You are on page 1of 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan usaha pemindahan orang maupun barang

dari lokasi asal ke lokasi tujuan untuk keperluan tertentu, dengan

mempergunakan moda transportasi tertentu menjadi urat nadi kehidupan

sehari-hari dan salah satu kebutuhan pokok masyarakat.Hampir setiap

orang memerlukan transportasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

seperti kebutuhan untuk bekerja, sekolah, rekreasi, maupun berinteraksi

sosial. Pemilih moda transportasi umum penumpang, ada dua kelompok

pelaku pergerakan atau perjalanan, yaitu KelompokChoice dan Kelompok

Captive .

Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera

Barat. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini,

dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu Tanah Datar,

kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki

luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk

lebih dari 58.000 jiwa.

Dalam bidang transportasi darat Kota Sawahlunto mempunyai

trayek transportasi angkutan kota yang dikelola oleh Koperasi Angkutan

Sawahlunto atau yang biasa disingkat KOPASATO.Jumlah armada yang

terdata sebanyak 57 unit,.hal ini sejalan dengan yang diamanahkan

undang-undang di negara kita.

1
Merupakan salah satu kewajiban pemerintah sebagaimana diatur

dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Angkutan Jalan (LLAJ), Pasal 139 ayat 3 dan 4 .

Dalam ayat 3 pada Undang-undang tersebut menegaskan, tentang

kewajiban pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam menjamin

ketersediaan angkutan umum untuk jasa angkutan orang atau barang

dalam wilayahnya. Sementara, dalam ayat 4 Undang-undang yang sama,

mengatur tentang penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau badan hukum

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Terkait kondisi jasa angkutan di Kota Sawahlunto,dari hasil

pantauan penulis sejauh ini angkutan umum resmi dalam kota yang

tampak dilapangan hanyalah angkutan kota.Dan secara visualisasi masih

dibutuhkan peningkatan di berbagai sektor, antara lain kendaraan angkutan

umum sebagian besar belum dilengkapi dengan tanda trayek, tarif,

penulisan identitas jenis angkutan, tanda pengenal dll.Sedangkan untuk

kuantitas dari yang penulis lihat di lapangan bisa dikategorikan sedikit

karena cukup susah untuk mencari angkutan kota yang beroperasi pada

jam-jam tertentu.

Sebahagian angkutan kota beroperasi hanya pada jam anak sekolah

pergi serta pulang sekolah.Hari lain yang mudah untuk menemukan

angkutan kota adalah pada saat hari pasar yaitu hari Rabu dan

Sabtu.Itupun dengan jumlah unit yang tidak terlalu banyak.Walaupun

2
angkutan dalam kota yang resmi hanya angkutan kota tapi sarana

transportasi umum ini terlihat kurang diminati oleh masyarakat Kota

Sawahlunto.

Kurangnya minat masyarakat menggunakan jasa angkutan umum

terlihat jelas dengan banyaknya jenis angkutan tidak resmi, seperti ojek

motor, berlalu lalang di jalan-jalan kota.Jika dilihat dari segi kuantitas

jumlah angkutan kota yang beroperasi bisa dipastikan kalah jika

dibandingkan dengan jumlah angkutan ojek. Biasanya hal itu terjadi akibat

kondisi penyelenggaraan angkutan umum kurang baik Sehingga pengguna

beralih menggunakan sarana transportasi lain.

Khusus tentang visi Kota Sawahlunto sebagai kota wisata yang

berbudaya, pemerintah daerah sudah harus memikirkan untuk

menyediakan sarana transportasi massal yang trayeknya diatur mampu

menjangkau seluruh kawasan objek wisata yang ada di kota ini.Dengan

beberapa alasan di atas maka penulis tertarik hendak melakukan penelitian

dengan judul “ Analisa Kelayakan Angkutan Kota Pada Kota

Sawahlunto“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang sudah dijelaskan

diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang timbul antara lain :

1. Bagaimana penilaian pengguna terhadap pelayanan angkutan kota

Sawahlunto ?

2. Bagaimana kelayakan kuantitas jasa angkutan kota Sawahlunto ?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui penilaian pengguna terhadap pelayanan angkutan kota

Sawahlunto

2. Mengetahui kelayakan kuantitas jasa angkutan kota Sawahlunto

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat

Diharapakan dengan penelitian ini masyarakat ,pemilik serta sopir

angkutan kota dapat meningkatkan kelaiakan armada dan pelayanan

angkutan kota mereka,sehingga masyarakat dapat menikmati angkutan

kota yang lebih nyaman dan laiak.Dengan tercapainya angkutan kota

yang nyaman serta laiak secara tidak lansung meningkatkan minat

masyarakat untuk menggunakan angkutan kota.

2. Pemerintah

Dari hasil penelitian ini diharapakan bisa sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan dinas serta

instansi terkait agar mencapai peningkatkan pelayanan transpotasi

umum,khususnya transpotasi angkutan kota.

4
1.5 Batasan Masalah

Studi mengenai kelaikan angkutan kota sawahlunto ini merupakan

suatu penelitian yang mempunyai cakupan yang luas, maka dari itu penulis

mencoba menetapkan batasan masalah, meliputi:

1. Lokasi studi berada di kota Sawahlunto

2. Objek penelitian angkutan kota

3. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait di kota sawahlunto,dalam

hal ini Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota

Sawahlunto.

4. Metode pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan

metode analisis SWOT

5. Responden yang menjadi obyek penelitian adalah warga kota

sawahlunto.

6. Data pengkajian kelemahan angkutan kota hanya dari penilaian

masyarakat pengguna ( Eksternal ).

1.6 Sistematika Penulisan

Alur penulisan tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bagian dengan

rincian sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan. Bagian ini berisikan latar belakang dari studi yang

akan dilakukan, tujuan dan manfaat dari studi tersebut, batasan

masalah, dan sistematikapenulisan tugas akhir ini.

Bab 2 : Tinjauan pustaka, tinjauan pustaka ini berisikan tentang sistem

angkutan, angkutan umum penumpang, konsep pemilihan moda,

status sosial ekonomi, serta analisis swot

5
Bab 3 : Metodologi penelitian yang berisikan tentang urutan pekerjaan yang

dilakukan dalam proses penyusunan tugas akhir ini. Bagian ini juga

berisikan tentang tata cara proses pengerjaan yang terdiri dari proses

pengumpulan dan pengambilan data dari pihak terkait, pengolahan

data, serta kompilasi data sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian ini.

Bab 4 :Analisis Data dan Pembahasan ,bagian ini berisikan analisis dan

pembahasan dari hasil studi yang dilakukan.

