You are on page 1of 11

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP

(One Village One Product) Berbasis Koperasi


Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

Sendy Christina Kusumawardhani, Bekti Wahyu Utami, Widiyanto


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No.36 Kentingan Surakarta 57126 Telp/Fax.(0271) 637457
Email: sendychristina@gmail.com Telp. 085728278301

Abstract : This research aims to examines the factors forming attitudes of the farmer, it examines
the attitudes of farmers toward OVOP Program, and examines the correlation between the factors
forming attitudes with the attitudes of farmers toward OVOP Program in Karanganyar Regency.
This research was carried out by using a descriptive method. The research location is determined
purposively. The sampling technique is proportional random sampling with 40 respondents from
two cooperations are KKT Tani Makaryo and KSU Anugerah Jaya. Method of analysis used to
determine the correlation of the factors forming attitudes with the attitudes of farmers toward
OVOP Program is the correlation coefficient of Rank Spearman. Result of the research indicate
that age is in the range of 51-60 years, farming experience is in the range of 4-6 years, other’s
influence is at a low, formal education is at junior high school, non formal education are at
moderate, mass media is at very low, cultural of nature conservation is at moderate and income is
at low. Farmer’s attitude toward OVOP Program which is consist of cognitive component is very
low, affective and connative component is moderate. Result of the analysis with the calculation of
rank Spearman shows that other’s influence factor have a very significant correlation. Farming
experience, formal education, and non formal education have a significant correlation. Age, mass
media, cultural of nature conservation and income don’t have a significant correlation.
Keywords: Attitude, OVOP, Cooperation, Organic Rice

