembeli) adalah pemilik cacat yang tersembunyi. Sedangkan pihak
sah dari tanah yang bersangkutan. Dengan pembeli wajib membayar harga pada waktu
adanya putusan pengadilan tersebut dapat dan tempat yang telah ditentukan.
dijadikan dasar untuk digunakan sebagai salah b. Keabsahan Dari Jual beli hak atas
satu persyaratan pendaftaran peralihan hak atas tanah Ditinjau Dari Badan Pertanahan
tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen. Nasional Kabupaten Sragen
a. Keabsahan Jual beli hak atas tanah
Menurut Bapak Suhondo selaku Wakil
di Bawah Tangan di Desa Patihan
Kepala seksi Hak Tanah dan Pendaftaran
Kecamatan Sidoharjo Kabupaten
Tanah Badan Pertanahan Nasional Kabu-
Sragen ditinjau dari Sekretaris Desa
paten Sragen Menanggapi masalah jual beli
Patihan.
hak atas tanah di bawah tangan. Menurut
Masih adanya masyarakat yang Badan Pertanahan Nasional belum/tidak
melakukan proses jual beli hak atas tanah sah,karena sesuai peraturan hukum per-
di bawah tangan menurut pandangan tanahan, jual beli hak atas tanah dibawah
Bapak Sumardi selaku Sekretaris Desa tangan tidak merupakan perbuatan hukum.
Patihan Kecamatan Sidoharjo selama ini
Sahnya jual beli ditentukan oleh
masyarakat melakukan proses tersebut
terpenuhinya syarat-syarat materiil bagi
aman-aman saja dan tidak ada sengketa
jual beli:
sampai pada saat ini. Karena pada umumnya
proses jual beli yang terjadi di desa ini 1) Syarat-syarat umum bagi sahnya suatu
ketika kesepakatan terjadi antara penjual perbuatan hukum (Pasal 1320 KUH
dan pembeli,selanjutnya dilaksanakan Perdata);
proses jual beli disaksikan oleh Kepala 2) Pembeli memenuhi syarat bagi
Desa. Sehingga hal ini dilakukan untuk pemegang hak atas tanahnya;
menguatkan bahwa telah terjadi peralihan 3) Tidak dilanggar ketentuan Landreform;
tanah yang dijual. 4) Dilakukan secara tunai, terang, dan
nyata. (Kpts MA 123/K/1970)
Dalam perjanjian, tidak melihat per-
janjian semata-mata tetapi dilihat pula Jual beli dilakukan di hadapan Kepala
perbuatan sebelumnya atau yang menda- Desa adalah sah menurut hukum, bilamana
huluinya, yaitu olehnya dibagi dalam tiga dipenuhi syarat-syarat materiilnya yang
tahap yaitu: disebutkan di atas. Jual beli yang dilakukan
1) Ta ha p a da nya pe nawa ra n da n di hadapan Kepala Desa memenuhi
penerimaaan. syarat terang, artinya tidak dilakukan
2) Tahap adanya persesuaian pernyataan secara sembunyi-sembunyi. Tetapi Kepala
kehendak antara pihak. Kantor Pertahanan akan menolak untuk
3) Tahap pelaksanaan perjanjian. mendaftarnya.

Perjanjian jual beli adalah suatu B e r d a s a rk a n h a s i l p e n e l i t i a n


perjanjian dimana pihak yang satu dilapangan, dan wawancara dengan bapak
menyanggupi akan menyerahkan hak milik Suhondo, beliau mengatakan, bahwa
atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya sahnya jual beli hak atas tanah tanpa
menyanggupi akan membayar sejumlah melibatkan Pejabat Pembuat Akta Tanah
uang sebagai harganya. Untuk terjadinya (PPAT), adalah sah, tapi perbuatan hukum
perjanjian ini cukup apabila kedua belah tersebut tidak dapat didaftarkan, pada
pihak sudah mencapai persetujuan tentang kantor Pertanahan untuk melakukan
barang dan harganya. Pihak penjual perubahan data kepemilikan atau balik
mempunyai dua (2) kewajiban pokok yaitu nama.

