Professional Documents
Culture Documents
iklan
Upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak: "
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak yang
selanjutnya disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. 1
Kesehatan ibu dan anak (KIA) di Tanah Air selalu saja menjadi masalah pelik yang tak
kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Untuk
itu, penggunaan instrumen hak azasi manusia dianggap perlu untuk menjamin ketersediaan
dukungan itu. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa
dikatakan menggembirakan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu
kelahiran. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup,
menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati
berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih
diperlukan berbagai dukungan. 1, 12, 13
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar
(58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan
usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%,
tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar
54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.
Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei
Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di
Indonesia adalah 18 tahun.
SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi
dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda
kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi
sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan
pelayanan kontrasepsi. 1,12,13
Demikian pula dengan penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia,
hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau
setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan
sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan,
misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. 1
1.2. Tujuan
• Menerangkan usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan dalam peningkatan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan
karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup
Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :
• Perdarahan
• Hipertensi
• Infeksi
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum,
perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi
plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan
perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema
dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma
(eklamsia).
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau
parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan
bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
• Transfusi darah
• Anti mikroba
• Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasi-komplikasi
serius kehamilan dan persalinan.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Cara menghitungnya :
Dimana:
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th hidup =" Jumlah" k =" 1000" natal ="Angka" 1bulan ="Jumlah" hidup ="Jumlah" k
=" 1000"> 42 minggu
2. Bayi dengan berat badan tahir <> 4000 gram
3. Bayi besar atau kecil untuk umur kehamilan
4. Bayi dengan riwayat penyakit neonatus yang berat atau dengan kematian saudaranya.
5. Bayi dengan keadaan lahir yang buruk (nilai Apgar 0-3 pada menit pertama) atau yang
memerlukan resusitasi dikamar bersalin
6. Bayi lahir dengan penyakit infeksi, adanya riwayat penyakit selama kehamilan, ketuban
pecah dini, riwayat masalah sosial yang berat seperti kehamilan dimasa remaja, tidak adanya
perawatan prenatal, hampir tidak ada kenaikan berat badan selama kehamilan, lama tidak
mempunyai bayi, mempunyai 4 atau lebih anak sebelumnya, ibu yang mempunyai anak
pertama pada usia 35 tahun atau lebih, pecandu obat, peminum obat-obat atau tidak kawin.
7. Bayi yang lahir dengan kehamilan ganda atau ibu hamil lagi setelah 3 bulan melahirkan.
8. Bayi yang lahir dengan bedah kaisar atau adanya komplikasi kehamilan seperti
hidramnion, abrupsio plasenta, plasenta previa, atau letak plasenta tidak normal.
9. Bayi yang mempunyai satu pembuluh darah arteri tali pusat atau setiap kecurigaan akan
cacat bawaan.
10. Bayi yang dikenal menderita anemi atau inkompatibilitas darah
11. Bayi lahir dari ibu yang sangat menderita selama hamil seperti masalah emosi yang
berat,hiperemesis, kecelakaan yang membahayakan, anastesi umum
Terakhir ada juga aspek penundaan kehamilan. Dengan menyusui secara eksklusif dapat
menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi atau yang disingkat MAL.
1.Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
Komposisi ASI
1. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
2. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
3. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35.
Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
2. Aspek Imunologik
1. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
2. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
3. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat
zat besi di saluran pencernaan.
4. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
5. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
6. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
2. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
3. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
1. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
2. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point
lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih
tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
1. Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
1. Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah
tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
1. Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).
Step-By-Step Menyusui
Persiapan :
1. Cuci tangan anda untuk menghilangkan kuman. Jika mau anda juga boleh mencuci puting
anda dengan air.
2. Carilah posisi yang enak untuk duduk atau berbaring. Jika posisi duduk anda enak, anda
akan menjadi rileks dan “turunnya” ASI (letdown reflex) lebih mudah terjadi. Berikut adalah
posisi yang barangkali anda bisa coba:
o Duduk dengan sandaran yang enak untuk punggung, misalnya dengan banyak bantal, agar
tidak sakit punggung. Dengan posisi ini, sebaiknya kaki anda berada dalam posisi yang agak
tinggi, misalnya dengan menaruh dingklik sebagai alas kaki di kursi. Dengan ini, paha anda
bertindak sebagai penyangga bayi dalam posisi yang tepat sehingga bayi tidak perlu menarik-
narik puting anda.
o Duduk dengan banyak bantal di tempat tidur.
o Duduk di kursi goyang.
o Berbaring di sisi badan anda di tempat tidur (bukan posisi rebah), dengan tangan
menyangga kepala anda, sementara bayi dalam posisi tidur menghadap anda. Posisi ini
nyaman untuk menyusui di malam hari, atau untuk ibu-ibu yang menjalani operasi sesar.
