You are on page 1of 5

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Analisis & Sintesis Tindakan Keperawatan
Pemasangan kateter intravena

Nama Pasien : Ny T AST


Usia : 51 Tahun Ke3
No. Rekam Medis : 50-03-31-05
Diagnosa Medis : Union tibia sinistra post orif Mengetahui,
Nama Ruang Rawat : Chrysanthenum
Tanggal Masuk : 28 Februari 2019
Tanggal Tindakan : 28 Februari 2019 Preseptor
Nama Praktikan : Ivana Lola Saur
NIM : 011503180143
Pembimbing :

No Kriteria Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE): /10
Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan prosedur invasif ditandai
dengan program pengobatan

Sumber: Diagnosis keperawatan defenisi & klarifkasi 2015-2017


2 Data Subjekif: /10
- Pasien mengatakan riwayat operasi pasang pen pada lutut kiri tanggal 12-11-
2018
- Pasien mengatakan merasa tidak nyaman pada kaki kirinya
- Pasien mengatakan sudah mulai puasa dari jam 10.00
3 Data Objektif: /10
- Pasien tampak tenang untuk menghadapi operasi
- Keadaan umum pasien baik, tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15
(E4M6V5), observasi tanda-tanda vital, TD : 101/62 mmHg, HR : 68 x/mnt,
RR: 19 x/mnt, T : 36.1 ⁰C EWS : 0
- Hari ini pasien ada rencana operasi remove inplant pada pukul 18.00
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan: /10
1. Mempersiapkan peralatan sebelum melakukan tindakan
- Intravic set infus
- Vasofik 20 G
- Cairan infus RL 500ml
- Swab alcohol
- Handscoen
- Tourniquet
- Tegaderm iv
- Micropore
- Iv tag (pendana pemasangan IV)
- Sharp box kecil
- Alas pemasangan IV
- Tiang infus
- Plastik kuning
2. Mencuci tangan
3. Memperkenalkan diri kepada pasien
4. Mengkaji ulang data-data penting (DO dan DS)
5. Melakukan identifikasi pada pasien dan mempersiapkan pasien
6. Menutup tirai
7. Mencuci tangan
8. Menggunakan handskun
9. Membuka infus set, mengalirkan selang infus set dengan cairan infus RL
500ml, sehingga udara dalam selang keluar
10. Menutup saluran pada infus set dan menggantungkan pada selang infus.
11. Menanyakan kepada pasien lokasi mana yang ingin dilakukan operasi dan kita
akan memasang infus di daerah yang berbeda dengan daerah ingin di operasi
12. Melihat ukuran vena untuk menyesuaikan dengan ukuran (gauge) vasofix
13. Mengambil posisi yang nyaman untuk memulai tindakan infus
14. Membersihkan area yang akan di tusuk dengan alkohol swab, dengan teknik
one swab
15. Mengambil vasofix 20 G dan mulai menusuk dengan pisisi 35⁰ terhadap
permukaan kulit pada vena basilica dextra
16. Memberitahu jika saat ditusuk tangan tidak boleh ditarik dan dibantu dengan
tarik nafas dalam untuk mendistraksi pada saat menusuk.
17. Setelah jarum masuk dalam vena, darah akan keluar
18. Menurunkan vasofik sejajar dengan permukaan, posisi vasofik masuk setengah
jarum, keluarkan setengah jarum agar tidak melukai dinding vena, dorong
canula vasofik hingga masuk semua bagian
19. Tekan pada bagian ujung vasofix dan tarik keluar jarum,
20. Menghubungkan vasofic dengan selang infus yang berisi RL 500 ml
21. Melepaskan tourniket
22. Mengalirkan cairan infus untuk melihat kepatenan jalan infus
23. Memasang tegaderm untuk menjaga posisi infusan agar tetap paten
24. Mengatur tetesan infus pertama 7 tpm
25. Memberi tanggal pemasangan.
26. Merapikan pasien
27. Memberi IV Tag (nama pemasang infus, tanggal pemasangan infus dan tanggal
infus diganti)
28. Mengevaluasi respon pasien
29. Merapihkan pasien dan alat-alat
30. Membuang jarum suntikan pada sharpbox, beberapa peralatan infeksius ke
plastik kuning dan beberapa peralatan non infeksius ke plastik hitam
31. Mencuci tangan
5 Dasar Pemikiran: /15
Pemasangan infus atau terapi intravena adalah proses memasukkan jarum
abocath dalam pembuluh darah vena yang kemudan disambungkan dengan selang
infus dan dialirkan cairan infus (Rosyidi, 2013). Pemasangan infus adalah salah
satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke
dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008)
Terapi infus merupakan tindakan yang paling sering dilakukan pada pasien yang
menjalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV), pemberian obat, cairan,
dan pemberian produk darah, atau sampling darah (Alexander et all., 2010).
Menurut Perry dan Potter (2001) dalam Gayatri dan Handayani (2008) mengatakan
bahwa pemberian terapi infus di instruksikan oleh dokter tetapi perawat yang
bertanggung jawab pada pemberian serta mempertahankanterapi tersebut pada
pasien.
Union tibia sinistra adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya,
tetapi deformitas yang berbentuk anngulasi pemendekan atau union secara
menyilang misalnya pada fraktur tibia-fibula (Mutaqin, 2009). Menurut Apley dan
Solomon (2010) penyembuhan ada 5 stadium :
1. Stadium I pembentukan hematoma
2. Stadium II poliferasi seluler
3. Stadium III pembentukkan kalkus
4. Stadium IV konsolidasi
5. Stadium V remodeling
6 Prinsip Tindakan: /5
Prinsip tindakan yang dilakukan adalah aseptik. Tindakan aseptik adalah segala
upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi dan menyebabkan
perburukan kondisi pasien. Tindakan aseptik biasanya dilakukan pada saat
pemasangan infus menggunakan alkohol swab, aplikasinya sebagai berikut:
(Subandono, et, al, 2017)
7 Analisa Tindakan Keperawatan: /15
Paseien Ny. T dengan masalah union tibia sinistra post orif perlu mendapatkan
terapi melalui rehidrasi intravena ( infus) dengan pemberian cairan RL/24jam
melalui IV chateter dapat membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan cairan yang
adekuat serta untuk mempermudah terapi injeksi antibiotic, antinyeri, dan obat
lambung agar masuk dengan mudah dan reaksi terhadap pasien lebih cepat.
8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) Bahaya: /10
- Terjadinya hematoma yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena..
- Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
- Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
- Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
- Infeksi, dikarenakan tidak menerapkan teknik aseptik dengan benar.

