You are on page 1of 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN DAN


BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

Alifia Nugrahani Sidhi, Mursid Raharjo, Nikie Astorina Yunita Dewanti


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: alifiasidhi@gmail.com

Abstract : Quality of sanitation in Puskesmas Adiwerna is still bad. Quality of bad


environmental sanitation can cause various diseases such as diarrhea and
become a problem in Indonesia, especially diarrhea in infants. One area that is
still a high incidence of diarrhea which Tegal district with diarrhea Incidence Rate
of 39.74 per 1000 population and Adiwerna Public Health Center has the highest
Prevalence Rate infants in 2015 amounted to 20.64 per 100 infants. The purpose
of this study to determine the relationship of environmental sanitation and
bacteriological quality of water on the incidence of diarrhea in infants in Adiwerna
Public Health Center. This study used cross sectional design with the kind of
analytical observation. The population is all children under five by 2015 as many
as 4320 with a total sample of 42 respondents drawn by simple random
sampling. Data were obtained from interviews and observations are then
analyzed with chi square. Univariate analysis showed there were 54.8%
incidence of diarrhea. There are toilets to 69.0%, 50.0% garbage disposal
facilities, SPAL 76.1%, and 78.6% bacteriological quality of water is not eligible.
Incidence of diarrhea has a significant relationship with latrine facility conditions,
SPAL, and the bacteriological quality of the water (p = 0.02, p = 0.03 and p =
0.02) and was not associated with garbage disposal facilities (p = 0.063). In
conclusion latrine facility conditions, SPAL, and the bacteriological quality of
water associated with the incidence of diarrhea in infants in Adiwerna Public
Health Center.
Keywords : environmental sanitation, diarrhea, bacteriological quality

PENDAHULUAN bersih dan sebagainya. Sanitasi


Latar Belakang lingkungan ditujukan untuk
Sanitasi Lingkungan adalah memenuhi persyaratan lingkungan
status kesehatan suatu lingkungan yang sehat dan nyaman. Upaya
yang mencakup perumahan, sanitasi dasar meliputi sarana
pembuangan kotoran, penyedian air pembuangan kotoran manusia,
665
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sarana pembuangan sampah, kebutuhan sehari-hari seperti mandi,


saluran pembuangan air limbah, dan mencuci, minum, maupun untuk
penyediaan air bersih. Sarana memasak. Agar tidak memiliki
pembuangan kotoran manusia atau dampak negatif bagi lingkungan
yang biasa disebut jamban harus maupun manusia, air bersih memiliki
dimiliki oleh tiap keluarga yang harus beberapa parameter. Salah satu
selalu terawat atau bersih dan sehat. parameternya yaitu mengenai
Hal ini untuk mencegah pencemaran kandungan bakteriologis pada air.
lingkungan dari kotoran manusia dan Salah satu kandungan bakteri yang
sebagai tanda bahwa keluarga menjadi persyaratan air bersih
tersebut tidak BAB di sembarang adalah bakteri E.coli. Menurut
tempat. Sarana pembuangan peraturan menteri kesehatan tahun
sampah juga termasuk upaya 1990, kandungan bakteri E.coli yang
sanitasi dasar karena setiap diperbolehkan yaitu MPN 0/100
manusia pasti meghasilkan ml.2,3,4
sampah.1,2 Sanitasi dasar dan kualitas
Sanitasi dasar yang selanjutnya bakteriologis air penting untuk
yaitu saluran pembuangan air dipenuhi untuk menjaga kualitas
limbah. Saluran ini menampung air sanitasi lingkungan yang baik. Jika
bekas dari aktivitas mencuci, masak, lingkungan memiliki kualitas sanitasi
mandi dan sebagainya. Saluran dan kualitas bakteriologis air bersih
pembuangan air limbah menjadi yang buruk, maka masyarakat yang
sangat penting bukan hanya karena tinggal di lingkungan tersebut akan
alasan bau dan estetika tetapi mudah terkena penyakit. Salah satu
karena air limbah yang berbahaya penyakit yang dapat terjadi yaitu
bagi kesehatan. Karena itu, saluran diare.
air limbah diusahakan agar tidak Diare merupakan salah satu
mencemari lingkugan sekitar dan penyakit menular melalui air yang
tertutup. Upaya sanitasi dasar yang masih menjadi masalah utama di
terakhir yaitu penyediaan air bersih. negara-negara berkembang
Air bersih merupakan kebutuhan termasuk Indonesia. Diare umumnya
dasar manusia yang harus dipenuhi. disebabkan oleh kualitas hygiene
Air bersih dipergunakan untuk dan sanitasi lingkungan yang masih

