Professional Documents
Culture Documents
1. Epidemiologi
Insiden kongenital hernia inguinalis indirek pada bayi baru lahir
cukup bulan adalah 3,5-5,0 %. Insiden hernia pada bayi prematur dan
bayi berat lahir rendah jauh lebih tinggi, mulai dari 9% menjadi 11 %,
serta 30% pada bayi berat lahir sangat rendah (< 1.000 g ) dan bayi
prematur < 28 minggu kehamilan. Hernia inguinalis jauh lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dengan laki-
laki terhadap perempuan dari 6 : 1. 60% persen dari hernia inguinal
terjadi di sisi kanan, 30 % berada di sisi kiri, dan 10 % adalah bilateral.
Insiden hernia bilateral lebih tinggi pada wanita yaitu sekitar 20-40 %.
Meningkatnya frekuensi kejadi hernia inguinalis di sisi kanan diduga
ada kaitannya dengan penurunan dari testis kanan yang terlambat dan
gangguan obliterasi prosesus vaginalis dari perkembangan vena cava
inferior. Adanya kejadian riwayat hernia inguinalis dalam keluarga
sebesar 11,5 %.6
Di Indonesia, angka kejadian hernia innguinalis pada anak laki-laki
dan perempuan adalah 4:1. Hernia terutama terjadi pada tahun pertama
kehidupan, karena pada masa tersebut bayi bertambah besar dan lebih
kuat menangis dan lebih sering mengedan. Kejadian pada penderita usia
0-1 tahun adalah 42,1% dan 1-3 tahun sebanyak 24,2%. Lokasi hernia
inguinalis pada anak yang paling sering terjadi pada regio inguinalis
lateralis dextra (52,6%), hernia inguinalis lateralis sinistra (36,8%) dan
bilateral (10,6%). Hernia inguinalis pada anak sebagian besar terjadi
repondibel yaitu sebesar 68,4% dan sisanya 31,6% terjadi hernia
inguinalis inkarserata.7
4. Patologi
Patensi prosesus vaginalis setelah kelahiran adalah hernia yang
potensial, tetapi tidak semua pasien dengan patensi prosesus vaginalis
berkembang menjadi hernia secara klinis. Hernia inguinalis terjadi
ketika isi intraabdomen keluar dari rongga abdomen dan masuk ke
daerah inguinal melalui prosesus vaginalis yang paten. Berdasarkan
pada lokasi di kanalis inguinalis (lateral pembuluh epigastrika inferior),
disebut dengan adalah hernia inguinalis indirek, tetapi jarang
berhubungan dengan kelemahan atau kerusakan otot seperti yang khas
terjadi pada hernia dewasa. Tergantung pada tingkat patensi dari
prosesus distal, hernia dapat terbatas pada daerah inguinal atau sampai
ke dalam skrotum. Kegagalan yang komplit dari obliterasi prosesus
vaginalis merupakan predisposisi terjadinya hernia inguinalis komplit
yang ditandai dengan penonjolan isi perut ke dalam kanalis inguinalis
dan mungkin meluas sampai ke skrotum. Obliterasi prosesus vaginalis
distal (sekitar testis) dengan patensi proksimal mengakibatkan hernia
inguinalis indirek klasik dengan tonjolan di kanalis inguinalis.1,6
Selain itu, patensi terus-menerus dari prosesus vaginalis adalah dua
kali lebih umum di sisi kanan, diduga ada kaitannya dengan
terlambatnya penurunan testis kanan dan gangguan perkembangan vena
cava inferior dan vena iliaka eksternal.6
5. Gejala Klinis
Pada bayi dan anak-anak, pasien paling sering datang dengan
keluhan adanya benjolan yang hilang timbul pada lipat paha yang
diperhatikan oleh orang tua saat mereka sedang mengganti popok. Anak
yang sudah lebih besar mungkin merasakan sendiri adanya benjolan.