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap
program OVOP, mengkaji sikap petani terhadap program OVOP, dan mengkaji hubungan antara
faktor-faktor pembentuk sikap petani dengan sikap petani terhadap program OVOP berbasis
koperasi produk beras organik di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan
menggunakan metode deskriptif. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive). Metode pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling
sebanyak 40 responden dari dua koperasi yaitu KKT Tani Makaryo dan KSU Anugerah Jaya.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap
dengan sikap petani padi organik terhadap Program OVOP adalah Uji Koefisien Korelasi Rank
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembentuk sikap yaitu umur berada antara
51-60 tahun, pengalaman berusahatani antara 4-6 tahun, pengaruh orang lain yang dianggap
penting berada pada kriteria rendah, pendidikan formal berada pada tingkat SLTP/tamat SLTP,
pendidikan non formal tergolong sedang, terpaan media massa tergolong sangat rendah, budaya
pelestarian alam berada pada kriteria netral dan pendapatan tergolong rendah. Sikap petani padi
organik terhadap Program OVOP yang meliputi komponen kognitif tergolong sangat rendah,
komponen afektif tergolong netral dan komponen konatif tergolong netral. Hasil analisis Rank
Spearman menunjukkan bahwa faktor pembentuk sikap yang memiliki hubungan sangat signifikan
dengan sikap petani terhadap Program OVOP adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Faktor pembentuk yang memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani terhadap Program
OVOP adalah pengalaman berusahatani, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Faktor
pembentuk sikap yang tidak memiliki hubungan signifikan adalah umur, terpaan media massa,
budaya pelestarian alam dan pendapatan.
Kata Kunci : Sikap, OVOP, Koperasi, Beras Organik
PENDAHULUAN sasaran program tersebut. Dengan
Pertanian selalu menjadi sektor mengetahui sikap sasaran program
yang memberikan kontribusi besar maka pemerintah akan dapat
bagi perekonomian bagi Negara menentukan rencana selanjutnya. Hal
agraris seperti Indonesia, oleh karena ini juga berlaku dalam program
itu pengembangan pertanian OVOP berbasis koperasi produk beras
merupakan aspek penting dalam organik di Kabupaten Karanganyar.
pembangunan nasional. Kelancaran Sikap petani padi organik perlu
pembangunan nasional bergantung diketahui untuk menentukan langkah
pada pembangunan di tiap daerah. tindak lanjut dari program tersebut.
Pembangunan daerah bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi daerah. (1) mengkaji faktor-faktor pembentuk
Produk-produk lokal akan semakin sikap petani terhadap program
memiliki daya saing, baik di pasar OVOP; (2) mengkaji sikap petani
lokal maupun global. Namun pada terhadap program OVOP; (3) dan
kenyataannya produk lokal Indonesia mengkaji hubungan antara faktor-
belum memiliki daya saing yang kuat, faktor pembentuk sikap petani dengan
terlebih di pasar global. sikap petani terhadap program
Salah satu upaya pemerintah OVOP.
untuk meningkatkan daya saing
produk lokal adalah melalui OVOP METODE PENELITIAN
(One Village One Product). OVOP Metode dasar penelitian
merupakan pendekatan menggunakan metode deskriptif.
pengembangan potensi daerah di satu Populasi dalam penelitian ini adalah
wilayah untuk menghasilkan satu seluruh petani padi organik yang
produk kelas global yang unik khas tergabung dalam koperasi pelaksana
daerah dengan memanfaatkan OVOP di Kabupaten Karanganyar.
sumberdaya lokal (Dahliani, 2009). Koperasi produsen yang masih
OVOP pertama kali dilaksanakan di melaksanakan Program OVOP adalah
Jepang, kemudian menyebar hingga KKT Tani Makaryo sebanyak 29
berbagai negara, termasuk Indonesia. petani dan KSU Anugerah Jaya
Di Indonesia, konsep ini berbasis sebanyak 33 petani. Teknik
koperasi, yang artinya pelaksanaan penentuan sampel menggunakan
konsep ini melalui koperasi. metode proportional random
Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa sampling. Rumus yang digunakan
Tengah Nomor 518/23546 Tahun adalah :
2011 tentang Pengembangan Produk
ni = x n ..........................(1)
Unggulan Daerah Pedesaan Melalui
Pendekatan OVOP Berbasis Koperasi Keterangan : ni=jumlah petani sampel
di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten dari koperasi i, nk= jumlah petani dari
Karanganyar merupakan salah satu koperasi i, N=jumlah petani padi
wilayah pelaksana konsep OVOP organik pelaksana program OVOP di
dengan produk unggulan beras Kabupaten Karanganyar, n=jumlah
organik dan ikan air tawar. petani sampel sebanyak 40 petani.
Keberhasilan suatu program
sangat ditentukan oleh sikap dari
Tabel 1. Jumlah Petani Sampel
No. Koperasi Kecamatan Jumlah (orang) Responden (orang)
1. KKT Tani Makaryo Mojogedang 29 19
2. KSU Anugerah Jaya Matesih 33 21
JUMLAH 62 40

Sumber : Data Sekunder, 2015


Metode Analisis Data ketinggian 511 m di atas permukaan
Sikap petani terhadap program laut. Wilayah Kabupaten
OVOP berbasis koperasi produk beras Karanganyar memiliki curah hujan
organik dapat diketahui dengan rata-rata 7.231,4 mm selama tahun
menggunakan Skala Likert. Penelitian 2013, dengan suhu rata-rata 22-31o C.
ini menggunakan metode median Jumlah penduduk Kabupaten
untuk menemukan skor tunggal yang Karanganyar menurut jenis kelamin
paling mewakili seluruh kelompok. adalah 415.578 laki-laki, dan 424.593
Pengujian tingkat hubungan perempuan. Luas areal panen dan
faktor pembentuk sikap dengan sikap jumlah produksi tanaman pangan
petani terhadap program OVOP paling banyak di Kabupaten
berbasis koperasi produk beras Karanganyar adalah jenis padi sawah.
organik di Kabupaten Karanganyar Luas areal panen sebesar 46.054 ha
menggunakan uji koefisien korelasi dan jumlah produksi sebesar 357.978
Rank Spearman (Seigel, 1997) : ton (BPS Kabupaten Karanganyar,
rs = ................(2) 2014).

