Professional Documents
Culture Documents
ilustrasi puskesmas
Setelah anda tau pengertiannya maka tentu ada tujuan dibalik itu, berdasarkan penjabarannya tujuan
umum dari akreditasi Puskesmas adalah Meningkatkan mutu layanan Puskesmas. Sedangkang Tujuan
khususnya antara lain :
1. Harapan pelanggan
Ada keterlibatan masyarakat dalam pemenuhan elemen pelayanan yang ada di dalam puskesmas.
Masyarakat menyampaikan usulan dan harapannya terhadap kegiatan yang ada di puskesmas.
Intinya adalah masyarakat punya peran dalam peningkatan mutu pelayanan puskesmas.
Tentu saja setiap kebijakan yang di terapkan guna peningkatan mutu pelayanan puskesmas ada
manfaat yang di dapat. Adapun manfaat akreditasi puskesmas dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten kota.
sebagai wahana pembinaan peningkatan mutu kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan
klinis, serta penerapan manajemen risiko.
Peserta : seluruh staf puskeskas terlebih lagi tim yang sudah di bentuk pada saat lokakarya.
Waktu pelaksanaan : 2 hari. Disampaikan juga materi tentang tatalaksana Self Assesment, audit
internal dan pasien safety dan K3.
Tindaklanjut :
1. Pembagian tim untuk Self Assesment. Tim untuk pelaksanaan elf assesment ini berlaku
silang. Misalnya tim UKM melakukan assesment ke timUKP begitu juga sebaliknya. Tidak
boleh timnya sendiri melakukannya untuk timnya sendiri ( baca pada teknis Self Assesment ).
2. Persiapan Self Assesment. Persiapan tekhnis Self Assesment.
3. Tim masing-masing pokja di berikan tugas ( pada hari pertama ). Tugas nya berupa
menyelesaikan EP yang ada dengan membuat tabel apa yang dikerjakan dan dokumen apa
yang harus disiapkan.
Tahapan Persiapan akreditasi puskesmas : Self Asessment
by MPUTRAKUSUMA on JUNE 14, 2016
1. Menganalisis kondisi awal Puskesmas. Melihat kondisi atau memotret kondisi awal
puskesmas berdasarkan instrumen akreditasi. Berapa skor real yang di dapat puskesmas.
Kuncinya adalah berikan nilai serendah rendahnya agar mendapat rekomendasi dan
perbaikan.
2. Menemukan fakta-fakta & rekomendasi untuk perbaikan terkait kelengkapan persyaratan
akreditasi. Setelah menemukan fakta yang ada seyogya nya diberikan rekomendasi perbaikan
atau kelengkapan dalam setiap elemen penilaian yang bernilai 0 ( nol ) dan 5 ( lima ).
3. Setelah mendapat rekomendasi perbaikan hendaknya di lakukan pembahasan setiap
pokja yang ada dipimpin oleh ketua tim mutu.
4. Kemudian mapping dokumen yang belum ada atau yang belum tersedia agar dilengkapi.
5. Penyusunan rencana aksi Misalnya ada rapat per pokja atau rapat internal tim mutu.
4. Tahapan Persiapan akreditasi puskesmas : Penyusunan
Dokumen
by MPUTRAKUSUMA on JUNE 14, 2016
Akan ada banyak rapat pada tiap-tiap pokja dalam menyelesaikan penyusunan dokumen.
Saran saya : hendaknya setiap anggota tim mutu dapat membaca kembali setiap EP yang ada.
Jadi bila ada dalam EP tersebut dapat di satukan. Maka hendaknya kegiatan penyiapan
dokumennya di satukan saja guna menghemat waktu dan daya upaya puskesmas.
Beberapa dokumen diantaranya perlu disiapkan selain dokumen yang diminta oleh setiap EP,
sebagai berikut :
1. Dokumen internal, meliputi : kebijakan, manual mutu, rencana lima tahunan, perencanaan
tingkat puskesmas ( PTP ) tahunan, pedoman atau panduan, kerangka acuan kerja program,
standar operasional prosedur ( SOP ), rekam implementasi.
