You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang
mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga
mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632
M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam
sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya
secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi
Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi
Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang
pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum
muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yng
menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat
berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat
pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai
pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai
setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang
paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut
dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq
menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat
pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan beliau
terdapat beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan
zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani beliau dengan baik.
Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan
dan rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai yaitu:
1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah
3. Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
4. Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah yang dilakukan Abu
Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya
5. Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran SKI
2. Mengetahui sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui peran penting beliau dalam Islam
4. Mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa beliau menjadi khalifah
5. Mengambil pelajaran bagaimana cara beliau memimpin umat
6. Bahan diskusi sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq sesungguhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya
1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu
masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam,
sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan
kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan
semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk
mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang
nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki.
Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian
ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pad Ka’bah. Dan
lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain
Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya
dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam
Islam. Bakar berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi.
Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu
Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-
anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
2. Karakteristik Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah menerangkan karakter
bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya
selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak
bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam.” Begitulah
karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu
memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki
azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita
mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh
dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi
Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-
hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.

3. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa
Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari
Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan
sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi
pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin
al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian
mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut
dengan as-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya
Rasulullah.

B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam
Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah, dan merupakan
orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang sangat berjasa besar
dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah karena
Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat mengenai jarak waktu antara
tahun gajah denga waktu kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa beliau
dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6 bulan, ada yang
berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan jumlah bulannya.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya. Bahkan Abu
Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan
terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu
menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan bahkan diriwayatkan
bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan menjadi rujukan
dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan
Rasulullah pernah bersabda mengenai hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah
R.A.
‫إن أبا بكر أعلم قريش بأنسابها‬
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang Quraisy yang paling mengetahui nasab-nasab
mereka.”
Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering berdagang ke negeri Syam. Beliau
menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil hingga dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat
Rasulullah menjadi pedagang.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam


Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud
kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci.
Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah.
Dalam perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama demi
mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis yang sering
menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang
lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan orang-orang yang masih berpegang
pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal dkk. Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia
duduk di sekitar Ka’bah, saat itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah
Umayyah ibnu Abi As Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?”
(maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik” maka Ibnu Abi Shalt pun
bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?” dan beliau pun menjawab: “Belum”
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat dengan
Rasulullah Muhammad Saw. di masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam
Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan.
Adapun kisah keIslaman beliau adalah sebagai berikut:
“Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar yang
dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan
kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah menjawab: “Benar,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku untuk menyampaikan
risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan benar. Demi Allah ini adalah risalah yang
benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan
janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya.”
Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan tidak pula
mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan sekutu-sekutu
Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai seorang
mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat yang mengatakan
bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau juga
merupakan orang yang pertama kali shalat bersama Nabi Saw.
b. Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar
peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-sahabat besar yang
masuk Islam melalui Abu Bakar Ah Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin
Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah,
Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya
untk memeluk Islam dan berhasil mengIslamkan putrinya Aisyah dan Asma’, putranya Abdullah,
Istrinya Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau. Abu Bakar
belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup dengan
sekedar percaya belaka, namun lebih dari itukeimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang
muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar dalam
penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika
umat Islam masih berjumlah 38 orang, Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam tidak lagi
menyembunyikan keIslamannya. Meski Rasul sendiri awalnya menolak usulan ini, namun Abu
Bakar terus mendesak hingga Rosul pun menerima usulan ini. kemudian ketika berada di Masjidil
Haram Abu Bakar pun berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah orang
yang pertama kali berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang musyrik segera
mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung Bani Taim segera datang dan
menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketiak itu bani Taim yang melihat luka-luka Abu
Bakar yang parah menghawatirkan kalau Abu Bakar akan meninggal. Sehingga mereka kembali ke
Masjid dan memberikan pengumuman bahwa kalau sampai Abu Bakar meninggal maka mereka
akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar terus
menyanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar) diminta untuk
membujuknya agar mau makan. Namun ia tetap saja terus menanyakan Nabi Muhammad Saw.
karena ibunya memang tak tau menahu tentang keadaan Rosul, maka Abu Bakar memintanya untuk
menayakannya kepada Ummu Jamil binti Khattab. Ummu Jamil pun datang menemui Abu Bakar
dan mengabarkan padanya bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan sekarang sedang berada di
Darul Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui Rasulullah di Darul Arqam.
Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat kedatangan beliau. Saat itulah ia meminta agar
Rasulullah mengajak ibunya untuk masuk Islam dan mendoakannya agar bisa terselamatkan dari
siksa neraka. Kemudian Rosulpun mendoakan dan mengajaknya kepada Islam. Ummu Khair pun
masuk Islam.
Itu hanyalah salah satiu contoh kecil dari ribuan kisah perjuangan Abu Bakar dalam dakwah
dan penyebaran Risalah Islam bersama Rasulullah. Masih ada banyak lagi kisah-kisah perjuangan
Abu Bakar dalam membela Islam dan Rasulullah Saw. mulai dari siakpnya yang selalu membela
dan pendamping Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum musyrikin, pengorbanan
beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah, membebaskan budak muslim dari siksaan kaum
musyrik, infak beliau dalam persiapan Jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai
pertempuran dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rosululah dalam hijrahnya menuju
Madinah yang penuh tantangan sekaligus hikmah dan pelajaran.
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau
menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’
Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya mengtakan “Jika yang
mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tak heran ketika QS. An-Nasr
turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis karena menyadari bahwa sahabat dekatnya
akan segera meninggalkannya menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun
menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah saat terbaring sakit. Dan tak heran pula,
jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw.

