You are on page 1of 11

DEMOKRASI EKONOMI

KONTRA

Nama Anggota:

Okasaria S Surbakti G1A111021


Seruni Estari G1A111022
Rizka Dewi Rahmiati G1A111023
Dwi Hana Batsyeba G1A111024
Ranty Femilya Utami G1A111025
Putri Kurniawati G1A111026
Virgiawan Yudha Karsa G1A111027
Karolin Anggelina G1A111028
Achmad Rezki C G1A111029
Maya Indri Laraswati G1A111030
Dosen Pembimbing :
Drs Edy Purwono,M.Hum

Pendidikan Dokter Universitas Jambi


2011
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatNya kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang DEMOKRASI EKONOMI ini
dengan baik dan tepat waktu.

Demokrasi dalam bidang ekonomi ini sangat perlu karena manusia


memerlukan kebebasan dalam melakukan kegiatan perekonomian dengan maksud
untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia.

Kami mengetahui bahwa makalah yang kami buat ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat kami perlukan sebagai
pembelajaran bagi kami dalam pembuatan makalah berikutnya.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah.

Jambi, 29 Oktober 2011

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Demokrasi adalah sesuatu yang harus ada dalam segala bidang kehidupan
karena itu penting bagi kelangsungan kehidupan termasuk dalam bidang ekonomi.
Demokrasi Ekonomi dimaksudkan untuk memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk dapat berpatisipasi dan mengambil keputussan
dalam perekonomian. Demokrasi ekonomi terkait erat dengan pengertian
kedaulatan rakyat di bidang ekonomi
Tapi sayangnya kebebasan yang diberikan seluas-luasnya itu sering
dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik dan sangat merugikan diri sendiri dan
orang lain. Pihak-pihak yang melakukan tindakan tidak baik itu melakukan itu
semua untuk mencari keuntungan diri sendiri dan kelompok dan mengorbankan
pihak lain yang di anggap lemah.
Demokrasi ini seharusnya membuat masyarakat semakin makmur dan
sejahtera. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya yang menjadi tolak
ukur keberhasilan dmokrasi dalam bidang ekonomi ini.
Bukan hanya pelaku-pelaku ekonomi saja yang memiliki peran penting dalam
demokrasi ekonomi tetapi setiap masyarakat memiliki peran penting untuk aktif
dalam pelaksanaan perekonomian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara etimologis, demokrasi berasal bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
rakyat atau penduduk dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan
demikian, secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana kedaulatan
atau kekuasaan tertingginya berada di tangan rakyat.

Ada dua asaa pokok tentang demokrasi yaitu sebagai berikut :

a. Pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan


b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia HAM

Prinsip-prinsip Demokrasi:

a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan


b. Tingkat persamaan(kesetaraan) tertentu antara warga
c. Tingkat kebebasab atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai
oleh para warga negara
d. Penghormatan terhadap supremasi hokum

Hal-hal yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi:

 Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi.


 Sistem etatisme dimana negara beserta aparatur ekonominya bersifat
dominan.
 Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok.

Pada hakikatnya demokrasi ekonomi adalah suatu sistem dimana rakyat secara
proporsional, sesuai dengan kemampuannya, diberi kebebasan untuk
mengalokasikan sumber daya ekonominya. Dalam demokrasi ekonomi, kekuatan
ekonomi tersebar di masyarakat dan tidak tersentral di pusat.

Pembangunan ekonomi berdasarkan demokrasi ekonomi diarahkan pada


terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri dan handal untuk
meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil, dan merata.
Dengan demokrasi ekonomi diharapkan akan terwujud kesatuan kekuatan
ekonomi nasional (terdiri atas koperasi, usaha negara, dan usaha swasta) yang
berdasarkan azas kekeluargaan dan kebersamaan, sebagai unsur mutualisme yang
mengacu pada interdependensi antar individu dalam hidup bermasyarakat.

Demokrasi ekonomi merupakan konsep yang digagas oleh para pendiri negara
Indonesia (founding fathers) untuk menemukan sebuah bentuk perekonomian
yang tepat dan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Penerapan dari konsep
ini masih terus dicari dan dikembangkan bentuknya hingga saat ini, karena tidak
mudah membentuk suatu sistem perekonomian yang khas Indonesia namun tetap
sesuai dengan perkembangan jaman.

Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi tersebut, saat ini, DPR RI


sedang membahas Rancangan Undang-Undang tentang Demokrasi Ekonomi.
RUU ini bertujuan untuk menyelenggarakan Perekonomian Nasional sebagai
usaha bersama dengan mengutamakan kepentingan rakyat banyak untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Seiring perkembangan sistem perekonomian Indonesia,
maka ada beberapa hal yang memperkuat lahirnya ruu ini, yaitu memperkuat
kedaulatan kita sebagai bangsa atas bangsa kita sendiri, kedaulatan kita untuk
menjalankan roda kehidupan di negara ini, kedaulatan untuk mencapai
kesejahteraan, kedaulatan atas apa yang dianugrahkan Tuhan kepada bangsa ini.
Selain kedaulatan, ruu ini diharapkan mampu membentuk sistem perekonomian
khas Indonesia yang tidak tergantung lagi oleh siapa yang memimpin negara ini,
nemun menjadikan pemimpin negara ini mewujudkan apa yang sudah menjadi
tujuan mulia yang digagas oleh para founding fathers kita.

Jika dilihat dari landasan Yuridis maka RUU ini berpijak pada Pasal 33 UUD
Tahun 1945 ayat (1) menyatakan bahwa: “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Filosofi berfikir Pasal 33 ayat (1)
dipahami sebagai memiliki kolektivisme. Substansi “usaha bersama” memiliki
makna bahwa perekonomian tidak dikuasai dan dieksplorasi oleh orang-perorang
akan tetapi dilakukan bersama-sama, yang memiliki arti saling bergotong-royong
antara pihak satu dengan lainnya. Makna bersama-sama ataupun makna gotong-
royong dalam budaya, dilakukan oleh satu pihak dengan pihak lainnya. Didalam
prakteknya selama ini adanya kesalahan penafsiran dengan apa yang dimaksud
dengan istilah “kekeluargaan”. Kekeluargaan bukan diartikan sebagai
“keluarga”dalam arti ansich tetapi filosofisnya adalah kolektivisme yang saling
menguntungkan satu dengan yang lainnya. Pasal 33 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ayat (2) menyatakan bahwa: Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara. Ketentuan ini jelas memiliki makna unit-unit ekonomi yang menyangkut
hajat hidup orang dimiliki, diorganisasi dan didistribusikan sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Dari pengertian ini pengutamaan kepentingan masyarakat,
memperoleh pengukuhan (assertion dan reconfirmation) untuk kesejahteraan
rakyat (welfare state). Sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta, dikuasai oleh
negara dalam Pasal 33 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 lebih
ditekankan pada segi dimilikinya hak oleh negara (bukan Pemerintah) untuk
mengendalikan penyelenggaraan cabang-cabang produksi yang bersangkutan.
Pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Konsepsi
penguasaan oleh negara merupakan konsepsi hukum publik yang berkaitan dengan
prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, baik di bidang politik (demokrasi politik) maupun ekonomi
(demokrasi ekonomi). Dalam paham kedaulatan rakyat itu, rakyat yang diakui
sebagai sumber, pemilik dan sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi dalam
kehidupan bernegara. Dalam pengertian tersebut, tercakup pula pengertian
kepemilikan publik oleh rakyat secara kolektif. Pasal 33 ayat (4) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Perekonomian Nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi, dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Selain pelaksanaan perekonomian yang masih belum mencerminkan


demokrasi ekonomi yang sesuai dengan konstitusi, ada hal lain yang cukup
mengkhawatirkan bangsa Indonesia, yaitu semakin terkikisnya kedaulatan bangsa
ini terutama yang berkaitan dengan kepemilikan sumber daya alam. Banyak
kontrak-kontrak kerja yang memposisikan Indonesia berada di posisi yang lemah
dalam hal pengolahan sumber daya alam bangsa ini. Bahkan kedaulatan negara ini
mulai tergadaikan oleh nilai yang tidak sebanding dengan apa yang telah
digadaikan. Kesadaran yang lemah atau mungkin masyarakat Indonesia yang
masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai apa yang dimiliki bangsa ini
atau bahkan ketidaktahuan mereka bagaimana memperlakukan apa yang menjadi
miliknya dicarikan solusinya.

Disisi lain, kedaulatan Indonesia di bidang ekonomi juga perlahan-lahan mulai


terjadi erosi. Terkikisnya kedaulatan dibidang ekonomi sangat apik terbungkus
dalam wadah ekonomi pasar yang saat ini mulai sedikit-sedikit diterapkan di
Indonesia. Pelepasan beberapa komoditi yang menyangkut kepentingan rakyat
oleh pemerintah dengan alasan kemandirian masyarakat dan kemudian diserahkan
kepada mekanisme pasar. Hal ini harus segera diwaspadai dan dilakukan
perbaikan terutama sistem dan kebijakan agar tidak lagi terjadi penggadaian yang
mampu merugikan kepentingan rakyat banyak. Memaknai kedaulatan terkait
dengan

