You are on page 1of 11

RESUME KULIAH KUNJUNGAN EKOLOGI ARSITEKTUR

PADA GREEN VILLAGE, SIBANG

Mata Kuliah :

EKOLOGI ARSITEKTUR

Disusun oleh :
Ni Ketut Ayu Sri Sujati (1605521058)
Felisitas Sekar Hendriwati (1605521059)
Denok Estu Kuncoro (1605521061)
Tosandy Gustinova (1605521062)
I Gede Indra Madha (1605521063)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
Green Village

Green Village adalah sebuah pedesaan modern berisi 18 rumah yang didesain khusus
menggunakan bahan utama 80%-90% bambu serta 10% material lainnya yang ramah
lingkungan. Terletak di tepi Sungai Ayung di Sibang, Pulau Bali. Green Village ini dibangun
dengan konsep sustainable design dan sebagai alternatif untuk menghilangkan stress dari
padatnya kota dan perkembangan pembangunan yang modern.

Green Village dengan konsep arsitektur ramah lingkungan yang diperlukan sebagai upaya
penjagaan keseimbangan lingkungan. Ruang-ruang di dalamnya memiliki pencahayaan dan
sirkulasi udara yang baik, sehingga penggunaan lampu dan AC dapat diminimalisir. Meski
demikian, fasilitas di villa tersebut tidak kalah dari tempat lain. Terdapat dapur dan kamar
mandi dengan peralatan modern namun tetap mempertimbangkan unsur ekologis. Dapat
dilihat bahwa komponen penyusun ruangan adalah material ramah lingkungan, seperti dapur
yang terbuat dari batu dan kamar mandi yang menggunakan kuningan serta terdapat
perpaduan kertas dari batang pisang dan bambu sebagai fungsi estetika pada dinding.

Luas villa yang terdapat pada Green Village ini pada umumnya yakni 350 2, sedangkan
ukuran villa yang paling besar yaitu 700 2 yakni pada unit Sharma House. Sharma House
inilah yang merupakan unit villa yang luxury. Pembuatan satu rumah bambu memerlukan
waktu sekitar 8-10 bulan pengerjaan dengan kurang lebih 100 orang pekerja.

Seluruh persediaan bahan dan pengerjaan dari konstruksi bambu ini dikerjakan oleh ahli
bambu yakni Ibuku. Ibuku ini merupakan sebuah konsultan sekaligus pelaksana yang
menekuni ahli pada arsitektur bambu. Pada bagian pelaksanaanya dari segi ketukangan, pihak
ibuku banyak menggunakan perkerja lokal sebagian besar berasal dari Bali namun ada juga
yang berasal dari luar Bali yaitu pekerja dari Jawa.

Elora Hardy bersama teman-teman dari Ibuku sukses merancang Green Village sebagai
hunian yang ramah lingkungan dan merespon iklim serta lingkungan dengan bijak.

Unit Villa

Terdapat dua villa yang kami kunjungi yaitu Sunrise House dan Temple House, yang masing-
masing memiliki luasan 350 2. Pada Sunrise House terdapat 3 bedroom, 1 living room,1
dapur, 1 TV room, 3 Kamar mandi, 1 Toilet, dan mezzanine yang berfungsi sebagai ruang
kerja. Master bedroom terletak di lantai satu dan 2 bedroom lainnya terletak di lantai dua.
Sedangkan pada Temple House, terdapat 1 living room, 1 kids room, 1 guest room, 1 TV
room, Master bedroom, Service, 2 Kamar mandi, 1 toilet, dapur, pool dan gazebo. Ketika
kami memasuki Sunrise House maupun Temple House terdapat pintu kaca berbentuk
lingkaran dan pada jendela-jendela diberi kaca besar transparan sehingga cahaya
matahari dapat keluar masuk dengan bebas. Desain interior villa ini juga sangat futuristik.

Tabel 1. Perbandingan Sunrise House dengan Temple House

Perbedaan Sunrise House Temple House

Memiliki desain modern


Entrance yang Mempunyai gapura yang terpisah
menjadikan terlihat seperti
fungsionalis menjadikan ornamen.
entrance terbentukGapura ini berfungsi sebagai
sedemikian toilet
rupa untuk overstek dan service.