3. Rilekslah. Kalau perlu lakukan pernafasan relaksasi, mendengarkan musik, membaca, dsb.
Apabila anda terlalu tegang, refleks turunnya susu bisa terhalangi.
Posisi Menyusui :
• Kepala bayi diletakkan pada lekukan dalam siku tangan. Kemudian, seluruh badan bayi
menghadap dada, bukan hanya kepalanya saja. (Waktu pertamakali barangkali ibu akan perlu
bantuan orang/suster untuk meletakkan bayi dalam posisi ini, tetapi lama kelamaan ibu bisa
melakukannya sendiri. Prinsipnya, kepala bayi harus tersokong dengan baik).
• Ambil payudara dengan tangan yang bebas, jempol memegang bagian atas payudara, dan
jari lainnya memegang bagian bawah.
• Saat didekankan ke puting, bayi biasanya akan refleks membuka mulut dan menyambut
puting. Tetapi apabila tidak, colek coleklah bibir bayi dengan puting hingga ia membuka
mulutnya.
Pastikan kalau bayi membuka mulutnya selebar mungkin, dan letakkan bagian tengah puting
pada bukaan mulut tersebut.
• Atau, apabila sulit masuknya puting ke mulut bayi, lakukan trik “Sandwich”, yaitu menekan
puting dengan jempol dan telunjuk sehingga segepeng mungkin, paralel dengan alur bibir
bayi, dan masukkan kedalam bukaan mulut bayi (Trik dari Ibu Doris Fok, konsultan laktasi
singapura)
• Perlekatan (latch-on) yang baik adalah apabila sebagian besar aerola berada di dalam mulut
bayi, dagu menempel ke payudara anda, dan kepalanya agak ke belakang sehingga hidungnya
tidak ketutupan payudara. Sebenarnya tidak perlu menekan payudara untuk membuka jalan
udara ke hidung bayi, selama posisi menyusui benar.
Durasi Menyusui
Jika bayi nampak enggan menghisap, jangan khawatir, biarkan dia “main-main” dulu dengan
mengendus dan menjilat putingnya. Dengan banyak latihan, bayi akan semakin mahir.
Menyusui pertamakali mungkin hanya sebentar, mungkin hanya empat menit, tetapi bisa juga
lama. Ada bayi yang sejak awal menyusuinya lama.
Ingatlah bahwa setiap bayi itu berbeda, dan pola menyusuinya juga mungkin berubah-ubah
seiring dengan pertumbuhan mereka. Bayi yang menyusui selama 20 menit di minggu-
minggu pertama mungkin hanya akan perlu lima menit di usia empat bulan. Pola menyusui di
awal biasanya lebih pendek karena ASI memang belum keluar dan yang ada hanya kolostrum
yang berjumlah kecil.
Ingatlah bahwa membiarkan bayi menyusui selama yang ia mau adalah satu cara untuk
menjamin bahwa ia mendapatkan ASI yang diperlukan. Pada menit pertama menyusui yang
keluar adalah ASI yang encer (susu depan / foremilk) yang bertugas untuk menghilangkan
rasa haus bayi. Menit berikutnya, persisnya setelah refleks turunnya susu, ASI berubah
menjadi lebih kental (susu belakang / hindmilk), yang mengandung lebih banyak lemak dan
gizi, untuk mengenyangkan bayi. Saat bayi mendapatkan cukup susu, biasanya ia akan
melepaskan payudara dengan sendirinya, atau jatuh tertidur. Tetapi jika ibu merasa perlu
menghentikan bayi anda menyusui, pelan pelan tekan puting dengan jari kelingking untuk
memotong hisapan bayi. Jangan menarik puting begitu saja saat bayi masih menghisap
karena bisa mengakibatkan lecet.
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, misalnya
tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan,
ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup
yang populer.
Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan
menegosiasikan hubungan seksual, dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau serta terjamin kerahasiaannya. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy)
atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang
yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih
jauh, meski pelayanan itu ada.
