You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek
membersihkan tangan dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui
tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau
membunuh mikroorganisme pada kulit.
Di tempat-tempat dimana mencuci tangan merupakan praktik umum yang
dilakukan sehari-hari, dan banyakterdapat sabun dan air bersih, orang tidak menyadari
untuk mencuci tangannya dengan sabun. Sebuah penelitian di inggris mengungkapkan
bahwa hanya separuh orang yang benar-benar mencuci tangannya setelah membuang
hajat besar/ kecil. Penelitian lain di Amerika Serikat pada dokter-dokter disana terungkap
bahwa dokter banyak lupa mencuci tangannya setelah menangani pasien satu dan berganti
ke pasien lainnya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Para staf kesehatan sepenuhnya
mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, namun hal ini tidak dilakukan
karena: ketiadaan waktu (tidak sempat), kertas untuk pengeringnya kasar, penggunaan
sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi wastafel yangjauh dimana tangan harus
berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga merepotkan.
Para peneliti juga akan mengadakan evaluasi lanjutan akan kombinasi manakah
yang terbaik untuk diterapkan. Penelitian lainnya yang dipublikasikan oleh Cochrane
Library Journal pada bulan Oktober 2007 menemukan bahwa mencuci tangan dengan air
dan sabun adalah cara yang sederhana dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari
virus fiu sehari-hari hingga virus pandemik yang mematikan.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektifuntuk mencegah
penyakit diare dan iSPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak.
Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai
umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga
dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacingyangtinggal di dalam usus, SARS, dan flu
burung.
Mikroorganisme ini tidak hanya mencakup sebagian besar organisme yang
diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan tetapi juga sejumlah mikroorganisme
permanen yang tinggal di lapisan terdalam kulit. Selain memahami panduan
dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami
keuntungan dan terutama keterbatasan pemakaian sarung tangan. Kegagalan untuk
melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama
infeksi nosokmial dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan
kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
(Boyce dan Pitlet 2002)

B. Falsafah
Cuci tangan merupakan cara yang sangat efektif sebagai barrier dari berbagai penyakit atau
cemaran yang ada di lingkungan RSIA Ananda.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak manajemen dalam meningkatkan
pelayanan pencegahan infeksi di RSIA Ananda.

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 1


2. Tujuan khusus
a. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda.
b. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang bersih di RSIA Ananda.
c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para medis
RSIA Ananda tentang prosedur cuci tangan yang benar.
d. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen RSIA Ananda dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur cuci tangan.
D. Manfaat
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman cuci tangan dalam meningkatkan mutu pelayanan
yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi RSIA Ananda

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 2


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pengertian
1. Mencuci tangan
Proses yang secara mekanik melepasan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air.
2. Agen antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan bergantian)
Bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara atau yang
merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi jumlah hitung bakteri total.
Contohnya adalah :
a. Alkohol 60-90% (etil dan isopropil atau metil alkohol)
b. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane)
b. Klorheksidin glukonat dan cetrimide, dalam berbagai konsentrasi
(Savlon)
c. Yodium 3%. Yodium dan produk alkohol berisi yodium atau lincture
(yodium linktur)
d. Lodofor 7,5-10% , berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne)
e. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai
konsentrasi (Dettol)
f. Triklosan 0,2-2%
3. Air bersih
Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga
aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya (misalnya Kebersihan Tangan
mencuci tangan dan membersihkan instrument medis) karena memenuhi standar
kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih harus bebas dari
mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah (jernih,tidak berkabut).
4. Emollient
Cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol, atau sorbitol yang ketika
ditambahkan pada handrub dan losion tangan akan melunakan kulit dan membantu
mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan, iritasi, dan dermatitis) akibat
pencucian tangan dengan sabun yang sering (dengan atau tanpa antiseptik) dan air.
5. Infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat dari fasilitas pelayanan kesehatan
Infeksi yang tidak ada atau tidak sedang dalam inkubasi ketika pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Sabun dan deterjen
Produk-produk pembersih (batang, cair, lembar, bubuk) yang menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran, debris dan
mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan
gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik
(antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari
hampir sebagian besar mikroorganisme.
7. Flora transien dan flora residen
Istilah ini menggambarkan dimana bakteri dan mikroorganisme berada dalam
lapisan kulit. Flora transien diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas
kesehatan lain atau permukaan yang terkontaminasi (misalnya meja periksa, lantai
atau toilet) selama bekerja.
Organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat sebagian dengan
mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air. Flora residen tinggal dilapisan kulit