2. Dokumen external, meliputi : peraturan perundangan dan pedoman-pedoman yang
diberlakukan oleh kemenkes, dinkes prop/kab/kota dan organisasi profesi yang merupakan
acuan bagi FKTP dalam menyelenggarakan administrasi manajemen.
5. Tahapan Persiapan Akreditasi Puskesmas : Implementasi
by MPUTRAKUSUMA on JUNE 15, 2016
Implementasi ini dilakukan sesuai dengan kebijakan, manual mutu, pedoman, kerangka acuan
dan SOP yang sudah di rencanakan dalam setiap elemen penilaian yang ada.
Ringkasaannya dalam implementasi adalah dilakukan sosialisasi standar sesuai dengan elemen
penilaian di tiap pokja, pelaksanaan kegiatan sesuai standar, berjalannya monitoring proses dan
evaluasi.
Dan sebagai tindaklanjutnya dapat pula dilakukan rapat tinjauan manajemen ( RTM ), tindakan
perbaikan dan pencegahan dan inovasi pelayanan.
4.
5. simbol kerjasama tim
6. 5 Nilai yang wajib dimiliki oleh Ketua Tim Mutu Akreditasi Puskesmas
7. Setelah dilakukan lokakarya ( tahapan awal akreditasi ) dan akan menentukan tim mutu
akreditasi puskesmas, maka kepala puskesmas mempunyai hak prerogatif dalam
menentukan struktur tim mutu. Karena tim ini lah yang nanti akan bekerja sama dengan
fasilitator atau pengelola program puskesmas dalam menyukseskan akreditasi pada
puskesmas tersebut.
Setidaknya tim mutu ini terdiri dari 4 tokoh kunci utama yang menjadi motor dalam penyiapan
dokumen, implementasi dan pemikir dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian yang ada.
Adapun ke 4 ( empat ) tokoh kunci tersebut adalah :
1. Ketua Tim Mutu
2. Ketua Pokja ADMEN
3. Ketua Pokja UKM
4. Ketua Pokja UKP
5. Dari ke 4 ( empat ) masing – masing ketua ini nantinya akan di bantu lagi oleh wakil
ketua, masing – masing penanggung jawab BAB yang akan membantu dalam
mempermudah menyelesaikan elemen penilaian yang ada.
Nah, sebagai kepala Puskesmas dalam memilih 4 tokoh kunci ini paling tidak masing – masing
ketua ini mempunyai kompetensi sebagai berikut :
1. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik. Ini wajib karena nanti akan membuat SK, SOP,
Pedoman, KAK yang semuanya menggunakan bahasa resmi atau bahasa baku.
2. Komitmen. Komitmen menjadi penting karena melatar belakangi
keberlangsungan penyusunan dokumen. Karena memakan waktu, fikiran, tenaga serta jam
kerja opsional sesuai kebutuhan.
3. Sinergi. Sikap ini sebagai arahan dari bagaimana bisa memanajemen tim dan bekerja dalam
tim. Sinergitas yang tinggi di tuntut dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul.
4. Inovatif. Banyak hal yang dapat di modifikasi dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian
( EP ), maka strategi inovasi dan kiat mempermudah penyelesaian pekerjaan lah yang
dibutuhkan. Beragam inovasi mestinya muncul sehingga pekerjaan dapat terselesaikan
dengan sempurna.
5. Bertanggung jawab. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu orientasi bahwa ada niat
yang kuat dalam merampungkan semua yang di minta dalam elemen penilaian.
Mungkin masih banyak lagi tetapi pada prinsipnya ada tanggungjawab, sinergi, komitmen dan
inovasi dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan masing – masing Ketua Tim.