666
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

belum memenuhi persyaratan. Usia dibanding tahun 2011 sebesar 153


bayi dan balita menjadi usia yang kasus.6
rentan terhadap penyakit diare. Salah satu wilayah yang masih
Penyakit ini termasuk penyakit tinggi kejadian diarenya yaitu
menular yang ditandai dengan kabupaten Tegal. Incidence Rate
gejala-gejala seperti: perubahan diare Kabupaten Tegal tahun
bentuk dan kosistensi tinja menjadi 2012 sebesar 39,74 per 1000
lembek sampai mencair dan penduduk dimana mengalami
bertambahnya frekuensi buang air peningkatan bila dibandingkan
besar lebih dari pada biasanya (tiga dengan tahun 2011 yaitu 38,0 per
kali atau lebih dalam sehari) disertai 1000 penduduk dan 2010 yaitu
muntah-muntah, sehingga penderita sebesar 35,4 per 1000 penduduk.
akan mengalami kekurangan cairan Sedangkan Case Fatality Rate
tubuh (dehidrasi) yang pada diare pada tahun 2012 sebesar
akhirnya apabila tidak mendapat 0,004% meningkat jika
pengobatan segera dapat dibandingkan tahun 2011 sebesar
5
menyebabkan kematian. 0,001% dan sama dengan tahun
Jumlah penderita pada KLB 2010 yaitu sebesar 0,004%. 7
diare tahun 2013 menurun secara Cakupan penanganan
signifikan dibandingkan tahun 2012 penderita diare di Kabupaten
dari 1.654 kasus menjadi 646 Tegal pada tahun 2013 yang
kasus pada tahun 2013. KLB dilaporkan sebesar 57.914 kasus
diare pada tahun 2013 terjadi di dari 66.649 kasus perkiraan
6 provinsi dengan penderita (86,89%) lebih rendah
terbanyak terjadi di Jawa Tengah dibandingkan cakupan pada tahun
yang mencapai 294 kasus. Menurut 2012 sebesar 62.591 kasus dari
profil kesehatan Jawa Tengah, pada 66.648 kasus perkiraan (93,9%).
Provinsi Jawa Tengah sendiri tahun Berdasarkan data dari Dinas
2013 terdapat 1.407.082 perkiraan Kesehatan Kabupaten Tegal,
kasus diare. Namun pada Provinsi penderita diare usia balita sebanyak
Jawa Tengah angka kejadian luar 10.445 yang pada tahun 2015
biasa kasus diare meningkat pada dengan jumlah balita pertengahan
tahun 2012 yaitu sebesar 167 kasus tahun sebanyak 116.477 balita.