Bab 5 :Penutup, bagian terakhir dari penulisan tugas akhir ini adalah

kesimpulan yang diperoleh dari hasil studi yang telah dilakukan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Angkutan

Moda atau angkutan yang memberikan obyek jadi suatu mobilitas

untuk suatu jalur gerak tertentu, dan dapat digerakkan di jalur

tersebut.Angkutan adalah sarana untuk membantu orang atau sekelompok

orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki, angkutan dapat juga

untuk mengirim barang dari tempat asal ke tempat tujuannya.

Menurut klasifikasinya angkutan dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Angkutan Umum

Angkutan umum adalah angkutan yang penggunaannya dipungut

bayaran. Konsep angkutan publik muncul sebab tidak semua warga

masyarakat memiliki angkutan pribadi, sehingga negara berkewajiban

menyediakan angkutan bagi masyarakat secara keseluruhan.

2. Angkutan Pribadi

Angkutan pribadi adalah moda pribadi, dalam operasinya moda

pribadi dapat dengan bebas menentukan lintasannya sendiri, sepanjang tidak

melanggarperaturan lalu lintas dan moda pribadi akan tetap menjadi

modatransportasi yang demikian hingga abad 21. Hal ini disebabkan oleh

beberapafaktor utama yang dapat diberikan moda pribadi kepada

pengendaranya yaitukeamanan, kenyamanan, privacy, fleksibilitas dan

prestise.

7
Sistem adalah gabungan beberapa komponen (objek) yang saling

berkaitan dalam suatu tatanan struktur.Terjadinya perubahan dalam sebuah

komponen dalam suatu sistem dapat mempengaruhi perubahan komponen

lainnya, sehingga komponen tersebut harus mampu dirancang untuk

menguatkan sistem yang ada.

Transportasi adalah kegiatan atau aktivitas yang menunjang atau

melancarkan pergerakan dari tempat ke tempat yang lain. Berdasarkan dua

pengertian di atas, sistem transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu

bentuk keterikatan antara penumpang atau barang, prasarana, dan sarana

yang berinteraksi dalam rangkaian perpindahan orang/barang yang tercakup

dalam suatu tatanan. Kersusakan salah satu elemen akan mempengaruhi

sistem secara keseluruhan.

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005,

disebutkan bahwa sistem transportasi adalah tatanan transportasi yang

terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi

kereta api, transportasi udara,transportasi laut serta transportasi pipa, yang

masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling

berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir

membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif

8
2.2 Dasar Hukum Transportasi Darat ( Angkutan umum )

Beberapa dasar hukum transportasi darat antara lain :

a. Dalam PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan didefinisikan:

 Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang

dilengkapi sebanyak 8 (delapan) tempat duduk tidak

termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun

tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

 Trayek adalah lintasan kendaraan umum pelayanan

jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai

asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal

tetap maupun tidak terjadwal.

b. Definisi angkutan umum menurut UUD Nomor 14 tahun

1992 tentang lalu lintas angkutan jalan, pasal 25 dan 26 adalah

angkutan yang penggunaannya dipungut bayaran.

c. Undang-undang Republik Indonesia no.22 tahun 2009 tentang

lalu lintas angkut jalan

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.83 Tahun 2010

Panduan pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan badan

usaha dalam penyediaan insfrastruktur transportasi

2.3 Sistem Angkutan Umum

Suatu sistem angkutan umum terdiri dari sekumpulan sistem

sarana dan prasarana, dan kedua komponen pendukung ini bekerja

9
sama dalam suatu sistem pengoperasian dimana menggunakan jalan

sebagai medianya. Secara lebih rinci komponen-komponen tersebut

dapat dibagi sebagai berikut :

Komponen Prasarana angkutan Umum, meliputi :

a. Sistem jaringan rute

b. Track di sepanjang lintasan dari masing-masing rute

c. Halte / Perhentian Bus

d. Komponen Sarana Angkutan Umum, meliputi :

e. Jenis Kendaraan yang digunakan

f. Dimensi dan Desaian Kendaraan

Pelayanan angkutan secara umum terdiri dari tiga macam

aktivitas operasional yang meliputi:

1. Tahapan pengumpulan

Pengumpulan penumpang merupakan proses akumulasi

penumpang di dalam kendaraan. Pada bagian ini diperlukan akses

yang tinggi, melalui daerah tangkapan penduduk seperti daerah

perumahan, pemukiman, perdagangan maupun pendidikan.

2. Tahap pengangkutan

Tahap ini merupakan proses dari jalur pengangkutan, atau

tahap membawa penumpang ke tempat tujuan.Karaktreristik

proses ini adalah bergerak dengan kecepatan relatif tinggi,dengan

melakukan perhentian sesedikit mungkin.Semakin banyak

angkutan ini berhenti maka daya tarik dan efektifitas operasinya

10
akan semakin berkurang,karena kuantitas waktu tempuh jadi

masalah

3. Tahap penyebaran

Merupakan bagian penyebaran para penumpang di tempat

tujuan masing-masing, yang merupakan kebalikan dari tahap

pengumpulan penumpang. Dengan karakteristik melakukan

perhentian namun tidak

2.3.1 Angkutan Umum Penumpang

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan

orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya

membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat

yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke

tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan dengan menggunakan

sarana angkutan berupa kendaraan.

Sementara Angkutan Umum Penumpang adalah angkutan

penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang dilakukan

dengan sistem sewa atau bayar.

Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah

angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan

angkutan udara. (Warpani, 1990)

Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya

angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang

11
yang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan serendah

mungkin. Karena merupakan angkutan massal, perlu ada kesamaan

diantara para penumpang, antara lain kesamaan asal dan tujuan.

Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di terminal dan

atau tempat perhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu berarti kesamaan

maksud.Angkutan umum massal atau masstransit memiliki trayek dan

jadwal keberangkatan yang tetap. Pelayanan angkutan umum

penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan

antara ketersediaan dan permintaan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu

turut campur tangan dalam hal ini. (Warpani, 1990)

2.3.2 Peranan Angkutan Umum

Angkutan Umum berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia

akan pergerakan ataupun mobilitas yang semakin meningkat, untuk

berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang berjarak dekat,

menengah ataupun jauh.

Angkutan umum juga berperan dalam pengendalian lalu lintas,

penghematan bahan bakar atau energi, dan juga perencanaan &

pengembangan wilayah. Esensi dari operasional angkutan umum adalah

memberikan layanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat

dalam menjalankan kegiatannya, baik untuk masyarakat yang mampu

memiliki kendaraan pribadi sekalipun (Choice), dan terutama bagi

masyarakat yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum

12
(Captive). Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah

pelayanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman.

