You are on page 1of 14

BAB I.

PENDAHULUAN

Memori merupakan terminologi umum untuk status mental yang


memungkinkan seseorang menyimpan informasi untuk dipanggil kembali
dikemudian hari. Rentang waktu untuk memanggil kembali dapat singkat, beberapa
detik (seperti pada tes mengulang angka), atau setelah bertahun-tahun (seperti
mengingat kembali pengalaman semasa anak-anak).1,2

Proses memori terdiri dari beberapa tahapan. Pertama-tama informasi diterima


oleh modalitas sensorik khusus (misalnya raba, auditif, atau visual dan kemudian
diregistrasi, informasi ini disimpan sebentar di memori jangka pendek (memori
kerja). Langkah kedua terdiri dari menyimpan dan mempertahankan informasi dalam
bentuk yang lebih permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat
ditingkatkan oleh pengulangan (repetisi) atau oleh penggabungan dengan informasi
lain yang sudah berada di dalam simpanan. Penyimpaan merupakan proses aktif yang
membutuhkan upaya melalui praktek dan latihan (rehearsal). Langkah akhir pada
proses memori ialah memanggil kembali (recall) atau menjemput (retrieval) informasi
yang disimpan. 1

Memori dibagi atas 3 jenis berdasarkan kurun waktu antara presentasi


stimulus dan penjumputan (retrieval) memori. Kata segera, baru dan lama biasanya
digunakan untuk menyatakan jenis memori.(1, 5)

a. Memori Segera
Pemanggilan setelah rentang waktu beberapa detik, seperti pada pengulangan
derertan angka
b. Memori Baru (recent) Jangka Pendek
Memori baru mengacu pada kemampuan pasien untuk mengingat kejadian
yang baru terjadi, kejadian sehari hari (misalkan mengingat tanggal, hari,
bulan dll.). Lebih tegas lagi, memori baru ialah kemampuan untuk mengingat

1
materi yang baru dan menjemput materi tersebut setelah interval beberapa
menit, jam, atau hari.
c. Memori Rimot (Jangka Panjang)
Memori rimot digunakan bagi kemampuan mengumpulkan fakta atau kejadian
yang terjadi bertahun tahun sebelumnya, seperti nama guru atau nama teman
sekolah dulu.

Proses memori terdiri dari 3 tahapan :


a. Registrasi
Pada tahap ini informasi diterima dan diregistrasi oleh suatu modalitas
sensorik tertentu seperti sentuhan, pendengaran atau penglihatan. Setelah
informasi sensorik diterima dan diregistrasi, informasi tersebut
dipertahankan sementara dalam working memory (memori jangka
pendek).
b. Penyimpanan
Pada tahap ini informasi disimpan dalam bentuk yang lebih permanen
(memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat ditingkatkan
dengan pengulangan, sehingga dikatakan bahwa penyimpanan adalah
suatu proses aktif yang memerlukan usaha berupa latihan dan
pengulangan.
c. Pemanggilan kembali (recall)
Merupakan tahap akhir dari proses memori. Pada tahap ini informasi yang
sudah disimpan dipanggil kembali sesuai permintaan atau kebutuhan
(disebut memori deklaratif)

2
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK(3, 4, 9)

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat
dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan mendorong kesehatan
tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda. Sebaliknya, apabila otak Anda
terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental Anda bisa ikut terganggu.

Gambar 1. Anatomi otak. Dikutip dari kepustakaan No. 4

Gambar 2. Anatomi otak. Dikutip dari kepustakaan No. 4

3
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)

 Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan
bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat
manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ
Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing
adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
 Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol
perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
 Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
 Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.

4
 Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Gambar 3. Anatomi otak. Dikutip dari kepustakaan No. 4

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu
terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak
kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional

 Cerebellum (Otak Kecil)


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan

5
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke
dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

 Brainstem (Batang Otak)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
 Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan
Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran.
 Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
 Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
kita terjaga atau tertidur

6
 Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak
ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan
otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan
perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus,
rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori
jangka panjang.