2.4.1. Berbagai Risiko Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual
(PMS), kekerasan seksual, dan oleh sistem yang membatasi akses terhadap informasi dan
pelayanan klinis. Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh gizi, kesehatan psikologis,
ekonomi dan ketidaksetaraan gender yang menyulitkan remaja putri menghindari hubungan
seks yang dipaksakan atau seks komersial.
Kehamilan. Di berbagai belahan dunia, wanita menikah dan melahirkan di masa remaja
mereka. Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahunan, terutama di
wilayah di mana pelayanan medis sangat langka atau tidak tersedia (Outlook, Volume 16
Januari 1999 Edisi Khusus: Keselamatan lbu). Remaja putri yang berusia kurang dari 18
tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan
wanita yang telah berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet,
perdarahan maupun faktor lain. Kegawat daruratan yang berkaitan dengan kehamilan,
misalnya tekanan darah tinggi (hipertensi) dan anemia
(kurang darah) juga lebih sering terjadi pada ibu-ibu berusia remaja, terutama pada daerah di
mana kekurangan gizi merupakan endemis.
Aborsi yang tidak aman. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir
dengan aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan di negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah
kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed).
2.4.2. Rekomendasi ICPD untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut
Konfrensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan mendorong Pemerintah
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program yang tanggap
terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan
agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial
atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Pelayanan dan kegiatan penting yang digaris bawahi, termasuk:
• informasi dan konseling KB;
• pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara seksual
• pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja dengan anaknya;
• konseling yang berkaitan dengan hubungan antar jender, kekerasan, perilaku seksual yang
bertanggung-jawab, dan penyakit menular seksual; dan
• pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan seksual (sexual abuse) dan hubungan
seksual sedarah (incest).
Berbagai kemajuan telah dihasilkan semenjak ICPD tersebut. Sudah lebih banyak negara
yang telah merumuskan kebijakan program yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
remaja.
Aborsi yang disengaja (induced abortion) seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri
dibandingkan pada wanita yang lebih tua. Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum
mencari bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin
mereka tidak sadar atau tahu bahwa mereka hamil.
Penyakit Menular Seksual (PMS),termasuk HIV. Infeksi PMS dapat menyebabkan masalah
kesehatan seumur hidup, termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis, serta meningkatkan
risiko penularan HIV. Sekitar 333 juta kasus PMS yang dapat disembuhkan terjadi setiap
tahunnya; dan data yang ada menunjukkan bahwa sepertiga dari infeksi PMS di negara-
negara berkembang terjadi pada mereka yang berusia 13-20 tahun. Walaupun hubungan seks
dilakukan atas keinginan bersama (“mau sama mau“). Seringkali remaja tidak merencanakan
lebih dahulu sehingga tidak siap dengan kondom maupun kontrasepsi lain, dan mereka yang
belum berpengalaman berKB cenderung menggunakan alat kontrasepsi tersebut secara tidak
benar.
Lebih lanjut, remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi dibandingkan
wanita lebih tua karena belum matangnya sistem reproduksi mereka.
Female Genital Mutilation (FGM) atau Pemotongan Kelamin Wanita. Yang dimaksud
dengan .GM atau pemotongan alat kelamin wanita adalah pemotongan sebagian atau seluruh
alat kelamin luar wanita maupun tindak perlukaan lainnya terhadap alat kelamin wanita. GM
merupakan praktek tradisional yang sudah berurat-berakar yang berdampak sangat parah dan
berat terhadap kesehatan reproduksi remaja putri atau wanita. Kebanyakan perempuan yang
telah menjalankan .
Selain trauma psikologis yang dialami saat pemotongan, GM dapat mengakibatkan infeksi,
perdarahan hebat dan shock. Perdarahan yang tidak terkontrol ataupun infeksi, dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari. Beberapa bentuk
GM dapat menyebabkan rasa sakit kronis setiap kali melakukan hubungan seks, infeksi
radang panggul yang berulang-ulang dan persalinan lama maupun macet. ICPD menyatakan
bahwa GM merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan mendesak penghapusan kebiasaan
tersebut.
Faktor sosial budaya. Penganiayaan seksual dan pemaksaan seks meningkatkan risiko
kesehatan pada remaja, demikian pula norma kultural yang berkaitan dengan jender dan
hubungan seksual.