667
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sehingga dapat disimpulkan bahwa syarat yaitu terdapat 22.930 dari


Insident Rate (IR) sebesar 89 balita 71.623 atau sebanyak 32%
yang terkena per 1000 balita yang penduduk belum memiliki jamban.
ada. Adiwerna adalah salah satu Sedangkan dari jumlah sepuluh
wilayah di kabupaten tegal yang desa yang ada di wilayah kerja
memiliki penderita diare terbanyak puskesmas Adiwerna yang
pada usia balita dengan jumlah melakukan STBM (Sanitasi Total
penderia sebanyak 892 dari 4320 Berbasis Masyarakat) hanya 2
9
balita pada tahun 2015. Prevalence desa.
Rate (PR) kejadian sebesar 20,6% Menurut data dari dinas
yang berarti terdapat 21 balita kesehatan Kabupaten Tegal tahun
terkena diare dari 100 balita yang 2013, sarana tempat sampah yang
ada di wilayah kerja puskesmas ada di wilayah kerja puskesmas
adiwerna dan menjadi wilayah Adiwerna sebanyak 1.525 dari 5.138
puskesmas dengan tingkat kejadian keluarga yang diperiksa (29,7%).
8
diare tertinggi se-Kabupaten Tegal. Dari 1.525 keluarga yang memiliki
Adiwerna merupakan wilayah tempat sampah, sebanyak 835 yang
dengan kegiatan ekonomi terbesar sudah memenuhi syarat. Penduduk
di Kabupaten Tegal. Hal ini diketahui di wilayah kerja puskesmas
dengan banyaknya kegiatan usaha Adiwerna juga belum 100% memiliki
yang ada mulai dari tingkat mikro akses air minum. Sumber air yang
sampai besar. Kegiatan digunakan adalah sumur gali yaitu
usaha/industri yang ada di Adiwerna sebanyak 33.378 dari 71.623
mengakibatkan pencemaran yang penduduk (46,6%), sumur bor
terjadi pada lingkungan semakin sebanyak 20.636 dari 71.623
banyak. Selain itu, jumlah rumah penduduk (28,8%), penduduk yang
sehat yang memenuhi syarat hanya menggunakan air perpipaan (PDAM)
sebanyak 2.771 dari 15.369 rumah sebanyak 8.995 dari 71.623
yang ada atau hanya sebanyak penduduk (9,3%) dan sisanya belum
18,03%. Kondisi sanitasi mendapatkan akses yaitu sebanyak
berdasarkan jumlah penggunaan 10.951 penduduk (15,3%). Menurut
jamban di Adiwerna juga masih penelitian yang dilakukan oleh
banyak yang belum memenuhi Wulan tahun 2005 menunjukkan

668
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

1,96 2 x0,5(1 − 0,5)4320


0,14 2
(4320air
bahwa + 1,96 2yang
- 1)sumur x0,5(1digunakan
- 0,5) terikat. Pengamatan dilakukan
khususnya di daerah industri di terhadap tiap subyek sebanyak satu
Kecamatan Adiwerna belum kali pada satu saat yang
11
memenuhi syarat baik secara fisik, bersamaan.
kimia, dan biologi. Sedangkan 1. Populasi
menurut data dari puskesmas, Populasi yang menjadi subjek
beberapa penyedia air minum yang dalam penelitian ini adalah semua
diperiksa sebanyak 50% (18 balita usia 12-59 bulan yang
penyedia) dari penyedia air minum bertempat tinggal di Wilayah Kerja
yang ada belum layak untuk Puskesmas Adiwerna pada tahun
dikonsumsi. 9,10 2015. Populasi dalam penelitian ini
Beberapa faktor risiko di atas sebanyak 4320 balita.
yang menyebabkan kejadian diare 2. Sampel
pada balita di wilayah kerja Sampel penelitian ini adalah
puskesmas Adiwerna masih tinggi. balita usia 12-59 bulan yang
Oleh karena itu, peneliti tertarik bertempat tinggal di wilayah kerja
untuk meneliti hubungan kualitas puskesmas Adiwerna. Penentuan
sanitasi dan kualitas bakteriologis air jumlah besar sampel pada penelitian
bersih terhadap kejadian diare pada ini dihitung dengan menggunakan
balita. Tujuan dari penelitian ini yaitu estimasi proporsi pada sampel acak
mengetahui hubungan kualitas berikut ini:12
sanitasi lingkungan dan bakteriologis
air bersih terhadap kejadian diare n=