Dari contoh-contoh permasalahan di atas cukup memberikan alasan yang kuat


untuk bangsa ini memiliki sistem perekonomian yang sesuai dengan kepribadian
bangsa dan tidak dipengaruhi oleh kekuasaan yang sedang memimpin di negara
ini. Demokrasi ekonomi merupakan pilihan yang sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Walaupun
membutuhkan waktu dan pengayaan yang cukup dalam untuk membentuk suatu
sistem perekonomian yang asli Indonesia. RUU tentang Demokrasi Ekonomi
diharapakan menjadi titik tolak undang-undang lain yang berhubungan dengan
hajat hidup orang banyak, agar tidak lagi merugikan kepentingan rakyat banyak
dan mampu memberikan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia secara adil dan
merata.

Demokrasi ekonomi terkait erat dengan pengertian kedaulatan rakyat di


bidang ekonomi. Istilah kedaulatan rakyat itu sendiri biasa dikembangkan oleh
para ilmuwan sebagai konsep filsafat hukum dan filsafat politik. Sebagai istilah,
kedaulatan rakyat itu lebih sering digunakan dalam studi ilmu hukum daripada
istilah demokrasi yang biasa dipakai dalam ilmu politik. Namun, pengertian teknis
keduanya sama saja, yaitu sama sama berkaitan dengan prinsip kekuasaan yang
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Salah satu contoh dampak penyalahgunaan demokrasi ekonomi adalah
kemiskinan

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia:

Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung


berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin, antara lain
berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk
orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan
yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat
menimbulkan ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada
kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku
masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih
difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu
membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak,
program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung
digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti
dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah
pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas).

Kedua, kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan


itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan
pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk program-
program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS dan data mikro hasil
pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN. Bisa saja terjadi
bahwa angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan lokal,
dan bahkan bisa membingungkan pemimpin lokal (pemerintah kabupaten/kota).
Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur. Pemerintah
Kabupaten Sumba Timur merasa kesulitan dalam menyalurkan beras untuk orang
miskin karena adanya dua angka kemiskinan yang sangat berbeda antara BPS dan
BKKBN pada waktu itu. Di satu pihak angka kemiskinan Sumba Timur yang
dihasilkan BPS pada tahun 1999 adalah 27 persen, sementara angka kemiskinan
(keluarga prasejahtera dan sejahtera I) yang dihasilkan BKKBN pada tahun yang
sama mencapai 84 persen. Kedua angka ini cukup menyulitkan pemerintah dalam
menyalurkan bantuan-bantuan karena data yang digunakan untuk target sasaran
rumah tangga adalah data BKKBN, sementara alokasi bantuan didasarkan pada
angka BPS.

Selain pelaksanaan perekonomian yang masih belum mencerminkan


demokrasi ekonomi yang sesuai dengan konstitusi, ada hal lain yang cukup
mengkhawatirkan bangsa Indonesia, yaitu semakin terkikisnya kedaulatan bangsa
ini terutama yang berkaitan dengan kepemilikan sumber daya alam. Banyak
kontrak-kontrak kerja yang memposisikan Indonesia berada di posisi yang lemah
dalam hal pengolahan sumber daya alam bangsa ini. Bahkan kedaulatan negara ini
mulai tergadaikan oleh nilai yang tidak sebanding dengan apa yang telah
digadaikan. Kesadaran yang lemah atau mungkin masyarakat Indonesia yang
masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai apa yang dimiliki bangsa ini
atau bahkan ketidaktahuan mereka bagaimana memperlakukan apa yang menjadi
miliknya dicarikan solusinya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara etimologis, demokrasi berasal bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
rakyat atau penduduk dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan
demikian, secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana kedaulatan
atau kekuasaan tertingginya berada di tangan rakyat.

Demokrasi ekonomi adalah suatu sistem dimana rakyat secara proporsional,


sesuai dengan kemampuannya, diberi kebebasan untuk mengalokasikan sumber
daya ekonominya.

Pada awalnya demokrasi ekonomi bertujuan untuk menyejahterahkan rakyat,


namun dalam kenyataannya demokrasi ekonomi berindikasi kepada kemiskinan

Saran

 Rakyat harus aktif dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi


 Pejabat pemerintah yang mengatur demokrasi ekonomi haruslah memiliki
jiwa kepemimpinan dan kepedulian terhadap nasib dan perekonomian
rakyatnya sendiri
 Hendaknya rakyat bersikap demokrasi dan kritis terhadap segala kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah
Daftar Pustaka

http://jimly.com/makalah/namafile/60/Demokrasi_Ekonomi.pdf

http://typecat.com/DEMOKRASI-EKONOMI#axzz1cEPJoXjq

You might also like