123
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

c. Tinjauan Beberapa Kasus Jual beli tersebut pihak penggugat dalam


hak atas tanah di Bawah Tangan di kedudukannya sebagai pembeli
Pengadilan Negeri Surakarta dinyatakan kalah atau jual belinya
tidak mendapatkan pengesahan,namun
Dibawah ini merupakan kasus Jual
bagaimana dengan uang yang sudah
beli hak atas tanah di Bawah Tangan yang
terlanjur dibayar oleh pihak pembeli,
telah mendapatkan keputusan-keputusan
ternyata tidak ada penyelesaian
tersebut adalah:
didalam putusan.
1) Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
2). Putusan Pengadilan Negeri Pembeli
No.26/Pdt/2003/ PN.Ska
dinyatakan menang.
2) Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
Berdasarkan Putusan Pengadilan
No.153/Pdt.G/2010/PN.Ska
Negeri Surakarta No.153 /Pdt.G/2010
Dari dua Putusan tersebut,satu putusan / PN. Ska.
menyatakan pihak pembeli kalah,sehingga Penggugat dalam kedudukanya
mengakibatkan pihak pembeli tidak Pihak pembeli Pardiman Parto Diyono
mendapat perlindungan hukum atas ingin melakukan balik nama yang
pembelian tanah yang dilakukan belum semula atas nama Nyonya Djajadi alias
dihadapan PPAT. Sedangkan satu putusan Siti Asijah sejak tanggal 28 juni 1978
menyatakan pihak pembeli mendapatkan telah dikonversi menjadi Sertifikat
perlindungan hukum atas pembelian tanah Hak Milik No.175,yang semula
yang belum dilaksanakan dihadapan PPAT atas nama Nyonya Djajadi alias Siti
1) Putusan Pengadilan Negeri Pembeli Asijah, berdasarkan Surat Keterangan
dinyatakan kalah. Waris tanggal 18 Desember 1977
Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.Agr/Stb/20/12/1977 telah berubah
No.26/Pdt/2003/ PN.Ska menjadi atas nama Tergugat dalam
Walaupun Jual beli hak atas tanah kedudukanya Pihak Penjual yang juga
Sengketa tersebut telah memenuhi merupakan ahliwaris yaitu Soedjajadi,
ketentuan Hukum Adat, yaitu secara Kusumo digdiyo, Sri Soebekti, Moch.
terang tunai dan nyata. “TERANG” Hariyadi.
dilakukan dihadapan Pejabat Desa dan Kendati hukum adat mengukuhkan
dicatat dalam Buku Desa/Kelurahan sahnya jual beli hak atas tanah yang
Purwosari (tanah sengketa saat Jual tidak dilakukan dihadapan Pejabat
; Pembuat Akta Tanah,tetapi dalam hal
telah terbayar lunas, dan NYATA; ini pembeli mengalami kesukaran
untuk membuktikan haknya atas
sejak Jual Beli hingga saat ini tetapi tanah yang sudah dibelinya. Tanpa
pada kenyataanya permohonan adanya akta dari Pejabat Pembuat
peninjauan kembali pemohon ditolak Akta Tanah sukar bagi pembeli untuk
karena perjanjian jual beli dibawah mendaftarkan tanahnya di kantor
tangan dianggap tidak mengakibatkan pertanahan yang berwenang..
beralihnya hak. Akta jual beli hak atas tanah yang
Dengan tidak diterimanya perkara dibuat dihadapan Pejabat Pembuat
pihak penggugat (Pihak Pembeli) Akta Tanah berfungsi sebagai alat
oleh Pengadilan Negeri,menjadikan pembuktian beralihnya tanah untuk
kedudukan pihak pembeli sama sekali keperluan pendaftaran atas tanah
tidak mendapat perlindungan hukum pembeli sebagai pemegang hak
atas pembelian tanah yang tidak/ terakhir. Namun dalam hal ini Pejabat
belum dilakukan dihadapan PPAT Pembuat Akta Tanah tidak dapat
tersebut. membuat akta jual beli hak atas
Putusan Pengadilan Negeri tanah dihadapannya dikarenakan
Surakarta No.26/Pdt/2003/ PN.Ska persyaratan administratif tidak
lengkap. (Marindi Cintyana,2012:30)