Keterangan : rs=koefisien korelasi B. Faktor-faktor Pembentuk


Rank Spearman, N=jumlah sampel Sikap
responden, di=selisih ranking antar 1. Umur
variabel. Umur merupakan satuan waktu
yang mengukur waktu keberadaan
HASIL DAN PEMBAHASAN hidup petani yang bersangkutan mulai
A. Kondisi Umum dari lahir sampai pada saat dilakukan
Luas keseluruhan Kabupaten penelitian.
Karanganyar adalah 77.378,64 ha.
Kabupaten Karanganyar terletak di

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Jumlah
No Umur (tahun) Skor Persentase (%) Median
(orang)
1. ≤ 30 1 0 0,00
2. 31-40 2 3 7,50
3. 41-50 3 14 35,00
4. 51-60 4 16 40,00 4
5. > 60 5 7 17,50
JUMLAH 40 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Umur petani berada pada usia petani yang sudah tua namun
rentang umur 51-60 tahun yaitu usia ini masih termasuk pada usia
sebesar 40% atau sebanyat 16 petani produktif.
(skor median 4). Walaupun rentang
2. Pengalaman Berusahatani dari lamanya pengalaman responden
Pengalaman berusahatani dalam berusahatani padi organik.
responden pada penelitian ini dilihat

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani


Pengalaman Berusahatani Jumlah
No Skor Persentase (%) Median
(tahun) (orang)
1. 1-3 1 10 25,00
2. 4-6 2 14 35,00 2
3. 7-9 3 6 15,00
4. 10-12 4 5 12,50
5. ≥ 13 5 5 12,50
JUMLAH 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Pengalaman petani dalam 3. Pengaruh Orang Lain yang
berusahatani padi organik berada Dianggap Penting
pada rentang waktu 4-6 tahun yaitu Pada penelitian ini pengaruh
sebesar 35% (skor median 2). Median orang lain yang dianggap penting
yang berada pada skor 2 dilihat dari jumlah pihak yang
mengindikasikan bahwa mayoritas memberikan dukungan untuk
petani belum cukup lama dalam mengikuti program OVOP berbasis
berusahatani padi organik. Hal ini koperasi produk beras organik dan
karena petani memerlukan waktu dan frekuensi dukungan dalam satu
pertimbangan yang cukup lama untuk musim tanam.
beralih ke pertanian organik.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Orang Lain


yang Dianggap Penting
Jumlah Persentase
No Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Skor Median
(orang) (%)
1. Jumlah pihak yang memberikan dukungan mengenai
program OVOP
- > 3 pihak 5 0 0,00
- 3 pihak 4 0 0,00
- 2 pihak 3 3 7,50
- 1 pihak 2 21 52,50 2
- Tidak ada 1 16 40,00
Jumlah 40 100,00
2. Frekuensi dukungan keluarga mengenai Program OVOP
dalam satu musim tanam
- Sangat sering 5 0 0,00
- Sering 4 0 0,00
- Kadang-kadang 3 0 0,00
- Pernah 2 0 0,00
- Tidak pernah 1 40 100,00 1
Jumlah 40 100,00
3. Frekuensi dukungan petani lain mengenai Program OVOP
dalam satu musim tanam
- Sangat sering 5 0 0,00
- Sering 4 0 0,00
- Kadang-kadang 3 0 0,00
- Pernah 2 8 20,00
- Tidak pernah 1 32 80,00 1
Jumlah 40 100,00
4. Frekuensi dukungan ketua kelompok tani mengenai
Program OVOP dalam satu musim tanam

