Professional Documents
Culture Documents
1. Paparan Sunda merupakan daerah yang dangkal di Kawasan Barat Indonesia (KBI).
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Paparan Sunda? Dan jelaskan juga di mana batas
batas paparan Sunda dari waktu ke waktu (sejak Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter)
ditinjau dari pendekatan model tektonik lempeng,khususnya model tektonik konvergen?
2. Uraikan tentang stratigrafi paparan sunda Pra Tersier dan Tersier di kawasan Paparan
Sunda? Berilah masing masing contoh di suatu cekungan?
3. Dari titik oandang geodinamik Pulau Sumatera, kita mengenal 3 pola stuktur kelurusan
struktur geologi yang dominan. Jelaskan ketiga pola tersebut dari yang tua ke muda?
Jelaskan juga, apakah ketiga pola struktut tersebut memegang peranan penting pada
cebakan minyak bumi di cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera
Selatan?
4. Gejala strukturisasi yang menonjol pada formasi formasi batuan tersier di cekungan
Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan adalah model sturktur inversi.
a. Jelaskan, apa yang dimaksud struktur inversi?
b. Gambarkan pada suatu penampang yang dilengkapi dengan formasi formasi sedimen
sehingga terlihat jelas telah terjadi suatu struktur inversi pada interval waktu tertentu?
c. Jelaskan juga melalui elemen elemen struktur yang mana, pola struktur inversi
tersebut berkembang dengan baik dan sempurna?
5. Jelaskan tentang evolusi dari jalur jalur magmatisma di Pulau Jawa mulai dari umur
Kapur, Paleogen, Neogen, dan Kuarter? Dan jelaskan juga jalur magmatisma yang
berumur apa banyak dijumpai cebakan emas?
6. Gambarkan(secara umum tapi lengkap) pola sturuktur yang dijumpai saat ini dikawasan
Jawa Timur? (berikut daerah lepas pantainya, Pulau Madura, Pulau Kangean dan
sekitarnya)
7. Gambarkan suatu penampang tektonik (model tektonik konvergen) berarah Baratdaya
(SW) – Timurlaut(NE) dari suatu titik di Samudera Hindia (Indonesia) yang letaknya di
sebelah Barat Pulau Sumatera menuju ke arah Timurlaut memotong sumbu panjang
Pulau Sumatera dan Selat Malaka sampai ke suatu titik di Semenanjung Malaysia.
Sebutkan elemen elemen tektonik yang terbentuk di sepanjang lempeng bagian atas atau
di lempeng Mikro Sunda?
8. Ofiolit tersingkap dengan baik dan penyebarannya cukup luas di Pegunungan Meratus
(Kalimantan). Jelaskan proses terbentuknya dan alih tempat dari Ofiolit tersebut ditinjau
dari model tektonik lempeng?
9. Jelaskan secara singkat mengapa Karangsambung, Kebumen, dan Jawa Tengah salah satu
tempat sangat penting buat ahli kebumian?
10. Cekungan Ombilin di Sumatera Barat sering disebut oleh para ahli kebumian sebagai
cekungan antar gunung (inter mountain basin). Jelaskan sejarah cekungan Ombilin
ditinjau dari tatanan struktur dan stratigrafi sejak umur Eosen sampai Pleistosen di mana
mulai dari di endapkannya Formasi Brani, Formasi Sangkarewang, Formasi Sawahlunto,
Formasi Sawahtambang, dan Formasi Ombilin?
1. Yang dimaksud dengan Paparan Sunda adalah microplate yang terletak pada terusan
lepeng Eurasia yang terbentuk akibat pecahnya Gondwana (126 juta tahun yang lalu).
Kepingan-kepingan Gondwana bergerak ke utara dan membentur bagian selatan dari
Asia. Kepingan-kepingan itulah yang disebut Sundaland. Sundaland mencakup Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Batas-batas paparan Sunda dari waktu ke waktu (sejak Pra tersier, Tersier dan
Kuarter)
Kelompok Pematang
Kelompok Pematang diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar. Kelompok ini
berumur Eosen – Oligosen dengan sedimen yang berasal dari lingkungan sungai dan danau.