pada balita di wilayah kerja Keterangan

Puskesmas Adiwerna. n = Besar sampel minimal


N = Besar populasi
METODE PENELITIAN Z = Nilai P (1 − P )normal
2
Z sebaran N baku
d 2 ( N - 1) + Z 2 P(1 - P)
Penelitian ini menggunakan jenis P = Proporsi kejadian, jika tidak
penelitian kuantitatif dengan metode diketahui dianjurkan = 0,5
observasional analitik, pendekatan d = Besar penyimpangan
cross sectional yaitu dengan
n=
melakukan pengamatan untuk
mengetahui hubungan antara
n = 42,27≈ 42 balita
variabel bebas dengan variabel
669
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Besar sampel yang diambil Balita yang dimiliki


sebanyak 42 balita dengan responden mayoritas berjenis
menggunakan simple random kelamin laki-laki sebanyak 23
sampling. Selanjutnya besar sampel balita (54,8%) sisanya
tiap desa dihitung secara proporsi. berjenis kelamin perempuan.
Besar sampel ini harus dipenuhi b. Pendidikan Ibu
dengan kriteria sebagai berikut: Pendidikan ibu yang paling
Kriteria Inklusi: banyak dengan jenjang
a. Bertempat tinggal di wilayah pendidikan SD yaitu sebanyak
Kerja Puskesmas Adiwerna 17 orang, sedangkan yang
b. Bersedia menjadi responden paling sedikit dengan jenjang
3. Instrumen Dan Cara Penelitian pendidikan D3/S1 sebanyak 2
Instrumen dalam penelitian ini orang
menggunakan kuesioner dan lembar c. Status Gizi
observasi. Kuesioner digunakan Sebagian besar responden
untuk wawancara tentang kejadian memiliki balita dengan status gizi
diare pada balita, sumber air bersih baik yaitu sebanyak 33
air bersih, jamban, SPAL dan tempat responden (78,6%). Sedangkan
sampah, sedangkan lembar sisanya memiliki balita dengan
observasi digunakan untuk status gizi buruk (kelebihan dan
keperluan pengamatan (observasi). kekurangan).
Pemeriksaan kualitas bakteriologis d. Pemberian Susu Formula
air dilakukan di Laboratorium Jumlah responden yang
13
Kesehatan Kabupaten Tegal. pernah memberikan susu
formula pada balitanya yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 21 responden (50,0%)
1. Karakteristik Subyek setelah balita menginjak usia 1
Penelitian tahun. Namun tidak ada balita
a. Jenis Kelamin yang pernah mengalami alergi
akibat pemberian susu formula.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita yang dimiliki oleh Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 23 54,8
Perempuan 19 45,2
Total 42 100
670
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume
4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu


Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase (%)
Tamat SD/MI 17 40,5
Tamat SMP/MTs 10 23,8
Tamat SMA/SMK 13 31,0
Tamat Perguruan Tinggi 2 4,7
Total 42 100

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita


Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
Buruk 9 21,4
Baik 33 78,6
Total 42 100

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Susu Formula


Pemberian Susu Formula Frekuensi Persentase (%)
Diberikan Susu formula 21 50,0
Tidak diberikan 21 50,0
Total 42 100

2. Analisis Univariat meter dengan sumber air,


Analisa univariat dilakukan mudah untuk dibersihkan, dan
untuk menjelaskan dan tidak terdapat
mendeskripsikan karakteristik dari serangga/vektor penyakit
variabel yang diteliti, yaitu seperti kecoa maupun lalat,
variabel bebas dan variabel terdapat ventilasi yang
terikat. Penyajian data dibuat memadai, dilengkapi dinding
dalam bentuk distribusi frekuensi dan atap penutup, serta
dan prosentase dapat dilihat memiliki lantai kedap air dan
dalam tabel 5 di bawah ini. luas ruangan memadai.14
3. Analisis Bivariat Kondisi jamban yang tidak
a. Kondisi Jamban memenuhi syarat tersebut
Kondisi jamban yang dapat mencemari lingkungan
memenuhi syarat jamban sekitar, khususnya
sehat yaitu jarak lubang pencemaran oleh kotoran
penampungan kotoran atau manusia. Jika terjadi
dinding resapan jamban >10 pencemaran lingkungan oleh