Sebagai contoh :
• Di berbagi negara, seperti India, praktek perkawinan yang “diatur” orangtua pada gadis di
bawah usia 14 tahun masih sangat umum.
• Hubungan seksual terjadi pada gadis usia 9-12 tahun karena banyak pria dewasa mencari
gadis muda sebagai pasangan seksual untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap
penularan PMS/HIV.
• Di beberapa budaya, pria muda diharapkan untuk memperoleh pengalaman hubungan seks
pertama kalinya dengan seorang pekerja seks komersial (PSK).
• Remaja, terutama remaja putri seringkali dipaksa berhubungan seks. Di Uganda misalnya,
40% dari siswi sekolah dasar yang dipilih secara acak melaporkan telah dipaksa untuk
berhubungan seks.
Umumnya, remaja tidak merencanakan hubungan seks terlebih dahulu serta juga tidak
mengantisipasi akan adanya kesulitan dalam penggunaan kondom atau metode kontrasepsi
lainnya. Namun demikian, selayaknya mereka memahami atau mengetahui adanya berbagai
pilihan metode di atas.
Mempertimbangkan sisi kehidupan remaja. Pandangan remaja atau kaum muda di seluruh
dunia sebenarnya dibentuk oleh situasi dimana mereka hidup, Remaja putri dengan
pendidikan minim, atau mereka yang tidak terdidik, mungkin akan melihat kawin muda dan
melahirkan sebagai satu-satunya jalan hidup mereka. Anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan mungkin merasa tidak ada gunanya merencanakan hari depan dan/atau
melindungi kesehatan mereka. Berbagai faktor lain yangmempengaruhi kesehatan dan
perilaku remaja mencakup:
• Kemiskinan, termasuk kekurangan gizi;
• Kekacauan politik, termasuk penduduk yang tersingkir atau terisolasi;
• Tekanan kelompok sebaya dan pengaruh media;
• Ketidaksetaraan jender dan eksploitasi seksual;
• Tuntutan masyarakat mengenai kehamilan dan melahirkan (childbearing).
Baru-baru ini, sebuah artikel menelaah bagaimana merumuskan strategi perencanaan program
yang didasarkan pada perbedaan tingkat pengalaman seksual remaja.
Menjamin program yang cocok atau relevan untuk remaja. Perencana program pertama-tama
harus mengidentifikasi secara jelas kelompok remaja yang bagaimana yang akan dilayani
oleh programnya dan kemudian melibatkan kelompok remaja tersebut dengan cara yang
bermakna guna mengembangkan program tersebut. Beberapa organisasi misalnya
International Planned Parenthood .ederation (IPP.) telah melakukan hal ini dengan
membentuk Panel Penasehat Remaja untuk membantu membentuk ide-ide program. Proyek
Anak Jalanan yang diprakarsai oleh Badan Kesehatan Dunia bidang Program untuk
“Menerima kenyataan bahwa remaja juga adalah individu seksual tampak-nya merupakan
salah satu hal yang paling berat untuk diterima oleh kebanyakan lapisan masyarakat”. Dr.
Pramilla Senanayake,IPPF. Penyalahgunaan Zat Adiktif, merekomendasikan agar organisasi
atau kelompok yang bekerja dengan anak jalanan untuk terus memantau perubahan
kebutuhan kelompok sasarannya dengan melakukan tiga atau empat seri diskusi kelompok
terarah (focus group discussion) setiap tahunnya.
Di berbagai negara, pendidikan seksualitas menjadi bagian dari kurikulum sekolah untuk
siswa-siswi yang lebih tua. Penelitian mengenai dampak program pendidikan seksualitas
pada remaja di negara-negara maju menemukan bahwa program yang efektif:
• Memfokuskan pada pengurangan perilaku yang berakibat pada penularan PMS/HIV serta
kehamilan yang tidak diinginkan.
• Memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai berbagai risiko berhubungan
seks yang tidak terlindung/tidak aman.
• Mengajarkan remaja atau kaum muda cara menunda hubungan seksual dan cara
menggunakan kontrasepsi.
