Professional Documents
Culture Documents
Respirasi adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan sel-sel tubuh.
Proses ini meliputi ventilasi(inspirasi dan ekspirasi), difusi oksigen dari alveolus paru ke
darah dan karbondioksida dari darah ke alveolus paru, serta transpor oksigen ke sel tubuh dan
oksigen dari sel tubuh.
Respirasi eksternal, yaitu keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Respirasi internal, yaitu proses metabolisme intrasel yang berlansung didalam mitokondria,
yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama penyerapan energi dari
molekul nutrien.
Yang akan dibahas pada kali ini adalah respirasi eksternal yang mencakup pulmo, yang
terletak di dalam rongga dada dan traktusnya yang dimulai dari hidung hingga bronkus.
HIDUNG (NASAL)
Nasal dibentuk oleh os nasal, processus frontalis maxillae, bagian nasal os frontalis,
cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago nasi ala nasi major dan minor.
Otot hidung tersusun dari M. Nasalis dan M. Depresor septi nasi. Perdarahan hidung bagian
luar disuplai oleh cabang-cabang A. Facialis, A. Dorsalis nasi(cabang A. Ophtalmica) dan
A. Infraorbitalis(cabang A. Maxilaris interna). Pembuluh baliknya menuju V. Facialis dan
V. Ophtalmica. Persarafan otot-otot hidung oleh N. Facialis; kulit pada sisi medial
punggung hidung sampai ujung hidung oleh cabang infratrochlearis dan nasalis eksternus
N. Ophtalmicus; kulit pada sisi lateral di[persarafi oleh cabang infraorbitalis N. Maxilaris.
Nares Nasi, adalah 2 pintu masuk yang ada pada bagian inferior hidung bagian luar.
Septum Nasi, adalah sekat pemisah antara rongga hidung kiri dan kanan, dan kedua rongga
ini akan berkesinambungan di posterior dengan nasopharinx melalui choana(apertura nasi
posterior). Tersusun atas lamina perpendicularis ossis ethmoidale, os vomer, cartilago septi
nasi.
Vestibulum Nasi
Berada di belakang nares anterior, terdapat vibrissae, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea. Tersusun dari epitel berlapis gepeng. Pada bagian superior dorsal dibatasi limen
nasi.
Concha Nasalis
Berada pada dinding lateral cavum nasi.Terbagi menjadi 3 bagian yang diselingi oleh
meatus nasi:
Concha Nasalis Superior, terdiri dari epitel olfaktorius yang terdiri dari 4 macam
sel yaitu sel olfaktorius, sel penyokong/sustentakuler, sel basal, dan sel sikat.
Concha Nasalis Media, dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Concha Nasalis Inferior, dilapisi oleh epitel yang sama dengan Concha Nasalis
media, namun pada lapisan epitelnya terdapat plexus venosus/sweel bodies yang
berdinding tipis sehingga mudah berdarah.
Meatus Nasi Media, ke arah anterior berkesinambungan dengan atrium meatus nasi
medius, pada bagian cranialnya terdapat agger nasi. Pada sisi lateral terdapat bulla
ethmoidalis yang dibagian bawahnya terdapat hiatus semilunaris. Pada bagian
inferiornya terdapat prosesus uncinatus ethmoidalis, dan kearah anterosuperior
menjadi infundibulum ethmoidale(muara sinus etmoidale anterior)
Regio Penghidu
Tersusun dari sel olfaktorius. Berada disebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung,
meluas ke setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan
concha tersebut
Regio pernafasan
Tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, terdapat juga glandula nasalis dan
noduli limfatisi. Lamina propria bersatu dengan periosteum/perikondrium membentuk
membrana Schneider.
Sinus Paranasalis
Tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamian propria melekat pada
peritoneum.
Terdiri dari 4 sinus dengan letak yang berbeda, yaitu sinus maxilaris, sinus ethmoidale, sinus
sphenoidale, sinus frontalis.
PHARYNX
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring terdiri dari nasopharynx, oropharynx, dan
laryngopharynx.
Nasopharynx, terdiri dari epitel bertingkat bersilia bersel goblet, pada bagian posteriornya
terdapat tonsilla pharyngea, juga terdapat osteum pharyngeum tuba auditiva, tonsilla tuba.
Oropharynx, tersusun dari epitel berlapis gepeng, yang bila dilanjutkan ke superior menjadi
epitel mulut, ke inferoir menjadi epitel oesophagus.
Laryngopharynx, Tersusun dari berbagai jenis epitel, sebagian besar dari epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk.
Pada bagian belakang pharynx terdapat larynx tempat terletaknya pita suara (plica vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena
saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan
mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
LARYNX
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas oesophagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yang berjumlah 9. Cartilago thyroidea, cartilago cricoidea, 2 cartilago
arytenoidea tersusun dari tulang rawan hialin. Tulang rawan epiglotis, T.R.
cuneiforme, T.R. corniculatum dan ujung cartlago arytenoidea tersusun dari tulang
rawan elastin.
