Professional Documents
Culture Documents
Preseptor:
BAGIAN PARU
RSUP DR. M. DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
MDR, tuberkulosis dengan kombinasi infeksi HIV dan faktor komorbid lainnya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit tuberkulosis dan menjaga
kesehatan masyarakat.5
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ISTC terdiri dari enam standar diagnosis (standar 1-6), tujuh standar untuk
pengobatan (standar 7-13), empat standar untuk penanganan TB dengan infeksi
HIV dan komorbid lain (standar 14-17), serta empat standar untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (standar 18-21).
STANDAR 1
STANDAR 2
4
Dengan addendum pada standar 2 yaitu untuk pasien anak, selain batuk,
gejala lain sebagai kecurigaan awal kearah TB adalah berat badan yang sulit naik
dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir, gizi buruk, demam lebih atau sama
dengan 2 minggu tanpa penyebab yang jelas.
STANDAR 3
Dengan addendum pada standar 3 yaitu dari dua spesimen yang diambil,
salah satunya harus berasal dari dahak pagi.
STANDARD 4
STANDAR 5
Pada pasien yang diduga menderita TB paru dengan sputum BTA negatif,
perlu dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/ RIF dan atau biakan dahak. Pada pasien
BTA negatif dan pemeriksaan Xpert MTB/ RIF yang negatif namun memiliki
5
bukti klinis sangat mendukung ke arah TB, maka pengobatan anti tuberkulosis
harus dimulai setelah pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan kultur.
STANDAR 6
STANDAR 7
STANDAR 8
Semua pasien yang belum pernah mendapat terapi sebelumnya dan tidak
memiliki risiko untuk resistensi obat harus mendapatkan pengobatan lini pertama
yang sudah disetujui oleh WHO dengan menggunakan obat yang terjamin
kualitasnya. Fase intensif selama dua bulan diberikan isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol. Fase lanjutan diberikan isoniazid dan rifamisin selama
empat bulan. Dosis obat anti tuberkulosis mengikuti rekomendasi WHO.
Pemberian dalam bentuk kombinasi dosis tetap akan memberikan kemudahan
dalam pemberian obat.
6
Dengan adendum pada standar 8 yaitu pada TB ekstraparu (meningitis TB,
TB tulang, TB milier, TB kulit, dan lain-lain) secara umum terapi TB diberikan
minimal 9 bulan. Khusus untuk anak, rejimen yang diberikan terdiri dari RHZ,
ditambah E bila penyakitnya berat (BTA positif, TB HIV, TB paru dengan lesi
luas, TB ekstra paru berat seperti : TB milier, TB tulang, meningitis TB, dan lain-
lain). Secara umum terapi pada anak diberikan selama 6 bulan, namun pada
keadaan tertentu bisa lebih lama, (9-12 bulan), seperti pada meningitis TB, TB
tulang, MDR TB, dan lain-lain.
STANDAR 9
STANDAR 10
Pada pasien dengan TB ekstra paru dan pasien anak, respon pengobatan
dinilai secara klinis. Pada standar 10 disertai dengan adendum yaitu selama
menunggu hasil pemeriksaan biakan atau uji resistensi, pengobatan dilanjutkan
sesuai dengan fase lanjutan.
STANDAR 11
7
memiliki resistensi obat, dan prevalensi komunitas resisten obat (bila diketahui),
harus dilakukan pada seluruh pasien. Tes kepekaan obat harus dilakukan pada
awal pengobatan terhadap seluruh pasien dengan risiko resistensi obat.
Pasien dengan sputum masih tetap positif pada akhir bulan ketiga
pengobatan, pasien dengan gagal pengobatan, pasien yang tidak terlacak (putus
pengobatan), atau kambuh harus selalu dicurigai sebagai resisten obat. Pada
pasien yang seperti ini, maka Xpert MTB/RIF merupakan tes diagnostik awal Jika
terdeteksi resisten Rifampisin, maka kultur dan tes kepekaan harus segera
dilakukan untuk isoniazid, florokuinolon, dan obat-obat injeksi lini kedua.
Konseling dan edukasi pasien serta pemberian terapi empiris lini kedua harus
diberikan sesegera mungkin untuk meminimalisir kemungkinan penyebaran.
Langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat harus diterapkan.
