You are on page 1of 17

KARBURASI BAJA KARBON RENDAH

ABSTRAK

Baja karbon rendah adalah material dalam penggunaannya kebanyakan dipakai


sebagai bahan kontruksi umum. Bahan baja karbon rendah mempunyai keuletan yang
tinggi dan mudah di kerjakan dengan mesin, tetapi kekerasannya rendah dan tidak
tahan aus. Hal ini dapat diatasi dengan merubah sifat - sifat material yang disediakan
yaitu dengan proses perlakuan panas. Salah satunya adalah dengan cara
menggunakan pengerasan permukaan yaitu dengan proses Karburasi. Karburasi
adalah salah satu proses perlakuan panas untuk mendapatkan permukaan kulit yang
lebih keras dari sebelumnya. Dari uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa baja
karbon rendah kandungan C-nya 0,25 %, dengan mengalami proses perlakuan panas
diharapkan memperoleh sifat – sifat yang diinginkan seperti kekerasan bertambah dan
tahan aus. Proses penelitian perlakuan panas yang dilakukan dengan material baja
karbon rendah, yang mana setelah dilakukan uji spektrometer, material tersebut
mempunyai kadar karbon 0,07 %C.Pada proses perlakukan panas ini suhu
pemanasan adalah 875 0C, bahan bubuk karbon 60 % dan Barium Karbonat 40 %
sebagai penghantar /energizer yang mempercepat proses, waktu penahanan adalah 15
menit, 30 menit, dan 50 menit dengan media pendinginan adalah oli SAE 20 –
50.Setelah dilakukan proses perlakuan panas dari material tersebut, maka dilakukan
pengujian kekerasan dan pengujian spektrometer. Adapun hasilnya adalah kekerasan
tertinggi adalah material yang mengalami proses perlakuan panas dengan penahanan
waktu paling lama yaitu 50 menit. Dan kadar karbon paling tinggi dari hasil difusi
diperoleh dari material yang mengalami proses penahanan waktu paling lama.Dari
data hasil pengujian mekanik kekerasan dan ilmu bahan logam dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa dengan perlakuan panas didapatkan bahan yang mempunyai
kekerasan tinggi pada permukaannya dan masih lunak pada bagian dalamnya.

Kata kunci : Karburasi, bubuk karbon, Barium Karbonat, waktu penahanan, spektrometer.

1.Pendahuluan

Logam mempunyai peranan aktif dalam menunjang teknologi dijaman sekarang,


sehingga timbul usaha manusia untuk memperbaiki sifat dari logam tersebut, yaitu
dengan merubah sifat mekanis dan sifat fisiknya.Adapun sifat mekanis dari logam
antara lain : kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelahan. Sedangkan dari sifat fisiknya
yaitu dimensi, konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas.

Dengan banyaknya permintaan yang bermacam – macam maka diadakan


pemilihan bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit sesuai dengan
kegunaannya. Seperti misalnya pada baja karbon rendah. Baja karbon rendah
mendapat prioritas utama untuk dipertimbangkan. Karena baja karbon ini mudah
diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinannya baik dan harganya relatif murah.
Karena baja karbon ini mendapat prioritas utama maka dituntut untuk memodifikasi
atau memperbaiki sifatnya seperti kekerasan, kekerasan pada permukaan, tahan aus
akibat gesekan. Sehingga perlu diadakan proses perlakuan panas guna menambah
kekerasan dari bahan tersebut. Dan berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis
mengadakan suatu penelitian dengan judul :“ANALISA PENGARUH WAKTU
PENAHANAN TERHADAP BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE
KARBURASI“

Perlakuan panas adalah suatu perlakuan yang diterapkan pada logam agar
diperoleh sifat yang diiginkan. Dengan cara pemanasan dan pendinginan dengan
kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat
sebagai upaya untuk memperoleh sifat tertentu dari logam tersebut.Salah satu cara
adalah dengan menggunakan proses karburasi yaitu dengan mengeraskan
permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu proses perlakuan panas untuk
mendapatkan kulit yang lebih keras dari sebelumnya. Adapun alasan bidang ini
disesuaikan dengan kebutuhan pada bidang industri yang semakin modern, dalam
hal ini adalah pengembangan sifat dari logam. Yang mana mempunyai kekerasan
yang baik tapi juga ulet. Dimana aplikasinya digunakan pada alat potong, alat pahat,
roda gigi atau kontruksi mesin yang sering mengalami kontak antara bahan satu
dengan bahan lainnya.