6 Cara Efektif Menyelesaikan Elemen Penilaian Dalam
Akreditasi Puskesmas
by MPUTRAKUSUMA on JUNE 20, 2016
Seperti kita ketahui bahwa dalam elemen penilaian ( EP ) akreditasi puskesmas terdapat total 776
EP seperti terlampir dibawah ini :
ADMINISTRASI DAN
BAB I,II,III 10 STANDAR, 212 EP
MANAJEMEN
UKM BAB IV,V,VI 11 STANDAR, 183 EP
UKP BAB VII,VIII,IX 21 STANDAR, 381 EP
JUMLAH 9 BAB 42 STANDAR, 776 EP
Nah, dari 776 Elemen penilaian yang ada tentunya tidak semuanya dapat di selesaikan dengan
mudah. Setidaknya ada elemen penilaian yang membutuhkan diskusi panjang dalam
menyelesaikannya. Dibawah ini beberapa cara efektif dalam menyelesaikan apa yang di minta
oleh Elemen Penilaian .
1. Baca dahulu dengan teliti standar, kriteria serta pokok pikiran dari kriteria tersebut.
2. Pokok pikiran yang tertera dalam sebuah kriteria menunjukkan inti penilaian dari kriteria
tersebut.
3. Setelah memahami pokok pikiran dari kriteria, lanjutkan ke elemen penilaian yang
dipersyaratkan dalam satu kriteria.
4. Tiap-tiap elemen penilaian mempunyai dokumen telusur dan sasaran telusur yang mengacu
pada pokok pikiran kriteria.
5. Untuk dokumen yang diminta sebaiknya disiapkan setelah proses dijalankan.
6. Yang terpenting adalah proses nya di jalankan sehingga ketika di telusur dapat tersinergi
antara dokumen dan prosesnya.
7. 6 Kendala Akreditasi Puskesmas dan solusinya
8. Sejak pertama kali di tunjuk sebagai salah satu tim pendamping ( tim pendamping UKM )
saya telah memikirkan beberapa kendala konvensional dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas di wilayah kerja saya. Ini tercermin dalam beberapa kali diskusi saya dengan
teman sekantor dan beberapa orang kepala Puskesmas. Kendala yang paling dominan
adalah dalam hal keuangan. Beberapa pertanyaan sempat terlintas misalnya , darimana
anggaran perlengkapan akreditasi puskesmas ? dan berapa besar anggaran tersebut ?
2 pertanyaan di atas sepertinya selalu diutarakan teman – teman puskesmas dalam konteks
akreditasi puskesmas. Nah, di bawah ini ada 6 kendala dalam penerapan akreditasi puskesmas
yang saya rangkum dalam berbagai diskusi. Silahkan disimak.
1. Keuangan dan anggran. Ini kendala yang mendasar yang selalu di utarakan oleh teman-
teman puskesmas. Misalnya, biaya ATK untuk print out SOP dan dokumen .Tidak ada
anggaran untuk mempercantik puskesmas (membuat bingkai SOP, membuat bingkai Motto,
makan minum rapat dan lain sebagainya ).Solusi : sebagian anggaran dapat di gunakan
anggaran kapitasi, anggaran BOK dan anggaran dari APBD kabupaten yang sudah di
persiapkan sebelumnya. Boleh juga menggunakan anggaran CSR sesuai ketentuan yang
berlaku.
2. Sulit mencari tokoh kunci. Tokoh kunci yang dimaksud adalah sebagai ketua tim mutu dan
ketua masing-masing pokja. Di beberapa puskesmas saya jumpai di pilih yang senior tetapi di
tengah perjalanan beberapa darinya mengundurkan diri. Jadi sebaiknya dipilih yang benar-
benar mau bekerja dan memiliki daya pacu kerja yang menguasai seluk beluk manajemen
puskesmas.Solusi : bisa di pilih dokter puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya.