Epiglotis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis
ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju
cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
Tersusun dari tulang rawan hialin. Memiliki kelenjar campur dan jaringan limfoid.
Mempunyai dua permukaan yaitu pars ligual pada bagian anterior yang tersusun dari
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dan pars laryngeal yang tersusun dari
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak
dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane
cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago
tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya
dengan cincin trachea I.
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea.
Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol
kedepan.
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.
Plica Vocalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago
thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Ersusun atas
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Membrana mukosa tepat di atas plica
vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalam produksi suara. Selama respirasi tenang,
plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama
respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar. Di antara 2 lipatan plica vocalis ini terdapat
rima vocalis atau rima glotidis.
Plica Ventrikularis
Disebut juga pita suara palsu. Tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet, diantara dua lipatannnya terdapat rima vestibuli. Rima vestibuli dan rima
vocalis membentuk glotis yang meluas ke lateral menjadi sinus/ventrikulus larynx
Morgagni.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea,
yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica
vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh
sinus udara.
(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi
alergi
TRACHEA
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Trachea dibagi menjadi pars cartilagenia dan pars membranasea. Pada bagian posterior
banyak kelenjar sepanjang lapisan muskular, yang dipersarafi N. Laryngeus recurens.
Mukosa Trachea, tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Tunika Submukosa, tersusun dari jaringan ikat jarang, lemak, terdapat glandula trachealis
pada bagian posterior.
Tunika Adventisia, mempunyai kelenjar campur dan merupakan jaringan fibroelastis yang
berhubungan dengan luar pars cartilagenia.
BRONCHUS
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit
lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah
arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari
yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa
cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi bronchus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchiolus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
PULMO
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
Paru dipersarafi oleh plexus pulmonalis. Paru, bronchi, pleura visceralis diperdarahi oleh
Aa. Bronchiales cabang dari aorta descendens. Alveoli menerima darah teroksigenasi dari
cabang-cabang terminal Aa.pulmonalis dan darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler
alveoli masuk ke Vv. Pulmonales bermuara di atrium sinistra cor.
DINDING TORAX
Bagian dorsal, terdiri atas deretan vertika 12 buah vertebra thoracal dan diskus
intervertebrale.
Pada bagian lateral dibentuk dan dibatasi oleh 12 buah iga dan tiga lapis otot tipis yang
membentang pada sela iga yang berdekatan.
Pada anterior, dibatasi oleh sternum. Manubrium dan corpus sterni membentuk angulus
sterni.
Apertura thoracis superior dibentuk oleh corpus vertebra T1 di posterior dan tepi medial iga 1
pada m,asing-masing sisi dan manubrium sterni di anterior.
Apertura thoracis inferior dibentuk corpus vertebra T12 di posterior dan tulang iga 12 dan
ujung distal tulang iga 11di posterolateral; ujung-ujung distal cartilago costae 7-10 di
anterolateral; dan processus xiphoideus di anterior.
Pada sela tiap iga terisi otot-otot, vena, arteridan saraf intercostales. Terdapat jaringan
penyambung fascia endothoracica, fascia profunda, fascia superfisialis.
Otot-otot pada dinding thorax antara lain m.pectoralis major dan minor, m. Subclavius, m.
Seratus anterior, m. Latissimus dorsi, mm.intercostalis internus dan externus, m. Tranversus
thoracis, mm.subcostalis.
KAPASITAS PARU
Pencatatan : Spirogram
Volume alun nafas, udara yang keluar masuk paru pada pernafasan tenang
1. Volume cadangan inspirasi ( I.R.V )
Volume udara maksimal yang dapat masuk paru sesudah inspirasi biasa
Jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa
Udara yang masih tersisa dalam paru sesudah ekspirasi maksimal, terdiri dari:
- volume kolaps
- volume minimal
Volume Kolaps : udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi
maksimal bila paru kolaps
Volume Minimal : Udara yang masih tinggal dalam paru sesduah paru kolaps
I.C = TV + IRV
FRC = ERV + RV
VC = IRV + TV + ERV
TLC = VC+ RV
Ruang Rugi
Ruang Rugi Fisiologi = Ruang Rugi Anatomi + Ruang Rugi Alveoler (Alveol yang tidak
berfungsi)
Ventilasi Pulmonal :
1. Spirometer biasa
FEV 1 detik 83 % VC
FEV 3 detik 97 % VC
Kelainan Ventilasi :
78 % udara alveol = N2
MEKANISME PERNAFASAN
Luas permukaan paru-paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem
sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda
asing (debu) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi. Tetapi, saluran respirasi bagian
bawah dalam keadaan normal adalah steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang
mempertahankan sterilitas ini. Kita telah mengetahui refleks menelan atau refleks muntah
yang mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam trakea, juga kerja eskalator
mukosiliaris yang menjebak debu dan bakteri kemudian memindahkannya ke kerongkongan.
