You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Setiap bentuk perusahaan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan
lingkungan sekitarnya melalui program-program social seperti program pendidikan dan
lingkungan dan lain sebagainya. Yang demikian itu disebut corporate social responsiblity
(CSR) Wibisono (2007:7). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu
komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat
luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya (Wibisono,
2007:7).
Di sisi lain, tanggung jawab sosial merupakan salah satu bagian dari corporate
responsibility sehingga diminta atau tidak dan ada aturan atau tidak terkait dengan
pelaksanaan corporate social responsibility (CSR), pihak perusahaan akan tetap
melakukan kegiatan CSR kepada masyarakat lokal. Namun, pada praktiknya, program
CSR yang dilakukan oleh perusahaan masih banyak yang cenderung ditujukan untuk
‘meredam’ munculnya gejolak atau konflik antara masyarakat dengan perusahaan.
Pelaksanaan otonomi daerah juga memunculkan persoalan tersendiri yang harus
dihadapi oleh perusahaan multinasional di daerah. Seiring pula dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan hak-haknya untuk turut serta mengatur penyelenggaraan
negara, masyarakat mulai ingin memperoleh manfaat dari keberadaan perusahaan yang
beroperasi di daerahnya. Hal ini didukung oleh tuntutan penerapan konsep CSR baik
secara lokal melalui berbagai aksi masyarakat, secara nasional melalui legitimasi hukum,
serta iklim perindustrian di seluruh penjuru dunia. Dalam penerapan CSR oleh
perusahaan, perlu hati-hati dan cara-cara yang benar agar tidak memperkuat kondisi relasi
ketergantungan dari masyarakat akan kehadiran perusahaan.
Keuntungan-keuntungan yang secara otomatis didapat dari pelaksanaan kegiatan
CSR bagi masyarakat di sini adalah adanya pengurangan resiko, meningkatnya good will,
mengurangi biaya, membangun sumber daya manusia, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

1|Page
CSR di indonesia datang diakhir dekade 1990-an. Kondisi penting yang
melahirkan CSR di Indonesia karena gerakan sosial berupa tekanan dari LSM
lingkungan, LSM buruh, serta LSM Perempuan. Selain itu adanya kesadaran untuk
menjalankan praktik CSR dari perusahaan. Program CSR sudah mulai bermunculan di
Indonesia seiring telah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Corporate Sosial Responsibility (CSR) atau yang disebut juga tanggung jawab
sosial perusahaan adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki
suatu tanggung ajwab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, serta
lingkungan sekitar dalam segala aspek operasional perusahaan. Dengan konsep
Corporate Sosial Responsibility ini, perusahaan mengintegrasikan kepdulian sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para
pemangku kepentingan secara sukarela.Tanggungjawab sosial dapat pula diartikan
sebagai kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan
melakukan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.1
Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau
disebut juga CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
caracara mereka sendiri dalam melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan public
eksternal. Secara konseptual, TSP/CSR adalah pendekatan dimana perusahaan
mengintegarasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan
para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan.
Menurut undang-undang Perseroan Terbatas Pasal 1angka 3, Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat,
maupun untuk masyarakat umum. Dari pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa CSR
mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan di mana
ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak hanya dari faktor keuangan saja, tetapi juga harus

1
Amin Widjaja, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Harvindo, 2008, hlm. 161

3|Page
berdasrakan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.
Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2 makna, yakni tanggung jawab dalam
makna responsibility atau tanggung jawab moral atau etis, dan tanggung jawab dalam
makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum.
a. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility.
Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian
bahwa tanggung jawab itu memiliki karakter agen yang bebas moral; mampu
menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan oleh sanksi/hukuman atau
konsekuensi responsibility merupakan tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung
yang hanya disertai sanksi moral. Sehingga tidak salah apabila pemahaman sebagian
pelaku dan atau perusahaan terhadap CSR hanya sebatas tanggung jawab moral yang
mereka wujudkan.
b. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability.
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung
jawab dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab
keperdataan. Dalam hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan
sebagai berikut:
1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsure kesalahan,
2) Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga,
3) Prinsip tanggung jawab mutlak.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab
dalam makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada
hakekatnya hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum
ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam
makna responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur di dalam
norma hukum, maka termasuk dalam makna liability.
2. Dasar Hukum