C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah


Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan
shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung menyikapi peristiwa
besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak
yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula
yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui
Rabbnya sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat
pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah meninggal.
Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya menjelaskan
bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan wafatnya Roslullah
merupakan musibah besar yang menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:
‫إذا أصاب أحدكم مصيبة فليذكر مصابه بي فإنها أعظم المصائب‬
“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia menginga musibahnya
dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya (musibah yang menimpaku) inilah sebesar-
besarnya musibah.”
Dan sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini. karena umat Islam ketika
ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena dengan
wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal
munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran
pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan tenang mampu
menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato membacakan ayat Allah menenangkan
kaum muslimin. Beliau pun mengatatkan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa
menyembah Nabi Muhammad Saw. maka sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. telah meninggal
dan barang siapa menyembah Alla SWT maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak
akan pernah mati, kemudian beliau membacakan QS. Ali Imran [3]: 144
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa
yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

1. Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah


Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai
siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini
merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula, berkumpullah kaum
Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini,
mereka pun segera menyusul untuk mengikuti pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka
bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya: “Hendak kemanakah kalian
wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di
Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya
untuk pergi ke saqîfah ini. Namun kami tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami
melihat seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya:
“Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak salah
seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar yang telah
menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar
kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah
menyiapkan kata-kata yang menurutku paling indah untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu
Bakar mencegahku dan dia menyampaikan kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak
kusampaikan. Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara
ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar
dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umr juga
mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus
menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut. Maka ketika itu Umar pun
membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.

2. Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar


Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari
berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari
Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia
berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah,
yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit.
Kemudian Umar pun meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin
umat Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti
berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam dalam
kepemimpinan Abu Bakar RA.

D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq


1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara lain :
a. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat Islam
sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah timbulnya orang-
orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang
yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah
dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta
beberapa pemberontakan dari beberapa kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan
mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu Bakar
menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui
batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia,
tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan.
Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati
suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang
mereka sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang panji
diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.
Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku sebagai
Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah, suatu daerah di Arab
tengah.
2) Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang kepala suku
yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang terletak dipesisir
timur Arab (Yamamah).
3) Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan. Jika
tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah Yamamah.
4) Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi (orang yang
pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju Hadramaut untuk
menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
5) Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang terletak
diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku Nabi.
6) Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman
yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam dibawa
pemimpinan Abu Bakar.
7) Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak sepanjang
pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
8) Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang murtad dari
Islam.
9) Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat laut
Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
10) Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada diwilayah
tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan pembangkangan
terhadap Islam.
11) Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku Salim dan
Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil
Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata, “Wahai Khalifah
Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi
Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan
memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah
memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga berhasil menumpas
kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk
membayar zakat.
b. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena orang-
orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka
kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu,
menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan
persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli
sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari
khalifah Abu Bakar.
c. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid
atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga
untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan
yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan
oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani,
tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-
qur’an dan lain sebagainya.

2. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan


Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah. Misalnya untuk
pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid bin tsabit sebagai
sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab sebagai hakim Agung.
Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi ditunjuk
seorang amir. Antara lain ;
· Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
· Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
· Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
· Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
· Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan
· Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
· Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
· Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
· Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
· Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria) dipercayakan
kepada para pemimpin Militer.
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin agama, juga
sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak untuk
mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib, amil, dan sebagainya.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun
di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah,
Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
c. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan Abu
bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena
kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal ‘alim.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari zakat,
infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji
pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah dilakukan secara
musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar. Allah sendiri berfirman :
‫والذين استجابوا لربهم واقاموا الصالة وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون‬
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan
sebagaian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah dengan jalan
Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam pembai’atan dan pada akhirnya
mereka melakukan sumpah setia. Dengan demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai
khalifah disetujui.

E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar


1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang.
Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar negeri.
Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat
menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia
dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang
Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha
melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan
demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi
mempertahankan Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke
persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar
segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa
pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah
persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil
diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya
peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk
empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas
menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah
sebagai berikut :
· Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
· Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di
bawah kekuasaan Romawi Timur.
· Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
· Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru
tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.
2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-
Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma,
kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga
kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang
Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-
Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi pada
beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
· Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal
dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah dari
warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
· Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan atas
inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar
menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran akan
terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris
menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
· Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
· Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih
seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat
karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
· Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu
baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang
saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil
menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan
menengakan keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan hadits tentang siapa
yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun dalam
dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah disampaikan dengan
cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan yang justru merugikan. Begitulah
kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk membuahkan
kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna,
mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah melihat
betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an
sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran untuk
kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum Muslimin
memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad,
orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi.
Oleh karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari
kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah, Riyadh:
Dar al-Wathan, 2002
Fachruddin, Moh Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1995
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989
Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin, Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam.
Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008
Muhammad, Ali Shalaby, Sîrah abi Bakr al-Shiddiq, Kairo: Daru’l Fajr li al-Trurats, 2003
Shaban, Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993
Syalabi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam,I, II, III, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Tim Bina Karya Guru, Bina Sejarah Kebudayaan Islam: untuk madrasah Ibtidaiyah kelas VI.
(Jakarta: Erlangga), 2008
Yatim, Badri, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Artikel :
http://abuthalhah.wordpress.com/2009/05/18/abu-bakar-ash-shiddiq-khalifah-rasulullah-
shallallahu-%E2%80%98alaihi-wasallam-yang-pertama/
http://adenisa1506.wordpress.com/tag/makalah-abu-bakar-ash-shiddiq/
http://alhanifkairo.blogspot.com/2013/03/abu-bakar-ash-shiddiq-khalifah-pertama.html?m=1
http://armayant.blogspot.com/2012/06/makalah-pemerintahan-abu-bakar-as.html?m=1
http://bamzofimagination.blogspot.com/2013/05/kepemimpinan-khalifah-abu-bakar-
ash.html?m=1
http://blognyadefniveronica.wordpress.com/2012/02/05/sejarah-khalifah-abu-bakar-ash-
shiddiq/
http://didikturmudi.wordpress.com/2011/10/08/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq-ra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq
http://imsakjakarta.wordpress.com/2010/11/09/kepemimpinan-dakwah-abu-bakar-as-shidiq/
http://kisahislam.net/2011/07/30/abu-bakar-ash-shiddiq-2/
http://kisahislam.net/2011/08/08/khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq-bag-02/
http://muslim.or.id/biografi/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html
http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-peradaban-islam-
tentang_05.html?m=1
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/10/ljt70o-khulafaur-rasyidin-
abu-bakar-ashshiddiq-632634-m-sang-pembela-rasulullah
http://yudhim.blogspot.com/2009/02/seri-biografi-ulama-khalifah-abu-bakar.html?m=1

You might also like