You are on page 1of 4

2.

penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini , dan berakhir pada suatu kseimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Contoh :

Dalam mendiagnosis penyakit pada pasien,biasanya digunakan penalaran deduktif, dari hasil
anamnesis berupa gejala yang begitu umum sampai pada suatu kesimpulan berupa diagnosis
yang lebih khusus terkait hal yang dialami pasien

3. Menurut John Stuart Mill, setiap fenomena merupakan akibat dari suatu sebab yang
tersembunyi. Induksi adalah penalaran atau penelitian untuk menemukan sebab-sebab yang
tersembunyi itu. Selanjutnya, Mill menyusun lima metode penalaran dan penelitian induktif,
yaitu:

(1) metode persesuaian (method of agreement),

Metode Persesuaian (method of agreement). Kaidah ini menyatakan: ‘Jika dua hal atau lebih dari
fenomena yang diteliti memiliki hanya satu sirkumtansi yang sama, maka sirkumtansi satu-
satunya di mana hal itu bersesuaian adalah sebab (atau akibat) dari fenomena yang diteliti itu’.

(2) metode perbedaan (method of difference),

Metode Perbedaan (method of difference). Kaidah ini menyatakan: ‘Jika satu hal terjadi dalam
fenomena yang diteliti, dan satu hal lain tidak terjadi dalam suatu fenomena yang diteliti itu,
memiliki semua sirkumtansi yang sama terkecuali satu yang terjadi pada hal yang pertama, maka
satu-satunya sirkumtansi di mana kedua hal itu berbeda adalah akibat atau sebab atau sebagian
yang sangat menentukan sebab dari fenomena tersebut’.

(3) metode gabungan persesuaian dan perbedaan (joint method of agreement and difference),

Metode Gabungan Persesuaian dan Perbedaan (joint method of agreement and difference).
Kaidah ini menyatakan: ‘Apabila ada dua hal atau lebih di mana suatu fenomena terjadi hanya
memiliki satu sirkumtansi yang sama, sedangkan dua hal atau lebih di mana fenomena itu tidak
terjadi tidak memiliki persamaan apa pun terkecuali absennya sirkumtansi tersebut, maka
sirkumtasi satu-satunya di mana terdapat kedua hal yang berbeda itu adalah akibat, atau sebab,
atau bagian yang sangat menentukan sebab dari fenomena tersebut’.

(4) metode residu (method of residues),

Metode Residu (method of residues). Kaidah ini menyatakan: ‘Dari suatu fenomena,
hilangkanlah bagian yang lewat (melalui) berbagai induksi yang telah dilakukan sebelumnya
diketahui sebagai akibat dari 4 anteseden-anteseden tertentu, dan residu dari fenomena itu adalah
hasil dari anteseden-anteseden yang masih tertinggal’.
dan (5) metode variasi kesamaan (method of concomitant variations).

Metode variasi Kesamaan (method of concomitant variations). Kaidah ini menyatakan:


‘Fenomena apapun juga yang dengan suatu cara mengalami perubahan kapan pun fenomena
lainnya dengan suatu cara tertentu mengalami perubahan adalah sebab atau pun akibat dari
fenomena tersebut , atau berhubungan dengan fenomena tersebut selaku fakta yang
menyebabkan perubahan itu’.

4. jelaskan dan beri contoh modus ponen dan tollen

Modus Ponen

Modus ponen adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (argumentasi) yang paling
sederhana dan dibenarkan secara kaidah logika dan mungkin adalah yang paling sering kita
gunakan. Dia bekerja berdasarkan premis kalimat majemuk jika p maka q.

Contoh :

Premis1 : Hewan Mamalia Bernafas dengan paru-paru

Premis2 : Hewan ini adalah hewan mamalia

Kesimpulan : Hewan ini bernafas dengan paru-paru

Modus Tollen

Modus Tollens adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (argumentasi) yang dibenarkan
secara kaidah logika. Cara ini bekerja berdasarkan Premis berbentuk jika p maka q. Dengan
mengambil kesimpulan jika tidak q maka tidak p. Modus Tollens juga disebut aturan
kontrapositif.

Kalau dituliskan dalam rumus, maka jika kita memiliki 2 premis, yaitu:

Premis 1 : Jika p maka q


Premis 2 : Tidak q

Kesimpulan : Tidak p (modus tollens)

Berikut contoh

Premis1 : Jika minuman keras maka minuman itu haram.

Premis2 : Minuman ini tidak haram

Kesimpulan : Ini bukan minuman keras

5. Induksi adalah bentuk penalaran dari particular ke universal. Premispremis yang digunakan
dalam penalaran induktif terdiri atas proposisiproposisi partikular, sedangkan kesimpulannya
adalah proposisi universal. Karena proses penalaran yang ditempuh bertolak dari particular ke
universal, atau dari khusus ke umum, pada hakikatnya induksi adalah suatu proses generalisasi.

Generalisasi disebut induksi lengkap, apabila hal-hal partikular itu mencakup keseluruhan dari
suatu jenis atau peristiwa yang diteliti. Generalisasi dapat pula dilakukan hanya dengan beberapa
hal partikular, bahkan dapat pula hanya dengan satu hal khusus atau suatu peristiwa khusus.
Generalisasi yang demikian disebut induksi tidak lengkap

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif.
Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif
dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta
dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya
disebut hipotesis.

6. Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau
konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau
membawa kepada pernyataan yang lain. Teori koherensi/konsistensi (the consistence/coherence
theory of truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai
benar

eori kebenaran korespondensi (correspondence theory of truth) adalah teori yang berpandangan
bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan
yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan
dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa
adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran
korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori
kebenaran tradisional karena aristoteles sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan
kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya

You might also like