Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Slide 2
ASAS KEPEMIMPINAN
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
(seorang pemimpin haruslah sosok intelektual, berilmu, jujur dan pandai menjaga nama,
mampu menjalin komunikasi atas dasar prinsip kemandirian.)
“Bahni-bahna Amurbeng-jurit”
(selalu berada di depan dengan memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan
kebenaran.)
“Rukti-setya Garba-rukmi”
(bertekad bulat menghimpun segala daya dan potensi, guna kemakmuran dan ketinggian
martabat bangsa)
“Sripandayasih-Krami”
(bertekad menjaga sumber-sumber kesucian agama dan kebudayaan, agar berdaya manfaat
bagi masyarakat luas.)
“Galugana-Hasta”
(mengembangkan seni-sastra, seni-suara dan seni tari, guna mengisi peradaban bangsa)
“Stiranggana-Cita”
(sebagai pelestari dan pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa
obor kebahagiaan umat manusia.)
“Smara-bhumi Adi-manggala”
(tekad juang lestari untuk menjadi pelopor pemersatu dari pelbagai kepentingan yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu, serta berperan dalam perdamaian di mayapada.
Ajaran kepemipinan ideal yang lainnya adalah misalnya, “Serat Wulang Jayalengkara” yang
menyebutkan, seorang penguasa haruslah memiliki watak “Wong Catur” (empat hal),
yakni:
Astabratha
a. Bumi
seorang pemimpin mendorong dirinya untuk selalu memberi kepada sesama. Hal
ini dikarenakan bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang
berbuah dan berguna bagi umat manusia.
b. Api atau geni
energi, bukan materi. Api sanggup membakar materi apa saja menjadi musnah.
Memiliki kesanggupan atau keberanian untuk membakar atau melenyapkan hal-
hal yang menghambat dinamika kehidupan, misalnya sifat angkara murka,
rakus, keji, korup, merusak dan lainnya.
pemimpin harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati,
andhap asor dan santun. selalu menunjukkan permukaan yang rata, pemimpin
harus adil dalam menjalankan kebijakan terkait hajat hidup orang banyak.
memberikan hak hidup kepada masyarakat. Hak hidup, antara lain, meliputi hak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak (sandang, pangan, papan, dan
kesehatan), mengembangkan diri, mendapatkan sumber kehidupan (pekerjaan),
berpendapat dan berserikat (demokrasi), dan mengembangkan kebudayaan
e. Matahari atau surya
menjadi panduan para musafir dan nelayan, pemimpin harus mampu menjadi
orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami perasaan masyarakat.
pemimpin pun harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam
menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara. Tidak sempit pandangan,
emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus jembar hati-pikiran, sabar
dan bening dalam memberikan pelayanan kepada masyarak
an satu golongan, sehingga pendapatnya pun bisa menyejukkan semua lapisan masyarakat.)
PENYELESAIAN MASALAH
Dalam budaya, dikenal penyelesaian masalah menggunakan adat.
(misalnya dalam pembangunan rumah menggunakan ‘golek dina’ atau mencari hari baik
yang bertujuan agar rumah yang dihuni tersebut mendatangkan kebahagiaan bagi
penghuninya. Tak hanya dalam pembangunan rumah, prosesi pernikahan, menempati rumah
baru, bahkan pemotongan bambu untuk bahan baku pembuatan rumah juga menggunakan
sistem ini.)
Ciri khas dari pendekatan penyelesaian konflik berbasis kearifan lokal
(yaitu mengedepankan musyawarah, hal ini dikarenakan tipe masyarakat yang komunalistik.)
Proses penyelesaian konflik juga diilhami dengan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong,
nilai budaya, tetapi memiliki pola yang bisa dikatakan sebagai mekanisme penyelesaian
konflik yang modern,juga musyawarah dikenal dengan sebutan rembugan.
BUDAYA JAWA
Budaya di jawa salah satu nya adalah Ajaran kearifan, seperti
PERNIKAHAN