Dengan proses perlakuan panas dengan metode karburasi diharapkan dapat


memperpanjang umur pemakainanya tetapi masih memiliki sifat keuletanpada bagian
dalamnya.

2. Tinjauan Pustaka / DASAR TEORI

Perlakuan Panas

Perlakuan panas didefinisikan sebagai kombinasi operasi pemanasan dan pendinginan


terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat dengan waktu tertentu, yang
dimaksud memperolehsifat tertentu. Langkah pertama pada setiap proses perlakuan
panas adalah memanaskan logam bersama campurannya sampai temperatur tertentu,
lalu menahan beberapa saat pada temperatur itu kemudian didinginkan langsung.
Selama proses ini akan terjadi beberapa perubahan struktur mikro, dimana perubahan
ini akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat dari logam tersebut.

Pengerasan Permukaan

Pengerasan permukaan disebut juga case hardening, dapat juga dikatakan


sebagai suatu proses perlakuan panas yang diterapkan pada suatu logam agar
memperoleh sifat tertentu. Dalam hal ini hanya pengerasan permukaannya saja.
Dengan demikian lapisan permukaan mempunyai kekerasan yang tinggi, sedangkan
bagian yang dalam tetap seperti semula, yaitu dengan kekerasan rendah tetapi
keuletan atau ketangguhannya tinggi.

Dalam pemakaian suatu bagian mesin atau perkakas sering kali diperlukan
permukaan yang keras dan tahan aus dengan bagian inti yang relatif lunak dan ulet
atau tangguh. Baja yang dikeraskan dengan cara konvensional memang dapat
menghasilkan permukaan yang keras dan tahan aus, tetapi kurang ulet. Pengerasan
permukaan dimaksudkan untuk mengeraskan bagian permukaannya saja, sedang
bagian inti tetap lunak dan ulet, sehingga secara keseluruhan benda masih cukup
ulet tetapi sekarang permukaan menjadi lebih keras dan tahan aus.Untuk itu
pengerasan permukaan atau case hardening merupakan salah satu jalan keluar yang
cukup baik. Dengan pengerasan permukaan akan diperoleh permukaan yang lebih
baik dari sebelumnya. Dengan pengerasan pada permukaan akan menyebabkan
lapisan permukaan menjadi kuat atau keras dan pada lapisan permukaan itu terjadi
tegangan sisa yang berupa tegangan tekan. Karena hal tersebut maka benda kerja
menjadi lebih tahan terhadap kelelahan. Biasanya proses perlakuan panas ini
dilakukan terhadap roda gigi, pahat, cetakan (dies), alatpotong, alat pada kontruksi,
dan sebagainya.

Karburasi (Carburising)

Karburasi atau Carburizing adalah proses perlakuan panas, umumnya


diterapkan pada jenis baja yang mudah dikeraskan. Dengan demikian agar baja
tersebut dapat dikeraskan permukaannya, komposisi karbon pada baja harus berkisar
antara 0,3 sampai 0,9 % karbon. Bila lebih dari 0,9 % harus dihindarkan karena
dapat menimbulkan pengelupasan dan bahkan keretakan.Proses karburasi ini
biasanya dilakukan pada baja karbon rendah yang mempunyai sifat lunak dan
keuletan tinggi. Tujuan dari proses karburasi adalah untuk meningkatkan ketahanan
aus dengan jalan mempertinggi kekerasan permukaan baja karbon dan meningkatkan
karakteristik fatik dari baja karbon tersebut. Manfaat yang patut dipertimbangkan
dalam penerapan proses karburasi adalah bahwa proses karburasi akan menghasilkan
deformasi yang sangat kecil dibandingkan pada proses pengerasan yang diperoleh
melalui pendinginan.