4|Page
Di Indonesia sendiri, kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan atau CSR, khususnya di bidang lingkungan, telah diatur dalam
undang-undang, anatra lain adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1) Pasal 22 ayat (1):
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki amdal.
2) Pasal 47 ayat (1):
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau
kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan
hidup,
3) Pasal 53 ayat (1):
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
4) Pasal 54 ayat (1):
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
5) Pasal 55 ayat (1):
Pemegang izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) wajib
menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup.
b. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
1) Pasal 15 poin b:
Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan.
2) Pasal 16 pin d:
Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.
c. Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
1) Pasal 21 ayat (1):

5|Page
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian
sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
terhdaap lingkungan hidup akibat kegiatan industry yang dilakukannya.
d. Undang-undang No. 40 ahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
1) Pasal 74:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan & kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
e. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawaba Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas
3. Penerapan CSR dan Teori-Teori CSR
Penerapan kegiatan Corporate Social Responsbility (CSR) didasarkan pada
banyak alasan dan tuntutan, sebagai paduan antara faktor internal dan eksternal.
Sebagaimana dijelaskan lebih jauh oleh Frynas (2009) yang melihat bahwa pertimbangan
perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR antara lain umumnya karena alasan-alasan
sebagai berikut:
1) Untuk memenuhi regulasi, hukum, dan aturan
2) Sebagai investasi social perusahaan untuk mendapatkan image yang positif
3) Bagian dari strategi bisnis perusahaan
4) Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat
5) Bagian dari risk management perusahaan untuk meredam dan menghindari konflik
social

6|Page
Terkait dengan batasan mengenai tanggung jawab social perusahaan atau
Corporate Social Responsbility (CSR) yang dikemukakan para hali berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandang masing-masing. Namun perlu dikemukakan beberapa definisi
sebagai koridor dan memagari kajian mengenai CSR.

Menurut Pemerintah Inggris CSR adalah:

“The voluntary actions that business can take, over and above compliance with
minimum requirements, to address both its own competitive interest and interests
of wider society” (www.csr.gov.uk)

Lebih lanjut Wor;d Business Cpuncil and Sustainability Development (WBCSD),


memberikan pengertian tanggung jawab social perusahaan sebagai berikut:

“The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to


economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community and society at large” (WBCSD,
1999, Business Association)

Pendapat tanggung jawab sosial lainnya dikemukakan dalam www.csr.asia.com


sebagai berikut:

“A company’s commitment to operating in an economically, socially, and


environmentally sustainable manner while balancing the interests of the diverse
stakeholders” (www.csrasia.com, social enterprise)

Definisi-definisi tersebut menunjukkan keragaman dalam mengartikan dan


mengimplementasikan SCR, sehingga hingga saat ini tidak ada terdapat
kesepakatan mengenai batasan tanggung jawab sosial perusahaan (McWilliams,
et.al, dalam Radyati, M.R. & Nindita. 2008).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti bahwa CSE


merupakan konsep sebagai berikut:

1) Perusagaab harus mempunyai perhatian terhadap persoalan sosial dan lingkungannya


2) Berdasarkan prinsip sukarela

7|Page
3) Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan harus memperhatikan
persoalan sosial dan lingkungan

Setidaknya ada 2 (dua) landasan berkenaan dengan corporate sosial respinsbility


(CSR) yaitu berasal dari etika bisnis (bisa berdasarkan agama, budaya atau etika
kebaikan lainnya) dan dimensi sosial dari aktivitas bisnis. CSR atau sering diartikan
sebagai “being socially responsible” jelas merupakan suatu cara-cara yang berbeda untuk
orang yang berbeda dalam negara yang berbeda pula. Artinya penerapan CSR di masing-
masing negara harus disesuaikan dengan konteks sosial dan lingkungannya. Sehingga
perlu kehati-hatian dalam menerapkan konsep CSR dari negaranegara maju di negara-
negara yang sedang berkembang (Frynas, 2009).