Pencegahan:
- Saat pemasangan infus pastikan tidak ada udara pada selang infus
- Teliti dalam melakukan penusukkan pada vena
- Melakukan teknik penusukan dengan menggunakan aseptik
- Mengobservasi kondisi klinik pasien dan tanda-tanda inflamasi disekitar canul
- Melakukan bolus cairan dengan benar dengan memikirkan tingkat konsentrasi
atau kepekatan cairan yang diberikan
9 Hasil yang didapat: /5
S: Pasien mengatakan tidak ada tanda kemerahan disekitar area penusukan. Pasien
mengatakan tidak terasa nyeri disekitar penusukan. Pasien mengatakan tidak ada
bengkak di area penusukkan. Pasien mengatakan nyaman
O: Keadaan umum pasien baik, tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15
(E4M6V5), observasi tanda-tanda vital, TD : 101/62 mmHg, HR : 68 x/mnt, RR:
19 x/mnt, T : 36.1 ⁰C EWS : 0 nyeri: A/I: 0/0, tidak ada kemerahan disekitar IV
kateter.
A: Masalah keperawatan risiko ketidakseimbangan elektrolit teratasi dengan
pemasangan kateter intravena
P: - Observasi tanda-tanda inflamasi, seperti demam, kemerahan, dan nyeri.
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi area penusukan IV kateter.
10 Evaluasi Diri: /5
1) Kelebihan saya tidak gugup dan percaya diri saat tindakan sehingga tindakan
diselesaikan dengan baik dan berhasil, serta saya berkomunikasi dengan cukup
baik
2) Kekurangan ada beberapa hal yang tidak saya lakukakan sesuai SOP, misalnya
tidak menutup sampiran, saya melupakan alas dan tidak mencuci tangan setelah
melakukan tindakan.
3) Perbaikan dari tindakan ini, saya belajar bahwa setiap tindakan yang tidak
dilakukan sesuai SOP dapat berdampak buruk pada kondisi klinis pasien, saya
ingin perbaiki untuk kedepannya agar selalu mencuci tangan sesuai standar yang
ditetapkan oleh rumah sakit menurut umber yang telah ada.
11 Daftar Pustaka: /5
Herdman, Kamitsuru (2017). Diagnosis keperawatan defenisi & klarifkasi
2015-2017. Penerbit buku kedokteran: ECG. ed:10
Rosyidi , K. 2013. Muskuloskeletal . Jakarta : Trans Info Media
Darmawan, I. 2008. Plebitis, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya ?
http://www.otsuka.co.id?content=article=detail&lang=id
Alexander, M. Corrigan, A. Gorski, L. Hankins, J. & Perruca, R. (2010). Infusion
Nursing Society, Infusion Nursing: An evidence Based Approach. Third Edition.
St. Louis: Dauders Elsevier.
Gayatri, D., Handayani, H. Hubungan Jarak Pemasangan Terapi Intravena Dari
Persendian Terhadap Waktu Terjadinya Plebitis. Jurnal Keperawatan
Universitas Indonesia, Volume 11, No.1, hal 1-5;2007.Available
from:repository.ui.ac.id/.../6700d2fb60561ed49a0e7b1dc8723c59f6dd9a32.pdf
Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedi dan fraktur sistem Appley. Jakarta :
Widya Medika
Mutaqin, Arif. 2009. Asuahan Keperaeatan Klien dengan gangguan sistem
kardiologi dan kematologi, Jakrarta : Salemba medika
Subandono, J , Ariningrum, D. 2017. Buku Pedoman Keterampilan Klinis
Manajemen Luka untuk Semester 7. Surakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Sebelas Maret.

You might also like