671
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kotoran manusia/tinja, maka kriteria antara lain yaitu


akan terjadi penyebaran memiliki tutup, kedap air, tidak
penyakit seperti diare. menjadi sarang
Mekanisme penularan serangga/vektor, tidak
penyakit diare karena kondisi mengotori lingkungan sekitar,
jamban yang tidak memenuhi serta dikumpulkan ke tempat
syarat yaitu dengan pembuangan sampah
memindahkan bakteri sementara. Kondisi sarana
penyebab penyakit yang ada pembuangan sampah yang
di tinja ke pejamu. tidak memenuhi syarat akan
Pemindahan bakteri ini mengundang datangnya
melalui berbagai macam vektor yang nantinya akan
media seperti air, tangan, menyebarkan bakteri
serangga, dan tanah yang penyebab penyakit.14,15
selanjutnya akan mencemari Kondisi sarana
15
makanan/minuman. pembuangan sampah tidak
Kondisi jamban memiliki mempunyai hubungan yang
hubungan dengan kejadian signifikan dengan kejadian
diare pada balita berdasarkan diare pada balita berdasarkan
hasil uji statistik dengan hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-square menggunakan uji Chi-square
diperoleh nilai p=0,002 (p < diperoleh nilai p=0,06 (p < α).
α). Hasil penelitian ini Hasil ini sejalan dengan dua
sependapat dengan penelitian penelitian terdahulu yaitu
17
Lindayani dan Azizah tahun Malik tahun 2015.
2009.16 c. Kondisi SPAL
b. Kondisi Pembuangan Kondisi saluran
Sampah pembuangan air limbah yang
Kondisi sarana tidak memenuhi syarat
pembuangan sampah yang kesehatan diantaranya adalah
memenuhi syarat kesehatan jarak dengan sumber air yang
harus mempunyai beberapa kurang dari 10 meter, SPAL

672
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tidak tertutup, tidak mengalir biologi yang harus dipenuhi


dengan lancar, dan diantaranya tidak boleh
menimbulkan bau. Kondisi mengandung mikroorganisme
SPAL yang tidak memenuhi patogen yang dapat
syarat dapat menjadi salah menyebabkan penyakit. Untuk
satu media penularan mengetahui adanya bakteri
penyakit diare. Mekanisme pathogen dapat dilakukan
penularannya dengan dengan menguji keberadaan
memindahkan bakteri bakteri Escherichia coli yang
penyebab diare yang ada di merupakan bakteri indikator
air buangan/limbah ke pencemar air. Parameter ini
manusia melalui vektor terdapat pada air yang
penyakit, air dan tanah. tercemar tinja manusia dan
Selanjutnya bakteri pindah ke dapat menyebabkan
makanan atau minuman yang gangguan pada manusia
jika dimakan oleh seseorang berupa penyait diare karena
18,19
akan menyebabkan diare. kandungan bakteri patogen.
Kondisi SPAL memiliki Syarat jumlah kadar E.coli
hubungan yang signifikan yang diperbolehkan adalah
4
dengan kejadian diare pada 0/100 ml sampel air.
balita berdasarkan hasil uji Kualitas bakteriologis air
statistik dengan bersih memiliki hubungan
menggunakan uji Chi-square dengan kejadian diare pada
diperoleh nilai p=0,030 (p < balita berdasarkan hasil uji
α). Hasil penelitian ini sejalan statistik dengan
dengan hasil penelitian menggunakan uji Chi-square
20
Kamilia tahun 2012. diperoleh nilai p=0,010 (p <
d. Kualitas Bakteriologis Air α). Hasil penelitian ini sejalan
Bersih dengan penelitian oleh Profita
Air bersih yang memenuhi tahun 2014 yang menyatakan
syarat kesehatan memiliki bahwa ada hubungan antara
parameter fisika, kimia dan kualitas bakteriologis air