Benjolan biasanya timbul saat bayi atau anak menangis, mengedan, atau
batuk. Pada pemeriksaan, korda spermatica pada sisi yang mengalami
hernia akan lebih tebal, dan tekanan pada abdomen bagian bawah
biasanya akan terlihat adanya hernia pada sisi yang terkena. Hernia
inkarserata terjadi karena isi hernia yang menonjol terjerat dan
mengalami resolusi yang tidak spontan. Jika hernia mengganggu dan
anak atau bayi sering gelisah, rewel, banyak menangis, dan kadang-
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia
inkarserata. Sedangkan pada bayi atau anak yang memiliki hernia
inguinalis strangulata akan tampak sebuah pembengkakan, adanya
tonjolan lembut di selangkangan, kadang-kadang dengan adanya
perubahan warna kulit disekitarnya. Jika anak sudah mengalami hernia
inkarserata tidak segera dilakukan operasi, akhirnya akan terjadi
obstruksi usus, peritonitis dan toksisitas sistemik. Pada bayi dan anak-
anak terkadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis,
batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali
sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang
didapatkan tanda Silk atau tanda sarung tangan sutra.1,10
6. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dari anamnesis didapatkan keluhan adanya benjolan yang hilang
timbul pada lipat paha yang diperhatikan oleh orang tua saat mereka
sedang mengganti popok. Benjolan biasanya timbul saat bayi atau anak
menangis, mengedan, atau batuk. Jika hernia mengganggu dan anak
atau bayi sering gelisah, rewel, banyak menangis, dan kadang-kadang
perut kembung dicurigai hernia inkarserata.1
Pemeriksaan fisik seorang anak dengan hernia inguinal biasanya
teraba massa halus yang berasal dari cincin lateralis eksternal ke
tuberkulum pubikum. Massa hanya dapat terlihat setelah batuk atau
melakukan manuver Valsava. Saat pemeriksaan teraba loop usus dalam
kantung hernia. Pada anak perempuan, adanya ovarium pada kantung
hernia jarang terjadi, dan terkadang bingung untuk membedakan hernia
inguinalis dengan kelenjar getah bening pada regio lipat paha. Pada
anak laki-laki, dilakukan palpasi pada kedua testis penting untuk
menyingkirkan kemungkinan testis yang tidak turun atau retraktil
testis.3
a. Hernia inguinalis inkarserata : dapat terjadi edema pada usus, usus
membesar, dan terjebak di luar rongga perut, proses ini yang
dikenal dengan inkarserata. Jika jeratan usus semakin parah
sehingga aliran pembuluh darah terganggu, akan menghasilkan
hernia inguinalis strangulata. Dalam kasus inkarserata, nekrosis dan
iskemik dapat berkembang, dan dapat mengakibatkan perforasi
usus.3
b. Hernia dan hidrokel : Pada anak laki-laki, membedakan antara
hernia dan hidrokel tidak selalu mudah. Transillumination test telah
dianjurkan sebagai cara membedakan antara adanya kantung yang
berisi cairan dalam skrotum (hidrokel) dan adanya usus dalam
kantung skrotum (hernia skrotalis). Namun, pada kasus hernia
inguinalis inkarserata, transillumination test mungkin tidak
menguntungkan karena setiap isi hernia yang menonjol berupa usus
dengan dinding yang tipis dan cairan dalam skrotum pada bayi juga
dapat bertransiluminasi. Pemeriksaan rectal touche mungkin sangat
membantu jika usus yang turun dapat teraba melalui cincin
internal.3
c. Tanda Silk : Ketika kantung hernia diraba di atas struktur korda
spermatika, sensasi yang teraba hampir sama dengan menggosok 2
lapisan sutra bersama-sama. Temuan ini dikenal sebagai tanda sutra
dan sangat sugestif pada hernia inguinalis. Tanda sutra sangat
penting pada anak-anak dan bayi, dimana palpasi dari cincin
inguinalis eksternal dan kanalis inguinalis akan sulit karena badan
pasien yang kecil.3
d. Reducing hernia spontan: hernia inguinalis yang reduce secara
spontan (yang diperhatikan oleh orang tua atau pengasuh). Dalam
kasus tersebut, dapat dicoba manuver dilakukan untuk
meningkatkan tekanan intraabdomen pasien. Manuver ini dilakukan
dengan cara mengangkat bayi atau lengan anak di atas kepala dapat
menimbulkan tangisan atau usaha untuk membebaskan diri, dan
dengan demikian akan meningkatkan tekanan intraabdominal. Jika
pada anak yang lebih besar dapat diminta untuk batuk atau
meledakkan balon.3
Pemeriksaan Penunjang6
a. Radiologi foto polos pada hernia ingunalis inkarserata dapat
terlihat air fluid level.