Blowfield dan Frynas (2005) mengibaratkan CSR sebagai sebuah ‘payung’ bagi
beragam teori dan praktek yang mengakui dan memahami persoalanpersoalan berikut:

1) Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap dampaknya terhadap


masyarakat dan lingkungan alam, yang terkadang lebih jauh lagi sekedar memenuhi
aspek legal dan pertanggungjawaban individual.
2) Bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk berperilaku dengan siapa
mereka melakukan bisnis.
3) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola hubungannya dengan masyarakat yang lebih
luas, dengan alasan komersial atau untuk nilai tambah terhadap masyarakat.

Garriga & Mele (2004: 51-71) mencoba memetakan konsep-konsep CSR ke dalam
empat kelompok besar, sebagai berikut:

1) Kelompok pertama yang berasumsi bahwa perusahaan adalah instrumen untuk


menciptakan kesejahteraan dan bahwa ini merupakan satu-satunya tanggung jawab
sosial. Hanya aspek ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat yang
dipertimbangkan. Jadi sekiranya terdapat aktivitas sosial yang diterima, jika dan
hanya jika hal tersebut konsisten dengan penciptaan kesejahteraan. Kelompok teori
ini dapat disebut instrumental theories karena mereka memahami CSR sebagai alat
belaka untuk memperoleh keuntungan.

8|Page
2) Kelompok kedua yang melihat kekuatan sosial dari perusahaan yang menjadi
tekanan, khususnya dalam hubungannya dengan masyarakat dan tanggung jawabnya
dalam arena politis berkaitan dengan kekuatan ini. Hal tersebut mengarahkan
perusahaan untuk menerima tugastugas dan hak-hak sosial atau berpartisipasi dalam
kerjasama sosial tertentu. Kita dapat menyebut kelompok ini dengan political
theories.
3) Kelompok ketiga termasuk teori-teori yang mempertimbangkan bisnis seharusnya to
integrate tuntutan sosial. Biasanya berpendapat bahwa bisnis tergantung pada
masyarakat untuk kelanjutan dan pertumbuhannya, bahkan untuk keberadaan
bisnisnya sendiri. Kelompok ini adalah integrative theories.

Kelompok keempat teori dari pemahaman hubungan antara bisnis dan masyarakat
adalah penanaman nilai-nilai etis. Hal tersebut mengarahkan visi CSR dari suatu
perspektif etis dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung jawab
sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan lainnya. kelompok ini disebut
dengan ethical theories

No Jenis Teori Pendekatan Penejelasan Singkat


1. Instrumental theories Maksimalisasi nilai Maksimalisasi nilai jangka panjang
(focus pada pencapaian shareholder (Friedman,1970 & Jensen,2000)
sasaran ekonomi melalui Strategi untuk keuntungan  Investasi sosial dalam konteks
aktifitas sosial) kompetitif kompetitif (Porter &
ramer,2002)
 Strategi berdasakan pandangan
sumber alami dari perusahaan
dan dinamika kapabilitas
perusahaan (Hart,1995 &
Lizt,1996)
 Strategi dan dasar piramida
ekonomi (Prahalad &
Hammond,2002, Hart &
Christensen,2003)