Mengeraskan permukaan dengan menggunakan cara karburasi adalah cara


pengerasan yang paling tua dan ekonomis. Karena pada proses pengerasan ini
hanya merubah komposisi kima dari baja karbon tersebut. Baja karbon rendah tidak
dapat langsung dikeraskan karena kadar karbon dari baja terlalu rendah. Agar dapat
dikeraskan maka kadar karbonnya harus ditambah. Pemambahan kadar karbon
dilakukan dengan mendifusikan karbon melalui permukaan baja sehingga permukaan
baja mengandung cukup karbon untuk dikeraskan dengan pendinginan. Pada proses
pengerasan permukaan dengan metode karburasi dapat dibagi menjadi 2 tahap :

Penambahan Karbon

Penambahan karbon yang disebut karburasi / carburizing , dilakukan dengan


cara memanaskan pada temperatur yang cukup tinggi yaitu pada temperatur austenit
dalam lingkungan yang mengandung atom karbon aktif, sehingga atom karbon aktif
tersebut akan berdifusi masuk ke dalam permukaan baja dan mencapai kedalaman
tertentu.Ada 3 cara dalam penambahan karbon atau karburasi (carburizing), yaitu :

a. Menggunakan medium padat atau Pack Carburizing

Benda kerja dimasukkan ke dalam kotak yang berisi bubuk karbon dan ditutup
rapat kemudian dipanaskan pada temperatur austenit, yaitu antara 8250 C – 9250 C
selama waktu tertentu. bahan karburasi terdiri dari bubuk karbon aktif 60 %, ditambah
BaCO3 (Barium Carbonat) atau NaCO3 (Natrium Carbonat) sebanyak 40 % sebagai
energizer atau activator yang mempercepat proses karburisasi. Namun biasanya
BaCO3 yang dipakai karena lebih mudah terurai dari pada NaCO3. Sebenarnya tanpa
energizerpun dapat terjadi proses carburising karena temperatur sangat tinggi, maka
karbon teroksidasi oleh oksigen yang terperangkap dalam kotak menjadi CO 2, reaksi
dengan karbon bereaksi terus hingga didapat ;
Dengan temperatur yang semakin tinggi keseimbangan reaksi makin cenderung ke
kanan, makin banyak CO. Pada permukaan baja CO akan terurai ;
.

Dimana C yang terbentuk ini berupa atom karbon yang dapat masuk berdifusi ke
dalam fase austenit dari baja.Dengan adanya energizer proses akan lebih mudah
berlangsung karena meskipun udara yang terperangkap sedikit, tetapi energizer
menyediakan CO2 yang akan segera mulai mengaktifkan reaksi - reaksi selanjutnya.

Reaksi dekomposisi

Dengan temperatur tinggi baja mampu melarutkan banyak karbon, maka dalam waktu
singkat permukaan baja dapat menyerap karbon hingga mencapai batas jenuhnya.

Maksudnya bila
bajayang dikeras-
kan permukaannya
akan mengala-

mi pemanasanhingga
temperatur tinggi
atautemperaturauste
nit maka difusi
karbon dapat menca-

pai batas jenuhnya


yang berdifusi
melebihi batas Acm
maka akan terjadi
atau tumbuh
fasabaru yaitu
sementit.
.

Gambar 2 – 1 : Kotak Sementasi

Tebal lapisan permukaan yang


mengalami penambah- an
karbon(Case Depth)
bergantungpada temperatur
pemanasan dan lamanya waktu
penahananpada temperatur
pemanasan tersebut. Semakin
tinggi karbon dan semakin lama
holding time maka semakin
banyak penyerapan karbon yang
masuk kedalam
spesimen.Keuntungan dari proses
ini adalah dapat digunakan pada Gambar 2 – 2 : Potongan Diagram Fase Fe-Fe3C
proses pengerasan permukaan
yang relatif tebal. Sedangkan
kerugiannya adalahjika lapisan
terlalu tebal, pada saat
pendinginan akan retak atau
terkelupas, benda uji tersebut
mengalami kejutan / shock karena
pendinginan yang tiba - tiba.

