You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gambaran Umum Sistem Imun


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari organ, sel, dan molekul yang berperan
dalam proses pengenalan dan pembuangan, bagaimana cara organ, sel, dan molekul
tersebut merespon dan berinteraksi (Playfair dan Chain, 2009). Sistem Imun atau
sistem kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
(Hasdianah, 2014). Imunitas membahas mengenai pengenalan dan pembuangan
benda asing atau non self yang masuk kedalam tubuh, biasanya dalam bentuk
mikroorganisme infeksius yang mengancam nyawa, akan tetapi terkadang benda
asing tersebut juga dalam bentuk transplantasi organ yang ditujukan untuk
menyelamatkan nyawa (Playfair dan Chain, 2009).
Sistem imun dibagi menjadi 2 yaitu sistem imun bawaan atau non spesifik dan
sistem imun adaptif atau spesifik.
Sistem imun non spesifik selalu ada pada setiap individu sehat, dan disiapkan
untuk menghambat masuknya mikroba atau antigen untuk mengeliminasi mikroba
yang berhasil memasuki jaringan inang (host) secara cepat. Sistem imun non
spesifik melawan antigen dengan cara yang sama kepada semua antigen. Sistem
imun non spesifik tidak membeda-bedakan responnya kepada semua jenis antigen,
oleh karena itu disebut non spesifik. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan
selalu siap (Abbas, 2017) .
Berbeda dengan sistem imun non spesifik, sistem imun spesifik mempunyai
kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing
yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenali oleh sistem imun spesifik.
Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk
kedalam tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan, oleh karena itu disebut sistem imun spesifik. Perlindungan yang
dihasilkan pun dapat bertahan lama karena sistem imun spesifik memiliki
kemampuan memori terhadap antigen (Baratawidjaya, 2013).
Proses eliminasi antigen sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan
sistem imun non spesifik, namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik
antara sistem imun non spesifik dan spesifik dalam proses eliminasi antigen yang
membahayakan tubuh.

2. Sistem Imun Spesifik


Sistem imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan terhadap stimulus
spesifik tertentu, misalnya organisme infeksius. Respon ini dapat mengeliminasi
mikroorganisme dan memulihkan tubuh dari penyakit, sering kali memberikan
pejamu suatu memori spesifik, sehingga mampu merespons lebih efektif pada
infeksi berulang dengan antigen yang sama.
Sistem imun adaptif terdiri atas limfosit dan produk-produknya, seperti
antibodi. Respon imun adaptif sangat penting terutama untuk mikroba infeksius
yang bersifat patogenik terhadap manusia dan mampu melawan sistem imun non
spesifik. Apabila sistem imun non spesifik mengenali struktur-struktur yang sama-
sama dimiliki oleh berbagai kelas mikroba, sel-sel imuni spesifik dalam hal ini
adalah limfosit mengenali berbagai molekul yang diproduksi oleh mikroba serta
molekul-molekul non infeksius. Setiap bahan yang secara spesifik dapat dikenali
oleh limfosit dan antibodi disebut antigen. Respon imun spesifik seringkali
mengunakan sel-sel dari sistem imun non spesifik untuk mengeliminasi mikroba,
dan fungsi sistem imun spesifik untuk memperkuat mekanisme antimikroba sistem
imun non spesifik.
Sistem imun spesifik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu sistem imun spesifik
humoral dan sistem imun spesifik selular. Dua jenis imunitas spesifik ini
diperantarai oleh sel-sel dan molekul yang berbeda dan masing-masing dirancang
untuk memberikan pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler dan intraseluler