Kelompok ini dibagi menjadi tiga formasi berdasarkan ciri litologi, dari tua ke muda yaitu
Formasi Lower Red Bed, Formasi Brown Shale, dan Formasi Upper Red Bed.
Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas terutama terdiri dari batupasir halus hingga kasar dengan sedikit
selingan serpih. Kelompok Sihapas diendapkan pada lingkungan laut dangkal (intertidal
sampai shoreface) dan batas laut (estuari) sehingga pada umumnya diendapkan di
lingkungan tidal hingga laut (Williams dan Eubank, 1995). Kelompok Sihapas merupakan
reservoir utama pada Cekungan Sumatra Tengah. Kelompok Sihapas diendapkan mulai
dari akhir Oligosen hingga pertengahan Miosen secara tidak selaras di atas Kelompok
Pematang. Kelompok Sihapas terdiri dari Formasi Menggala, Bangko, Bekasap, Duri, dan
Telisa. Berikut adalah rincian dari formasi-formasi dalam Kelompok Sihapas.
a. Formasi Menggala
b. Formasi Bangko
c. Formasi Bekasap
d. Formasi Duri
e. Formasi Telisa
C. Formasi Petani
Formasi Petani diendapkan pada pertengahan hingga akhir Miosen. Formasi Petani terdiri
dari dominan batulempung laut. Formasi Petani terdiri dari batulempung yang berselingan
dengan dengan batupasir dan batugamping, serta sedikit perselingan batupasir dan
batulanau yang berubah mendangkal ke atas yang secara umum diendapkan pada
lingkungan marin (Heidrick dan Aulia, 1993). Fase regresi di Cekungan Sumatera Tengah
ditandai oleh hadirnya Formasi ini.
D. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang diendapkan tidak selaras di atas Formasi
Petani. Formasi Minas tersusun atas lapisan-lapisan tipis konglomerat, batupasir,
batulempung, dan merupakan endapan-endapan aluvial.
a. Pola Jambi memiliki arah struktur geologi NE-SW dan bertempat di Sub cekungan
jambi. Jambi. Pemnbentukan pola struktur jambi akibat asosiasi dengan pembentukan
sistem graben berumur paleogen yang di sebut graben Ketaling dengan arah utama NE-
SW. Pada Sub-Cekungan Sumatera Selatan berkembang pola struktur Jambi yang
terlihat pada Graben Tanjung miring. Struktur ini berkembang akibat kehadiran sesar
normal sejak Paleogen pada periode tektonik kompresi Plio_pleistosen yang
berhubungan dengan sesar mendatar dengan intensitas perlipatan yang tergolong tidak
terlalu kuat.
b. Pola Sumatera memiliki arah struktur geologi NW-SE, berumur Jura Awal – Kapur.
Pola ini berkembang di Bukit Barisan yang mana meruaka batas selatan Cekungan
Sumatera Selata. Pola ini menghasilkan perlipatan-perlipatan yang berasosiasi dengan
sesar naik yang terbentuk akibat orogenesa Pliosen – Pleistosendan menghasilkan
anticlinorium besar (Shell, 1987 dalam Zuhri 1990).
c. Pola Sunda memiliki arah struktur geologi N-S, berumur Kapur Akhir – Tersier Awal.
Polas sunda ditembukan di cekungan busur Pulau Sumatera. . Pola ini pada Cekungan
Sumatera Selatan dapat diamati di Benakat Gulley-Kikim, Palembang dan Sesar Pantai
Timur (Pulunggono et al. 192). Pola ini juga sangat baik ditemukan di Cekungan
Bengkulu (Lemias, 1995). Pada Pliosen – Pleistosen, sesar normal pada pola ini
teraktifkan kembali sebagai sesar mendatar yang menunjukkan pola perlipatan di
permukaannya.
Dari ketiga pola struktur tersebut, Pola Sumatera memegang peran penting terkait
keterdapatan cebakan minyak bumu di Sumatera. Pola Sumatera berperan membentuk
cekungan-cekungan sedimentasi melalui mekanisme transtension di mana segmen-segmen
Sesar Sumatera yang saling menjauh membentuk pull-apart basin. Pada Pliosen –
Pleistosen, , terdapat rezim tektonik kompresional yang membentuk sesar naik dan lipatan
sebagai perangkap struktur migas (antiklin) serta beberapa sesar lainnya membentuk sesar
geser (strike slip) seperti Sesar Semangko.