- Sangat sering 5 0 0,00


- Sering 4 0 0,00
- Kadang-kadang 3 3 7,50
- Pernah 2 10 25,00
- Tidak pernah 1 27 67,50 1
Jumlah 40 100,00
5. Frekuensi dukungan penyuluh/PPL mengenai Program
OVOP dalam satu musim tanam
- Sangat sering 5 0 0,00
- Sering 4 0 0,00
- Kadang-kadang 3 3 7,50
- Pernah 2 3 7,50
- Tidak pernah 1 34 85,00 1
Jumlah 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Pengaruh orang lain yang Dukungan tersebut kebanyakan
dianggap penting tersebut masih berupa ajakan untuk menjual beras
tergolong rendah. Persentase terbesar organik petani ke koperasi produsen.
jumlah pihak yang berperan dalam 4. Pendidikan Formal
memberikan dukungan mengenai Pendidikan formal pada
Program OVOP adalah 1 pihak, penelitian ini adalah tingkat
dengan persentase sebesar 52,5% pendidikan yang pernah ditempuh
(skor mediam 2). Pihak tersebut oleh responden di bangku sekola
adalah ketua kelompok tani.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal


Jumlah
No. Pendidikan Formal Skor Persentase (%) Median
(orang)
1. Tidak Sekolah 1 0 0,00
2. SD/Tamat SD 2 12 30,00
3. SLTP/Tamat SLTP 3 12 30,00 3
4. SLTA/Tamat SLTA 4 9 22,50
5. D1/D2/D3/Sarjana 5 7 17,50
JUMLAH 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Riwayat pendidikan formal 5. Pendidikan Non Formal
petani tergolong sedang dengan skor Pendidikan non formal pada
median 3 yaitu SLTP/tamat SLTP penelitian ini berupa kegiatan
(30%). Sebagian besar petani hanya penyuluhan maupun pelatihan.
menempuh pendidikan formal sampai Pendidikan non formal tersebut
SLTP karena keterbatasan biaya. dilihat dari frekuensi responden
Selain itu kurangnya kesadaran petani mengikuti kegiatan penyuluhan di
akan pentingnya pendidikan formal. bidang pertanian dalam satu musim
tanam.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal
Jumlah
No Pendidikan Non Formal Skor Persentase (%) Median
(orang)
1. Tidak Pernah 1 0 0,00
2. Pernah (1 kali) 2 8 20,00
3. Kadang-kadang (2 kali) 3 16 40,00 3
4. Sering (3 kali) 4 14 35,00
5. Sangat sering (> 3 kali) 5 2 5,00
JUMLAH 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Tingkat pendidikan non formal pengurus KKT Tani Makaryo
petani tergolong sedang (skor median mengikuti pelatihan mengenai
3) dengan persentase sebesar 40%. administrasi, sedangkan petani
Hal ini berarti bahwa dalam satu pengurus KSU Anugerah Jaya
musim tanam petani mengikuti mengikuti pelatihan managemen
penyuluhan maupun pelatihan usaha, administrasi dan
sebanyak 2 kali. Penyuluhan dan kewirausahaan.
pelatihan yang diikuti petani 6. Terpaan Media Massa
mayoritas berasal dari Dinas Terpaan media massa dalam
Pertanian Kabupaten Karanganyar penelitian ini dilihat berdasarkan
berkaitan dengan budidaya pertanian jumlah media massa yang
organik, sedangkan petani yang juga dimanfaatkan oleh responden beserta
menjadi pengurus koperasi mengikuti frekuensi penggunaan media massa
penyuluhan dan pelatihan dari berkaitan dengan pertanian dalam
Disperindagkop dan UMKM satu musim tanam.
Kabupaten Karanganyar. Petani
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Terpaan Media Massa
Jumlah Persentase
No. Terpaan Media Massa Skor Median
(orang) (%)
1. Jumlah media massa yang dimanfaatkan oleh
responden
- Tidak ada 1 25 62,50 1
- 1 jenis 2 10 25,00
- 2 jenis 3 3 7,50
- 3 jenis 4 2 5,00
- ≥ 4 jenis 5 0 0,00
Jumlah 40 100,00
2. Frekuensi penggunaan koran/majalah berkaitan
dengan pertanian dalam satu musim tanam
- Tidak Pernah 1 28 70,00 1
- Pernah 2 1 2,50
- Kadang-kadang 3 8 20,00
- Sering 4 3 7,50
- Sangat Sering 5 0 0,00
Jumlah 40 100,00
3. Frekuensi penggunaan radio berkaitan dengan
pertanian dalam satu musim tanam
- Tidak Pernah 1 38 95,00 1
- Pernah 2 2 5,00
- Kadang-kadang 3 0 0,00
- Sering 4 0 0,00
- Sangat Sering 5 0 0,00
Jumlah 40 100,00
4. Frekuensi penggunaan TV berkaitan dengan
pertanian dalam satu musim tanam
- Tidak Pernah 1 33 82,50 1
- Pernah 2 2 5,00
- Kadang-kadang 3 4 10,00
- Sering 4 1 2,50
- Sangat Sering 5 0 0,00
Jumlah 40 100,00
5. Frekuensi penggunaan internet berkaitan dengan
pertanian dalam satu musim tanam
- Tidak Pernah 1 39 97,50 1
- Pernah 2 0 0,00
- Kadang-kadang 3 0 0,00
- Sering 4 1 2,50
- Sangat Sering 5 0 0,00
Jumlah 40 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Sebesar 62,5% petani tidak kelompok tani sudah cukup
memanfaatkan media massa untuk menunjang kegiatan usahataninya.
memperoleh informasi mengenai 7. Budaya Pelestarian Alam
pertanian (skor median 1). Rendahnya Budaya pelestarian dalam
media massa yang dimanfaatkan oleh penelitian ini adalah pola pikir
petani disebabkan petani merasa masyarakat setempat mengenai
informasi terkait pertanian, khususnya budaya pelestarian alam yang turut
padi organik yang diperoleh dalam mempengaruhi pola pikir dan pola
berusaha tani responden.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Pelestarian Alam