A. Sistem Imun Spesifik Humoral


Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah Limfosit B
atau sel B. Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten
sumsum tulang. Pada unggas, sel yang disebut Bursal cell atau sel B akan
berdeferensiasi menjadi sel B yang matang dalam alat yang disebut Bursa
Fabricius yang terletak didekat kloaka, pada manusia diferensiasi tersebut
terjadi dalam sumsum tulang.
Gambar abbas hal 5
Sistem imun spesifik humoral diperantarai oleh protein yang disebut
antibodi, yang diproduksi oleh sel-sel yang disebut limfosit B. Antibodi masuk
kedalam sirkulasi dan cairan mukosa, lalu menetralisir dan mengeliminasi
mikroa serta toksin mikroba yang berada di luar sel-sel inang, dalam darah,
cairan ekstraseluler yang berasal dari plasma dan didalam lumen dari organ-
organ mukosa, seperti traktus gastrointestinalis dan traktus respiratorius. Salah
satu fungsi terpenting antibodi adalah menghentikan mikroba yang berada pada
permukaan mukosa dan dalam darah agar tidak mendapatkan akses menuju sel-
sel inang dan tidak membentuk koloni di dalam sel serta jaringan ikat inang.
Melalui cara ini antibodi mencegah infeksi berkembang. Antibodi tidak dapat
mencapai mikroba yang hidup dan membelah di dalam sel yang terinfeksi.
Aktivasi sel limfosit B menghasilkan proliferasi sel yang antigen spesifik,
selanjutnya terjadi ekspansi klonal, dan kemudian berdiferensiasi menjadi sel
plasma, yang aktif mensekresi antibodi dan menjadi sel efektor imunitas
spesifik humoral.
Gambar...
Tahap-tahap respon imun humoral. Limfosit B naif mengenali antigen,
dan dibawah pengaruh sel sel T-helper sel B diaktivasi untuk proliferasi,
meningkatkan ekspansi klonal, dan untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma
yang mensekresi antibodi. Beberapa sel B yang teraktivasi mengalami
perubahan isotipe rantai berat dan maturasi afinitas, serta beberapa menjadi sel-
sel memori yang bertahan hidup lama

B. Sistem Imun Spesifik Selular


Limfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun spesifik seluler. Sel
tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa,
sel T dibentuk di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya
terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95%
dari semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang
dan selanjutnya meninggalkan timus untuk masuk dalam sirkulasi. Faktor timus
yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon
asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T di perifer. Berbeda dengan sel
B, sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel
CD4+ (Th1,Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3.
Peran sel T dalam sistem imun spesifik seluler adalah memberikan
pertahanan terhadap mikroba intraseluler. Pada beberapa jenis infeksi, mikroba
mungkin menemukan tempat yang nyaman didalam sel, dan mereka harus
dihilangkan oleh respon imun seluler

Gambar ...
Mikroba-mikroba yang ditelan oleh fagosit merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan awal imunitas bawaan, akan tetapi sebagian mikroba
tersebut telah berevolusi untuk menghindari aktivitas mikrobisida fagosit.
Beberapa bakteri intraseluler dan protozoa patogenik mampu bertahan hidup
dan bahkan bereplikasi dalam vesikel fagosit. Pada infeksi seperti itu, set T
merangsang kemampuan makrofag untuk membunuh mikroba yang ditelan.

3. Limfosit yang Berperan dalam Respon Imun Spesifik


Sebanyak 20% dari semua leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa adalah
limfosit yang terdiri atas sel B dan sel T yang merupakan kunci pengontrol sistem
imun. Secara morfologik sangat sulit untuk membedakan berbagai sel limfosit dan
diferensiasi subkelas sel B dan sel T. Sel-sel tersebut dapat mengenal benda asing
dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya sel limfosit hanya
memberikan reaksi terhadap benda asing, tetapi tidak terhadap sel sendiri.

Tabel 1. Limfosit yang Berperan dalam Respon Imun Spesifik


Jenis Sel Fungsi Sel Produk Fungsi Produk
Produksi antibodi Neutralisasi
B Antibodi
Presentasi antigen Opsonisasi
Lisis sel
↑ Produksi
Sitokin IL-3, IL-4 Membantu sel B
Th2 antibodi oleh sel B
dan Tc
↑ Tc aktif IL-5, IL-10, IL-13
Inflamasi :
IL-2, IFNgamma,
Th1 mengawali dan Mediator inflamasi
TNF
meningkatkan
Supresi Th dan
↓Produksi antibodi Faktor supresor
Tr akibatnya juga
sel B (TGFbeta)
supresi B dan Tc
Meningkatkan
IFN gamma ekspresi MHC
Lisis sel target
Tc Aktivasi sel NK
antigenik
Merusak membran
Perforin
sel sasaran
Pemusnahan sel
NKT IL-4, IFNgamma
sasaran