b. Ultrasonografi dapat membantu membedakan antara hernia
dengan hidrokel, yang merupakan diagnosis cepat dan penting
dalam mencegah komplikasi hernia innkarserata
c. Laparoskopi sebagai alat yang efektif dan dapat diandalkan,
tetapi membutuhkan anastesi umum.6
7. Penatalaksanaan
Adanya hernia inguinalis pada kelompok usia anak merupakan
indikasi untuk perbaikan dengan operasi. Hernia inguinalis tidak
kembali secara spontan dan perbaikan awal akan mengurangi resiko
inkarserata dan komplikasi yang terkait, terutama pada tahun pertama
kehidupan (6-12 bulan). Waktu perbaikan operasi tergantung pada
beberapa faktor termasuk usia, kondisi umum pasien, dan kondisi
komorbid.6 Secara umum, waktu repair pembedahan pada bayi yang
paling banyak mengikuti ketentuan rule of 10s (10 weeks old, weight
10 pounds, dan 10 gram hemoglobin).14
Pada bayi usia < 1 tahun yang didiagnosa dengan hernia inguinal,
perbaikan harus dilakukan segera karena sebanyak 70 % dari hernia
inguinalis inkarserata membutuhkan operasi darurat untuk mengurangi
dan memperbaiki kejadian pada tahun 1 kehidupan. Selain itu, insiden
atrofi testis setelah inkaserata pada bayi < 3 bulan usia telah dilaporkan
sebanyak 30 % . Pada anak-anak > 1 tahun, risiko inkarserata berkurang
dan perbaikan dapat dijadwalkan operasi elektif. Untuk hernia direduksi
rutin, operasi harus dilakukan operasi elektif segera setelah didiagnosis.
Pilihan perbaikan hernia inguinalis dapat dilakukan secara aman dalam
pengaturan rawat jalan dengan harapan untuk pemulihan penuh dalam
waktu 48 jam.2,6
Operasi ini paling sering dilakukan di bawah anestesi umum, tetapi
dapat dilakukan di bawah anestesi spinal untuk menghindari intubasi
karena adanya penyakit paru-paru kronis atau displasia
bronkopulmonalis. Bayi prematur mempunyai pertimbangan khusus
dalam anastesi karena resiko lebih tinggi untuk terjadinya apnea dan
bradikardia setelah anestesi umum. Bayi <44 minggu usia gestasi dan
bayi aterm berusia < 3 bulan usia serta adanya kondisi komorbid harus
observasi adanya apnea dan monitor kardiorespirasi.6
Hernia repondibel tanpa adanya tanda inkarserata pada pasien
secara klinis stabil, tahap awal dapat dikelola non-operatif.
Pengurangan dengan kompresi lembut hernia dapat dilakukan, namun
upayaini tidak boleh dilanjutkan jika bayi menangis dan tekanan yang
menetap pada hernia. Penggunaan sedasi atau analgesia sebelum
mencoba reduksi dapat membantu untuk mengurangi tekanan
intraabdomen dan mengurangi tekanan pada leher kantung hernia pada
cincin inguinal. Teknik non-operatif lainnya dapat membantu dalam
mengurangi hernia inguinalis inkarserata yaitu dengan meninggikan
bagian bawah batang tubuh dan kaki dan paparan singkat kompres es.