Pendinginan (Quenching)

Setelah lapisan kulit mengandung cukup karbon, proses dilanjutkan dengan


pengerasan yaitu dengan pendinginan untuk mencapai kekerasan yang tinggi.Proses
pengerasan (quenching) dapat dilakukan dengan cara :

 Pendinginan langsung (Direct


Quenching) adalah pendinginan secara
langsung dari mediakarburasi.Efek
yang timbul adalah kemungkinan
adanya pengelupasan pada benda
kerja. Pada pendinginan langsung ini
diperoleh permukaan benda kerja yang
getas.
Grafik 2 – 3 : Proses Pendinginan Langsung

(Dirrect Quenching)
Pendinginan tunggal (Single Quenching)
adalahpemanasan dan pendinginan dari
benda kerja setelah benda kerja tersebut di
karburasi dan
telah didinginkan pada suhu kamar.Tujuan dari
metode ini adalah untuk memperbaiki difusisitas
dari atom karbon, dan agar gradien komposisi
lebih halus.

Grafik 2 – 4 : Proses Pendinginan Tunggal

(Single Quenching)

Double Quenching adalah proses


pendinginan atau pengerasan pada benda
kerja yang telah di karburasi dan
didinginkan pada temperatur kamar
kemudian dipanaskan lagi diluar kotak
karbon pada temperatur kamar lalu
dipanas-kan kembali pada temperatur
austenit dan baru didinginkan cepat.Tujuan
dari metode ini untuk mendapatkan butir
struktur yang lebih halus.

Grafik 2 – 7 : Proses Double Quenching

Sifat - sifat yang dimiliki baja karbon setelah Proses Karburasi sebagai berikut :

a. Kekerasaan permukaan tinggi dantahan aus.

b. Tahan temperatur tinggi.

c. Umur lelah lebih tinggi.


Transformasi Fase Pada Saat Pemanasan

Transformasi fase yang terjadi pada saat pemanasan dapat dipelajari dari
diagram keseimbangan (diagram fase) besi karbida – baja. Baja karbon rendah pada
diagram fase terletak dibawah ini, termasuk dalam baja hypoutektoid. Pada temperatur
kamar baja karbon rendah terdiri dari butir – butir kristal ferit dan perlit dengan
jumlah butir ferit lebih banyak dari butir perlit. Perbandingan jumlah buntir ferit dan
perlit tersebut sesuai dengan jumlah kadar karbon yang terkandung dalam baja
karbon rendah tersebut. Semakin banyak jumlah kadar karbon semakin sedikit jumlah
butir ferit dan semakin banyak butir perlitnya.

Pada baja karbon rendah jika dipanaskan hanya sampai temperatur dibawah
temperatur krisis A1, maka belum tampak adanya perubahan struktur mikro. Dalam
struktur mikro masih terlihat butir ferit dan perlit. Tetapi bila pemanasan dilanjutkan
hingga tepat pada temperatur kritis A1, maka perlit akan mengalami reaksi eutektoid.
Dimana butir ferit dan sementit dari perlit akan bereaksi menjadi austenit.Reaksi
eutektoid pada saat pemanasan :

austenit

Reaksi autektoid ini


berlangsung pada temperatur
konstan dan temperatur tidak akan
naik sebelum reaksi eutektoid
selesai atau seluruh ferit dan
sementit didalam perlit habis
menjadi austenit. Setelah perlit habis
dan mulai terjadi kenaikan
temperatur, maka ferit – preutektoid
akan mulai mengalami transformasi
allotropik, ferit yang mempunyai
bentuk struktur kristal BCC (body
centre cubic) akan berubah menjadi
austenit yang FCC (face centre
cubic). Transformasi ini berlangsung
bersamaan dengan naiknya
temperatur. Makin tinggi temperatur
pemanasan makin banyak ferit yang
bertransformasi menjadi austenit.
Tranformasi dari ferit ke austenit
selesai ditunjukan pada garis A3, jadi
diatas A3 struktur yang terjadi
adalah austenit dengan bentuk kristal
FCC (face center cubic).