Dalam tubuh ada sekitar 1012 limfosit yang disirkulasikan terus menerus dalam
darah dan limfe, dapat bermigrasi ke rongga jaringan dan organ limfoid serta
merupakan perantara berbagai bagian sistem imun. Sel limfosit meruoakan sel yang
berperan utama dalam sistem imun spesifikm sel T pada imunitas seluler dan sel B
pada imunitas humoral, sel CD4+ berinteraksi dengan sel B dan merangsang
proliferasi diferensiasi sel B. Pada imunitas selular sel T CD4+ mengaktifkan
makrofag untuk menghancurkan mikroba atau CD8+ untuk membunuh mikroba
intraseluler yang menginfeksi sel. Kedua sistem imun, nonspesifik dan spesifik
bekerja sangat erat satu dengan yang lainnya.

4. Sel B
Sel B merupakan 5-25% dari limfosit dalam darah yang berjumlah sekitar 1000-
2000 sel/mm3. Limfosit asal sumsum tulang merupakan limfosit terbanyak sekitar
50%, sisanya sekitar 1/3 nya berasal dari kelenjar getah bening, limfe, dan kurang
dari 1% berasal di timus (Baratawidjaya,2013). Pada manusia sel B diproduksi
pertama pada fase embrionik dan terus berlangsung selama hidup. Sebelum lahir,
hati dan sumsum tulang merupakan tempat pematangan utama sel B dan setelah
lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Pematangan sel B terjadi dalam
beberapa tahap. Fase-fase pematangan sel B berhubungan dengan Ig yang
diproduksi. Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang disebut seleksi (positif
dan negatif). Seleksi pematangan primer terjadi dalam organ limfoid primer yaitu
sumsum tulang untuk sel B dan timus untuk sel T. Sel B dan sel T berasal dari
prekusor yang sama diproduksi dalam sumsum tulang, termasuk pembentukan
reseptor. Pematangan sel B terjadi dalam sumsum tulang, sedangkan progenitor sel
T bermigrasi ke dan menjadi matang di timus. Masing-masing sel berproliferasi
terutama atas pengaruh sitokin IL-12 yang meningkatkan jumlah sel matur.
Pematangan sel B dalam sumsum tulang tidak memerlukan antigen, tetapi aktivasi
dan diferensiasi sel B matang di kelenjar getah bening perifer memerlukan antigen.

4.1 Reseptor sel B


Reseptor sel B/ B cell Receptor (BCR) yang mengikat antigen asing akan
memacu 4 proses yang terdiri dari proliferasi, diferensiasi menjadi sel plasma
yang memproduksi antibodi, pembentukan sel memori, dan presentasi antigen
ke sel T.
Proliferasi sel B merupakan inti dari germinal kelenjar getah bening. Seperti
halnya dengan reseptor sel T/ T cell Reseptor (TCR), BCR mengawali signal
transduksi yang efeknya ditingkatkan oleh molekul kostimulator yang
kompleks. BCR merupakan kompleks protein transmembran yang terdiri atas
IgM dan disulfida heterodimer yang disebut Igα/Igβ. Molekul heterodimer ini
berhubungan dengan molekul IgM yang berbentuk BCR (Gambar ...). Rantai
Igα memiliki ekor sitoplasma yang panjang yang mengandung 61 asam amino;
ekor Igβ mengandung 48 asam amino (Abbas,2016).
Gambar... Struktur BCR
a. IgM
Sel B termuda sudah ditemukan dalam hati janin dan sumsum tulang dan belum
mengekspresikan imunoglobulin atau petanda permukaan. Kebanyakan sel B
yang matang dan belum diaktifkan meninggalkan sumsum tulang. Mula-mula
dibentuk IgM dalam sitoplasma sel yang dapat digunakan sebagai ciri sel pre-
B. Dalam tahap selanjutnya IgM bergerak kearah membran sel dan kemudian
dijadikan reseptor monomerik permukaan sIgM. Kemudian sel dapat mengenal
antigen untuk pertama kali. Kontak antara antigen dan sel B muda ini tidak
menimbulkan ekspansi dan diferensiasi lebih lanjut, dalam tahap selanjutnya
dibentuk IgD yang kemudian juga bergerak ke arah membran sel. Sel yang telah
memiliki IgM dan IgD sebagai reseptor dianggap matang. Gambar 5.7 104
Perkembangan sel B dalam sumsum tulang merupakan perkembangan
independen, akan tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan
antigen. Sel B yang diaktifkan akan berkembang menjadi limfoblast, beberapa
diantaranya menjadi matang/ sel plasma mampu memproduksi antibodi bebas
dan lainnya berkembang menjadi sel memori.
b. Reseptor Fc
Semua sel B memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgG. reseptor ini berperan
dalam gerakan antibodi melewati membran sel dan transfer IgG dari ibu ke janin
melalui plasenta. Reseptor tersebut dapat diikat pasif oleh berbagai sel seperti
sel B dan sel T, neutrofil, sel mast, eosinofil, makrofag, dan sel NK