• Mengembangkan model tentang cara menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan dan
mendukung perilaku seksual yang bertanggungjawab,
Pelayanan klinik berorientasi remaja (Youth-oriented clinic services) adalah pelayanan yang
cukup umum di Amerika, Eropa Barat dan Amerika Latin. Klinik-klinik ini memberikan
berbagai pelayanan sosial dan klinis seperti kehamilan, konseling pencegahan PMS dan
pengetesan atau pemeriksaannya. Sebagai contoh, pada tahun 1990, rumah sakit Maria
Auxiliadora mulai memberikan pelayanan bagi satu juta remaja di daerah sekitar kota Lima,
Peru. Rumah Sakit tersebut membentuk 10 klinik remaja untuk memberikan pelayanan dan
konseling pencegahan di luar rumah sakit. Keterkaitan antara PMS dan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya tampaknya membuat klinik-klinik ini lebih bermanfaat bagi remaja.
Klinik berbasis sekolah (School-based clinics) tersedia di beberapa negara maju dan negara
berkembang. Pelayanan yang diberikan bervariasi, tetapi minimum mencakup pemantauan
kesehatan dasar dan pelayanan rujukan. Di negara maju, klinik berbasis sekolah menyediakan
kondom dan konseling yang berkaitan dengan kehamilan dan pencegahan PMS, serta rujukan
untuk berbagai pelayanan lainnya sehubungan dengan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi.
Pelayanan klinik seperti ini seringkali mengundang kontroversi. Di negara berkembang,
klinik berbasis sekolah seringkali dibatasi oleh adanya pembatasan kebijakan, kekurangan
tenaga, kurangnya jaminan kerahasiaan untuk konseling, serta kurangnya jaringan kerja
dengan sumber daya yang ada di luar sekolah.
Kelompok remaja seperti Pramuka dan perkumpulan olah raga juga terbukti bermanfaat
dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi sebagai bagian dari program yang
berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan umum para anggotanya. Sebagai contoh, di
Kenya, Persatuan Olahraga Remaja Mathare (MYSA) sejak tahun 1987 memulai proyek
bantu-diri yang melibatkan remaja putra dan putri dalam kegiatan pengembangan masyarakat
dan pada waktu yang bersamaan juga menyediakan kesempatan berolahraga.
Saat ini hampir 3.000 remaja putri berusia 10-18 tahun terlibat dalam program sepakbola
masyarakat. MYSA kemudian mengembangkan program tersebut dengan mencakup
pelatihan kesadaran akan HlV dan bahkan telah memulai proyek kesetaraan gender.
BAB III.
Kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar
(58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante
natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
3. Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok,
Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
5. Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan,
Jakarta: PT Gramedia.
6. Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer 1990 'Cultur Attitudes to health and sickness in
public Health programs: a demand-creation approach using data from West Aceh,
Indonesia',Health Transition: The Cultural. Social and Behavioral determinants of Health,
volume 11. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
7. Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status 'Praesens' dan Masalah yang
dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar ' Wanita dan Kesehatan', Pusat
Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta
12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1995. Survei Kesehatan Rumah Tangga
1995. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
13. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001. Survei Kesehatan Rumah Tangga
2001. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
14. Departemen Kesehatan, 2001. Strategy Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
2001–2010. Jakarta.
15. Bappenas dan LD-UI, 2003. Kajian Awal Perencanaan Jangka Panjang bidang Sumber
Daya Manusia: Draft Awal, Jakarta.
16. Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2003. Interim Document on Strategy for Poverty
Eradication, Jakarta.
18. Erdjan Albar, Rustam Mochtar : Konsep Usaha Penyelamatan Ibu. Pentaloka Peran
Masyarakat Dalam Upaya Penyelamatan Ibu Tingkat Propinsi Sumatera Utara, 1988.
19. Haryono Roeshadi : Pemeliharaan Kesehatan Ibu Dan Anak Menuju Keluarga Yang
Bahagia Dan Sejahtera. Panel Diskusi PHBI Fakultas Kedokteran USU, 1986.
20. Julie A. Lemieux : Prenatal Care. Dalam : Manual of Obstetrics Diagnosis and Therapy.
Kenneth R Niswandu ( Ed. ) Little Brown and Company 4th edition, 1991.
22. Saifuddin AB : Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi Dalam Upaya Menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Dalam : Perinatologi tahun 2000, Forum Ilmiah Perinatologi FK-UI
dan RS Harapan Kita. Titut S. Pusponegoro, Abdul Latif dan HE Monintja ( Ed. ), 1993.
Baca Selengkapnya di » kti bidan: Upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak | kti
kebidanan terbaru
donasi seikhlasnya pulsa 3 ke 08981286133