Reducing manual dilakukan pertama- tama dengan traksi caudad dan
posterior untuk membebaskan massa dari cincin inguinal eksternal , dan
kemudian ke atas untuk mengurangi isi hernia dan kembali ke dalam
rongga peritoneal. Perbaikan elektif dilakukan 24-48 jam kemudian,
saat ditemukan adanya edema yang berkurang, penanganan terhadap
kantong hernia akan lebih mudah, dan risiko komplikasi berkurang.3,6
Kebanyakan ahli bedah pediatrik merekomendasikan perbaikan
elektif hernia dalam waktu 48-72 jam. Untuk setiap pasien yang datang
dengan riwayat inkarserata yang lama, tanda-tanda iritasi peritoneal,
atau obstruksi usus kecil, operasi dan perbaikan hernia harus segera
dilakukan.6
Manajemen Operasi3
Terdapat 3 prosedur yang diperlukan untuk operasi perbaikan hernia
inguinalis tidak langsung pada anak-anak: 3
1.) ligasi tinggi dan eksisi kantung paten dengan penutupan anatomi
Ligasi tinggi dan eksisi kantung paten dengan penutupan anatomi
adalah teknik operasi yang paling umum. Hal ini dapat dilakukan bila
hernia tidak terlalu besar dan tidak terjadi pada waktu yang lama.
2.) ligasi tinggi kantung dengan lipatan dari lantai kanalis inguinalis
(fascia transversalis).
Ligasi tinggi dari kantung dengan lipatan dari lantai kanalis inguinalis
(fascia transversalis), diperlukan bila hernia telah terjadi berulang kali
melewati cincin internal dan terdapat pembesaran cincin hernia,
kerusakan parsial dan menyebabkan kelemahan pada lantai kanalis
inguinalis.
3.) ligasi tinggi dari kantung dikombinasikan dengan rekonstruksi lantai
kanalis inguinalis. Ligasi tinggi dari kantung dikombinasikan dengan
rekonstruksi lantai kanalis, kadang-kadang diperlukan pada anak kecil
dengan hernia yang besar atau sudah lama.
Setiap prosedur dapat dicapai dengan teknik terbuka atau laparoskopi.
• Perbaikan Teknik terbuka hernia inguinalis pada anak2,3
1) Pasien harus ditempatkan pada meja operasi dalam posisi supinasi
dengan kaki lurus dan abduksi.
2) Insisi dibuat di kulit pada lipatan inguinal dan hanya lateral pada
tuberkulum pubikum. Sayatan kulit biasanya kecil (1-2 cm).
Elektrokauter digunakan untuk mengontrol pendarahan yang mungkin
terjadi.
3) Selanjutnya, mengidentifikasi dan insisi fasia Scarpa. Pada anak-anak,
fasia scarpa mungkin membingungkan dengan aponeurosis dari
m.obliqus externus. Namun fasia scarpa halus, tidak memiliki band
berserat, dan tidak berkilau seperti aponeurosis. Selain itu, lapisan
lemak yang ditemukan di bawah fasia Scarpa.
4) Pemotongan dimulai pada m. Obliqus externus pada aspek lateral dari
sayatan dan diperluas ke ligamentum inguinalis.
5) Cincin eksternal diidentifikasi dengan pemotongan medial sepanjang
ligamentum inguinalis. Kemudian cincin dipotong, dan hati-hati untuk
menghindari cedera pada saraf ilioinguinal yang biasanya terlihat.
Sayatan ini membukakan serat cremaster pada korda.
6) Kantong hernia dapat diidentifikasi pada anteromedial dari korda, dan
retraksi medial kantung membukakan dasar dari pembuluh darah testis
dan vas deferens. Fine tissue forceps digunakan untuk menyingkirkan
struktur ini jauh dari kantung hernia. Penjepit Allis dapat ditempatkan
di sekitar vas dan pembuluh testis untuk menjauhkan dari diseksi lebih
lanjut.
