You are on page 1of 30

INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering

JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

BAB IV
Penggunaan
Global Positioning System
(GPS) dan Alat Ukur Theodolite

4.1. Prinsip Kerja GPS

GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit

yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika

Serikat. GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan

dan waktu di mana saja di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian

penentuan posisi dalam fraksi milimeter hingga meter. Kemampuan

jangkauannya mencakup seluruh dunia dan dapat digunakan banyak

orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z, 1995). Prinsip

dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang

dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS

seperti gambar berikut:

IV - 1
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.1. Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS

4.2. Sistem GPS

Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS

dikelola dalam suatu sistem yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu

bagian angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai.

IV - 2
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

a. Bagian Angkasa
Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi.

Jumlah satelit GPS adalah 24 buah. Satelit GPS mengorbit mengelilingi

bumi dalam 6 bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ±

20.200 Km dari permukaan bumi.

IV - 3
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.3 Satelit-satelit GPS

Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal

gelombang pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2). Dengan

mengamati sinyal-sinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang

cukup, kemudian data yang diterima tersebut dapat dihitung untuk

mendapatkan informasi posisi, kecepatan maupun waktu.

IV - 4
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

b. Bagian Pengontrol

Gambar 4.4 Bagian Pengontrol Satelit GPS

Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi

untuk memonitor dan mengontrol kelayakan satelit-satelit GPS. Stasiun

kontrol ini tersebar di seluruh dunia, seperti di Pulau Ascension, Diego

Garcia, Kwajalein, Hawai, dan Colorado Springs. Di samping memonitor

dan mengontrol fungsi seluruh satelit, juga berfungsi menentukan orbit

dari seluruh satelit GPS.

IV - 5
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Segmen ini berfungsi untuk mengontrol atau memantau operasional

satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya.

Fungsi dari sistem kontrol ini cukup beberapa tugas dan kewajiban

yaitu :

1. Menjaga agar semua satelit masing-masing tetap berada pada

orbitnya (station keeping). Hal ini dilakukan dengan :

 Mengamati semua satelit secara terus menerus.

 Memprediksi ephemeris (orbit) satelit serta karakteristik dari

jam satelit.

 Secara periodic memperbaharui navigation massege untuk setiap

satelit (normalnya sehari sekali, kalau diperlukan bias sering).

2. Memantau status dan kesehatan dari semua sub-sistem (bagian)

satelit.

3. Memantau panel matahari satelit, level, daya baterai dan propellan

level yang digunakan untuk manuver satelit.

4. menentukan dan menjaga waktu sistem GPS.

Disamping untuk memonitor dan mengontrol kesehatan seluruh satelite

beserta komponennya, segmen kontrol ini juga berfungsi untuk

menentukan orbit dari seluruh satelite GPS yang merupakan informasi

vital untuk penentu posisi dengan satelit.

IV - 6
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Secara spesifik, segmen kontrol terdiri dari Ground Antena Station

(GAS), Monitor Station (MS), Prelaunch Compability Station (PCS), dan

Master Control Station (MCS), [bagley dan lamons,1992].

Monitor Station (MS) bertugas untuk mengamati secara kontinyu satelit

GPS. Dan pada prinsipnya stasiun MS ini tidak melakukan pengelolaan

data, tetapi hanya mengirimkan data pseudorange serta pesan navigasi

yang dikumpulkan ke MCS untuk diperoses secara real-time guna

mendapatkan parameter-parameter dari orbit satelit dan waktu serta

parameter-parameter penting lainnya. Selain berfungsi sebagai

pengolah data, MCS juga bertanggung jawab dalam pengontrolan

penggerak satelit dalam orbitnya serta status kesehatannya.

Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dikirimkan kesalah satu GAS,

kemudian informasi-informsi tersebut beserta data-data lainnya

dikirimkan ke satelit-satelit GPS yang nampak oleh stasiun GAS.

Stasiun Gas ini beroperasi secara otomatis, tidak dijaga oleh orang

dan dioperasikan dengan pengontrolan jarak jauh dari MCS .

c. Bagian Pengguna

Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS,

baik di darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat penerima sinyal GPS

(Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-

IV - 7
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi,

kecepatan, maupun waktu.