124
Prancisca Romana Dwi Hastuti. Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah Dibawah Tangan ...

Dalam kasus ini dijumpai bahwa cara-cara mendaftarkan tanah dan pentingnya
pemegang hak yang lama yaitu Pihak pendaftaran tanah.
Penjual sudah meninggal dan para 2. Diharapkan adanya kesadaran dari para
ahli warisnya sudah tidak diketahui masyarakat, untuk tidak melakukan jual beli
keberadaannya secara pasti. Karena di bawah tangan, karena pada akhirnya hal itu
kesulitan tersebut maka Pejabat akan merugikan para pihak.
Pembuat Akta Tanah mengusulkan 3. Bagi masyarakat yang belum memiliki sertipikat
kepada pembeli untuk memohon tanah, jika sudah memiliki biaya segera
Putusan Pengadilan Negeri mengenai mendaftarkan tanahnya untuk memperoleh
kepemilikan Tanah yang dimaksud. sertipikat. Dimana sertipikat sebagai alat bukti
Dan un tuk ka sus in i te rnyat a kepemilikan tanah yang sah. Hal ini berdasarkan
Pengadilan Negeri mengabulkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
permohonan pembeli sebagai pemilik tentang Pendaftaran Tanah.
sah tanah tersebut.

D. Kesimpulan Daftar Pustaka


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Achmad Rubaie.2007.Hukum Pengadaan Tanah Untuk
dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Kepentingan Umum. Malang: Bayumedia
1. Di Kecamatan Sidoharjo yang masih terdapat Publishing.
praktek jual beli hak atas tanah di bawah tangan
Boedi Harsono. 2000. Hukum Agraria Indonesia.
yaitu Desa Patihan. di Desa Patihan ini masih Jakarta: Djambatan.
terdapat praktek jual beli hak atas tanah di
bawah tangan. Menurut masyarakat di Desa Boedi Harsono.2003. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah
patihan, mereka melakukan jual beli hak atas Pembentukan UUPA dan Pelaksanaannya.
tanah di bawah tangan disebabkan biayanya Jakarta:Djambatan.
tidak terlalu banyak dan prosesnya sangat BPN. 1998. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta:
mudah, yaitu cukup dihadiri oleh Kepala Desa Koperasi Bumi Bhakti BPN.
dan saksi-saksi, maka proses jual beli hak atas
tanah yang terjadi sudah sah. Desa tersebut Ketut Dezy Ari Utami.” Perlindungan Hukum
masyarakatnya masih melakukan jual beli hak Pemegang Hak Atas Tanah Berdasarkan Jual
atas tanah di bawah tangan. Hal ini dikarenakan Beli Di Bawah Tangan (Kajian Terhadap
keterbatasan biaya, waktunya lebih cepat dan Putusan Nomor: 1860K/Pdt/2005)”. Diponegoro
Law Review.Volume 1 Nomor 3 Tahun 2014
prosesnya tidak memakan waktu yang lama.
2. Upaya masyarakat dalam melakukan jual Marindi Cintyana. “Keabsahan Jual Beli di Bawah
beli hak atas tanah harus sesuai Peraturan
Pemerintah nomor 24 tahun 1997 Pasal 37. Perka ra No.305/ Pdt .G/2009/ PN.Sm g)”
.Diponegoro Law Review.Volume 1.Nomor 4
sesuai dengan buku tanah yang ada dikantor Tahun 2012.
pertanahan. Ada kepastian bahwa penjual harus Soerjono Soekanto.1984. Pengantar Penelitian Hukum.
benar-benar pemilik. Jakarta: UUI Press.
3. Keabsahan dari jual beli hak atas tanah di bawah
tangan yang belum atau tidak dilaksanakan B.Waluyo. 1991. Penelitian Hukum Dalam Praktek.
dihadapan PPAT dan baru dilakukan dengan
perjanjian dibawah tangan, sepanjamg telah Surojo Wignjodipuro.1982. Pengantar dan Asas-asas
dipenuhinya syarat “tunai” dan “terang” dalam Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung.
jual beli hak atas tanah tersebut, maka jual beli
demikian tetap sah dan berharga. Wiryono Projodikoro. 2000. Hukum antar golongan di
Indonesia. Bandung: Sumur.
E. Saran
1. Penyuluhan-penyuluhan secara intensif dari
Kantor Kepala Desa kepada masyarakat akan

125

You might also like