Gambar 2 – 8 : Diagram fasa Fe – Fe3C


Difusi

Difusi karbon terjadi karena atom bergerak ke dalam material secara penyisipan
(interstisi) di batas butir. Laju difusi tergantung pada jenis atom yang berdifusi, jenis atom
tempatdifusi berlangsung dan ditentukan oleh koefisien difusi. Dan koefisien difusi
tergantung pada temperatur, makin tinggi temperatur makin besar pula difusi yang
berlangsung.Jarak tempuh difusi akan tergantung pada lamanya waktu yang tersedia
untuk berlangsungnya difusi. Pada daerah suhu austenit atom – atom besi menyusun
diri menjadi bentuk kristal FCC. Dan struktur kristal FCC ini mempunyai bentuk kristal
FCC. Dan struktur kristal FCC ini mempunyai kemampuan melarutkan karbon yang
lebih besar daripada logam dengan struktur kristal BCC karena kecuali struktur kristal
FCC mempunyai kerapatan atom lebih besar daripada BCC, juga karena pengaruh
temperatur. Bila suhu atau temperatur naik, atom – atom bergerak dengan energi yang
lebih besar sehingga atom mampu untuk pindah dari tempatnya.

Gambar 2 – 9 : Bentuk Struktur Kristal BCC

Gambar 2 – 10 : Bentuk Struktur Kristal FCC

Jadi bila karbon ditambahkan kedalam besi, karena atom karbon sangat kecil
dibandingkan atom besi, maka atom - atom karbon akan terdistribusi pada ruangan
disela – sela antara atom – atom besi atau disebut larutan padat interstisi.Kelarutan
karbon pada proses case hardening yaitu pada temperatur pemanasan 825 0C – 925 0C
akan mencapai maksimum ditujukan oleh garis Acm. Bila kadar karbon yang dilarutkan
melebihi batasan maksimum, maka akan terbentuk fasa lain yaitu austenit + sementit
(Fe3C).
Grafik 2 - 11 : Grafik hubungan waktu dengan kedalaman difusi

Untuk mengetahui kadar karbon dari hasil difusi pada kedalaman x dapat diketahui
dengan menggunakan rumus :

dimana Cx = kadar karbon material pada kedalaman x

C0 = kadar karbon spesimen

C1 = kadar karbon permukaan spesimen

x = kedalaman diffusi karbon (cm)

D = koefisien diffusi karbon (cm2/s)

t = waktu (holding time) (s)

erf = fungsi error (error function) (tabel)

harga koefisien diffusi dicari dengan cara :

Dimana : D0 = faktor frekuensi (cm2/s) (tabel)


Q = energi aktivasi (cal/mol/K) (tabel)

T = temperatur pemanasan (0K)

R = konstanta gas (1,987 cal/ mol)

Transformasi Fase Pada Saat Pendinginan

Dalam suatu proses perlakuan panas, setelah pemanasan mencapai


temperatur yang ditentukan dan diberi waktu penahanan panas (Holding time)
secukupnya maka dilakukan pendinginan dengan laju tertentu. Struktur mikro yang
terjadi setelah pendinginan akan tergantung pada laju pendinginan. Karena sifat
mekanik dari baja setelah akhir suatu proses perlakuan panas akan ditentukan oleh
laju pendinginan.Transformasi austenit pada pendinginan memegang peranan penting
terhadap sifat dari baja karbon. Austenit dari baja hypoutektoid bila didinginkan
secara lambat pada temperatur A3 mulai membentuk inti kristal austenit. Transformasi
ini terjadi karena perubahan allotropik dari besi gamma (austenit) ke alpha (ferrit).
Karena ferit hanya dapat melarutkan karbon dalam jumlah yang sangat kecil maka
kandungan karbon dalam austenit akan semakin besar bila ferit yang tumbuh banyak
(dengan makin turunnya temperatur). Besarnya kandungan karbon dalam temperatur
kritis A3, sehingga pada saat temperatur mencapai temperatur kritis A1, komposisi
austenit sama dengan komposisi eutektoid dan pada waktu itu austenit berdeformasi
menjadi perlit.