Secara umum komponen utama dari receiver GPS adalah antena

dengan pre-amplifer; Radio frequency (RF) dengan pengindentifikasian

sinyal dan pemroses sinyal; pemroses mikro untuk pengontrol

reciever, data sampling, dan pemroses data (solusi navigasi); osilitator

presisi, satu daya; unit perintah dan tampilan; dan memori serta

perekam data.

Pada dasarnya receiver GPS dapat dibagi :

a) Tipe navigasi (tipe genggam/handle receiver) digunakan untuk

penentu posisi absolut secara instan yang tidak menuntut

ketelitian terlalu tinggi. Reciever navigasi tipe sipil dapat

memberikan ketelitian posisi sekitar 50 - 100 m sedangkan tipe

militer sekitar 10 - 20 m.

b) Tipe pemetaan digunakan untuk penentu posisi secara

diferensial dengan ketelitian sekitar 1 - 5 m. Tipe ini sama halnya

dengan tipe navigasi yang memberikan data psaudorange, tapi

bedanya receiver tipe pemetaan, data tersebut direkam dan

dapat kemudian dipindahkan (down load) ke komputer untuk

proses lebih lanjut. Contoh aplikasi yang dapat dilayani oleh

IV - 8
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

receiver tipe ini adalah survey dan pemetaan geologi dan

pertambangan, peremajaan peta, serta pembangunan dan

peremajaan basis data SIG.

c) Tipe geodetik digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut

tingkat ketelitian yang relatif tinggi (dari orde mm sampai dm),

seperti untuk pengadaan titik kontrol geodesi, pemantau

deformasi, dan studi geodinamika. Tipe ini paling canggih, paling

mahal dan juga memberikan data yang paling presisi, dibanding

dengan dua tipe yang lain. Antena merupakan komponen dari

alat penerima sinyal GPS yang paling penting. Antena GPS ini

berfungsi untuk mendeteksi dan menerina gelombang

elektromagnetik yang datang dari satelit GPS, dan kemudian

mengubahnya menjadi arus listrik. Arus listrik ini setelah

diperkuat akan dikirimkan ke komponen elektronika dari receiver

untuk diproses lebih lanjut. Antena GPS ini seharusnya memiliki:

 Polarisasi lingkaran yang berfungsi untuk mengamati sinyal

GPS.

• Sensitivitas tinggi untuk dapat mendeteksi sinyal yang

relatif lemah.

 Karakteristik sedemikian rupa sehingga dapat mengamati

sinyal yang datang dari semua arah dan ketinggian dengan

baik.

IV - 9
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

 Stabilitas pusat fase (phase center) yang tinggi dan memiliki

daya tolak terhadap multipath, hal ini khusus untuk

keperluan survey dan pemetaan.

Metode-metode Penentuan Posisi dengan GPS

Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS

adalah pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke

beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.

Gambar 4.5 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

IV - 10
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokan atas beberapa

metode, di antaranya:

a. Metode absolut.

b. Metode relatif (differensial).

a. Metode Absolut

Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi

yang hanya menggunakan s ebuah alat receiver GPS.

Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai

berikut:

• Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi).

• Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan

jarak ke beberapa satelit sekaligus.

• Hanya memerlukan satu receiver GPS.

 Titik yang ditentukan posisinya, bisa diam (statik) atau bergerak

(kinematik).

• Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter.

Aplikasi utama metode ini untuk keperluan navigasi. Metode penentuan

posisi absolut ini umumnya menggunakan data pseudorange . Namun

metode ini tidak dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut

ketelitian posisi yang tinggi.

IV - 11
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

b. Metode Relatif (Differensial)

Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metode

differensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik

lain yang telah diketahui koordinatnya. Pengukuran dilakukan secara

bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya,

data hasil pengamatan diproses dan di hitung sehingga akan didapat

perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga

dengan baseline antar titik yang diukur. Karakteristik umum dari

metode penentuan posisi ini adalah sebagai

berikut:

 Memerlukan minimal dua receiver, satu ditempatkan pada titik

yang telah diketahui koordinatnya.

• Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.

 Konsep dasar adalah differencing process, dapat mengeliminir

atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.

• Bisa menggunakan data pseudorange atau fase.

• Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm

sampai dengan dm.

 Aplikasi utama: survei pemetaan, survei penegasan batas, survei

geodesi dan navigasi dengan ketelitian tinggi.