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 3


yang lebih dalam serta didalam folikel rambut, dan tidakdapat dihilangkan sepenuhnya,
bahkan dengan pencucian dan pembilasan kertas dengan sabun dan air bersih.
Untungnya, pada sebagian besar kasus, flora residen kemungkinan kecil terkait
dengan penyakit infeksi yang menular melalui udara, seperti flu burung. Tangan atau
kuku dari sejumlah petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh
organisme yang menyebabkan infeksi seperti S.aureus, batang Gram negatif si ragi.
8. Handrub antiseptik berbasis alkohol tanpa air
Antiseptik handrub yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau
mengurangi mikroorganisme penghuni tetap tanpa melindungi kulit tanpa
menggunakan air. Sebagian besar antiseptik ini mengandung alkohol 60-90%, suatu
emolient dan seringkali antiseptik tambahan (misalnya khlorheksidin glukonat 2-
4%) yang memiliki aksi residual (Larson et al.2001)

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 4


BAB III
TATA LAKSANA

A. Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang paling
penting dan efektif untuk mencegah penularan infeksi. Idealnya, air mengalir dan sabun
yang digosok-gosokkan harus digunakan selama 40 sampai 60 detik.
Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah mencucinya.Pemakaian sabun
dan air tetap penting ketika tangan terlihat kotor.Untuk kebersihan tangan rutin ketika
tidak terlihat kotoran atau debris,alternatif seperti handrub berbasis alkohol 70%
yang tidak mahal, mudah didapat, mudah dijangkau dan sudah semakin diterima
terutama ditempat dimana akses wastafel dan air bersih berbatas.
Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara
mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.Mencuci tangan dengan
sabun biasa dan air bersih adalah sama efektifnya mencuci tangan dengan sabun
antimikroba (pereira, Lee dan Wade 1997).
Sebagai tambahan, sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit (pereira, Lee
dan Wade 1990).
5 Kejadian harus Mencuci Tangan :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan / prosedur terhadap pasien
c. Setelah tindakan / prosedur atau beresiko terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

Gambar . Five Moment for Hand Hygiene


Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih (atau handrub antiseptik) setelah
melepas sarung tangan karena pada saat tersebut mungkin sarung tangan ada lubang kecil
atau robek, sehingga bakteri dapat dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat
lingkungan yang lembab dan hangat di dalam sarung tangan (CDC 1989, Korniewicz et al
1990)
1. Teknik Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir harus dilakukan seperti di
bawah ini
a. Buka kran dan basahi tangan dengan air
b. Tuangkan sabun cair 3- 5 cc
c. Gosok kedua telapak tangan hingga merata

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 5


d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
e. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
f. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
g. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
h. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
i. Bilas tangan dengan air bersih
j. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kertas
k. Gunakan handuk kertas tersebut untuk memutar kran sewaktu mematikan air
l. Setiap gerakan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali. Lamanya seluruh prosedur
sebaiknya selama 40-60 detik

Gambar. Cara Cuci Tangan Dengan Sabun dan Air Mengalir


Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab
dan air yang tidak mengalir, maka :
a. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
b. Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada isinya,
penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang
dimasukkan
c. Jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai tambahan
antiseptik (seperti Dettol atau Savlon), mikroorganisme dapat bertahan dan
berkembang biak dalam larutan ini (Rutala 1996)
d. Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan
ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan
buanglah di toiletJika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk
yang bersih sekali pakai atau keringkan dengan udara.

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 6


e. Handuk yang digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi dan tidak
boleh.
Untuk mendorong agar mencuci tangan diterapkan dengan baik, kepala instalasi harus
melakukan segala cara untuk menyediakan sabun dan pasokan bersih terus menerus
baik dari keran atau ember dan handuk sekali pakai atau handuk kertas.
2. Handrub Antiseptik (Handrub Berbasis Alkohol)
Penggunaan handrub antiseptik untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh
flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptik
atau dengan sabun biasa dan air.
Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta menghasilkan penurunan jumlah flora
tangan awal yang lebih besar (Girou et al.2002). Handrub antiseptik juga berisi emolien
seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang melindungi dan melembutkan kulit.
Teknik Mencuci Tangan dengan Handrub Antiseptik harus
dilakukan seperti di bawah ini :
a. Tuangkan segenggam penuh bahan antiseptik berbasis alkohol ke dalam tangan
b. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
c. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
e. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
f. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Biarkan tangan mengering

Gambar. Cara Cuci Tangan Dengan Handrub

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 7


Setiap gerakan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali. Lamanya seluruh prosedur
sebaiknya selama 20-30 detik. Setelah melakukan Hundrub 3 kali,lakukan cuci tangan
dengan air mengalir.
Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,sehingga jika
tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh, harus mencuci tangan
dengan sabun dan air terlebih dahulu.
Selain itu,untuk mengurangi ”penumpukan” emolien pada tangan setelah
pemakaian handrub antiseptik berulang, tetap diperlukan mencuci tangan dengan sabun
dan air setiap kali setelah 5 kali aplikasi handrub. Terakhir, handrub yang hanya berisi
alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek residual yang terbatas dibandingkan
dengan handrub yang berisi campuran alkohol dan antiseptik seperti khlorheksidin.