Memiliki rasa yang lebihMemiliki rasa yang lebih sempit


Rasa ruang lapang dan
karena mempunyai opentertekan karena banyak batas-
space batas
yang banyak, elemenruangan yang menggunakan
samping dinding.
Disebabkan juga oleh pemilik
banyak dibiarkan terbuka rumah
yang memiliki anak menjadikan
desain rumah lebih
memperhatikan
keamanan

Memikirkan banyak fungsi


Jumlah Ruangan Banyak ruangan hanya dalam
ditentukan dari fungsi utama hunian dari fungsi utama hingga
service, menghasilkan
suatu hunian banyaknya
ruangan yang tercipta

Lebih terbuka, dapatLebih tertutup karena pemilik


Kamar mandi disebabkan rumah
karena pemilik merupakan
orang merupakan orang India dan
Malaysia, sehingga lebih
New Zealand sehingga tidak menutup
perlu kamar mandi yang
terlalu area kamar mandi
tertutup

Disebut Sunrise HouseDisebut Temple House karena


View karena rumah
rumah ini memiliki view ini memiliki view Temple pada
matahari terbit
Struktur

Bambu dipilih sebagai bahan struktur utama karena kekuatan, keindahan dan kelenturannya,
serta siklus tumbuhnya yang cepat (dalam kurun 4 tahun) terlebih lagi jumlah dan jenis
bambu yang mencapai 100 jenis bambu terletak di Indonesia dan dapat menyerap polusi,
sehingga lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, bahan tersebut dipilih menjadi material
utama. Karena strukturnya menggunakan bambu sehingga bambu harus terlebih dahulu
melalui tahap pengawetan dengan cara merebus bambu tersebut selama 30-32 jam
menggunakan boraks semacam garam untuk menghilangkan rasa manis yang ada pada
bambu. Setelah proses itu selesai, minyak lasur dioleskan untuk memperhalus permukaan
bambu.

Struktur pada bagian bawah menggunakan pondasi setempat dengan jenis cakar ayam,
mengingat kondisi tanah yang bertransis dan tidak stabil. Sambungan antara pondasi dengan
kolom bambu ini dilakukan dengan cara menyisakan
tulangan dari pondasi kemudian dimasukkan ke dalam kolom. Selanjutnya tulangan tersebut
di cor langsung pada ruas bambu yang telah diberi lubang di bagian bawah bambu dengan
ketinggian sekitar 40 cm dari permukaan tanah serta kedalaman yang bervariasi tergantung
pada kondisi tanah. Kolom bambu dari bambu petung berukuran besar ini terlihat ditopang
oleh batu kali. Batu pada bagian bawah bambu ini berfungsi untuk menutupi sambungan
antara bambu dan permukaan tanah karena pada bagian pondasi menggunakan bambu
sehingga lebih fleksibel dan tahan terhadap gempa.

Material

Bahan-bahan yang digunakan pada elemen penyusunnya serta berbagai artworknya dan
furniture nya hampir sebagian besar dari bahan bambu. Digunakan berbagai macam teknik
pengolahan bambu sehingga mendapat bentuk-bentuk yang diinginkan.

Adapun material penyusun bangunan ini dari elemen atas sampai bawah,

yaitu :

a. Elemen atas

Elemen atas tidak menggunakan plafon, melainkan langsung memperlihatkan usuk yaitu
memakai bambu item. Bagian penutup atap yang juga menggunakan material bambu
memiliki cara tersendiri dalam pembuatan agar tidak bocor, yakni dengan cara melapisi
material bambu yang ada dengan lembaran aspal, kemudian melapisinya lagi dengan material
bambu, sehingga pada saat penggantian atap, hanya bagian paling atas yang rusak yang perlu
untuk diganti. Tipikal bangunan memiliki skylight pada area tengah yang menggunakan fiber
plastik. b. Elemen samping

Pada ruang-ruang di villa ini, elemen dinding terbuat dari anyaman bambu. Namun pada
dinding kamar tidur, anyaman bambu dibuat warna hitam agar menjadi point interest pada
ruangan. Pada area terbuka seperti teras menggunakan railing yang terbuat dari bambu duri
atau bambu tali, dan pada bagian pagarnya dirangkai dari anyaman bambu pancing. c.
Elemen bawah

Lantai menggunakan material bambu jenis tali putih yang diolah menjadi parket bambu.
Untuk semua bambu menggunakan teknik pengawetan yang sama. Terdapat meja tamu dan
sofa yang menggunakan material bambu di finishing menggunakan pelitur . Untuk dudukan
pada sofa menggunakan material kain serat fiber bambu dan busa. Kain serat fiber bambu
merupakan kain yang terbuat dari bambu yang memiliki ketahanan lebih kuat dibandingkan
dengan jenis kain lain.
Furniture

Kebanyakan pada bangunan ini menggunakan furniture berbahan bambu, tetapi memiliki
perbedaan sendiri pada furniture yang terletak di area dapur dan kamar mandi. Pada dapur
dan kamar mandi banyak menggunakan material berbahan batu alam vulkanik. Hal ini
disebabkan karena material bambu yang rentan terkena air dan api.Tambahan furniture seperti
kursi bar ada yang menggunakan kayu juga terutama pada Temple House.