Tumbuhnya perlit diawali dengan tumbuhnya inti sementit pada batas butir
austenit. Untuk tumbuhnya sementit diperlukan sejumlah besar karbon yang akan
diperoleh dari austenit sekitarnya. Sehingga austenit disekitar sementit miskin karbon
dan menjadi ferit. Perpindahan atom ini berlangsung secara difusi, oleh karena itu
memerlukan waktu yang cukup.Pada proses case hardening bila austenit didinginkan
secara cepat, maka transformasi sementit (karbida besi) tidak terjadi dan produk
transformasi austenit akan berubah menjadi fasa baru yang dikenal sebagai bainit
dan martensit. Bainit terbentuk bila austenit didinginkan dengan cepat hingga
mencapai temperatur tertentu. Transformasi bainit ini disebabkan sebagian karena
proses difusi dan sebagaian lagi karena proses tanpa difusi.
Gambar 2 – 12 : Kurva Pendinginan

Martensit dapat terjadi bila austenit didinginkan cepat sekali hingga temperatur
dibawah temperatur pembentukan bainit. Martensit terbentuk karena transformasi
tanpa difusi. Keadaan ini menimbulkan distorsi dan kekerasan yang terjadi sangat
tergantung pada kadar karbon.

Gambar 2 – 13 : Bentuk Struktur Kristal BCT


ALUR PROSES KARBURASI

DATA DAN PEMBAHASAN

Dari pengujian yang dilakukan terhadap baja karbon rendah, dengan adanya
proses perlakukan panas maka didapat hasil yaitu berupa perubahan sifat mekanis
dari benda uji.
Hasil Pengujian Kekerasan

Dalam pengujian ini pengambilan data kekerasan dilakukan pada :

a. Permukaan dan penampang benda uji sebelum dilakukan case hardening


(perlakuan panas).

b. Pada permukaan dan penampang benda uji setelah mengalami proses perlakuan
panas (case hardening) dengan metode karburasi (pack carburising).Pengujian
kekerasan pada permukaan spesimen dilakukan secara acak pada permukaan.
Sedangkan pada pengujian pada penampang dilakukan indentasi secara diagonal
dengan jarak yang teratur dari permukaan.Sebelum dilakukan proses perlakuan panas
benda uji dilakukan pengujian kekerasan terlebih dahulu dengan :

Pengujian kekerasan: HV

Beban : 30 kg

Lama pembebanan : 15 detik

Penetrator : Intan (diamond)

Pengujian dilakukan terhadap salah satu benda uji dan kekerasan antara benda uji
satu dengan lainnya sebelum pengujian dianggap sama.

Tabel 4 – 1 Data Hasil Pengujian Vickers , sebelum Proses Perlakukan Panas

Nilai Diagonal (d)


No.
pada Pengujian Vickers
1 0,692

2 0,667
Permukaan
3 0,770
Benda Uji
4 0,645

5 0,723
1 0,679

2 0,766
Penampang
3 0,710
Benda Uji
4 0,751

5 0,709
Difusi Karbon

Hasil Pengukuran Ketebalan Difusi Karbon

Pengukuran ketebalan difusi karbon dilakukan dgn menggunakan mikroskop


dari alat uji micro hardness tester. Dan mikroskop tersebut dilihat seberapa dalam
hasil penyebaran atau peresapan karbon terhadap benda uji. Dan data hasil
pengukuran difusi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4 – 9 Ketebalan Difusi Karbon

No Kode Tepi 1 ( μm ) Tepi 2 ( μm ) Rata - rata


1 A1 90 95 92 , 5

2 A2 92 95 93 , 5

3 B1 158 160 159 , 0

4 B2 160 165 162 , 5

5 C1 200 202 201 , 0

6 C2 195 198 196 , 5

Keterangan : 1 μm = 1 / 1000 mm

Dari data difusi karbon tersebut dapat diketahui bahwa waktu penahanan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap difusi karbon terhadap benda uji. Karena
dengan semakin lamanya penahanan waktu maka semakin banyak proses
penyerapan karbon yang terjadi.

Hubungan dari difusi karbon dan penahanan waktu dari data – data diatas dapat
dilihat dari grafik dibawah ini.