Selanjutnya, lapisan mukus yang mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai
pertahanan, yaitu immunoglobulin (terutama IIgA), PMNs, interferon, dan antibodi spesifik.
Refleks batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke
atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan yang
paling akhir dan paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag
alveolar merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan mempunyai sifat
enzimatik, Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda
atau bakteri. Sesudah meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam
makrofag akan membunuh dan mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan
reaksi peradangan yang nyata.
Proses fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-
jaringan, dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga
stadium.
1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru.
2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
(1) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dan selsel jaringan;
(2) distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannVa dengan distribusi udara
dalam alveolus-alveolus; dan
(3) reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
1. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi. Selama
respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbon dioksida
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat antara
atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, dinding toraks berfungsi sebagai hembusan. Seiama inspirasi, volume toraks
bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. M.
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan m. serratus, m. scalenus dan m.
intercostalis externus berperanan mengangkat iga. Toraks membesar dalam tiga arah :
anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan
tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar
-8 mm Hg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan
intrapulmonal atau tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mm Hg (relatif terhadap
tekanan atmosfer) dari 0 mm Hg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran
udara dan atmosfer rnenyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran
udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada
dan paru-paru. Pada waktu m. intercostalis externus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toralks, menyebabkan volume toraks
berkurang, m. interkostalis internus dapat menekan iga ke bawah dan ke dalam dengan kuat
pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau defekasi. Selain itu otot-otot
abdomen mungkin berkontraksi sehingga tekanan intra abdominal membesar dan menekan
diafragma ke atas. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan iintrapleura
maupun tekanan intrapulmonal. Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat sampai sekitar I
sampai 2 mmHg di atas tekanan atmosfer. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer
sekarang terbalik sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru sampai tekanan saluran
udara dan tekanan atmosfer sama kembali pada akhir ekspirasi. Perhatikan bahwa tekanan
intrapleura selalu di bawah tekanan atmosfer selama siklus respirasi. Perubahan pada
ventilasi dapat diperkirakan dengan tes fungsional paru-paru.
Difusi
Stadium ke dua proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran antara
alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk
pernindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial
oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mm Hg (21 persen dari
760 mm Hg). Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai pada
alveolus maka tekanan parsial ini
mengalami penurunan sampai
sekitar 103 mm Hg. Penurunan
tekanan parsial ini diperkirakan
atas dasar fakta bahwa udara
inspirasi tercampur dengan udara
dalam ruang rugi anatomis saluran
udara, dan dengan uap air. Ruang
rugi anatomis ini dalam keadaan
normal mempunyai volume sekitar
1 ml udara per pound berat badan
(150 ml/150 lb pria). Hanya udara
bersih yang sampai ke alveolus
yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PV
02) dalam kapiler paru-paru besarnya sekitar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen
dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (P A02 = 103 mm Hg), maka
oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih tekanan C02 antara
darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi
ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di mana
konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih C02 antara darah dan alveolus memang kecil
sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan
oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena daya larutnya yang lebih besar.
Hubungan ventilasi-perfusi
Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi
udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain,
ventilasi dan perfusi dari unit pulmoner harus sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak
dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-
paru. Sirkulasi pulmoner yang bertekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah
di basis paru-paru lebih besar daripada di bagian apeks paru-paru, disebabkan pengaruh gaya
tarik bumi. Tetapi ventilasinya cukup merata. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap
perfusi (V/Q) adalah 0,13. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar
normal (4 liter/menit) dibagi dengan curah jantung normal (5 liter/menit). keadaan normal
dari ventilasi dan perfusi paru-paru yang seimbang mendekati nilai 0,8.
Kebanyakan penyakit respirasi mengalami ketidakseimbangan antara proses ventilasi-perfusi.
Akibatnya ventiIasi terbuang sia-sia (V/Q = tak terhingga). Unit respirasi abnormal yang ke
dua merupakan shunt unit, di mana tak ada ventilasi, tetapi perfusi normal, sehingga perfusi
terbuang sia-sia (V/Q = 0). Unit yang terakhir merupakan unit diam, di mana tidak ada
ventilasi dan perfusi. Tentu saja terdapat variasi-variasi di antara ke tiga kasus ekstrim
tersebut, tergantung dari keseimbangan secara menyeluruh antara ventilasi dan perfusi paru-
paru. Penyakit paru-paru dan gangguan fungsional respirasi dapat diklasifikasikan secara
fisiologis sesuai dengan jenis penyakit yang dialami, apakah menimbulkan shunt yang besar.
REAKSI PADA PROSES PERNAFASAN
Berfungsi mempertahankan pH tubuh manusia antara 7,35-7,45. Bila tidak normal disebut
alkalosis(pH menjadi lebih basa) dan asidosis (pH tubuh menjadi lebih asam dari normal).
RADIOLOGI
GANGGUAN PERNAPASAN
– hipoksia anemik
– hipoksia stagnan
– hipoksia histotoksik
2. Hiperkapnia
3. Asphyxia
4. Sianosis
5. Hipobarik