Pada bagian mebel, menggunakan material bambu jajang yang diolah dengan teknik pressing
yaitu dibuat menjadi bambu lapis dan bending, kemudian difinishing menggunakan vernis.
Untuk dudukan pada sofa menggunakan material kain serat fiber bambu dan busa. Kain serat
fiber bambu merupakan kain yang terbuat dari bambu yang memiliki ketahanan lebih kuat
dibandingkan dengan jenis kain lain. Selain itu juga meningkatkan kesehatan manusia karena
dapat mencegah kanker dan Konstruksi menggunakan sambungan gigi terbuka pada
credensa, paku , dan lem epoksi.

Utilitas

Pada beberapa kamar terlihat bahwa masih terdapat penggunaan air conditioner yang
ditempatkan di dalam kelambu agar air conditioner dapat bekerja secara optimal.

Untuk menutupi keberadaan kabel utilitas maka kabel ditempatkan di dalam ruas bambu.
sistem air bersih pada green village menggunakan ground tank yang terletak di bawah
bangunan dan disembunyikan di antara kontur tanah serta sistem air kotor menggunakan bio
septic tank yang dikubur. Namun sayangnya pembuangan tersebut belum diolah menjadi
kompos seperti halnya yang sudah dilakukan pada Green School, yang merupakan sekolah
bagi anak-anak pemilik rumah di Green Village.

Dalam hal pencahayaan, unit pada green village ini sangat memaksimalkan pencahayaan
alami untuk penghematan energi dalam mewujudkan arsitektur yang ekologis. Pada bagian
atap dibuatkan sebuah lubang semacam skylight agar cahaya matahari dapat masuk
menerangi ruangan secara maksimal.

Perawatan

Pada villa ini diadakan perawatan 8-10 tahun sekali (terutama atap) untuk mengganti
komponen-komponen yang perlu diperbaiki misal melakukan pelapisan lasur pada seluruh
komponen bambu pada bangunan yang cukup memakan biaya yang mahal. Atap merupakan
komponen yang paling mahal maintenance-nya karena bagian luar selalu terkena paparan
sinar matahari dan air hujan sehingga diperlukan penanganan khusus. Untuk penggantian
bagian atap yang rusak tergantung pada seberapa besar kerusakan atap dan keputusan owner,
jika dirasa bagian yang rusak tidak luas, atau hanya pada satu bagian maka hanya
penggantian pada bagian tersebut tetapi jika sudah meliputi bagian yang cukup luas atau
terdapat beberapa bagian yang rusak maka akan dilakukan perawatan pada seluruh atap.

Untuk kebersihannya, karena menggunakan lantai yang terbuat dari bambu dan tidak bisa
menyentuh air, lantai pada setiap unit villa hanya perlu disapu setiap harinya. Terdapat 5
orang house keeping untuk mengurus ke-18 unit rumah yang ada. Bila terdapat lumut pada
bagian permukaan bambu, dapat dibersihkan dengan cara diamplas. Hal tersebut tidak
mengurangi kekuatan bambu karena hanya bagian tipis luarnya saja yang teramplas.
Kemudian bambu tersebut di lapisi kembali dengan plitur. Untuk pencegahan terhadap
nyamuk, dilakukan fogging setiap minggunya pada seluruh area Green Village serta setiap
kamar menggunakan kelambu.
LAMPIRAN

Gambar. Pintu masuk pada Sunrise House Gambar. Jendela pada Temple House
Gambar 1. Tampak pada Sunrise House Gambar 2. Tampak pada Temple House
Gambar 3. Elemen Atas Gambar 4. Elemen Samping

Gambar 5. Elemen Bawah Gambar 6. Pondasi


Gambar 7. Interior Ruang Kerja Gambar 8. Interior Dapur

You might also like