9|Page
Caused-related marketing Pengakuan aktifitas sosial altruistic
dimanfaatkan sebagai alat
pemasaran (Varadarajan
Menon,1986 & Murray and
Montanaru,1986)
2. Political theories (fokus Konstitusionalisme Tanggung jawab sosial bisnis
pada pemanfaatan perusahaan (Corporate muncul dari sejumlah kekuatan
tanggung jawab kekuatan constitutiona-lism) sosial yang mereka (Davis
bisnis dalam arena politik) 1960,1967)
Teori Kontrak Sosial Asumsinya bahwa terdapat suatu
Integrative (integrative social kontrak sosial antara perusahaan
contract theories) dan masyarakat (Donaldson &
Dunfee, 1994,1999)
Corporate (or business) Perusahaan dipahami sebagaimana
citizenship seorang warga dengan keterlibatan
tertentu dalam komunitas (Wood &
Lodgson,2002)
3. Integrative theories Manajemen isu (issues Proses-proses perusahaan
(fokus integrasi tuntutan management) merespon isu sosial dan politik
sosial) yang mempengaruhinya.
(Sethi,1975)
Tanggung jawab publik Hukum dan adanya proses
(public responsibility) kebijakan publik diambil sebagai
rujukan untuk kinerja sosial (social
performance) (Preston &
Post,1975,1981)
Manajemen Pemangku Kesimbangan para pemangku
Kepentingan (stakeholder kepentingan (Mitchell et.al, 1997)
management)
Kinerja Sosial Perusahaan Mencari legitimasi sosial dan
(Corporate social proses-proses untuk memberi

10 | P a g e
performance) respon yang tepat terhadap isu-isu
sosial (Carrol,1979)
4. Ethical theories (fokus Teori Normatif Pemangku Pertimbangan tugastugas yang
pada sesuatu yang baik Kepentingan (Stakeholder tergadai dari perusahaan.
untuk mencapai suatu normative theories) Aplikasinya membutuhkan rujukan
masyarakat yang baik) sejumlah teori moral (Freeman,
1984,1994)
Hak-hak Azasi Universal Kerangkanya berdasarkan hak-hak
azasi manusia, hak buruh dan
penghargaan lingkungan (The
Global Sullivan Principles,1999)
Pembangunan Berkelanjutan Upaya mencapai pembangunan
manusia berdasarkan pertimbangan
saat ini dan generasi masa depan
(World Commission on
Environment and Development,
Brutland Report, 1987)
The Common good Berorientasi pada kebiasaan baik
masyarak (Alford and Naugghton,
2002, Mele 2002)

4. Manfaat CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki manfaat bagi perusahaan dan


masyarakat. Diantaranya seagai berikut2:

1. Social Licence to Operate (Izin sosial untuk beroperasi)


Bagi perusahaan, masyarakat adalah salah satu faktor yang membuat perusahaan
bergerak atau malah sebaliknya. Dengan adanya CSR, masyarakat sekitar akan
mendapatkan manfaat dari adanya perusahaan dilingkungan mereka maka dengan

2
http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/10/pengertian-csr-manfaat-fungsi-contoh-csr-perusahaan.html diakses
pada 7 Oktober 2018 pukul 19:57 WIB

11 | P a g e
sendirinya masyarakat akan merasa diuntungkan dan lama-kelamaan akan merasa
memiliki perusahaan. Jika sudah seperti itu perusahaan akan lebih leluasa untuk
menjalankan kegiatan usahanya di daerah tersebut.
2. Mereduksi Risiko Bisnis Perusahaan
CSR akan membuat hubungan antara perusahaan dengan pihak-pihak yang
terlibat menjadi semakin baik, sehingga risiko-risiko bisnis seperti adanya kerusuhan
menentang berdirinya perusahaan dapat berkurang. Jika seperti itu maka biaya-biaya
pengalihan risiko dapat digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat bagi perusahaan
maupun masyarakat.
3. Melebarkan Akses Sumber Daya
CSR jika dikelola dengan baik akan menjadi sebuah keunggulan bersaing bagi
perusahaan yang nantinya dapat membantu perusahaan dalam memuluskan jalan untuk
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan.
4. Melebarkan Akses Menuju Market
Seluruh investasi serta biaya yang dikeluarkan untuk program CSR sebenarnya
dapat menjadi sebuah peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan market yang lebih
besar. Termasuk juga di dalamnya dapat membangun loyalitas konsumen serta
menembus pangsa pasar baru. Hal ini dikarenakan program CSR dapat mebuat nama
perusahaan menjadi lebih terkenal dan dikagumi oleh masyarakat.
5. Mereduksi Biaya
Program CSR juga dapat menghemat biaya perusahaan seperti misyalnya
melakukan program CSR yang berkaitan dengan lingkungan dengan menerapkan konsep
daur ulang dalam perusahaan, sehingga limbah perusahaan akan berkurang dan biaya
untuk produksi juga akan lebih berkurang
6. Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder
Pelaksanaan program CSR dapat membantu komunikasi dengan stakeholder
menjadi lebih sering dan erat, dimana hal tersebut akan menambah keppercayaan
stakeholders kepada perusahaan.
7. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator

12 | P a g e
Perusahaan yang melakukan CSR pada umumnya akan turut meringankan beban
pemerintah sebagai regulator. Dimana pemerintahlah yang sebenarnya mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakatnya.
8. Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan
Reputasi perusahaan yang baik dan kontribusi besar yang diberikan perusahaan
kepada stakeholders, masyarakat dan lingkungan, akan menambah kebanggaan tersendiri
bagi karyawan yang bekerja di perusahaan dimana hal tersebut dapat berdampak pada
peningkatan motivasi dan produktivitas kerja karyawan.
9. Peluang Mendapatkan Penghargaan
Perusahaan yang memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dan
lingkungan melalui program CSR akan berpeluang untuk mendapatkan kesempatan
mendapatkan penghargaan. Tentu sebuah penghargaan akan menjadi kebanggan
tersendiri bagi perusahaan.

13 | P a g e
CONTOH KASUS

Komisi Informasi Pusat memutuskan agar jaringan toko Alfamart, PT. Sumber Alfaria
Trijaya Tbk (SAT), memberikan informasi terbuka mengenai donasi yang diterima dari
masyarakat. Salah satu pertimbangan hukum putusan KIP adalah Alfamart mengabungkan
penggunaan dana donasi dengan laporan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) dalam laporan tahunan perusahaan (annual report) 2015. "Hasil sumbangan
harusnya dilaporkan secara terpisah dari laporan CSR Termohon (SAT) sesuai dengan UU No
40/2007 dan PP No 47/2012," bunyi putusan Majelis Komisioner yang diketuai Dyah Aryani P.

Pada laporan tahunan SAT tentang CSR di halaman 126 hingga 129, perusahaan
memasukan penggunaan donasi konsumen sebagai bentuk CSR. SAT menguraikan kegiatan
donasi konsumen dengan pihak-pihak yang menerima."Hasil sumbangan harusnya dilaporkan
secara terpisah dari laporan CSR Termohon (SAT) sesuai dengan UU No 40/2007 dan PP No
47/2012," bunyi putusan Majelis Komisioner yang diketuai Dyah Aryani P.

14 | P a g e
Pasal 74 Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan,
tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Aturan itu diperjelas di Pasal 4 Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang


Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Pasal tersebut mengatakan, TJSL
dilaksanakan oleh direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat
persetujuan dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham sesuai dengan anggara dasar
perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan TJSL.

"Seharusnya dalam laporan tahunan 2015 bukan laporan donasi yang dikelola oleh
termohon, melainkan hasil keuntungan yang disisihkan oleh perusahaan untuk kegiatan TJSL,"
bunyi putusan KIP.

Corporate Affairs Director Alfamart Solihin mengatakan, dalam pengelolaan donasi


konsumen, Alfamart bekerja sama dengan yayasan berskala nasional maupun internasional untuk
mengelola, menyalurkan dan memberikan laporannya kepada pihak Kementerian Sosial.

"Dana donasi yang terkumpul melalui kasir 100 persen diserahkan ke yayasan, seperti
PMI, UNICEF, Kick Andy Foundation. Tidak ada (donasi) digunakan buat CSR perusahaan
apalagi usaha perusahaan," kata Solihin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (23/12).