8
STANDAR 12
Termasuk obat injeksi, OAT harus digunakan dalam 6-8 bulan fase
intensif dan sekurang-kurangnya tiga obat yang diketahui atau diperkirakan masih
peka harus digunakan dalam fase lanjutan. Pengobatan diberikan dalam 18-24
bulan setelah terjadi konversi kultur. Penilaian berfokus pada pasien, termasuk
observasi pengobatan, dibutuhkan agar patuh berobat. Konsultasi kepada spesialis
yang berpengalaman menangani pasien TB MDR/XDR harus dilakukan
STANDAR 13
Suatu sistem pencatatan yang sistematis dan mudah diakses meliputi obat-
obatan yang diberikan, respons bakteriologis, hasil akhir pengobatan, dan adanya
efek samping obat, harus dilaksanakan untuk setiap pasien.
9
Pencatatan dan pelaporan data merupakan komponen penting dari
perawatan pasien dengan TB dan untuk mengkontrol penyakitnya. Pencatatan dan
pelaporan diperlukan untuk memantau TB baik dari tingkat global, nasional, dan
daerah, memantau progres dalam pengobatan dan kualitas perawatan untuk
pasien, menjamin kelangsungan ketika pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan, untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program, untuk
mendukung advokasi dan pendanaan yang adekuat pada program kontrol TB.
Apabila data berkualitas tinggi, keberhasilan dapat didokumentasikan dan
tindakan korektif maka dapat diambil untuk mengatasi masalah yang
diiidentifikasi.
STANDAR 14
Tes HIV dan konseling harus diberikan pada semua pasien dengan atau
masih suspek memilki tuberkulosis, kecuali terdapat konfirmasi hasil tes negatif
pada dua bulan sebelumnya. Karena terdapat hubungan yang dekat anatara TB
dengan infeksi HIV, sehingga pendekatan terintegrasi untuk mencegahan,
diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis dan HIV direkomendasikan pada daerah
yang memiliki prevalensi HIV yang tinggi. Tes HIV merupakan suatu manajemen
khusus untuk pasien yang berada pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi
pada poplasi umum, pada pasien dengan gejala dan atau tanda dari suatu kondisi
yang berkaitan dengan infeksi HIV dan pasien yang memiliki riwayat sugestif
dengan resiko tinggi terkena HIV .
10
prevalensi tinggi infeksi HIV, diperlukan pemberian kotrimoksazol untuk
pencegahan infeksi oportunistik di antara dugaan kasus TB. Studi tuberkulosis
terpadu dan layanan HIV telah menunjukkan bahwa perawatan terpadu yang
memfasilitasi deteksi dini dan pengobatan yang tepat untuk tuberkulosis
mengakibatkan pengurangan mortalitas dan perawatan .
STANDAR 15
Pada orang dengan infeksi HIV dan TB yang memiliki imunosupresi yang
sangat berat (hitung CD4 <50 sel/mm3), ART harus diinisisikan dalam 2 minggu
saat tatalaksana untuk TB akan dimulai, kecuali terdapat menigitis TB. Untuk
semua pasien dengan HIV dan TB, tanpa memerhatikan hitung CD4, terapi anti
retriviral harus diinisiasikan dalam 8 minggu saat tatalaksana untuk TB akan
dimulai. Pasien dengan TB dan infeksi HIV juga seharusnya mendapatkan
kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya.
STANDAR 16
Pada orang dengan infeksi HIV, setelah evaluasi yang ketat, tidak
memiliki TB harus di tatalaksana untuk dugaan infeksi TB laten, yaitu dengan
isoniazid sekurangnya 6 bulan.
STANDAR 17
11
2.5 Standar untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat
STANDAR 18
Anak-anak usia <5 tahun dan orang-orang pada semua umur dengan
infeksi HIV yang memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi
tuberkulosis dan yang setelah evaluasi ketat tidak memiliki tuberkulosis aktif,
seharusnya dilakukan tatalaksana untuk mencegah adanya infeksi TB laten
dengan isoniazid minimal 6 bulan.
STANDAR 20
12
STANDAR 21
13
BAB III
KESIMPULAN
ISTC berisi 21 standar yang terdiri dari: Standar diagnosis (standar 1-6),
Standar terapi atau pengobatan (standar 7-13), Standar Penanganan TB dengan
infeksi HIV dan kondisi komorbid lain (standar 14-17), serta Standar kesehatan
masyarakat (standard 18-21)
14
DAFTAR PUSTAKA
15