4. A. Menurut Wiliams, 1989 struktur inversi adalah struktur yang terjadi ketika cekungan
dikontrol pembalikan sesar ekstensional yang terjadi karena perubahan pergerakan
tektonik menjadi kompresional.
5. evolusi dari jalur jalur magmatisma di Pulau Jawa mulai dari umur Kapur,
Paleogen, Neogen, dan Kuarter
Jalur Kendeng merupakan bentuk “anticlinorium” dengan arah Barat-Timur dan ke arah Timur
anticlinorium menunjukkan arah menunjam ke bawah dataran alluvial dan Selat Madura
panjangnya sepanjang 20 km.
Depresi Randublatung, secara structural merupakan suatu bentuk negatif dengan panjang 10-20
km
Zona Rembang merupakan suatu bentuk “antiklinorium’ dengan lebar + 80 km
Madura memiliki dua pola struktur, yaitu yang berarah Barat-Timur, dan Timur Laut-Barat
Daya
7. Penampang mulai dari Samudera Hindia hingga Semenanjung Malaysia:
8. Ofiolit tersingkap dengan baik dan pengebarannya cukup luas di Pegunungan Meratus
Pegunungan Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal dan
terletak di wilayah yang terletak jauh dari tepi konvergensi lempeng. Pegunungan Meratus di
bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem.
Pegunungan Meratus mulai terangkat pada Miosen Akhir dan efektif membatasi sebelah barat
Cekungan Barito pada Plio-Pleistosen (Penrose, 1972; Coleman, 1977 dalam Clague dan Straley,
1977).
Pada Miosen Awal, karena perbedaan densitas, kerak benua Paternoster yang densitasnya
paling ringan pun mengalami break-off dengan kerak samudera di depannya yang melaju terus
memasuki astenosfer yang semakin dalam ke sebelah barat. Selanjutnya, kerak benua Paternoster
yang sempat menunjam menjadi terangkat (ekshumasi) oleh tektonik gaya berat akibat perbedaan
densitas segmen – segmen kerak yang pernah mengalami benturan dan astenosfer sekelilingnya.
Tektonik gaya berat ekshumasi berupa pengangkatan kembali kerak benua ini turut mengangkat
detached oceanic slab ofiolit Meratus yang hanya menumpang secara pasif (obducted) di atas
kerak benua Paternoster. Demikian, terangkatlah Pegunungan Meratus, seluruhnya melalui
tektonik gaya berat ekshumasi akibat perbedaan densitas.
10. Sejarah cekungan Ombilin ditinjau dari tatanan struktur dan stratigrafi sejak
umur Eosen sampai Pleistosen
Berdasarkan data geologi yang ada saat ini, Cekungan Ombilin dinyatakan sebagai suatu
graben yang terbentuk akibat struktur pull-apart yang dihasilkan pada waktu Tersier Awal,
yang diikuti dengan tektonik tensional sehubungan dengan pergerakan strike-slip
sepanjang zona Patahan Besar Sumatera. Berikutnya terjadi erosi dan patahan, sehingga
menghalangi rekonstruksi dari konfigurasi Cekungan Ombilin yang sebenarnya
Skema evolusi tektonik cekungan tarik pisah Ombilin, Sumatra Barat menurut Hastuti, dkk (2001).
(A)Kapur-Tersier Awal (B)Paleosen (C)Miosen Awal (D)Plio-Pleistosen.
1. Formasi Pre-Tertiary basement ( Paleozoic-Mesozoic)
Formasi Pre-Tertiary terdiri dari batuan granit, limestone laut dalam dari Formasi
Tuhur, limestone massive dan formasi Silungkang dan slate/phylites dari Formasi
Kuantan. Batuan Pre-Tertiary basement dari Cekungan Ombilin ini terlihat dengan
baik di sekitar batas cekungan sepanjang sisi batas sisi barat Cekungan Ombilin.