2.3.3 Konsep Pemilihan Moda

Pemilihan Moda merupakan bagian dari empat tahap

perencanaan transportasi, yakni :

a) Bangkitan Perjalanan/Pergerakan (Trip Generation)

b) Distribusi/Sebaran Perjalanan/Pergerakan (Trip Distribution)

c) Pilihan Moda Transportasi (Modal Split)

d) Pilihan Rute (Route Choice)

Pemilihan moda masuk pada tahap ketiga perencanaan

transportasi setelah tahap untuk mendapatkan bangkitan perjalanan dan

distribusi pergerakan.Pada tahap ketiga ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana pelaku perjalanan terbagi-bagi ke dalam (atau memilih)

moda angkutan yang berbeda-beda.

Dengan kata lain, tahap pemilihan moda merupakan suatu

proses perencanaan angkutan yang bertugas untuk menentukan

pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah .

Dalam arti proporsi orang dan atau barang yang akan

menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia

untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud

perjalanan tertentu pula. Beberapa prosedur pemilihan moda

memodelkan pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi,

13
angkutan umum dan angkutan pribadi seperti yang diperlihatkan pada

gambar 2.1

Gambar 2.1 Proses Pemilihan moda untuk Indonesia, Ofyar Tamin, 2000

2.3.4 Pengelompokan Pelaku Perjalanan & Moda Transportasi

Masyarakat pelaku perjalanan (konsumen jasa transportasi),

dapat kita kelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu :

1) Golongan paksawan (Captive) merupakan jumlah terbesar di negara

berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa

menggunakan angkutan umum karena ketiadaan kendaraan pribadi.

Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan

menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).

14
2) Golongan Pilihwan (Choice), merupakan jumlah terbanyak di

negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai

kemudahan (akses) ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk

menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara

ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke atas

(kaya atau ekonomi kuat).

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda

Ada 4 (empat) faktor yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap

perilaku pelaku perjalanan atau calon pengguna (trip maker behavior).

Masing-masing faktor ini terbagi lagi menjadi beberapa variable yang

dapat diidentikkan. Variable-variabel ini dinilai secara kuantitatif dan

kualitatif.

 Faktor – faktor atau variabel-variabel tersebut adalah :

A. Faktor Karakteristik Perjalanan (Travel Characteristics Factor)

Pada kelompok ini terdapat beberapa variabel yang

dianggap kuat pengaruhnya terhadap perilaku pengguna jasa moda

transportasi dalam memilih moda angkutan, yaitu :

 Tujuan Perjalanan seperti (trip purpose) bekerja, sekolah, sosial

dan lain-lain.

 Waktu Perjalanan seperti (time of trip made) seperti pagi hari,

siang hari, tengah malam, hari libur dan seterusnya.

15
 Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik

(kilometer) antara asal dengan tujuan, termasuk panjang

rute/ruas, waktu pembanding kalau menggunakan moda-moda

lain, di sini berlaku bahwa semakin jauh perjalanan, semakin

orang cenderung memilih naik angkutan umum.

B. Faktor Karakteristik Pelaku Perjalanan (Traveler Characteristics

Factor)

Pada kelompok faktor ini, seluruh variabel berhubungan

dengan individu si pelaku perjalanan.Variabel-variabel dimaksud

ikut serta berkontribusi mempengaruhi perilaku pembuat perjalanan

dalam memilih moda angkutan.

 Menurut Bruton, variabel tersebut diantaranya adalah :

 Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan

untuk membiayai perjalanannya, entah dengan mobil pribadi

atau angkutan umum.

 Kepemilikan kendaraan (car ownership), berupa tersedianya

kendaraan pribadi sebagai sarana melakukan perjalanan.

 Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll)

 Kepadatan permukiman (density of residential development)

 Sosial-ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran keluarga

(pasangan muda, punya anak, pensiun atau bujangan, dan lain-

lain), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan,

16
punya lisensi mengemudi (SIM) atau tidak, serta semua

variabel yang mempengaruhi pilihan moda.

C. Faktor Karakteristik Sistem Transportasi (Transportation System

Characteristics Factor)

Pada faktor ini, seluruh variabel yang berpengaruh terhadap

perilaku si pembuat perjalanan dalam memilih moda transportasi

berhubungan dengan kinerja pelayanan sistem transportasi seperti

berikut :

 Waktu relatif (lama) perjalanan (relative travel time) mulai dari

lamanya waktu menunggu kendaraan di pemberhentian

(terminal), waktu jalan ke terminal (walk to terminal time) dan

waktu di atas kendaraan.

 Biaya relatif perjalanan (Relative Travel Cost), merupakan

seluruh biaya yang timbul akibat melakukan perjalanan dari

asal ke tujuan untuk semua moda yang berkompetisi seperti

tarif tiket, bahan bakar, dan lain-lain.

 Tingkat pelayanan relatif (Relative Level of Service),

merupakan variabel yang cukup bervariasi dan sulit diukur,

contohnya adalah variabel-variabel kenyamanan dan

kesenangan, yang membuat orang mudah gonta-ganti moda

transportasi.

 Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian

tempat tujuan.

17
 Tingkat kehandalan angkutan umum disegi waktu (tepat

waktu/reliability), ketersediaan ruang parkir dan tarif.

 Variabel nomor 1 dan 2 merupakan kelompok variabel yang

dapat diukur (dikuantifikasikan), sementara ketiga variabel

terakhir (3,4,5) merupakan kelompok variabel yang sangat

subjektif sehingga sulit diukur (dikuantifikasikan) dan masuk

kelompok variabel kualitatif.

D. Faktor karakteristik kota dan zona (Special Characteristics Factor)

Variabel yang ada dalam kelompok ini, contohnya ;

 Variabel jarak kediaman dengan tempat kegiatan (CBD)

 Variabel kepadatan penduduk (population density).

E. Status Sosial Ekonomi

Status Sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam

masyarakatnya sehubungan dengan orang lain. Dalam arti khusus

lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta

kewajibannya. Status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang

dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis yang

merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai

dalam masyarakat yang biasanya dikenal sebagai previlese berupa

Kekayaan, serta pendapatan, dan prestise berupa status, gaya hidup

dan kekuasaan.Tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang

ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

(Yulisanti.A.I, 2000)

18
a) Pendidikan

Jenis dan tinggi rendahnya pendidikan akan

mempengaruhi jenjang status sosial seseorang. Pendidikan

bukan sekedar memberikan ketrampilan kerja.

Pendidikan juga mengubah selera, minat, etiket dan cara

bicara seseorang.Pendidikan juga berperan dalam karakteristik

seseorang dalam memilih moda transportasi.

b) Pekerjaan / Jabatan

Pendidikan yang memadai akan memudahkan dalam

mencari pekerjaan. Ada beberapa jenis pekerjaan tertentu yang

dapat membuat seseorang menjadi lebih terhormat daripada

orang lain. Pekerjaan yang dimaksud sangat berkaitan erat

dengan jabatan/posisi seseorang dalam lingkungan kerjanya.