II.2. AMNESIA PASCA TRAUMA


II.2.1. Definisi6
Amnesia umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu
amnesia dapat sesingkat beberapa detik sampai selama beberapa tahun. Kejadian ini
paling sering dijumpai pasca trauma kepala, tapi dapat juga terjadi setelah jejas otak
mayor (misalnya strok). Walaupun istilah amnesia digunakan untuk defek memori
dengan spectrum yang luas, paling sering kata amnesia digunakan untuk melabel
pasien dengan deficit memori yang relative terbatas (terisolasi).
Amnesia anterograd adalah ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah
jejas otak sedangkan amnesia retrograde adalah amnesia terhadap kejadian sebelum
terjadi jejas atau insult otak. Amnesia psikogenik dalam hal ini pasien meblok suatu
kurun waktu. Pasien ini tidak menunjukkan deficit memori-baru, ia dapat
mempelajari aitem baru sewaktu periode amnesia dan setelah periode amnesia
berlalu, dan tidak menderita defek pada memori-jangka panjang dan pendek (recent)
bila dites. Hilangnya memori yang berdasarkan keadaan psikologis mengakibatkan
lubang lubang pada memori terhadap kejadian sewaktu adanya amnesia. Kadang
pasien dapat mengingat sebagian dari periode amnesia yang tidak bermuatan trauma
emosional, namun akan memblok kejadian yang secara emosional traumatik.

7
II.2.2 Etiologi8
Gegar otak terjadi dari pergerakan tiba-tiba atau guncangan otak dan dapat
menyebabkan jejas multiple yang bervariasi derajatnya. Gegar otak ringan mungkin
tidak disadari (subklinik) sampai yang berat dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran sesaat dengan pre dan/ post traumatic amnesia.
Kerusakan unilateral pada struktur atau sirkuit regulasi yang membentuk
memori dapat menimbulkan deficit memori “terlaterisasi” : lesi sisi kiri mengganggu
memori verbal, lesi sisi kanan mengganggu memori visual, dan lesi bilateral
mengganggu keduanya.

II.2.3 Klasifikasi11
 Tipe retrograde didefinisikan oleh Catridge dan Shaw sebagi hilangnya kemampuan
secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi dalam angka
waktu sesaat sebelum trauma kapitis. Lamanya amnesia retrograde biasanya akan
menurun secara progresif.
 Tipe anterograde, suatu deficit dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan,
yang menyebabkan penurunan atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori
anterograde merupakan fungsi terakhir yang paling sering kembali stelah sembuh
dari hilangnya kesadaran.
Menurut onsetnya amnesia pasca trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
< 1 jam = mild injury
1 - 24 jam = moderate Injury
1 - 7 hari = severe injury
1 - 4 minggu = very severe injury
> 4 minggu = extremely severe injury

II.2.4 Patofisiologi7,10
Dasar patologi dari amnesia paska trauma masih tidak jelas, meski korelasinya
terhadap MRI mengindikasikan sesuatu yang bersal dari hemisfer dibanding dengan

8
diencephalic. Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera primer
dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak kandungan
intracranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak.
Akan tetapi, factor yang paling penting pada cedera otak traumatik adalah shearing
yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang terhadap otak segera setelah
trauma kapitis. Gegar otak mengakibatkan tekanan shearing yang singkat dan
penyembuhan komplet.
Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, keruskan akson pun
menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran lebih panjang dan penyembuhan
melambat. Dalam praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang diikuti dengan
amnesia paska trauma . Oleh karena itu, tingkat keparahan trauma kapitis tertutup
dapat dinilai dengan durasi koma dan amnesia paska trauma. Sedangkan suatu
contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap otak dimana robekan jaringan
yang memperlihatkan tekanan shearing dengan gangguan akson yang disebabkan oleh
axonal shearing dan injury terhadap otak dengan dampak ke permukaan tulang :
bagian medial, ujung dan dasar lobus frontalis dan bagian anterior dari lobus
temporalis paling sering terlibat. Area yang rusak berbentuk kerucut dengan dasar
pada permukaan otak, terutama mengenai lapisan pertama dari korteks.