2. Formasi Sangkarewang (Eocene)
Formasi Sangkarewang memprensentasikan deposisi dari danau air dalam dengan
oksigen rendah. Formasi ini terdiri dari interface calcareous shale abu-abu gelap, tipis,
struktur tajam dan sandstone tipis. Formasi ini terbentuk dari endapan di Danau purba
Sangkarewang yang diendapi oleh serpihan-serpihan karena proses cuaca dan kegiatan
tektonik. Sifat calcareous dari formasi tersebut sebagian disebabkan adanya masukan
yang terus-menerus dari serpihan calcareous pre-tertiary.
3. Formasi Sawahlunto (Eocene)
Formasi Sawahlunto tediri dari shale dari zaman Eocene, siltstone, quartz, sandstone
dan batubara (coal) yang ditemui di sebagian besar di wilayah tenggara dari Cekungan
Ombilin. Formasi ini juga termasuk coal beds yang ditambang di daerah Sawahlunto.
Formasi Sawahlunto meruncing ke arah timur dan selatan dari area Sawahlunto.
4. Formasi Sawahtambang (Oligocene)
Formasi Sawahtambang dan Sawahlunto telah terbukti saling overlay atau seperti
saling terkait. Keterkaitan antara dua formasi secara paleontology susah ditentukan,
karena ketidakhadiran umur fosil diagenetic di antara kedua formasi. Formasi
Sawahtambang terdiri dari konglomerat berumur Oligocene, sandstone dan shale yang
diendapkan oleh sistem aliran sungai.
5. Formasi Ombilin (Early Miocene)
Formasi Ombilin terdiri dari shale abu-abu muda sampai medium, dimana sering
calcareous dan biasanya mangandung limestone, sisa-sisa tumbuhan dan sel-sel
moluska. Ketebalan limestone pada Formasi Ombilin terlihat sampai ketebalan 200 ft
(60 m). Akan tetapi, ketebalan Formasi Ombilin berkisar antara 146 meter sampai 2740
meter ketebalan sesungguhnya dari formasi ini sukar ditentukan karena adanya erosi
pasca endapan.
Dari segi lingkungan pengendapan batuan-batuan sedimen di daerah lain diendapkan
dalam lingkungan fasies delta, yaitu mulai dari upper delta plai hingga delta front,
lingkungan fasies transisi hingga paparan laut (marine), yaitu dari delta front hingga
middle shelf dan lingkungan fasies laut dalam, yaitu dari outer shelf hingga bathyal
(Koning, 1985).
10. Cekungan Ombilin adalah cekungan pull – apart yang terjadi pada Paleogen dikontrol
sesar transcurrent berarah Utara Setan dan terletak di dalam Busur Gunung Api Barisan. Menurut
Hastuti, dkk (2001) terdapat lima fase tektonik yang bekerja pada cekungan Ombilin dan
mempengaruhi pola struktur serta sedimentasi pada cekungan Ombilin.
– Fase tektonik pertama berlangsung awal Tersier, berupa fase tektonik ekstensif bersamaan
dengan terbentuknya sistem tarik pisah berarah baratlaut-tenggara yang merupakan awal
terbentuknya cekungan Ombilin. Pada saat membukanya cekungan, terbentuk endapan kipas
aluvial Formasi Brani pada lereng-lereng tinggian dan formasi Sangkarewang pada bagian
tengahnya.
– Fase tektonik kedua berlangsung sejak Eosen, berupa fase kompresif dengan terbentuknya
sesar-sesar berarah utara-selatan. Dibeberapa tempat terjadi ekstensif yang menyebabkan
penurunan cekungan yang cepat dan diimbangi oleh pengendapan sedimen, menyebabkan
pelongsoran endapan aluvium Formasi Brani dan masuk ke dalam endapan rawa Formasi
Sangkarewang.
– Fase tektonik ketiga, berupa fase kompresif. Fase ini mengakibatkan proses pengangkatan
dengan terbentuknya endapan sungai berkelok Formasi Sawahlunto. Dibeberapa tempat fase
kompresif diikuti oleh fase ekstensif dengan terbentuknya endapan batubara di daerah limpahan
banjir. Pada fase ini terjadi pengaktifan kembali sesar-sesar yang telah terbentuk dan sesar minor
naik yang terjadi bersamaan dengan pengendapan formasi Sawahlunto.
