You are on page 1of 25

KEBUTUHAN

CAIRAN

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Adi Akbar Sanjaya

2. Annisa Wulandari

3. Lia Baroqah

4. Nadiya Ayu Nopihartati

5. Nofita Sari

6. Rara Andika Afriantari

7. Sandra Debi

8. Vemi Eliya Mega Surya

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini,

dengan judul Kebutuhan Cairan dan Gangguannya.

Dalam penulisan Makalah ini Kami tidak henti-hentinya mengucapkan

banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

Makalah ini dengan tujuan memberikan informasi tentang Kebutuhan Cairan dan

Gangguannya.

Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh

karenanya kami membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan

kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi

pembaca.

Bengkulu, Januari 2018


BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang
konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan
keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh
selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit
atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap
stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan
konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan
pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih
kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis
kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang
lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional
mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih
gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang
yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

b. Rumusan Masalah
1. Apa keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh?
2. Bagaimana Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit?
3. Apa sajaGangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
4. Bagaimana faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan
elektrolit
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

c. Tujuan Masalah
1. Mampu menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mampu menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mampu menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan
normal cairan dan elektrolit
4. Mampu melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
BAB 2
PEMBAHASAN

a) Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
a) Distribusi Cairan Tubuh
Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.
1. Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel
tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial.
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung
air tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan
trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.
2. Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi
terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh.
Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan
yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut
berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel
daripada dalam cairan ekstasel.Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan
Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut : Distribusi cairan tubuh adalah
relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
Dewasa 60%
Anak-anak 60 – 77%
Infant 77%
Embrio 97%
Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah
mengalami kehilangan jaringan tubuh.
Intracellular volume = total body water – extracellular volume
Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

b) Fungsi Cairan Tubuh


1. memberi bentuk pada tubuh
2. berperan dalam pengaturan suhu tubuh
3. berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
4. sebagai bantalan
5. sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
6. media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
7. untuk performa kerja fisik
c) Komposisi Cairan Tubuh
Zat Plasma Intertisial Intraselular
(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 142 139 14
K+ 4,2 4,0 140
Ca2+ 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20

Cl- 108 108 4


HCO3- 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0,5 0,5 1
Fosfokreatin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosin - - 5
trifosfat
Heksosa - - 3,7
monofosfat
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4
Lain-lain 4,8 3,9 10
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas 282 281 281
osmolar
terkoreksi
Tekanan 5443 5423 5423
osmotik total
d) Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanismepergerakancairantubuhmelaluienam proses, yaitu :
1. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua
kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat
berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi
(perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas)
dipengaruhi oleh :
 Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
 Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah).
 Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).
2. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu
membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari
yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :Pergerakan air
Semipermeabilitas membran.
3. Transfor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien
elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih
tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel.
4. Tekanan hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.
Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan
ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
 kekuatan pompa jantung
 kecepatan aliran darah
 tekanan darah arteri
 tekanan darah vena
5. filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang
lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran
permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih
rendah tekanan hidrostatiknya.
6. Tekanan osmotik koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi)
dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara
intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena
protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke
capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa jantung efektif.
Perpindahancairandanelektrolittubuhterjadidalamtigafaseyaitu :
Fase I :
Plasma darahpindahdariseluruhtubuhkedalamsistemsirkulasi, dannutrisi
danoksigendiambildariparu-parudantractus gastrointestinal.
Fase II :
Cairan interstitial dengankomponennyapindahdaridarahkapilerdansel
Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah.

b) Pengaturan Cairan tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a) Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±
2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka
curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.
b) Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang
paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500
cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan
air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal
mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran
pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai
pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien
luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui
penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila
volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya
perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan
asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
a) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan
tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam
tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil
ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam
sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan
impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi
pengeluaran urine.
b) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium.
Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium
dalam plasma.
c) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata
pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

Pengaturan Elektrolit
a) Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di
dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal,
pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di
lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt.
b) Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat
diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan
melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan
ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c) Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk
integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum
melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+tulang. Kalsuim
diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal,
sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium
8,5 – 10,5 mg/dl.
d) Magnesium (Mg2+)
Merupakankationterbanyakkeduapadacairanintrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium
didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan
ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.
e) Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel danintrasel, berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer
pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida
disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh
hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.
f) Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstra
sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa.
Biknatdiaturolehginjal.
g) Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan
asambasa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

c) Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a) Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika
sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang.
Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang
sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan
cairan, yaitu :
1. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
2. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
3. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
4. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

b) Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

c) Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda
klinis : kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan
depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah
d) Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam
jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan
peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler.
Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular.
Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang
beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka
mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia
memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami
dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes
insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan
tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute
dalam aliran darah.

e) Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)


Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan
cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam
serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
1. Asupan natrium yang berlebihan
2. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien
dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
3. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal
ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
4. Kelebihan steroid.
5. Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis :
penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda
klinis : edema perifer dan nadi kuat

f) Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan
keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial
(Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema
dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang
terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi
cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
1. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
2. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
3. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau
cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan
unu terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan
sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang
disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi
cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
d) Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan
Elektrolit
a) Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka
yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan
oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b) Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c) Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
per jam.
d) Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e) Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f) Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien
yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan
melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam
tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak
dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan
berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan
pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk
melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis.,
gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang
dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
g) Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h) Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya,
terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i) Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

e) Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan


Elektrolit Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat
badan harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
a) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan,
haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda
gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan
yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
b) Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
pengukuran berat badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran
cairan.
c) Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat
tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya
perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan
tubuh kekurangan cairan sebanyak satu liter. Perubahan berat badan menunjukkan
terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila
kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini
mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat.
Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan
standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain
itu, penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis.,
sebelum sarapan atau setelah buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian
yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus
berikut.
Kehilangan air= berat badan normal – berat badan sekarang
Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah
terjadi kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300
g/hari, ini mungkin disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada
penambahan berat bdan, mungkn ini menunjukkan retensi cairan.
d) Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan
cairan, elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin
menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda pertama
yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut nadi
cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada kekurangan
cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya
gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada
kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.
e) Asupan dan haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan
dan haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan
dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan
tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh
tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan yang
akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan,
makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau
selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer,
muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari
pernapasan yang cepat dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat
melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24
jam dengan total haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil
pengukuran saat ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk
mengukur jumlah cairan yang besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa
memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi kisaran tersebut,
kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine
kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.
f) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan
elektrolit difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena
tangan, dan sistem neurologis.
g) Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan
turgor terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali
ke posisi normal setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit
akan kembali datar dalam jangka waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik).
Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan di atas
sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor
sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang tua,
turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat
badan untuk mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.
h) Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan
magnesium. Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda
trousseau. Pemeriksaan tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah
(sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis
pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek positif (mungkin terjadi
hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test trousseau, pasang
manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole
selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan
terjadinya hipokalsemia dan hipomagnesemia.
i) Pemeriksaan laboratorium
1. Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering
adalah natrium, kaliium , klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan
cairan dengan menggunakan nilai Na+adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)
Na+serum terukur
2. Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah
merah. Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya
akan dipengaruhi oleh jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada
klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat,
sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat menurun.
Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%.
Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar
hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)
Keterangan
Perbandingan air tubuh(PAT)
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni
3. Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut
dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
4. Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8
pada kondisi asidosis metabolik.
5. Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran
BJ urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi
urine. Berat jenis urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan
cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal adalah
1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine juga meningkat saat
terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras
radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.
1) Pengkajian
Data Subjektif
a) Kaji batasan karakteristik
(1) Riwayat gejala
Adanya keluhan :
(a) Napas pendek
(b)Penambahan berat badan
(c) Awitan/durasi
(d)Lokasi
(e) Gambaran
(f) Kelemahan/keletihan
(g)Edema
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
(1) Riwayat faktor-faktor penyebab dan penunjang
(a) Riwayat diabetes pada keluarga atau perorangan
(b) Kehamilan
(c) Awal menstruasi
(d) Penyakit jantung atau gagal ginjal
(e) Penyakit hati
(f) Alkoholik
(g) Hiper atau hipertiroidisme
(h) Terapi steroid
(i) Malnutrisi
(j) Masukan garam berlebihan
(k) Penggunaan enema air hangat yang berlebihan
(l) Obstruksi limfatik
(m) Penggantian cairan yang berlebihan

(2) Masukan nutrisi


(a) Perkiraan masukan protein (adekuat/tak adekuat)
(b) Perkiraan masukan kalori (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
(c) Perkiraan masukan cairan (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
(d) Konsumsi alcohol setiap hari (jenis dan jumlah)
(e) Masukan dan haluaran dalam 24-72 jam

Data Objektif
a) Kaji batasan karakteristik
(1) Tanda kelebihan cairan
(a) Nadi (kuat atau tidak teratur).
(b) Pernapasan : frekuensi (takipnea), kualitas dangkal, bunyi paru
ronki, tekanan darah meningkat.
(2) Edema
(a) Tekan ibu jari paling sedikit 5 detik, catat sisa sisa lekukannya.
(b) Catat derajat dan lokasi (kaki, tumit, tangan, sacrum,
keseluruhan secara umum).
(3) Penambahan berat badan (timbang berat badan setiap hari dengan
timbangan yang sama).
(4) Distensi vena leher (distensi vena setinggi 45 derajat mungkin ada
indikasi terjadinya kelebihan cairan atau berkurangnya curah
jantung.
BAB 3
PENUTUP

a. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar
sel) yang cocok pula.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai
didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan keluar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan
substansi terlarut (zat terlarut).
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan
total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan
refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya

b. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

You might also like