673
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bersih dengan kejadian diare pada balita (p=0,001).21

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sanitasi Lingkungan


Sarana Saluran
Kualitas
Kondisi Jamban Pembuangan Pembuangan
Bakteriologis
Sampah Air Limbah
Tidak Memenuhi Syarat 29 (69%) 21 (50%) 32 (76,2%) 33 (78,6%)
Memenuhi Syarat 13 (31%) 21 (50%) 10 (23,8%) 9 (21,4%)
Total 42 100

Tabel 6 Rekapitulasi hasil uji statistik variabel penelitian


No Variabel RP 95% CI p value Keterangan
1. Kondisi Sarana 4,707 1,290-17,176 0,002 Ada Hubungan
Jamban
2. Kondisi Sarana 1,875 1,020-3,446 0,063 Tidak ada hubungan
Pembuangan
Sampah
3. Kondisi SPAL 3,281 0,926-11,622 0,030 Ada Hubungan
4. Kualitas 6,000 0,931-38,680 0,010 Ada Hubungan
bakteriologis air
memenuhi tidak syarat
KESIMPULAN dimiliki oleh 21 (50,0%)
1. Kualitas bakteriologis air responden.
bersih di Wilayah Kerja 4. Kondisi Saluran
Puskesmas Adiwerna yang Pembuangan Air Limbah di
tidak memenuhi syarat Wilayah Kerja Puskesmas
sebesar 78,6% (33 dari 42 Adiwerna Kabupaten Tegal
responden). sebagian besar memiliki
2. Kondisi jamban rumah di SPAL yang tidak memenuhi
wilayah Kerja Puskesmas syarat yaitu sebanyak 76,2%
Adiwerna Kabupaten Tegal (32 dari 42 responden).
yang tidak memenuhi syarat 5. Ada hubungan yang
yaitu sebanyak 69% (29 dari signifikan antara kondisi
42 responden). jamban rumah dengan
3. Kondisi pembuangan kejadian diare pada balita di
sampah rumah di Wilayah Wilayah Kerja Puskesmas
Kerja Puskesmas Adiwerna Adiwerna Kabupaten Tegal
Kabupaten Tegal yang