II.2.5 Diagnosis7
a. Anamnesis
Amnesia paska trauma dikarakteristikkan dengan satu atau lebih keluhan berikut :
- Disorientasi dan/ kebingungan
- Tidak dapat beristirahat, keinginan untuk tahu
- Agresi atau agitasi
- Berteriak, memanggil, kebiasaan seperti ana kecil
- Tidak dapat ditekan atau kebiasaan social yang tidak biasa
- Takut atau paranoia
- Terlalu sensitive cahaya

9
- Lemah
- Penurunan perhatian dan. Kesadaran
- Kehilangan memori secara kontinyu
- Halusinasi
- Pergerakan atau pemikiran yang berulang-ulang
- Gangguan siklus bangun tidur
- Impulsif
- Kehilangan kemampuan memecahkan masalah.
b. Pemeriksaan Fisik
Penting untuk memastika bahwa semua penyebab kehilangan kesadaran harus
diperhatikan untuk mendiagnosis pasien dengan trauma kepala. Penyebab lain
termasuk obat, intoksikasi, syok, epilepsy, gangguan metabolic, infeksi, hipoksia
serebral, dan gangguan psikiatri
Uji diagnostic memori jangka pendek yaitu pasien diminta untuk mendengarkan,
dan mengulangi sederetan angka yang diucapkan dengan jumlah digit yang semakin
banyak. Seorang individu normal dapat mengulangi tujuh, kurang atau lebih dua
angka yang diberikan dengan cara sperti ini. Pemeriksaan memori ini sangat cepat
hilang dan gagal untuk memasuki memori jangka panjang.
Sebaliknya memori jangka panjang dapat dinilai dengan memberikan stimulus
tertentu (misalnya deretan istilah atau pasangan objek) dan meminta subjek untuk
mengingat selama beberapa waktu, dan kemudian untuk mengenali atau
mengulanginya kembali beberapa waktu kemudian. Ini merupakan penilaian recall
volunteer memori yang disadari.
Skala amnesia paska trauma yaitu Abbreviated Westmead PTA scale (A-WPTAS)
dikembangkan untuk identifikasi awal gangguan kognitif yang mengikuti trauma
kepala dan merupakan penilaian objektif untuk mengukur amnesia paska trauma..
Skala ini mengombinasikan GCS standar ditambah 3 pertanyaan memori untuk
menilai pembelajaran dan orientasi pasien serta kemampuan untuk menerima
informasi baru. Skala ini hanya bias digunakan pada 24 jam pertama. Tes harus

10
dilakukan setiap jam dan pasien memiliki 4 jam untuk mendapatkan 4 jam nilai
sempurna 18/18 lalu diperhatikan ada tidaknya gejala amnesia paska trauma. Sebagai
contoh pasien dapat mencapai skor 18/18 dalam 2 jam dan dianggap bebas amnesia
paska trauma. Ketika skor pasien 18/18 dapat dipertimbangkan untuk keluar. Skala
ini hanya merupakan alat screening dan diperlukan pemeriksaan selanjutnya jika
ditemukan hal yang meragukan. Jika pasien tidak dapat mencapai skor 18/18 lebih
dari 4 jam dari pemeriksaan perlu dipertimbangkan untuk dipindahkan ke
Occupational Therapy untuk pemeriksaan lanjutan.
Pasien dengan cedera kepala maka criteria dibawah ini perlu diperiksa dengan
menggunakan AWPTAS dalam 24 jam pertama:
o Kesadaran awal GCS 13-15
o Penurunan kesadaran tiba-tiba
o Bingung dan disorientasi
o Amnesia anterograde dan retrograde