Suatu jabatan dapat dirumuskan sebagai

sekelompok posisi (masing-masing memerlukan pelayanan

dari seorang individu) yang sama dipandang dari sudut tugas-

tugas pokok atau yang penting. Jabatan adalah sekelompok

tugas, kewajiban dan tanggung jawab, sebagai satu

keseluruhan dipandang sebagai pekerjaan yang sudah biasa

bagi seorang pegawai.Jabatan juga merupakan sekelompok

posisi yang mengandung persamaan dalam kewajiban,

kecakapan, pengetahuan dan tanggung jawab.

19
c) Penghasilan

Jika produktifitas tinggi maka penghasilan yang

diterima akan tinggi, atau jenis-jenis pekerjaan yang

berprestasi tinggi pada umumya memberikan penghasilan yang

tinggi pula. Tidak bias dipungkiri kalau penghasilan sangat

berpengaruh pada pola pemilihan moda transportasi.

2.4 Syarat Kelayakan Angkutan

Transportasi yang baik dapat terwujud dengan memenuhi beberapa

unsur sebagai berikut :

a. Sarana Transportasi

Sarana transportasi umum yang digunakan haruslah yang layak

pakai dan memenuhi standar keselamatan baik itu di darat, laut, dan

udara karena digunakan untuk kepentingan dan menyangkut keselamatan

Orang banyak.

Sarana transportasi harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

pengguna baik dari segi kualitas serta kuantitas,baik kuantitas jumlah

maupun kuantitas daya angkut orang atau barang.Sehingga tercapai

kepuasan dan kenyaman yang diinginkan para pengguna transportasi.

b. Usia kendaraan angkutan umum

Pembatasan usia kendaraan umum memang diperlukan untuk

meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. Karena bila

usia kendaraan yang sudah tua dan tidak layak pakai tentunya akan

20
berpengaruh terhadap kemanan, kenyamanan dan keselamatan bagi para

pengguna angkutan dan pengguna jalan lainya.

Usia kendaraan merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi kualitas kendaraan baik itu mesin atau tampilan. Karena

semakin tua umur kendaraan semakin besar kemungkinan kendaaran

untuk rusak serta penampilan fisik yang kurang bagus. Mengenai

permasalahan ini perlu dilakukan pengkajian antara masyarakat dan

pemerintah dikaji serta di musyawarahkan antara pemerintah khususnya

dinas perhubungan dengan perusahaan penyedia angkutan atau organda.

c. Cek fisik kendaraan secara berkala

Tidak hanya semata-mata cek fisik dilakukan saat pergantian plat

nomor kendaraan saja, namun cek fisik secara berkala misalnya dengan

digelar operasi secara berkala untuk mengecek fisik pada kendaraan

seperti sistem penerangan (lampu-lampu), rem, spion, klakson, serta

kelengkapan lainnya, bisa membantu pula pemantauan kelayakan dari

kendaraan tersebut.Cek fisik dilakukan agar bisa mengecek kualitas

kendaraan yang menenentukan kenyamanan dan keamanan pengguna.

d. Perbaikan Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi sebagai penunjang bisa beroperasinya

transportasi tersebut juga harus diperhatikan seperti jalan, terminal,

stasiun, pelabuhan, bandara, pangkalan ojek dan lain sebagainya.Jalan

atau akses yang memadai mempengaruhi minat masyarakat

menggunakan angkutan umum.

21
Selain itu jalan yang bagus juga mempengaruhi kondisi kendaraan

yang secara tidak lansung juga mempengaruhi kepada kenyaman para

pengguna transportasi.

Jalan yang sudah dibuat dan diperbaiki sering juga mengalami

kerusakan, ini mungkin karena proses pengerjaan tanpa perencanaan dan

pelakasanaan yang matang dan kualitas bahan dasar yang kurang bagus

untuk membuat jalan.Berbeda kalau kita menggunakan bahan dengan

kualitas yang bagus yang membuat jalan tidak cepat rusak, sehingga

biaya untuk perbaikan jalan bisa ditekan setiap tahunnya, dan keamanan

serta keselamatan pemakai jalan bisa di tingkatkan.

2.5 Pengertian Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses

(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).

“SWOT is an acronym for the internal Strengths and Weaknesses

of a business and enviromental Opportunities and Threats facing that

business.” (John A.P and Richard Braden Robinson 1988:292)

“Swot is an acronym for a company’s Strength, Weakness, Oppor,

and Threats.” (Arthur A. Thompson, JR. And A. J. Strickland III 1993:87)

Jadi, SWOT adalah sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths

(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats

(ancaman) di dalam bisnis.

22
Sedangkan Pearce dan Robinson (1997) menambahkan bahwa

salah satu bagian dari proses manajemen strategik adalah analisis faktor

intern perusahaan yang menghasilkan profil perusahaan,

mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan utama perusahaan.

Kekuatan dan kelemahan ini dibandingkan dengan peluang dan ancaman

ekstern sebagai landasan untuk menghasilkan alternatif-alternatif strategi

suatu proses yang dinamakan analisis SWOT.

Dari Yusanto dan Wijdajakusuma (2003),menyatakan analisis

SWOT merupakan salah satu instrumen internal dan eksternal perusahaan

yang telah dikenal luas.Analisis ini bertumpu pada basis data tahunan

dengan pola 3-1-5. Maksudnya, diupayakan mencakup data

perkembangan organisasi pada tiga tahun sebelum dilakukan analisis,

apa yang akan diinginkan pada tahun dilakukannya analisis serta

kecenderungan organisasi untuk lima tahun kedepan pascaanalisis.

Hal ini dimaksudkan agar strategi yang akan diambil memiliki dasar dan

fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Serta menurut Freddy (1997), analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematif untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).Proses

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan

23
demikian perencana strategis (strategy planner) harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini dinamakan Analisis

Situasi.Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis

SWOT.

24
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk analisa kelaiakan angkutan kota Sawahlunto penelitian

dilakukan di Kota Sawahlunto,lokasi difokuskan di kawasan terminal

angkutan kota Sawahlunto,serta pasar Kota Sawahlunto.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang

dijadikan obyek penelitian.Jika yang ingin diteliti adalah sikap

konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah

seluruh konsumen produk tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah warga kota sawahlunto.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti,

dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan

populasi itu sendiri.Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi

yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Menurut

Sukandarrumidi (2002),

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat

yang sama yang merupakan sumber data.Untuk sampel dari populasi

pada penelitian ini diambil secara simpel random sebanyak 100 orang

( Sudrami Arikunto ).