Perhitungan Kadar Karbon Hasil Difusi

Kadar karbon hasil difusi pada batas maksimum difusi karbon dapat diketahui
dengan menggunakan rumus :

dimana Cx = kadar karbon material pada kedalaman x

C0 = kadar karbon spesimen

C1 = kadar karbon permukaan spesimen


x = kedalaman diffusi karbon (cm)

D = koefisien diffusi karbon (cm2/s)

t = waktu (holding time) (s)

erf = fungsi error (error function) (tabel)

Gambar 4 – 5 Bagian Difusi Karbon

harga koefisien diffusi dicari dengan cara :

Dimana : D0 = faktor frekuensi (cm2/s) (tabel)

Q = energi aktivasi (cal/mol/K) (tabel)

T = temperatur pemanasan (0K)

R = konstanta gas (1,987 cal/ mol)

Karena temperatur pemanasan ketiga proses adalah sama yaitu 8750 C, maka harga
koefisien difusi karbon adalah sama :

D0 = 0 , 21 cm2 / s

Q = 33 , 800 cal / mol / K

T = 8750 C + 2730 K = 11480 K

Sehingga ;
D = 0 , 21 cm2 / s . exp [ - 14 , 8 ]

D = 0 , 21 cm2 / s . 3,74 . 107

D = 7 , 85 . 108 cm2 / s

Tabel 4 – 10

Diffusing
Element Diffusing Through D0 cm2 / s Q cal / mol
Carbon α - iron 0 , 0079 18 . 100
Carbon γ - iron 0 , 21 33 . 800
Nickel γ - iron 0,5 66 . 000
Manganesse γ - iron 0 , 35 67 . 000
Chromium α - iron 30 . 000 82 . 000
Chromium γ - iron 18 . 000 97 . 000

Sumber : Steel and it’s Heatreatment, Karl – Erik Thelning halaman 25

Tabe 4 – 11

y erf (y) y erf (y)


0 0 , 000 0,8 0 , 742
0,1 0 , 112 0,9 0 , 797
0,2 0 , 223 1,0 0 , 843
0,3 0 , 329 1,2 0 , 910
0,4 0 , 428 1,4 0 , 952
0,5 0 , 521 1,6 0 , 976
0,6 0 , 604 2,0 0 , 995
0,7 0 , 678 2,4 0 , 999

Sumber : Steel and it’s Heatreatment, Karl – Erik Thelning halaman 26

Kesimpulan

Setelah memperoleh data – data hasil pengujian kekerasan pada proses


pengerasan permukaan maka dapat disimbulkan bahwa :

a. Semakin lama waktu penahan (Holding Time) maka semakin tebal difusi karbon
pada benda uji dan dengan adanya penambahan unsur karbon pada permukaan
maka kekerasan permukaan benda uji bertambah keras. Hal tersebut dapat diketahui
dengan melihat hasil perhitungan kadar karbon pada benda uji. Kadar karbon yang
tinggi membuat permukaan benda uji semakin keras dan getas.
b. Dengan pendinginan langsung dapat mempengaruhi kekerasan permukaan benda
uji, hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil hasil kekerasan benda uji.
Pada proses pengerasan suatu material akan diperoleh hasil yang maksimal bila
dicapai struktur martensit. Dan struktur martensit ini hanya dapat dicapai dari fase
austenit yang didinginkan dengan cepat. Dengan pendinginan yang cepat dari
temperatur austenit nk diperoleh bentuk kristal BCC yang tergeser menjadi BCT

DAFTAR PUSTAKA

Cherly R Books, 1996, Principles of the Heat Treatment of Plain Carbon and LowAlloy
Steels,ASM International

Karl - Erik Thelning, Steel and its Heat Treatment . , Bofors Handbook, London, Cetakan
II.

Myrna Ariati dan Wahyuaji NP, Perlakuan Panas Logam , Departemen Metalurgi and
Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Smallman, R. E., Metallurgy Fisik Modern ., Edisi IV, Gramedia Jakarta.

Van Vlack, Ilmu dan Teknologi Bahan . , Edisi V , Erlangga Jakarta.

Wahid Suherman, Perlakuan Panas . , Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin
Institut 10 November Surabaya.

You might also like