B. Upaya Meningkatkan Kebersihan Tangan


Mencuci tangan telah dianggap sebagai salah satu tindakan terpenting untuk
mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun.
penelitian Semmelwesis (1861) dan banyak penelitian lainnya memperlihatkan. bahwa
penularan penyakit menular dari pasien ke pasien mungkin terjadi melalui tangan petugas
kesehatan.
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial (Boyce 1999; Larson
1995).
Masalah yang selalu timbul adalah bagaiman membuat petugas kesehatan
patuh pada praktek mencuci tangan yang telah direkomendasikan. Meskipun sulit untuk
merubah kebiasaan mengenai hal ini, ada beberapa cara yang dapat meningkatkan
keberhasilan, seperti :
a. Menyebar luaskan panduan terbaru mengenai praktek menjaga kebersihan
tangan dimana tercantum bukti mengenai efektifitasnya dalam mencegah
penyakit dan perlunya petugas kesehatan untuk mengikuti panduan tersebut
b. Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan
penerapan pedoman kebersihan tangan
c. Menggunakan teknik pendidikan yang efektif, termasuk role model
(khususnya supervisor), mentoring, monitoring, dan umpan balik positif
d. Menggunakan pendekatan kinerja yang ditargetkan ke semua petugas kesehatan,
bukan hanya dokter dan perawat, untuk meningkatkan kepatuhan
e. Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif untuk menjaga
kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih mudah mematuhinya.
Selain itu, salah satu cara mudah untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan
menyediakan botol kecil handrub antiseptik untuk setiap petugas. Pengembangan
produk di mulai dari observasi bahwa teknik pencucian tangan yang tidak layak serta
rendahnya kepatuhan akan menjadikan tidak efektifnya rekomendasi untuk menjaga
kebersihan tangan. Pemakaian handrub antiseptic yang murah dengan pembuatannya
yang mudah dapat meminimalisasi banyak faktor yang menghambat penerapan panduan
yang telah direkomendasikan.
Sebagai tambahan, handrub lebih efektip dibanding mencuci tangan dengan
sabun biasa atau sabun antiseptik karena dapat disediakan diberbagai tempat sesuai
jumlah yang dibutuhkan, tidak memerlukan sumber air, waktu lebih singkat dan kurang
menimbulkan iritasi kulit ( tidak kering, pecah-pecah atau merekah ).
Dengan demikian, handrub antiseptik dapat menggantikan proses cuci tangan
dengan sabun dan air sebagai prosedur utama untuk meningkatkan kepatuhan (Larson et
al. 2000 ; Pittet et al. 2000). Penyediaan handrub bagi meningkatkan praktik kebersihan

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 8


tangan untuk jangka panjang. Tidak cukup dengan hanya menyediakan dispenser handrub
antiseptik ( Muto dkk 2000 ).
Cara kedua adalah menganjurkan para petugas menggunakan produk perawatan
tangan ( losion pelembab dan crem ) untuk membantu mencegah iritasi kulit dan
dermatitis kontak yang berhubungan dengan seringnya mencuci tangan, terutama dengan
sabun dan diterjen yang mengandung agen antiseptik.
Tidak hanya petugas menjadi puas akan hasilnya, namun yang terpenting, pada
penelitian oleh McCormick et al. (2000), kondisi kulit yang lebih baik karena penggunaan
losion tangan menghasilkan 50% peningkatan frekuensi pencucian tangan.
Meskipun meningkatkan kemampuan kepatuhan untuk menjaga kebersihan
tangan dengan panduan sulit, sejumlah program dan institusi mulai mencapai
keberhasilan.
Kunci keberhasilan berasal dari berbagai intrvensi yang melibatkan
perubahan prilaku, pendidikan kreatif, monitoring dan evaluasi, dan lebih penting
adalah keterlibatan supervisor sebagai role model serta dukungan pimpinan.

C. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menjaga Kebersihan Tangan


1. Jari Tangan
Penelitihan membuktikan bahwa daerah di bawah kuku ( ruang subngual )
mengandung jumlah mikroba tertinggi ( McGinley, Larson dan Leydon 1988 ).
Beberapa penelitian baru-baru ini telah memperlihatkan kuku yang panjang dapat
berperan sebagai resevoar untuk bakteri Gram negatif ( P. aeruginosa ), jamur dan
patogen lain ( Hedderwick et al. 2000 ).
Kuku panjang, baik yang alami maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung
tangan ( Olsen et al. 1993 ). Oleh karena itu, kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih
dari 3 mm melebihi ujung jari.
2. Kuku Buatan
Kuku buatan ( pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik ) yang dipakai
oleh petugas kesehatan dapat berperan dalm infeksi nosokomial (Hedderwick et
al. 2000 ). Selain itu, telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai
reservoar untuk bakteri Gram negatif, pemakaiannya oleh petugas kesehatan harus
dilarang.
3. Cat kuku
Penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
4. Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan
D. Mencuci Tangan dan Pemakaian Sarung Tangan
1. Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan.
2. Cuci tangan harus di lakukan pada saat yang tepat tanpa indikasi untuk pemakaian
sarung tangan.
3. Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi terjadi saat mengenakan
sarung tangan.
4. Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci tangan karena sarung tangan
dapat membawa kuman.
5. Pemakaian sarung tangan hanya bila di indikasi menurut standard dan precaution
E. Pemakaian Sarung Tangan Untuk Pemeriksaan
1. Dalam Situasi Klinik.
Potensi menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi dan item yang terlihat kotor oleh
cairan tubuh.
2. Direct Patients Exposure

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 9


Kontak dengan darah, kontak dengan selaput lender dan kulit yang tidak utuh, potensi
adanya organisme sangat menular dan berbahaya, situasi darurat atau epidemic,
memasang dan melepas infus, menggambar darah. Menghentikan Venous Line,
pemeriksaan panggul dan vagina, suctroning non-closed systems of endotracheal tubes.
3. Indirect Patient exposure :
Mengosongkan pot tumpahan, menangani dan mencuci instrument, penanganan limbah,
membersihkan tumpahan cairan tubuh.
F. Pemakaian Sarung Tangan tidak di indikasi (kecuali kontak untuk tindakan pencegahan)
Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau lingkungan yang
terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi, melakukan suntikan IM
maupun SC. Memandikan dan memakaikan pakaian pasien, mengangkat pasien, merawat
mata dan telinga (tanpa sekresi), manipulasi vasculas line tanpa ada kebocoran darah.
1. Tidak kontak langsung dengan pasien
2. Menggunakan telepon, menulis rekam medis, memberikan obat oral, mendistribusikan
atau mengumpulkan nampan makanan pasien. Menghapus dan mengganti linen untuk
tempat tidur pasien, menempatkan peralatan ventilasi non- invasive dan kanula oksigen,
memindahkan perabotan pasien.

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 10


BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati prosedur cuci tangan
dan cakupan pelayanan prosedur cuci tangan seawall mungkin, untuk dapat menemukan
kesalahan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
B. Tujuan monitoring
1. Unutk mengadakan perbaikan, perubahan orienstasi dari sistem cuci tangan di RSIA
Ananda
2. Unutk menyesuaikan pedoman pelayanan cuci tangan yang dilaksanakan di lapangan,
sesuai dengan temuan-temuan di lapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan unutk perbaikan dalam pemberian pelayanan
cuci tangan di RSIA Ananda. Monitoring sebaiknya sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.
C. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap pelayanan kesehatan secara keseluruhan
mengenai prosedur cuci tangan yang benar di RSIA Ananda.
D. Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan prosedur cuci tangan di RSIA Ananda.
2. Sebagai acuan dalam perencanaan prosedur cuci tangan, bahwa tindakan yang
dilakukan dijamin bersih.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber
daya manusia.

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 11


BAB V
PENUTUP

Panduan kebersihan tangan sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan


setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari infeksi-infeksi yang mungkin terjadi.
Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi pihak manajemen dan setiap petugas
dalam meningkatkan kesadaran akan kebersihan tangan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di RSIA Ananda Makassar
Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan prosedur cuci tangan dan desinfeksi
sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang
Kesehatan yang berlaku, dengan terbitnya Buku Panduan prosedur Cuci Tangan Dan
Desinfeksi di RSIA Ananda Makassar ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan
pencegahan infeksi wajib berlandaskan buku pedoman ini terhitung setelah ditandatangani oleh
Direktur RSIA Ananda Makassar

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 03 Mei 2016
Direktur RSIA Ananda Makassar

(Dr.dr.Andi Alfian Zainuddin,M.KM)

Panduan Prosedur Cuci Tangan dan Desinfeksi | 12

You might also like