25
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh tujuan dari penelitian ini, harus dipersiapkan suatu

program kerja penelitian yang memuat langkah-langkah yang akan

dilakukan selama penelitian. Program kerja penelitian ini dibuat sedemikian

rupa sehingga setiap proses dapat dilaksanakan secara sistematis dan dapat

berjalan dengan efektif, efisien dan tepat sasaran. Rencana kerja pada

penelitian ini secara umum ditunjukkan pada Gambar 3.1

Studi Literatur

Penyusunan Rencana Kerja

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer:


Kuisioner Pengumpulan Data Sekunder:

Pengolahan Data Kuisioner

Analisis Data:
Univariate Analysis

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1Bagan Alir Kegiatan Penelitian

26
3.3.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari kuesioner yang

dibagikan kepada responden yang pengisiannya didampingi oleh peneliti

agar pengisian kuesioner lebih akurat dan kesalahan bisa dihindari.

3.3.2 Data Sekunder

Data Yang didapat dari Kantor Perhubungan Komunikasi dan

Informatika kota Sawahlunto dan sumber pustaka yang berhubungan

dengan penelitian.Data tersebut diantaranya :

a. Jumlah Trayek

b. Jumlah angkutan yang beroperasi

Tabel Data 3.1 Trayek Jumlah Angkutan

Panjang Jumlah Armada ( Unit ) Tarif Tarif / Km


No No / Kode Trayek Trayek ( Km ) BB BS BK MPU ( Rp) ( Rp )
I R I R I R I R
I II III IV V VII VII VIII IX=(VIII/III)
Sawahkunto- Talawi
17 x x x x x x 29 x
1 Via Sikalang 5000,00 300,00
Sawahkunto- Talawi
2 15 x x x x x x 2 x
Via Kolok 5000,00 330,00
Sawahkunto- Muara kalaban-
3 10 x x x x x x 5 x
Silungkang 3000,00 300,00
Sawahkunto- Kubang-Lunto-
4 15 x x x x x x 4 x
Lumindai 4500,00 300,00
Sawahkunto- Sapan-Santur
5 5 x x x x x x 17 x
4000,00 800,00

27
Keterangan :

BB = Bus Besar MPU = Mobil Penumpang

BS = Bus Sedang I = Jumlah Armada Berdasarkan Izin

BK = Bus Kecil R = Jumlah Armada Realisasi

Data yang didapat dalam proses pengumpulan oleh dinas terkait,dari

konsultasi penulis kepada kepala seksi Lalin Dinas Perhubungan Jumlah

ankutan kota yang memperpanjang izin baru sekitar 13 unit dari keseluruhan

izin trayek yang di,keluarkan tahun sebelumnya.

3.4 Teknik Pengolahan Data

3.4.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah kuesioner diisi kemudian semua pertanyaan yang diajukan

kepada responden diperiksa kembali apakah sudah dijawab dengan

sempurna.

3.4.2 Pembuatan Kode (Coding)

Berikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap

pertanyaan dalam kuesioner untuk memudahkan mengolah data.

3.4.3 Pemasukan Data ( Entry data )

Setelah semua jawaban responden dijawab, selanjutnya dimasukkan

kedalam master tabel, data diklasifikasikan sesuai dengan sub variabel.

3.4.4 Tabulasi Data (Tabulating)

Memasukkan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

28
3.4.5 Pembersihan Data (Cleaning Data)

Membersihkan data atau memeriksa kembali data untuk

memastikan kelengkapan data (Budiarto, 2002 : 29 )

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis posisi perusahaan dalam persaingan, metode

analisis yang digunakan adalah analisis SWOT yang membandingkan antara

faktor ekstern, yaitu peluang, ancaman dan faktor internal yaitu kekuatan,

kelemahan (Freddy Rangkuti, 2005).

Rais (2009:4), metode analisa SWOT dianggap sebagai metode analisa

yang paing dasar, berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari

4 (empat) sisi yang berbeda.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu:

 S = Strengths, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari organisasi atau program pada saat ini.

 W = Weaknesses, adalah situasi atau kondisi yang merupakan

kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

 O = Opportunities, adalah situasi atau kondisi yang merupakan

peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang

bagi organisasi di masa depan.

 T = Threats, adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi

yang datang.

29
Jenis Kelamin

Umur
Pemilihan Moda
Jenis Pekerjaan Angkutan kota

Pendapatan

Gambar 3.2Kerangka pemikiran teoritis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah

penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam

penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pemilihan moda.

2. Umur diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan

moda.

3. Jenis Pekerjaan diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pemilihan moda.

4. Pendapatan diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pemilihan moda.

5. Jarak ketempat tujuan diduga memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pemilihan moda.

30
Untuk membantu merangkum data serta mengambil kesimpulan dari

penelitian untuk pengolahan data peneliti juga menggunakan skala

linkert.Jawaban dinilai dengan menggunakan Skala Linkert untuk pertanyaan

positif nilai Sangat Setuju ( SS ) = 4, Setuju ( S ) = 3,Tidak Setuju ( TS ) = 2,

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, sedangkan pertanyaan negatif , Sangat Tidak

Setuju diberi nilai = 4, Tidak Setuju = 3, Setuju = 2, Sangat Setuju = 1.

Contoh = Diketahui untuk Pertanyaan positif

Jumlah responden menjawab Sangat Setuju ( SS ) Poin 4 = 23 Orang

Didapat jumlah nilai 𝐹= 23 x 4 = 92

Jumlah Responden 𝑛 = 100 orang,maka 𝑛 juga dikali 4

𝑛 = 4 x 100

𝑛 = 400

Dari frekwensi skala linkert di atas dikonfersikan kedalam hasil persentase

F
P= x 100 %
N

Keterangan : P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah Responden

( Budiarto, 2001 :37 )

92
P= x 100 = 23 %
400

31
Kemudian hasil perhitungan persentase dimasukkan kedalam

kriteria standar objektif yaitu berdasarkan kriteria teori dan setiap aspek dan

kriteria standar kualitatif sebagai berikut :

Tinggi : Bila hasil yang didapat > 75 % - 100%

Sedang : Bila hasil yang didapat 60 % - 75 %

Rendah : Bila hasil yang didapat < 60 %

( Arikunto, 2006 : 344 )

3.7 Metode Penyajian Data

Data analisis SWOT disajikan dalam bentuk tabel SWOT dengan uraian

secara narasi deskriptif. Metode narasi deskriptif adalah metode dengan

menguraikan masing–masing komponen Strengths, Weaknesses,

Opportunities, Threats dan mendeskripsikan hubungan antara 4

komponen tersebut.

32
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi

4.1.1 Geografis Lokasi

Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat

yang mempunyai kontur daerah yang sebahagian bsesar tidak rata karena

banyak bukit dan lembah.Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota

Padang ini,dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu Tanah

Datar,kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto

merupakan kota yang pada zaman colonial belanda dikenal dengan

kekayaan alam batu bara ini memiliki luas 273,45 km².