ANALISIS

Timbulnya permasalahan ini ada hubungannya dengan prisip GCG, yaitu keterbukaan.
Dikarenakan Alfamrt tidak terbuka sepenuhnya tentang Buku Tauhan ke uang mereke,
menjadikan Pembeli Almafart salah kaprah atas Donasi masyarakat dan CSR, yang kita ketahui
di atas bahwa Donasi masyarakat dan CSR tidak bisa di gabung,

Dengan adanya kasus ini membuktikan bahwa adanya hubungan erat antara CSR dengan
GCG, sehingga CSR dan GCG bukan suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan saling
keterkaitan.

15 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

Seluruh perusahaan dituntut untuk melaksanakan kegiatan CSR tidak lagi semata-mata
bekerja untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal atau pemegang
saham, melainkan juga memberikan manfaat pada masyarakat pada umumnya dan pada
komunitas sekitar pada khususnya. Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
timbul akibat berdirinya suatu kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk bertanggung
jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.

Namun, di sisi lain, komitmen masyarakat untuk bermitra dengan perusahaan dalam
rangka kegiatan CSR masih belum siap. Banyak program kegiatan CSR yang mengarah untuk
pemberdayaan masyarakat terhenti di tengah jalan atau tidak sinambung (sustainability).
Persoalan teknis yang menyangkut persyaratan administrasi, pelaporan manajemen usaha dan
pengelolaan dana nampaknya menjadi kendala utama kelompok-kelompok usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) masyarakat.

16 | P a g e
PERTANYAAN

1. Adelia (110110160330)
 Jelaskan bagaimana prinsip CSR dalam hal mengenai liability?
2. Amanda (110110160349)
 Kenapa terdapat pemisahan anata CSR dengan Responsibility? dan apakah CSR selalu
berhubungan dengan bidang usaha perusahaan terkait?
3. Sabina (110110160289)
 Apakah terdapat sanksi bagu perusahaan yang tidak menerapkan CSR? Dan siapa yang
berwenang untuk memberikan sanksi terhadap perusahaan tersebut?
o Adapun aturan sanksi yang diberikan adalah peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan
atau penanaman modal, hingga pencabutan izin kegiatan usaha.
o Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL,
maka berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanam modal dapat dikenai sanksi
adminisitatif berupa:
 peringatan tertulis;
 pembatasan kegiatan usaha;
 pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
 pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
o
4. Farhan (110110160305)
 Apakah terdapat regulasi khussu bagi BUMN yang tidak melakukan CSR? Atau hanya
mengikuti UU PT saja?
Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib melaksanakan
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program BinaLingkungan dengan berpedoman
pada Permen BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana
BUMN (Pasal 1 angka 6 Permen BUMN 5/2007). Sedangkan Program Bina Lingkungan
adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan
dana BUMN
Dalam Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara tidak
mengatur jelas mengenai program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL untk

17 | P a g e
selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep
-236 /MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
5. Duhita (110110160313
 Apakah dana CSR membebankan anggaran suatu perusahaan? Lalu jika kita mengambil
contoh seperti “beasiswa yang diberikan oleh Djarum” apakah hal tersebut merupakan
salah satu bentuk dari CSR?
6. Anita (110110160317)
 Apakah terdapat peraturan lain yang menjelaskan mengenai CSR selain dari UU PT?
Selain itu bagaimana bentuk pertanggung jawaban sosial yang dapat dilakukan oleh suatu
perusahaan?

DAFTAR PUSTAKA

Widjaja, Amin. 2008. Corporate Social Responsibility, Jakarta: Harvindo.

McWilliams, et.al,. 2008. Radyati, M.R. & Nindita.

Internet References:

http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/10/pengertian-csr-manfaat-fungsi-contoh-csr-
perusahaan.html diakses pada 7 Oktober 2018 pukul 19:57 WIB

www.csrasia.com, social enterprise

18 | P a g e

You might also like