– Fase tektonik keempat, berupa fase kompresif yang relatif berarah utara-selatan. Akibat
fase ini terjadi reaktifasi sesar-sesar berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara menjadi sesar
naik dan sesar mendatar. Terjadi pula fase ekstensif berarah relatif baratlaut-tenggara yang
mengakibatkan dibeberapa tempat terjadi genangan rawa dan penumpukan sedimen.
– Fase tektonik kelima berlangsung sejak Miosen awal, berupa fase ekstensif yang berarah
relatif utara-selatan. Fase ini mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar berarah barat-timur. Fase ini
mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar berarah barat-timur. Selain itu, fase ekstensif ini
mengakibatkan terjadinya Sesar Tanjung Ampalu berarah utara-selatan yang kemudian diikuti
dengan fase genang laut. Pada Miosen Akhir terjadi fase kompresif berarah relatif timur yang
menghasilkan sesar-sesar berarah timurlaut-barat daya dan sesar-sesar yang terbentuk awal aktif
kembali.
Batuan Sedimen tertua yang mengisi cekungan Ombilin adalah Formasi Brani yang
disusun oleh aliran debris berupa kipas alluvial dan atau kipas delta. Dibagian timur, sebaran Fm.
Brani sejajar dengan tepi cekungan dengan arah kemiringan kea rah barat, dibagian barat
membentuk kipas, di selatan sejajar dengan bentuk cekungan, dan dibagian utara tersingkap di
sebelah barat batuan alas. Dibagian barat cekungan, formasi Brani berubah menjadi endapan
fluvial dan rawa yang membentuk Fm. Sangkarewang dengan hubungan menjari dan diduga
berumur Eosen Akhir.
Selama Oligosen – Miosen, terjadi transgresi yang ditunjukkan dengan ketidakselarasan
pada Fm. Sangkarewang bagian paling atas, dan di dalam cekungan diendapkan endapan sungai
meandering dan sungai brainded. Endapan – endapan tersebut sebagai Endapan Fm. Sawahlunto
dan ditindih Fm. Sawahtambang yang juga mengindikasikan perubahan dari endapan sungai
braided menjadi fasies distal berbentuk meandering. Transgresi menerus dan diikuti endapan laut
dangkal sebagai formasi Ombilin. Pada miosen tengah tidak ada pengendapan di cekungan karena
adanya pengangkatan Pegunungan Barisan. Pada deformasi Plio-Plistosen, sedimen terakumulasi
terlipat dan tersesarkan dengan sesar utama adalah sesar menganan baratlaut - tenggara
Kolom stratigrafi cekungan Ombilin kali pertama diusulkan oleh Musper (1924), Musper
mendefinisikan menjadi tiga formasi :
(1). Grup Napal; Miosen Bawah awal sampai Miosen Atas akhir (Mergel Afdeeling).
(2). Grup Batupasir Kuarsa; Oligosen awal sampai akhir (Kwarts Zandsteen).
(3). Grup Breksi dan Serpih; Paleosen tengah sampai Eosen tengah (Breccie en Mergelschalie
Afdeeling).
Klasifikasi Musper hanya digunakan sampai 1975 ketika Silitonga dan Kastowo
mengkompilasi peta geologi lembar Solok skala 1:250.000.
Pada 1975 Silitonga dan Kastowo menambah dan merubah nama dari klasifikasi Musper.
Grup Napal dirubah menjadi Formasi Ombilin Atas tetapi masih mengacu pada umur dan deskripsi
litologi yang sama dengan Grup Napal klasifikasi Musper.
Perubahan yang besar dalam penamaan yang diusulkan oleh Silitonga dan Kastowo terjadi
pada definisi ulang dari Grup Batupasir Kuarsa. Grup ini berubah nama menjadi Formasi Ombilin
Bawah dan dengan kisaran umur yang bertambah (Miosen awal sampai Oligosen akhir). Deskripsi
litologi sedikit berubah dengan memasukkan batubara dan sedimen berbutir halus.
Silitonga dan Kastowo juga merubah nama Grup Breksi dan Serpih menjadi Formasi Brani
dan Sangkarewang, perbandingan unit litostratigrafi ini dapat dilihat pada Gambar di bawah