No. Kategori Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Median
1. Sangat Tidak Setuju 1 0 0,00
2. Tidak Setuju 2 2 5,00
3. Netral 3 20 50,00 3
4. Setuju 4 17 42,50
5. Sangat Setuju 5 1 2,50
JUMLAH 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Lima puluh persen petani terhadap pertanian organik, sistem
menyatakan netral terhadap pertanian yang sangat memperhatikan
pandangan masyarakat setempat pelestarian alam.
mengenai budaya pelestarian alam 8. Pendapatan
(skor median 3). Petani belum Pendapatan dalam penelitian ini
melihat adanya dukungan dari merupakan pendapatan yang diterima
masyarakat mengenai budaya oleh responden dari hasil usahatani
pelestarian alam. Masyarakat tidak dalam satu musim tanam terakhir
memberikan sanksi jika ada warga yang kemudian dikonversikan dalam
yang tidak melestarikan alam. Selain satu bulan serta pendapatan non
itu sulit mengubah pola pikir usahatani yang dijalankan dalam satu
masyarakat supaya menjadi peduli bulan terakhir.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Jumlah
No. Skor Persentase (%) Median
(Per Bulan) (orang)
1. < Rp 1.000.000 1 13 32,50
2. Rp 1.000.000 – Rp 2.999.000 2 20 50,00 2
3. Rp 3.000.000 – Rp 4.999.000 3 2 5,00
4. Rp 5.000.000 – Rp 6.999.000 4 1 2,50
5. ≥ Rp 7.000.000 5 4 10,00
JUMLAH 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Pendapatan petani tergolong petani pada umumnya terletak pada
rendah dengan skor median 2 yaitu luas lahan dan keberadaan alternatif
sebesar 50% pendapatan petani usaha.
berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp C. Sikap Petani Padi Organik
2.999.000. Perbedaaan pendapatan Terhadap Program OVOP
Tabel 10. Komponen Kognitif, Afektif dan Konatif
Komponen Kognitif
Tujuan Program Pelaksanaan Program Hasil Program
No. Kategori Skor
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Median
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
1. Sangat rendah 1 29 72,50 22 55,00 27 67,50 1
2. Rendah 2 10 25,00 16 40,00 12 30,00
3. Sedang 3 0 0,00 2 5,00 1 2,50
4. Tinggi 4 1 2,50 0 0,00 0 0,00
5. Sangat tinggi 5 0 0,00 0 0,00 0 0,00
JUMLAH 40 100,00 40 100,00 40 100,00
Komponen Afektif
Tujuan Program Pelaksanaan Program Hasil Program
No. Kategori Skor
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Median
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
1. Sangat tidak setuju 1 0 0,00 0 0,00 0 0,00
2. Tidak setuju 2 16 40,00 4 10,00 4 10,00
3. Netral 3 21 52,50 32 80,00 35 87,50 3
4. Setuju 4 3 7,50 4 10,00 1 2,50
5. Sangat setuju 5 0 0,00 0 0,00 0 0,00
JUMLAH 40 100,00 40 100,00 40 100,00
Komponen Kognitif
Tujuan Program Pelaksanaan Program Hasil Program
No. Kategori Skor
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Median
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
1. Sangat tidak setuju 1 0 0,00 0 0,00 0 0,00
2. Tidak setuju 2 15 37,50 11 27,50 11 27,50
3. Netral 3 24 60,00 28 70,00 28 70,00 3
4. Setuju 4 1 2,50 1 2,50 1 2,50
5. Sangat setuju 5 0 0,00 0 0,00 0 0,00
JUMLAH 40 100,00 40 100,00 40 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2015