7) Kantung kemudian dapat dijepit dan dipisahkan antara kantong
proksimal dan distal. Kantung proksimal dimobilisasi untuk cincin
internal, yang sering ditandai oleh kehadiran lemak retroperitoneal.
8) Setelah kantung dikonfirmasi sudah kosong, kantong dipelintir dan
diikat dengan jahitan ganda.
9) Jika cincin itu tidak membesar, kantung distal dibuka untuk
mengalirkan cairan sisa dan kemudian kantung sebagian dipotong.
Kemudian lapisan ditutup dengan jahitan absorban.
10) Jika cincin internal membesar, korda harus diangkat dari tempatnya.
Sebuah jahitan antara fasia transversalis dan ligamentum inguinal
dapat digunakan untuk mengencangkan cincin atau modifikasi
perbaikan tipe Bassini dapat digunakan untuk memperkuat lantai
inguinal.
11) Jika terdapat kerusakan pada lantai inguinal, memerlukan prosedur
rekonstruksi seperti yang dari Bassini atau McVay.
12) Jenis repair McVay adalah menggabungkan sayatan dalam selubung
rektus yang memungkinkan conjoin tendon ditarik ke ligamentum
Cooper dan selubung femoralis .
13) Insisi aponeurosis m. Obliqus abdominis external kemudian ditutup.
14) Kulit dapat ditutup dengan jahitan absorban.
8. Komplikasi6
Komplikasi setelah elektif inguinal perbaikan hernia jarang terjadi
(1,5%) tetapi secara signifikan yang tinggi berkaitan dengan inkarserata
(10%). Beberapa komplikasi yang berkaitan dengan faktor teknis
(kekambuhan, kriptorkismus iatrogenik), sedangkan yang lain terkait
dengan proses yang mendasari, seperti iskemia usus, infark gonad, dan
atrofi testis terkait dengan hernia inkarserata. Sebagian besar
komplikasi yang terjadi berhubungan dengan episode inkarserata atau
terjadi setelah operasi darurat perbaikan hernia. Adapun komplikasi
yang terjadi setelah operasi hernia inguinalis adalah :
1.) Luka Infeksi
Infeksi luka terjadi pada < 1 % dari operasi elektif hernia inguinalis
pada bayi dan anak-anak, tetapi insiden meningkat menjadi 5-7 %
dalam kaitannya dengan repair hernia inkarserata pada operasi
darurat.
2.) Hernia berulang (reccurent)
Tingkat kekambuhan hernia inguinal setelah operasi elektif hernia
inguinalis umumnya dilaporkan sebagai 0,5-1,0 % , denngan insiden
lebih tinggi pada bayi prematur (2%). Tingkat kekambuhan setelah
operasi emergensi hernia inkarserata secara signifikan lebih tingg
sebesar 3-6 %.
3.) Cryptorchidism iatrogenik
Kriptorkismus iatrogenik menggambarkan malposisi testis setelah
repair hernia inguinalis. Komplikasi ini biasanya terkait dengan
gangguan perlekatan testis atau kegagalan untuk mengenali testis
tidak turun selama prosedur original, yang memungkinkan testis
tertarik ke daerah cincin eksternal.
4.) Inkarserata
Hernia inguinalis inkarserata dapat mengakibatkan cedera pada
usus, tuba falopi dan ovarium, atau testis ipsilateral. Insiden hernia
inguinalis inkarserata indirek kongenital dilaporkan sebesar 6 % dan
18 % dan sebesar 30 % untuk bayi < 3 bulan usia.