3. Minim motivasi dan dukungan. Selayang pandang dari akreditasi puskesmas adalah
menambah beban kerja. Ini di anggap sebagai “ nambah kerjaan “ tetapi sebetulnya sudah
waktunya puskesmas menambah kapabilitas, profesionalisme, memiliki sistem kerja yang
baik, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Nah, peran motivasi dari pimpinanlah yang
mestinya memberikan dukungan moril kepada seluruh pegawai puskesmas. Tidak mesti
dalam bentuk ceramah, bisa juga dalam bentuk reward yang disesuaikan dengan kemampuan
puskesmas.
4. Bersikap apatis. Sikap ini tentunya sering kita jumpai di puskesmas. Sikap acuh tak acuh
saat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi tidak semua staf yang bersikap
begini. Telaah dan saring staf-staf yang apatis terhadap perubahan.
5. Tidak disiplin. Ini sepertinya sudah menjadi bagian dari karakter setiap manusia. Ada yang
disiplin ada juga yang tidak disiplin. Apalagi soal jam kerja. Solusinya adalah melakukan
perubahan terhadap sistem absensi dan penerapan buku kerja serta membagi tugas-tugas
terhadap masing-masing staf puskesmas sehingga jelas tugas dan fungsinya.
6. Malas membaca. Dalam konteks akreditasi, banyak membaca tentunya mejadi sarana
gerbang ilmu dalam menambah wawasan guna menyelesaikan elemen penilaian yang ada.
Puskesmas dapat membuat pepustakaan mini dalam menambah wawasan staf puskesmas dan
fasilitas Wifi.
6 hal di atas adalah berbagai macam kendala yang sering saya jumpai pada saat pendampingan
akreditasi puskesmas. Tentunya kendala-kendala tersebut bervariasi pada masing-masing
puskesmas.
Cara Strategis Identifikasi Kebutuhan Dan Harapan
Masyarakat
by MPUTRAKUSUMA on SEPTEMBER 5, 2016
Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas terutama dalam kegiatan UKM ( Usaha
Kesehatan Masyarakat ) tentunya mengacu pada panduan atau pedoman yang sudah ada pada
masing – masing program UKM sesuai dengan kebijakan program tersebut. Kegiatan yang
dilakukan yang objeknya masyarakat atau pelanggan guna memacu peran serta masyarakat.
Disamping mengacu pada pedoman yang sudah ada. Puskesmas tentunya harus berinovasi untuk
mendapatkan masukan yang lebih rasional untuk menciptakan kegiatan yang berorientasi pada
kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran program – programnya.
Pada instrumen penilaian akreditasi puskesmas hal diatas tertuang dalam BAB IV standar 4.1
kriteria 4.1.1 dan elemen penilaian 1 sampai 7.
Dalam hal menampung masukan, harapan dan kebutuhan masyarakat hendaknya puskesmas
menggunakan berbagai metode aspiratif untuk mengkompilasinya. Berikut beberapa metode
strategis untuk mengatasi hal tersebut :
1. Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap desa pada
wilayah kerja puskesmas tersebut.
2. Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat kecamatan dimana
setiap kepala desa berkumpul pada acara tersebut.
3. Memanfaatkan temu kader kesehatan.
4. Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat ( dengan
membuat SOP ).
5. Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan metode terbuka
atau metode tertutup dengan sudah kita siapkan pertanyaannya ).
6. Temu pamong dan tokoh masyarakat dalam acara adat juga dapat di manfaatkan dengan
meminta waktu khusus.
7. Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam masyarakat.
Hasil identifikasi tersebut di catat dan di rangkum serta di analisis sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan puskesmas.
Semakin banyak puskesmas menampung aspirasi masyarakat maka semakin dapat mendekati
harapan dan kebutuhan masyarakat. Puskesmas dapat mengidentifikasi secara rasional dan
mengkomparasinya dengan anggaran dan pedoman yang sudah ada. Tentunya tidak semua
kebutuhan masyarakat dapat di penuhi oleh puskesmas, skala prioritas menjadi tolak ukur dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Setelah rangkuman hasil identifikasi kebutuhan masyarakat tersebut di analisis oleh tim
puskesmas dan di dapati prioritas kegiatannya selanjutnya kepala puskesmas menetapkan
kegiatan tersebut dalam rencana kerja puskesmas yang nantinya akan di sinkronkan dengan
anggaran puskesmas baik itu bersumber dari APBD maupun dari sumber lain seperti BOK dan
CSR.
Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini
adalah bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan
kegiatan tersebut di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur
keberhasilan.
Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal
dilapangan :
1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja
UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan
pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang
pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi,
Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya
inovatif dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah
pelayanan dan potensi sumber daya di wilayah kerjanya.
2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola
program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas
dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan
program dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa
puskesmas masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi
waktu dan jadwal kegiatan yang berimbang.
3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana kegiatan induk
puskemas. Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah
masyarakat dengan beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada.
Misal, untuk sasaran ibu-ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk
sasaran penyuluhan bisa dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di
Puskesmas Kelapa Kabupaten Bangka Barat ). Pola penjadwalan ini juga tentunya di buat
serinci mungkin sampai pada tempat dan siapa PJ nya.
4. Informasikan ke masyarakat ( bukti sosialisasi ). Setelah jadwal dibuat lalu sampaikan
jadwal tersebut kepada sasaran yang akan dituju berikut dengan kontak person PJ UKM nya.
Karena bila terjadi perubahan jadwal akan dengan mudah mengkonfirmasi nya. Teknis
informasi jadwal ini bisa melalui surat kemudian sarankan di tempel pada papan
pengumuman desa atau kantor desa setempat. Gunakan sistem informasi radio untuk
disiarkan secara berkala.
5. Laksanakan kegiatan sesuai arahan program. Dalam pelaksanaan kegiatan apapun
tentunya ada kerangka acuan dan SOP nya. Maka kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Pun
bila dilapangan terjadi hal-hal diluar panduan sebaiknya di kondisikan semaksimal mungkin
sesuai jalur. Catat semua kendala dalam pelaksanaan guna dibahas dalam evaluasi kegiatan.
6. Rekap semua bukti pelaksanaan pokja UKM ( dokumentasikan ). Setelah kegiatan
berjalan. Dokumentasikan semuanya secara menyeluruh. Seperti bila ada pertemuan
hendaknya dilengkapi dengan surat undangan ( siapkan pula bukti tanda terima undangan ),
daftar hadir, notulen rapat, jadwal agenda tentatif dan foto-foto kegiatan. Ini sebagai bukti
otentik guna memenuhi elemen penilaian yang ada.
7. Evaluasi pelaksanaannya. Tahap akhir pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi. Sebetulnya
evaluasi masih masuk dalam rangkaian kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan
pokoknya. Bahas semua kendala yang timbul dan langsung temukan solusi efektifnya guna
perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.
Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan
semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya tentunya
mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun dan terarah
guna efektifitas kegiatan UKM.
Disamping itu adanya dokumen SOP juga menjadi elemen penilaian untuk akreditasi puskesmas.
Nah di bawah ini saya lampirkan panduan lengkap pembuatan SOP sehingga dapat di
implementasikan dalam pembuatan dokumen akreditasi puskesmas. Kita mulai dari :
Pengertian SOP :
1. SOP adalah Serangkaian instruksi tertulis yg dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan dimana dan oleh
siapa dilakukan . (Permenpan No. 035 tahun 2012).
2. Istilah yg digunakan pada Pedoman Akrediatsi FKTP adalah Standar Operasional Prosedur
(SOP) sesuai Permenpan No. 35 tahun 2012
Tujuan SOP :
1. Agar proses kerja rutin terlaksana efisien, efektif, konsisten & aman
2. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yg berlaku.
Manfaat :
1. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
2. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
3. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan pekerjaannya ( SOP
pemberian informasi, SOP pemasangan infus, SOP pemindahan pasien, dll)
KOP SOP
Komponen SOP