Kota Sawahlunto memiliki 4 kecamatan terdiri dari Kecamatan

Talawi yang terdiri dari 6 desa dengan jumlah populasi penduduk sekitar

18.681 jiwa.Kecamatan Barangin terdiri dari 10 desa dan kelurahan

dengan jumlah populasi penduduk sekitar 17.819 jiwa.Kecamatan Lembah

segar ,terdiri dari 11 kelurahan dan desa dengan jumlah populasi

penduduk sebanyak 12.214 jiwa.Kecamatan Silungkang yang tediri dari 5

desa dengan jumlah Populasi penduduk 10.795 jiwa Kota Sawahlunto

lebih dari 58.000 jiwa.

33
4.1.2 Karakteristik Responden

Untuk karakteristik responden karena mempunyai cakupan

yang cukup luas maka penulis mengelompokan menjadi beberapa

jenis karakteristik,yang diaggap telah mewakili sebahagian

karakteristik responden.Peneliti mencoba menentukan pemilihan

moda angkutan kota berdasarkan 8 karakteristik yang akan

mempengaruhi pemilihan moda transportasi responden yang

bersangkutan.Supaya lebih mudah untuk dipahami dan

dimengerti,penulis mencoba menyajikan data yang didapat serta

sudah dipilah dalam bentuk tabel dan diagram..

1. Jenis kelamin

Untuk jenis kelamin penulis mengelompokan menjadi 2

kelompok yang ditampilkan seperti tabel serta diagram di bawah.

Tabel 4.1 Persentase Karakteristik Jenis Kelamin

NO KARAKTERISTiK JUMLAH %

1. Laki-laki 44 44
x100 = 44 %
100

2. Perempuan 56 56
x100 = 56 %
100

34
Jumlah Responden Berdasarkan
Karakteristik Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan

44%

56%

Gambar 4.1 Diagram Persentase Karakteristik Jenis Kelamin

2. Umur

Untuk karakteristik umur penulis mencoba mengelompokan

menjadi 3 kelompok yang disajikan dalam bentuk table dan

diagram di bawah ini .

Tabel 4.2 Persentase Karakteristik Usia

NO KARAKTERISTiK JUMLAH %

1. Usia < 18 Tahun 23 23


x100 = 23 %
100

2. Usia 18 – 40 Tahun 49 49
x100 = 49 %
100

3. Usia > 40 Tahun 28 28


x100 = 28
100

35
Jumlah Responden Berdasarkan
Karakteristik Umur
< 18 Tahun 18 Tahun-40 Tahun > 40 Tahun

23%
28%

49%

Gambar 4.2 Diagram Persentase Karakteristik Usia

3. Pendidikan terakhir

Untuk karakteristik pendidikan responden penulis mengelompokan

menjadi 5 kelompok itampilkan bentuk tabel serta diagram di bawah.

Tabel 4.3 Persentase Karakteristik Pendidikan Terakhir

NO KARAKTERISTK JUMLAH %

1. SD 9 9
x100 = 9 %
100

2. SLTP 28 28
x100 = 28 %
100

3. SMA 27 27
x100 = 27 %
100

36
4. DIPLOMA 13 13
x100 = 13 %
100

5. SARJANA 23 23
x100 = 23
100

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Pendidikan
SD SLTP SMA DIPLOMA SARJANA

9%
23%
27%
13%
28%

Gambar 4.3 Diagram Persentase Karakteristik Pendidikan

4. Status

Untuk karakteristik status pernikahan penulis hanya

mengelompokan menjadi 2 kelompok seperti tabel dan diagram di

bawah ini.

37
Tabel 4.4 Persentase Karakteristik Status Pernikahan

NO KARAKTERISTK JUMLAH %

1. Sudah Menikah 58 58
x100 = 58%
100

2. Belum Menikah 42 42
x100 = 42 %
100

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Status Pernikahan
Sudah menikah Belum Menikah

42%

58%

Gambar 4.4 Diagram Persentase Karakteristik Status Pernikahan

5. Jumlah pendapatan

Untuk karakteristik dari segi pendapatan responden penulis mencoba

mengelompokan menjadi 3 kelompok yang ditampilkan dalam bentuk

tabel serta disajikan juga dengan bentuk diagram seperti di bawah

38
Tabel 4.5 Persentase Karakteristik Jumlah Pendapatan

NO KARAKTERISTiK JUM %

LAH

1. < Rp. 1.000.000,- 25 25


x100 = 25 %
100

2. Rp. 1.000.000,- s/d 52 52


x100 = 52 %
100
Rp.3.000.000,-

3. > Rp. 3.000.000,- 23 23


x100 = 23 %
100

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Jumlah Pendapatan
< Rp.1.000,000.- Rp1.000,000.-s/dRp 3.000,000.- > Rp.3.000,000.-

23% 25%

52%

Gambar 4.5 Diagram Persentase Karakteristik Jumlah Pendapatan

39
6. Kepemilikan kendaraan pribadi

Karakteristik kepemilikan kendaraan pribadi penulis mengelompokan menjadi 4

kelompok yang disajikan dalam bentuk tabel serta diagram seperti dibawah ini.

Tabel 4.6 Persentase Kepemilikan Kendaraan Pribadi

NO KARAKTERISTK JUMLAH %

1. MOBIL 23 23
x100 = 23 %
100

2. SEPEDA MOTOR 79 79
x100 = 79 %
100

3. SEPEDA 7 7
x100 = 7 %
100

4. TIDAK ADA 16 16
x100 = 16 %
100
KENDARAAN

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Kepemilikan
Kendaraan Pribadi
Mobil Sepeda Motor Sepeda Tidak Ada Kendaraan

7% 16% 23%

79%

Gambar 4.6 Diagram Persentase Kepemilikan Kendaraan Pribadi

40
Untuk Kepemikan kendaraan jumlah persentase kepemilikan

kendaraan memang lebih dari 100 % karena sebahagian responden memiliki

fasilitas kendaraan pribadi lebih dari satu jenis kendaraan.

7. Jenis pekerjaan

Untuk karakteristik pekerjaan penulis mencoba mengelompokan

menjadi 6 kelompok,dijelaskan oleh table dan diagram di bawah ini.

Tabel 4.7 Persentase Jenis Pekerjaan

NO JUMLAH %

1. PEGAWAI SWASTA 14 14
x100 = 14 %
100

2. PEGAWAI NEGERI 12 12
x100 = 12 %
100

3. PELAJAR 18 18
x100 = 18 %
100

4. WIRASWASTA 47 47
x100 = 47 %
100

5. PENSIUNAN 5 5
x100 = 5
100

6. TIDAK BEKERJA 4 4
x100 = 4
100

41
Jumlah Responden Berdasarkan
Karakteristik Jenis Pekerjaan
Peg.Swasta Peg.Negeri Pelajar Wiraswasta Pensiunan Tidak Bekerja

5% 4% 14%

12%

47% 18%

Gambar 4.7 Diagram Persentase Jenis Pekerjaan

8. Kondisi kendaraan

Untuk karakteristik kondisi kendaraan para resonden,penulis mencoba

mengelompokan menjadi 4 kelompok disajikan dalam bentuk dan diagram di

bawah.