Komponen kognitif merupakan Komponen afektif merupakan
pengetahuan responden mengenai tanggapan responden mengenai
Program OVOP yang meliputi tujuan, Program OVOP yang meliputi tujuan,
pelaksanaan dan hasil program. pelaksanaan dan hasil program.
Tingkat kognitif responden tergolong Tingkat afektif responden tergolong
sangat rendah (skor median 1). Hal netral (skor median 3). Hal ini
tersebut disebabkan kurangnya disebabkan petani belum banyak
sosialisasi mengenai Program OVOP merasakan manfaat dari poin program
kepada para petani. tersebut bagi usahataninya. Poin yang
tersebut diantaranya berkaitan dengan beberapa hal yang belum terlihat
pemasaran dan sertifikasi lahan. dampaknya sehingga petani
Komponen konatif merupakan menyatakan netral terhadap
tindakan responden mengenai keikutsertaan mereka dalam Program
Program OVOP yang meliputi tujuan, OVOP.
pelaksanaan dan hasil program. D. Hubungan Faktor-faktor
Tingkat konatif responden mengenai Pembentuk Sikap Dengan
Program OVOP tergolong netral Sikap Petani Terhadap
dengan skor median 3. Penyebab Program OVOP
sikap tersebut adalah karena ada
Tabel 11. Uji Hubungan Antara Faktor-faktor Pembentuk Sikap dengan
Sikap Petani Terhadap Program OVOP
Tingkat Sikap Petani terhadap Program
Faktor Pembentuk Sikap
No. OVOP
(X)
rs t hitung Ket
1. Umur (X1) -0,174 -1,089 NS
2. Pengalaman berusahatani (X2) 0,340* 2,229 S
3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting (X3) 0,641** 5,148 SS
4. Pendidikan formal (X4) 0,325* 2,118 S
5. Pendidikan non formal (X5) 0,385* 2,572 S
6. Terpaan media massa (X6) 0,169 1,057 NS
7. Budaya pelestarian alam (X7) -0,134 -0,834 NS
8. Pendapatn (X8) 0,123 0,532 NS
Sumber : Analisis Data primer, 2015
Keterangan : S : Signifikan pada α = 0,05
rs : Koefisien korelasi Spearman NS : Non Signifikan (tidak signifikan pada
* : signifikan pada α = 0,05 α = 0,05)
** : signifikan pada α = 0,01 t tabel : 2,040 pada α = 0,05 (2-tailed)
SS : Sangat Signifikan pada α = 0,01