B. Hernia Umbilikalis
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital
pada umbilicus yang hanya tertutup perineum dan kulit. Hernia ini terdapat
pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
premature. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan
perempuan.10
1. Epidemiologi
Hernia umbilikalis adalah salah satu kondisi bedah yang paling
umum pada bayi dan anak-anak. Namun, kejadian keseluruhan
sebenarnya tidak diketahui karena banyak selesai secara spontan dan
studi yang akurat belum dilakukan. Sebagian besar terjadi sebagai
temuan terisolasi pada bayi sehat dan kejadian yang setara antara
laki-laki dan perempuan. Insiden ini meningkat secara signifikan
pada bayi prematur dan bayi keturunan Afrika. Hernia umbilikalis
tercatat pada sampai dengan 75% dari bayi dengan berat <1500
gram. Banyak studi dokumen insiden tinggi pada bayi Afrika dan
Afrika-Amerika.12
4. Gejala klinis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi
rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian
tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya
tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi.10
2. Diagnosis
Diagnosis dapat diketahui langsung setelah kelahiran atau 2-3 hari
setelah kelahiran karena adanya sindroma distres pernapasan. Pada
sisi toraks yang mengalami herniasi akan terlihat lebih menonjol,
perkusi pekak, dan suara nafas menghilang. Mediastinum tergeser ke
sisi toraks yang normal. Pada inspeksi abdomen terlihat skafoid.13
Foto torak dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya hernia
diafragma kongenital setelah lahir. Ultrasonography Prenatal berhasil
mendiagnosis dari hernia diafragma kongenital (CDH) lebih dini yaitu
usia 15 minggu kehamilan. Pada USG ditemukan adanya hernia visera
abdomen, anatomi abnormal abdomen atas, dan pergeseran
mediastinum jauh dari isi hernia. Echocardiography digunakan untuk
menilai derajat hipertensi pulmonal, dan untuk mengidentifikasi
adanya coexiting cardiac anomali.1
3. Penatalaksanaan
Sebagian besar bayi mengalami gejala distres pernapasan saat lahir
karena hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis metabolik. Segera lakukan
stabilisasi kardiorespirasi bayi. Hal yang perlu diperhatikan bahwa
pada 24-48 jam setelah lahir terkadang ditandai oleh suatu periode
yang relatif stabil dengan saturasi PO2 yang tinggi dan perfusi jaringan
yang relatif baik, yang disebut dengan honeymoon period. Setelah
periode ini sering diikuti oleh kerusakan progresif kardiorespirasi pada
sebagian pasien. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan operasi segera
setelah lahir.1
Saat ini telah diterima adanya kehadiran hipertensi pulmonal yang
persisten akan menghasilkan left-right-shunting melintasi foramen
ovale yang terbuka atau duktus arteriosus, dan derajat dari hiplopasia
paru yang merupakan penyebab utama indufisiensi kardiorespi. Oleh
karena itu, manajemen saat ini diarahkan untuk mencegah atau
membalikkan hipertensi pulmonal, dan meminimalkan barotrauma
sekaligus mengoptimalkan pengiriman oksigen. Untuk mencapai
tujuan ini, bayi ditempatkan pada ventilasi mekanik menggunakan
dengan pengaturan yang relatif rendah untuk mencegah overinflation
dari tidak berkembangnya paru-paru. Tingkat PaCO2 yang diterima
berkisar 50-60 mmHg atau lebih tinggi selama pH tetap > 7,25. Untuk
meminimalkan tingkat hipertensi paru, dapat digunakan inhalasi nitrat
oksida.1
Terapi pembedahan
Hernia diafragma kongenital umumnya dikoreksi dengan laparotomi
dan dilakukan plikasi pada diafragma. Pada diafragma dilakukan
jahitan plikasi (lipatan) sehingga diafragma yang semula cembung
menjadi datar.13
4. Prognosis
Prognosis hernia diafragma kongenital bergantung pada kondisi paru-
paru. Mortalitas mencapai 50% pada neonatus yang pada hari pertama
kelahiran menampilkan sindrom distres respirasi berat. Pada kasus
dengan sindrom distres respirasi yang ringan dan neonatus dapat
hidup pada 3 hari pertama kehidupan, umumnya dapat tertolong
100%. Prognosis menjadi buruk bila paru-paru sangat hipoplasia, dan
dengan dilakukan resusitasi tidak ada perbaikan saturasi oksigen yang
tetap rendah.13
DAFTAR PUSTAKA