Tabel 4.8 Persentase Kondisi Kendaraan

NO KARAKTERISTIK JUMLAH %

1. TUA 5 5
x100 = 9 %
100

2. BARU 14 14
x100 = 14 %
100

42
3. JELEK 4 4
x100 = 4 %
100

4 BAGUS 61 61
x100 = 61 %
100

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Kondisi Kendaraan
TUA BARU JELEK BAGUS

5%
14%

4%

61%

Gambar 4.8 Diagram Persentase Kondisi Kendaraan

9. Karakteristik Pendidikan

Untuk karakteristik jenjang pendidikan para resonden,penulis mencoba

mengelompokan menjadi 5 kelompok disajikan dalam bentuk dan diagram di

bawah.

43
Tabel 4.9 Persentase Karakteristik Tingkat Pendidikan

NO KARAKTERISTIK JUMLAH %

1. SD 9 9
x100 = 9 %
100

2. SLTP 28 28
x100 = 28 %
100

3. SMA 27 27
x100 = 27%
100

4. DIPLOMA 13 13
x100 = 13%
100

5. SARJANA 23 23
x100 = 23%
100

Jumlah Responden Berdasarkan


Karakteristik Pendidikan
SD SLTP SMA DIPLOMA SARJANA

9%
23%

28%
13%

27%

Gambar 4.9 Diagram Persentase Tingkat Pendidikan

44
4.2 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 May sampai dengan 13

May 2016 berlokasi di sekitar pasar serta terminal Sawahlunto yang

kebetulan masih terletak satu lokasi.Dari penelitian diperoleh hasil

kuisioner dan analisa Kelayakan Angkutan kota di kota Sawahlunto

dengan jumlah responden 100 orang.

Hasil kuisioner yang didapatkan di lapangan diolah dengan

menggunakan skala linkert,agar data lebih mudah untuk dipahami data

yang telah diolah kemudian disajkan atau diuraikan kedalam tabel-tabel

distribusi frekuensi atau beberapa tabel persentase serta disajikan dalam

bentuk beberapa diagram seperti di bawah.

Tabel 4.9 Persentase Penilaian Kelebihan Angkutan Kota

FREKWENSI Persentase / %

NO
SS (A) S (B) TS (C) STS (D) E

1 23 58 16 3 100.00%

2 20 57 21 2 100.00%

3 21 50 27 2 100.00%

4 21 59 16 4 100.00%

∑ 21.25 56 20 2.75 100

45
Persentase kelebihan angkutan kota
2,75%
21,25%
20 %

SS
S
TS
56% STS

Gambar 4.9 Diagram Kelebihan Angkutan Kota

Dari Tabel 4.9 didapatkan data bahwa dari 100 responden terdapat

21,25 % responden menyatakan sangat setuju ( SS ) akan kelebihan

menggunakan sarana angkutan kota, 56 % responden menyatakan setuju

( S ) akan kelebihan menggunakan sarana angkutan kota, 20 % responden

menyatakan tidak setuju ( TS) akan kelebihan menggunakan sarana

angkutan kota, 2,75 % responden menyatakan sangat tidak setuju akan

kelebihan menggunakan sarana angkutan kota ( STS).Maka peneliti

mencoba menyimpulkan bahwa lebih dari separuh responden,dengan

persentase 77,25 % responden menyatakan nyaman dan memilih

menggunakan angkutan kota,hal ini dikarenakan angkutan kota kalau

dilihat dari segi manfaat efisiensi biaya, keamanan, serta dapat membawa

daya angkut yang banyak.

46
Tabel 4.10 Persentase Peluang Kelemahan Angkutann Kota

Persentase /
FREKWENSI
%
NO

SS (A) S (B) TS (C) STS (D) E

1 14 69 17 0

2 32 53 15 0
100
3 24 62 13 1

4 21 52 27 0

∑ 22.75 59 18 0.25 100

Kelemahan angkutan kota


0,25
% 22,75%
18
%
SS
SS
TS
STS
59
%

Gambar 4.10 Diagram Persentase Kelemahan Angkutan Kota

47
Dari Tabel 4..10 diketahui bahwa dari 100 responden terdapat

22,75 % responden menyatakan sangat setuju ( SS ) akan kelemahan

menggunakan angkutan kota, 59 % responden menyatakan setuju ( S )

akan kelemahan menggunakan angkutan kota, 18 % responden

menyatakan tidak setuju ( TS) akan kelemahan menggunakan angkutan

kota, 0,25 % responden menyatakan sangat tidak setuju akan kelemahan

menggunakan angkutan kota ( STS) setuju.Dari dat diatas penulis

mencoba menyimpulkan bahwa sebahagian besar responden dengan

persentase 81,75 % responden menyatakan tidak minat menggunakan

angkutan kota,hal ini dikarenakan jika dinilai dari segi efisiensi waktu,

serta trayek yang dilalui angkutan kota belum memenuhi kebutuhan para

pengguna angkutan

Tabel 4.11 Persentase Penilaian Peluang Angkutan Kota

FREKWENSI Persentase / %

NO
SS (A) S (B) TS (C) STS (D) E

1 14 33 31 22

2 17 42 36 5
100
3 22 36 35 7

4 18 43 36 3

∑ 17.75 38.5 34.5 9.25 100

48
Pernyataan peluang angkutan kota

9,25 17,75%
%

34,5 SS
% S
38,5%
TS
STS

Gambar 4.11 Diagram Persentase Peluang Angkutan Kota

Dari Tabel 4.11 diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 17,75

persen responden menyatakan sangat setuju ( SS ) akan peluang

menggunakan angkutan kota, 38,5 persen responden menyatakan setuju ( S )

akan peluang menggunakan angkutan kota, 34.5 persen responden

menyatakan tidak setuju ( TS) akan peluang menggunakan angkutan kota,

9,25 persen responden menyatakan sangat tidak setuju akan peluang

menggunakan angkutan kota ( STS). Dari hasil data diatas dapat maka penulis

mecoba menyiimpulkan bahwa kurang dari separuh responden dengan

persentase 45,8 persen responden menyatakan angkutan kota berpeluang

untuk beroperasi di kota Sawahlunto.