4.2 Aktivasi sel B


Limfosit B mengekspresikan suatu reseptor untuk protein dari sistem
komplemen yang menyediakan sinyal untuk aktivasi sel. Sinyal yang terbentuk
selama respon imun non spesifik terhadap mikroba dan beberapa antigen
bekerja sama dengan pengenalan antigen oleh reseptor antigen untuk
mengawali respon sel B.
Gambar ... menunjukkan bahwa reseptor antigen sel B (BCR) terdiri dari
molekul imunoglobulin membran (mIg) dan heterodimer Igα / Igβ (CD79a /
CD79b) yang terkait (α / β). Subunit mIg mengikat antigen kemudian
menghasilkan agregasi reseptor, sedangkan subunit α / β mentransmisikan
sinyal ke interior sel. Agregasi BCR dengan cepat mengaktifkan kelompok
kinase Src, Lyn, Blk, dan Fyn serta tirosin kinase Syk dan Btk. Ini memulai
pembentukan signalosome yang tersusun dari BCR, kinase tirosin tersebut di
atas, protein adaptor seperti CD19 dan BLNK, dan enzim pensinyalan seperti
PLCγ2, PI3K, dan Vav. Sinyal yang berasal dari signalosome mengaktifkan
banyak kaskade signaling yang melibatkan faktor kinase, GTPases, dan
transkripsi. Hal ini menyebabkan perubahan metabolisme sel, ekspresi gen, dan
sitoskeletal. Kompleksitas sinyal BCR memungkinkan banyak hasil yang
berbeda, termasuk bertahan hidup, toleransi (alergi) atau apoptosis, proliferasi,
dan diferensiasi ke sel penghasil antibodi atau sel memori B.

Gambar .....
Hasil respon ditentukan oleh keadaan pematangan sel, sifat antigen, besarnya
dan durasi sinyal BCR, dan sinyal dari reseptor lain seperti CD40, reseptor IL-
21, dan BAFF-R.
Banyak protein transmembran lainnya, beberapa di antaranya merupakan
reseptor, memodulasi elemen spesifik dari pensinyalan BCR. Beberapa di
antaranya, termasuk CD45, CD19, CD22, PIR-B, dan FcγRIIB1 (CD32), pada
gambar diatas ditunjukkan dengan warna kuning. Besar dan durasi sinyal BCR
dibatasi oleh loop umpan balik negatif termasuk yang melibatkan jalur Lyn /
CD22 / SHP-1, jalur Cbp / Csk, SHIP, Cbl, Dok-1, Dok-3, FcγRIIB1, PIR-B,
dan internalisasi BCR. In vivo, sel B sering diaktifkan oleh sel antigen-
presenting yang menangkap antigen dan menampilkannya di permukaan sel
mereka. Aktivasi sel B oleh antigen terkait membran tersebut memerlukan
reorganisasi sitoskeletal BCR

You might also like