IV - 12
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS .

Penentuan posisi dengan GPS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

a) Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas

receiver GPS, level dari kesalahan dan bias.

b) Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati,

lokasi dan distribusi satelit dan lama pengamatan.

c) Metode penentuan posisi, terkait dengan metoda penentuan

posisi GPS yang digunakan, apakah absolut, relatif, DGPS, RTK

dan lain-lain.

d) Strategi pemrosesan data, terkait dengan real-time atau post

processing, strategi eliminasi dan pengoreksian kesalahan dan

bias, pemrosesan baseline dan perataan jaringan serta kontrol

koalitas.

Aplikasi-aplikasi GPS

Beberapa aplikasi dari GPS di antaranya adalah sebagai berikut:

 Survei dan pemetaan.

 Survei penegasan batas wilayah administrasi, pertambangan dan

lain-lain.

 Geodesi, Geodinamika dan Deformasi.

 Navigasi dan transportasi.

 Telekomunikasi.

IV - 13
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

 Studi troposfir dan ionosfir.

 Pendaftaran tanah, Pertanian.

 Photogrametri & Remote Sensing.

 GIS (Geographic Information System).

 Studi kelautan (arus, gelombang, pasang surut).

 Aplikasi olahraga dan rekreasi.

Alat GPS ini dipergunakan untuk verivikasi data lapangan dimulai

dengan survey penentuan AOI, akuisisi data sekunder berupa data

administrasi (Batas Kecamatan, batas Kelurahan) dan ground check

survey, termasuk pemet aan penggunaan lahan dengan GPS.

Alat ini didesain untuk memberikan informasi mengenai posisi,

kecepatan dan waktu secara cepat, teliti, dan murah. Dengan

karakteristik yang dimiliki alat ini maka pengguna GPS dapat

meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dari pelaksanaan survey dan

pemetaan, sehingga diharap dapat memperpendek waktu pelaksanaan

survey dan menekan biaya operasional.

IV - 14
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar

4.6 GPS yang bisa dipakai dari produk Garmin

4.3. Pengukuran Batas Desa dengan GPS


Pengukuran dengan GPS ini dipandang sebagai pengukuran batas

administrasi dengan hasil yang paling akurat dibandingkan dengan

metode-metode lain seperti pengukuran dengan teknik fotogrametris

karena :

a. Format isian memiliki posisi kartografis yang memungkinkan offset

dan tergantung tingkat skala.

b. Metode ini memiliki posisi geografis yang sesungguhnya.

c. Akurasi sumber daya dengan metode pengukuran survey lapangan.

Survey lapangan untuk plotting batas administrasi desa dilakukan

dengan menggunakan GPS. Dalam melakukan pengukuran

IV - 15
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

batas/boundari, setiap kecamatan diukur batas-batas dengan

melakukan penelusuran (tracing) pada kawasan tersebut. Dalam

proses penelusuran di lapangan selain dilakukan pendataan terhadap

informasi koordinat batas-batas juga dilakukan plotting koordinat

desa/kelurahan.

Data hasil pengukuran ini digunakan sebagai data masukan dalam

yang akan dikelola untuk perhitungan luas masing-masing desa.

Dengan demikian pekerjaan pengukuran GPS ini diharapkan batas

desa di 4 Kecamatan dan 17 Kelurahan pemekaran Kota Sibolga dapat

dipetakan secara cepat, tepat dan akurat. Dan pekerjaan pengukuran

ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau sesuai dengan waktu

yang direncanakan.

4.4. Prinsip Kerja Alat Ukur Theodolite

Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran

sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal

dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut

– sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak

tegak diantara dua buah titik lapangan.Instrument theodolite ini secara

mendasar dibagi menjadi 3 bagian, lihat gambar 4.7 di bawah ini :

IV - 16
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.7 Bagian dari Theodolite

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup

penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat

mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat

pengunci limbus.

2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke

dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini

IV - 17
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu

diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang

berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian

bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca

nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi

penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo

tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.

Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala

dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut

sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan

pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu

suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades

senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.

3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki

penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu

teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian

mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang

berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.

IV - 18
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

4.5. System Sumbu Poros pada Theodolite

Gambar 4.8 Sumbu Poros

4.6. Syarat – syarat Theodolite

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga

siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

1. Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.

2. Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.

3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

IV - 19
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

4.7. Macam - macam Theodolite

Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :

1.Theodolite Reiterasi

Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu

dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga

lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup

pengunci plat nonius.

Gambar 4.9 Theodolite Reiterasi

2.Theodolite Repetisi

Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan

sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan

tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup

pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.

IV - 20
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.10 Theodolite Repetisi

3. Theodolite Elektro Optis

Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara

theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi

mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan

system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor.

Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima

gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan

kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses

penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD)

dalam angka decimal.

IV - 21
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.11 Theodolite Elektro Optis

4.8. Pengoperasian Theodolite

1) Penyiapan Alat Theodolite

Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :

1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan

2. Tinggikan setinggi dada

3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan

4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi

5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif

6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar

7. Letakkan theodolite di tribar plat

IV - 22
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite

9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar

tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup

pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar

mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup

pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci

centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat

pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.

12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda

T pada dinding.

13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala

lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut

luar biasa untuk mengetahui nilai kesalahan index tersebut.

IV - 23
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.12 Theodolite pandangan belakang

KETERANGAN :

1. Tombol Mikrometer

2. Sekrup penggerak halus vertical

3. Sekrup pengunci penggerak vertical

4. Sekrup pengunci penggerak horizontal

5. Sekrup penggerak halus horizontal

6. Sekrup pendatar Nivo

7. Plat dasar

8. Pengunci limbus

9. Sekrup pengunci nonius

10. Sekrup penggerak halus nonius

11. Ring pengatur posisi horizontal

12. Nivo tabung

IV - 24
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

13. Sekrup koreksi Nivo tabung

14. Reflektor cahaya

15. Tanda ketinggian alat

16. Slot penjepit

17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop

18. Nivo Tabung Telescop

19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo

20. Visir Collimator

21. Lensa micrometer

22. Ring focus benang diafragma

23. Lensa okuler

24. Ring focus okuler

IV - 25
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.13 Theodolite pandangan samping kanan

KETERANGAN :

1. Ring focus objektif

2. Ring bantalan lensa okuler

3. Lensa okuler

4. Penutup Koreksi reticle

5. Sekrup pengunci penggerak vertical

6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical

7. Sekrup penggerak halus vertikal

8. Pengunci limbus

9. Tanda ketinggian alat

IV - 26
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

10. Slot Penjepit

11. Pengunci limbus

12. Reflektor cahaya

13. Nivo tabung

14. Sekrup koreksi Nivo tabung

15. Nivo kotak

16. Sekrup pendatar Nivo

17. Plat dasar

IV - 27
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

Gambar 4.14 Theodolite pandangan samping kiri

KETERANGAN :

1. Visir Collimator

2. Lensa objektif

3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertical

4. Nivo tabung

IV - 28
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

5. Sekrup koreksi Nivo tabung

6. Sekrup pengunci penggerak horizontal

7. Nivo kotak

8. Sekrup pendatar Nivo

9. Plat dasar

10. Ring focus objektif

11. Penutup Koreksi reticle

12. Ring bantalan lensa okuler

13. Ring focus benang diafragma

14. Lensa okuler

15. Lensa micrometer

16. Ring focus micrometer

17. Sekrup pengunci penggerak vertical

18. Tombol micrometer

19. Sekrup penggerak halus vertical

20. Sekrup penggerak halus horizontal

Peta adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan

IV - 29
LAPORAN UTAMA
INVENTORISASI JALAN LINGKUNGAN, Consultant Engineering
JALAN KOTA DAN JALAN NASIONAL Civil Engineering-Architecture-Surveying & Soil Investigation
DI KOTA SIBOLGA

sistem proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai

titik-titik dilapangan dan mengetahui elevasi, maka dapat dibuat

garis kontur suatu lokasi. Gambar situasi adalah sesungguhnya

ini merupakan peta-peta yang secara langsung sangat penting

bagi suatu wilayah, apakah selaku petunjuk lokasi dan lainnya.

GPS dan Alat Ukur Theodolite sangat berperan penting dalam

pembuatan peta suatu wilayah dan daerah.

IV - 30
LAPORAN UTAMA

You might also like