49
Tabel 4.12 Persentase Penilaian Ancaman Angkutan Kota

FREKWENSI Persentase / %

NO
SS (A) S (B) TS (C) STS (D) E

1 39 28 27 6

2 53 35 9 3
100
3 29 37 23 11

4 39 47 14 0

∑ 40 36.75 18.25 5 100

Pernyataan ancaman angkutan kota


5%
18,25
% 40%

SS
S
36,75% TS
59
% STS

Gambar 4.12 Diagram Persentase Ancaman Angkutan Kota

50
Dari Tabel 4.12 diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 40

persen responden menyatakan sangat setuju ( SS ) akan ancaman

kelangsungan beroperasinya angkutan kota, 36,75 persen responden

menyatakan setuju ( S ) akan ancaman beroperasinya angkutan kota,

18,25 persen responden menyatakan tidak setuju ( TS) akan ancaman

beroperasiny angkutan kota, 5 persen responden menyatakan sangat tidak

setuju akan ancaman beroperasinya angkutan kota ( STS) setuju. Dapat

disimpulkan bahwa lebih dari separuh responden dengan persentase 76,75

persen responden menyatakan ancaman beroperasinya angkutan kota

penyebabnya adalah selain trayek angkutan kota yang terbatas masyarakat

juga lebih mudah untuk memiliki kendaraan pribadi,serta ojek lebih

mudah ditemukan dari pada angkutan kota.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian dan data yang didapat penulis baik secara

lisan,tulisan dan kajian maka penulis mencoba merumuskan hasil penelitian

tentang angkutan kota di Kota Sawahlunto sebagai berikut:

1. Keadaan geografi atau kontur Kota Sawahlunto yang berbukit-bukit

sehingga, menyebabkan akses menuju rumah masyarakat banyak yang

hanya dilalui jalan kecil atau jalan setapak,hal ini yang menjadi salah satu

alasan yang menyebabkan keterbatasan trayek angkutan kota sehingga

belum dapat menjangkau atau melalui keseluruhan akses serta wilayah

kota Sawahlunto.

51
Karena trayek angkutan kota terbatas hanya melalui jalan raya saja

disebakan dimensi angkutan kota yang tidak bisa melalui jalankecil.

Sehingga penduduk yang tempat tinggalnya tidak terlayani angkutan kota,

harus memilih menggunakan ojek atau kendaraan pribadi dimana dimensi

kendaraan tersebut dapatmelalui jalan kecil untuk bisa sampai ketempat

tujuan.

2. Dari hasil data kuisioner dapat juga disimpulkan bahwa Hampir sebahgian

besar responden mempunyai kendaraan pribadi yaitu roda dua dalam hal

ini sepeda motor.

3. Hasil data kuisioner dapat juga kita ketahui bahwa sebahagian besar

responden menyatakan untuk dapat memiliki kendaraan roda dua cukup

mudah,baik itu cash ataupun kredit yang proses administrasi cukup

mudah.

4. Dari keseluruhan responden yang penulis data,sebahagian besar yang

minat menggunakan fasilitas angkutan kota salah satunya adalah pelajar

sekolah karena dari segi biaya lebih murah, bagi para pedagang yang

terbantu dengan daya angkut angkutan kota yang lebih banyak disbanding

angkutan lain yang banyak di Kota Sawahlunto seperti ojek.

5. Kondisi sebahagian angkutan kota kurang terawat sehingga

mengakibatkan ketidaknyamanan penumpang untuk memilih angkutan

kota.

6. Dari segi kuantitas jumlah angkutan kota masih kurang sehingga jarang

ditemukan angkutan kota untuk sarana berpergian.

52
7. Angkutan kota mempunyai daya tempuh yang lama karena untuk

menggunakannya harus menunggu penumpang sampai muatan penuh

baru bisa jalan.

8. Banyaknya penduduk yang menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan

untuk mendapatkan kendaraan tidak sulit (cash atau kredit ) pmenjadi

salah satu penyebab kurang diminatinya angkutan kota di wilayah kota

Sawahlunto.

9. Dari segi kenyaman secara garis besar memang tidak bisa dipungkiri

angkutan kota bisa menjadi pilihan utama bagi sebahagian pengguna

dengan karakteristik tertentu seperti pelajar dan pedagang,tapi karena

trayek angkutan kota yang terbatas tidak melewati rumah masyarakat

yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat menjadi salah satu alasan

utama angkutan kota kurang diminati.

53
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari penelitian dan analisis data penulis mencoba menyimpulkan penilaian

masyarakat terhadap pelayanan angkutan kota Sawahlunto sudah baik

dengan persentase 55,80 % responden yang menyetujui,namun secara

trayek belum memenuhi kebutuhan sebahagian masyarakat

2. Kelayakan angkutan kota dari segi kuantitas masih mengalami kekurangan

dari segi jumlah unit yang beroperasi,karena trayek angkutan kota masih

sebatas jalan-jalan tertentu saja.Hal ini karena akses angkutan kota tidak

bisa melalui jalan kecil.

5.2 Saran

Kota Sawahlunto merupakan daerah yang tidak padat dan

ketersediaan transportasi angkutan umum kota belum mencakup untuk

seluruh wilayah . Hal ini perlu diperhatikan dan di jadikan pemikiran bagi

pemerintah daerah, sebagai alternatif pemecahan yang diberikan dan perlu

peninjauan dari sisi kebutuhan transportasi, prasarana transportasi, rekayasa

dan manejemen serta kelembagaan. Selanjutnya beberapa rekomendasi

sebagai tindak lanjut penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menangani

permasalahan angkutan kota khususnya angkutan kota Sawahlunto

dengan mengadakan penyuluhan, kursus, dan pelatihan aparat

54
pemerintah daerah untuk meningkatkan teknis dan tenaga kerja yang

ada.

2. Penambahan dan peningkatan infrastruktur transportasi angkutan kota,

khususnya perbaikan kondisi jalan pada daerah kota Sawahlunto.

3. Diharapkan agar pemerintah daerah setempat dapat meningkatkan

pelayanan angkutan umum kota dengan melakukan beberapa perubahan

dan pengembangan sistem transportasi yang ada saat ini.

4. Hendaknya untuk memaksimumkan wilayah pelayanan angkutan kota

yang ada, perlu dilakukan studi penentuan trayek-trayek baru didasarkan

analisa terhadap lokasi-lokasi penumpang angkutan umum kota.

5. angkutan kota, khususnya perbaikan kondisi jalan pada daerah kota

Sawahlunto.

6. Diharapkan agar pemerintah daerah setempat dapat meningkatkan

pelayanan angkutan umum kota dengan melakukan beberapa perubahan

dan pengembangan sistem transportasi yang ada saat ini.

7. Hendaknya untuk memaksimumkan wilayah pelayanan angkutan kota

yang ada, perlu dilakukan studi penentuan trayek-trayek baru didasarkan

analisa terhadap lokasi-lokasi penumpang angkutan umum kota.

55
56
57

You might also like