II.2.6 Penatalaksanaan7,11
Terapi dan penatalaksanaan agitasi pasien amnesia paska trauma belum
didukung oleh bukti literature. Pasien yang agitasi perlu dirawat karena berisiko
terhadap diri sendiri, keluarga, dan staff. Perilaku agitasi termasuk pembicaraan yang
tidak jelas, intoleransi terhadap terapi medis ( sperti plaster, infuse, dan sonde) dan
marah (agresi fisik dan verbal)
Terapi lini pertama untuk pasien agitasi :
- Nilai resiko pasien
- Periksa apabila agitasi bertambah
- Minta bantuan asisten jika ada indikasi
Penting untuk mengidentifikasi alasan medis akut yang menyebabkan agitasi
atau perubahan mental (misalnya hydrocephalus, perdarahan intracranial/ hematom).
Selain itu, penting untuk mengetahui adanya factor lingkungan yang mengiritasi

11
seperti stimulasi berlebih, nyeri, infeksi, obat, maupun alcohol, hipoksia, maupun
dehidrasi atau keinginan ke toilet).
Pengobatan psikiatri dapat dipertimbangkan apabila ada gangguan berat dimana
dibutuhkan rekomendasi dosis pengobatan antipsikosis. Modifikasi lingkungan
penting untuk pengobatan amnesia paska trauma. Jika diperlukan sedasi dapat
digunakan untuk mengurangii kemunculan gangguan perilaku .
Pengekangan terhadap paisien harus dihindari jika memungkinkan karena dapat
mengarah pada agitasi yang lebih besar. Perilaku dapat diterapi dengan lingkungan
yang memadai. . Selain itu, dibutukan peran dari tim multidisiplin untuk
mengedukasi dan menyiapkan dukungan untuk keluarga.

II.2.7 Prognosis7
Amnesia paska trauma berhubungan erat dengan hasil Glasgow Coma Scale
jangka panjang pada 6 sampai 12 bulan setelah trauma. Hal ini juga menunjukkan
adanya deficit kognitif kronik pada 6 sampai 12 bulan setelah trauma, gangguan
psikiatri dan kemampuan untuk kembali bekerja. Amnesia paska trauma diperkirakan
memiliki sisa deficit kognitif pada 1 tahun setelah trauma. Faktor Pre-injury seperti
usia tua berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan perburukan hasil dan
riwayat trauma berulang, pengguna alcohol, sosioekonomi rendah dan status
pendidikan berhubungan dengan perburukan penyembuhan.

12
BAB III. PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Amnesia umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu
amnesia dapat sesingkat beberapa detik sampai selama beberapa tahun. Kejadian ini
paling sering dijumpai pasca trauma kepala, tapi dapat juga terjadi setelah jejas otak
mayor (misalnya strok).
Terapi dan penatalaksanaan agitasi pasien amnesia paska trauma belum
didukung oleh bukti literature. Pasien yang agitasi perlu dirawat karena berisiko
terhadap diri sendiri, keluarga, dan staff. Perilaku agitasi termasuk pembicaraan yang
tidak jelas, intoleransi terhadap terapi medis ( sperti plaster, infuse, dan sonde) dan
marah (agresi fisik dan verbal).

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
2. Mahar Mardjono PS. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2012.
3. Pearce E. Anantomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Jakarta; 2009.
4. www.aktivasiotak.com
5. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta; 2009.
6. Ginsberg L. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2011.
7. Asrini S. Peranan Post Traumatic Amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium
Sebagai Prediktor Terhadap Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis Akut
Ringan-Sedang; 2008.
8. Hansen K. Amnesia Success Secret: Emereo; 2011.
9. Clark R. Anatomy and Physiology Understanding the Human Body 2011.
10. Brain Injury Medicine, 2nd Edition Principles and Practice 2012.
11. Norman Sartorius GDG, Cavin Andrews, Allen German, Leon Eisenberg.
Treatment of Mental Disorder: World Health Organization; 2009.

14

You might also like