674
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

yang dengan perolehan nilai 1. Soekidjo, N. Ilmu Kesehatan


Masyarakat: Prinsip-Prinsip
p=0,002 (p < α).
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta,
6. Tidak ada hubungan yang 2003.
2. Waluya, B. Pengelolaan
signifikan kondisi
lingkungan Hidup untuk SMA.
pembuangan sampah rumah 2010
(file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR
dengan kejadian diare pada
._PEND._GEOGRAFI/19721024
balita di Wilayah Kerja 2001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_
puskesmas Adiwerna
Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_S
Kabupaten Tegal karena MA/BAB_4_SANITASI_LINGKU
NGAN.pdf sanitasi
hasil uji statistik dengan
lingkungan.pdf diakses pada 29
menggunakan uji Chi-square Februari 2016).
3. Kementerian Kesehatan.
diperoleh nilai p=0,063 (p >
Keputusan Menteri Kesehatan
α). nomor 852 tahun 2008 tentang
STBM. Jakarta: Kementerian
7. Ada hubungan yang
kesehatan, 2008
signifikan antara kondisi (http://pppl.depkes.go.id/_asset/_
regulasi/Kepmenkes_852-
saluran pembuangan air
2008_Ttg_Strategi_Nasional_Sa
limbah dengan kejadian diare nitasi_Total_Berbasis_Masyarak
at_(STBM).pdf diakses 29
pada balita di Wilayah Kerja
Februari 2016).
Puskesmas Adiwerna 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor
Kabupaten Tegal dengan
416/MENKES/PER/IX/1990.
nilai p=0,03 (p < α). Persyaratan Kualitas Air Minum.
Jakarta : Kemenkes, 1990
8. Ada hubungan yang
5. Suharyono. Diare Akut Klinik
signifikan antara kualitas dan Laboratorik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
bakteriologis air dengan
6. Dinas Kesehatan Jawa tengah.
kejadian diare pada balita di Profil Kesehatan Jawa Tengah
2013. Semarang: Dinas
Wilayah Kerja Puskesmas
Kesehatan Jawa tengah, 2013.
Adiwerna Kabupaten Tegal 7. Dinas Kesehatan Kabupaten
Tegal. Profil Kesehatan
karena hasil uji statistik
Kabupaten Tegal 2013, Slawi:
dengan menggunakan uji Dinas Kesehatan. 2013
8. Dinas Kesehatan Kaupaten
Chi-square yaitu diperoleh
Tegal. Data Penyakit Diare
nilai p=0,01 (p < α). Tahun 2011-2015. Slawi: Dinas
Kesehatan Kabupaten Tegal,
2015.
DAFTAR PUSTAKA 9. Kecamatan Adiwerna. Selayang
Pandang Kecamatan Adiwerna
675
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tahun 2006. Adiwerna: 19. Andrianto, P. Penatalaksanaan


Kecamatan Adiwerna, 2007. dan Pencegahan Diare Akut.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Jakarta: EGC, 2006;
Tegal. Data Keadaan 20. Kamilia, L. Hubungan Praktik
Lingkungan 2014. Slawi: Dinas Personal Hygiene Ibu dan
Kesehatan Kabupaten Tegal, Kondisi Sanitasi Lingkungan
2014 Rumah dengan Kejadian Diare
11. Notoatmodjo S. Metodologi pada Balita di Puskesmas
PenelitianKesehatan. Jakarta: Kampung Dalam Kecamatan
Rineka Cipta; 2002 Pontianak Timur. (Online), Jurnal
12. Lemeshow, S. dkk. 1997. Besar Kesehatan Indonesia, Vol 11, No
Sampel dalam Penelitian 2, 2012,
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah (http://ejournal.undip.ac.id/index.
Mada University Press; 1997. php/jkli/article/download/5022/45
13. Sugiyono. Metode Penelitian 54 diakses 1 Maret 2016)
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 21. Profita, HG. Analisis Spasial
Bandung: Alfabeta; 2009 Kualitas Air Bersih dan Kejadian
14. Departemen Kesehatan RI. Diare pada Anak Balita di
Kriteria Kondisi Rumah Sehat. Wilayah Kerja Puskesmas Pati I
Depkes RI, 1999; Kabupaten Pati. (Online),
15. Chandra, B. Ilmu Kedokteran Repositori Undip, 2014
Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta: EGC, 2009. (http://eprints.undip.ac.id/43316/
16. Lindayani, S dan Azizah R. 1/4898.pdf diakses 19 Mei 2016)
Hubungan sarana sanitasi dasar
sumah dengan kejadian diare
pada balita di desa ngunut
kabupaten tulungagung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan
Universitas Airlangga, Surabaya,
2013, Vol. 7,32-37
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF
/kesling490ad6e01ffull.pdf
diakses 16 Mei 2016);
17. Malik, A. Analisis Spasial
Hubungan Kualitas Sanitasi
Lingkungan dan Bakteriologis Air
Bersih terhadap Kejadian Diare
pada Balita di Kecamatan
Semarang Utara, (Online),
Repository Undip, Semarang,
2015
(http://eprints.undip.ac.id/46898/
1/5391.pdf diakses 1 Maret
2016);
18. Depkes RI. Buku Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare.
Ditjen PPM&PLP. Jakarta. 2000

676

You might also like