Terdapat empat faktor yang sikap petani Program OVOP di


memiliki hubungan dengan sikap Kabupaten Karanganyar yang
petani terhadap Program OVOP yaitu membuat petani masih bersikap netral
pengalaman berusahatani, pengaruh terhadap program tersebut.
orang lain yang dianggap penting, Pengaruh orang lain yang
pendidikan formal dan pendidikan dianggap penting yang sangat rendah
non formal. dimana hanya terdapat satu pihak
Pengalaman petani dalam yang memberikan dukungan kepada
berusahatani padi organik baru sekitar petani tersebut menyebabkan petani
4-6 tahun sehingga belum terdapat bersikap netral terhadap Program
komitmen yang kuat untuk OVOP.
membudidayakan padi organik. Tingkat pendidikan yang
Pengalaman berusahatani padi tergolong sedang tersebut membuat
organik yang belum terbilang lama petani cukup bisa menilai Program
tersebut juga berdampak pada masih OVOP. Hasil yang belum dilihat oleh
kurangnya pengetahuan mengenai petani tidak lantas membuat petani
budidaya organik maupun program- tidak mendukung program tersebut.
program yang mendukung pertanian Petani sadar bahwa untuk
organik. Hal ini tentu berimbas pada mengembangkan budidaya padi
organik membutuhkan waktu yang SARAN
cukup lama sehingga petani masih Saran yang dapat diberikan
bersikap netral. Petani belum bisa adalah : (1) Pemerintah perlu
menentukan apakah mendukung atau memberikan dukungan yang lebih
tidak mendukung program tersebut. intensif mengenai Program OVOP
Pendidikan non formal kepada petani padi organik berupa
termasuk dalam kategori kadang- penyuluhan maupun pelatihan terkait
kadang. Hal tersebut berdampak pada program tersebut; (2) Petani perlu
sikap petani yang netral terhadap meningkatkan pengalaman
Program OVOP. Pasalnya pendidikan berusahatani supaya menumbuhkan
non formal yang diikuti petani yang komitmen yang kuat untuk terus
bukan pengurus koperasi mayoritas membudidayakan padi organik; (3)
berasal dari penyuluhan oleh PPL Petani perlu meningkatkan kesadaran
maupun Dinas Pertanian berkaitan terhadap pentingnya pendidikan
dengan pertanian organik. Sedangkan formal supaya kemampuan petani
petani pengurus koperasi juga dalam menerima informasi ataupun
mengikuti pelatihan dari inovasi khususnya berkaitan dengan
Disperindagkop dan UMKM Program OVOP dapat meningkat; (4)
berkaitan dengan kelembagaan Petani perlu meningkatkan frekuensi
koperasi. Semakin banyak pendidikan mengikuti pendidikan non formal
non formal semakin positif sikap supaya pengetahuan petani mengenai
petani. Program OVOP semakin bertambah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data DAFTAR PUSTAKA
dan pembahasan dapat disimpulkan BPS Kabupaten Karanganyar. 2014.
bahwa sikap petani terhadap Program Karanganyar Dalam Angka
OVOP tergolong netral yang berarti 2014. Karanganyar.
bahwa petani tidak mendukung Dahliani, Lili. 2009. One Village One
maupun menolak program tersebut. Product : Tinjuan dari
Faktor pembentuk sikap yang Manajemen Produksi
memiliki hubungan sangat signifikan Tanaman. LPP Kampus
dengan sikap petani terhadap Program Yogyakarta.
OVOP adalah pengaruh orang lain Instruksi Gubernur Jawa Tengah.
yang dianggap penting. Faktor-faktor 2011. Pengembangan Produk
yang memiliki hubungan signifikan Unggulan Daerah Perdesaan
yaitu pengalaman berusahatani, Melalui Pendekatan One
pengaruh orang lain yang dianggap Village One Product
penting, pendidikan formal dan (OVOP) Berbasis Koperasi
pendidikan non formal, sedangkan di Provinsi Jawa Tengah.
faktor-faktor pembentuk sikap yang Nomor 518/23546 Tahun
tidak memiliki hubungan signifikan 2011.
dengan sikap petani terhadap Program Siegel, S. 1997. Statistik Non
OVOP adalah umur, terpaan media Parametrik. PT. Gramedia.
massa, budaya pelestarian alam dan Jakarta.
pendapatan.

You might also like