You are on page 1of 14

BAB I

PEND`AHULUAN
I.I Latar Belakang
Kata budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sanskerta) yang
berarti ‘akal’ (Koentjaraningrat, 1974: 80). Definisi E.B. Tylor yang dikemukakan di dalam bukunya
Primitive Culture (1871), kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan lain. Definisi yang mutakhir
dikemukakan oleh Marvin Harris (1999: 19) yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam
masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar,termasuk pikiran dan tingkah laku.
Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) kebudayaan sebagai kompleks ide,
gagasan, nilai, norma, dan peraturan; 2) kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola manusia dalam masyarakat; dan 3) benda-benda sebagai karya manusia (Koentjaraningrat,
1974: 83).
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) kebudayaan sebagai kompleks ide,
gagasan, nilai, norma, dan peraturan; 2) kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola manusia dalam masyarakat; dan 3) benda-benda sebagai karya manusia.
Adat yang merupakan salah satu unsur penting kebudayaan suatu masyarakat. Pada dasarnya
terbentuk kebiasaan turun temurun yang berkelanjutan karena itu adat merupakan cermin dari sikap
dan tingkah laku masyarakat bersangkutan lantaran derasnya arus dan pengaruh budaya dari luar,
terutama kebudayaan barat. Kadang nilai asli masyarakat itu sendiri sering dilupakan. Akibatnya
masyarakat tersebut ibarat pohon yang lapuk “kebawah tidak berakar keatas tidak berpucuk, di
tengah-tengah dimakan kumbang”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan Kerinci

Kerinci adalah negeri yang masyarakatnya sangat mentaati agama dan adat istiadat yang
berlaku sejak zaman nenek moyang sampai sekarang bagi orang Kerinci agama dan adat adalah
fundamental yang kuat, teguh dasar dari sendi bagi hidup dan kehidupan.
Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah, syara’ yang kawi, adat yang lazim, syara’
mengata adat memakai, syah kata syara’ benar kata adat. Adat bagi masyarakat Kerinci adalah satu
perekat dalam sendi kemasyarakatan, tumbuh dan berkembang dalam suasana kekeluargaan dan
persaudaraan yang harmonis, dinamis dalam segala bidang segi kehidupan. Adat atas tumbuh
lumbago atas tuang, sko dengan buatnya, melenting menuju buah, berkato menuju benar, yang lahir
di pandang nyato, nan bathin diimamkan.

2.2 Teladan Daerah

1. Adat yang Sebenar Adat


Ialah adat yang bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, syarak mengato, adat
memakai, itulah adat yang jadi pegangan yang dapat dijadikan teladan, yang jauh dapat
ditunjuk, yang dekat dapat ditekan, kalau dicabut akan mati kalau diasak akan layu.
Itulah adat yang tidak lekang dek panas tak lapuk kena hujan. Adat ini mendapat
menduduki pada tempatnya, bak pepatah mengatakan adat tanah ico pakai. Adat rumah
tunggu huni adat gelar gedang disandang.

2. Adat yang Diadat


Seperti waris yang diterima dari nenek moyang yang turun menurun, pepatah,
mengatakan, patah tumbuh hilang berganti,adat lama seperti itu juga,inilah yang disebut
kebiasaan turun temurun.Adat ini tidak tertulis,akan tetapi tetap dipatuhi oleh
masyarakat.Misalnya apa yang disebut sko nan tiga takah,emas seemas,hokum-hukum
adat dan lain sebagainya,tidak satupun yang tertulis,namun ia tetap dipatuhi sampai
sekarang.

3. Adat Istiadat
Adat yang dibuat dengan musyawarah dan dirobah pula dengan musyawarah.Ibarat kata
pepatah,bulat air di pembuluh,bulat kata di mufakat,yang bulat sudah boleh
digulungkan,yang pipis sudah boleh dilayangkan,maka adat itu sudah boleh dipakai.

4. Adat Tradisi
Adalah yang dipakai satu negeri.Bak pepatah mengatakan,lain lubuk lain ikannya,lain
padang lain belalangnya,adat yang seperti ini bisa berubah-berubah,seperti kata
adat,sekali air besar sekali tepian beranjak,sekali raja berganti,sekali peraturan
berubah.Misalnya ada adat atau peraturan yang tidak sesuai dengan keadaan zaman,maka
adat itu akan berubah sendirinya.

2.3 Pemerintahan
Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala
dusun, yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat
dusun dibina oleh para pemimpin yang jabatannya yaitu Depati dan Ninik Mamak. Dibawah
Depati ada Permenti (Rio, Datuk dan Pemangku) merupakan gelar adat yang mempunyai
kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak
disebut “ajun arah”. Struktur pemerintahan Kedepatian :

1. Depati Empat Pemangku Lima Delapan Helai Kain Alam Kerinci, berpusat di Rawang;
2. Depati Empat Tiga Helai Kain, berpusat di Pulau Sangkar;
3. Pegawe Rajo Pegawe Jenang Suluh Bindang Alam Kerinci, berpusat di Sungai Penuh;
4. Siliring Panjang atau Kelambu Rajo, berpusat di Lolo;
5. Tigo Luhah Tanah Sekudung, Siulak;
6. Lekuk Limo Puluh Tumbi, bepusat di Lempur;

Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis,


membunuh mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara.
Dalam dusun ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama,
cendekiawan dan pemuda.
Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci
1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader. Pemerintahan
dusun (pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala maslah dusun, anak kemenakan
selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.
Ninik Mamak mempunyai kekuatan menyelesaikan masalah di dalam kalbunya
masing-masing. Dusun terdiri dari beberapa luhah. Luhah terdiri dari beberapa perut dan
perut terdiri dari beberapa pintu, didalam pintu ada lagi sikat-sikat. Bentuk pemerintahan
Kerinci sebelum kedatangan Belanda dengan system demokrasi asli, merupakan system
otonomi murni. Eksekutif adalah Depati dan Ninik Mamak. Legislatif adalah Orang tuo
Cerdik Pandai sebagai penasihat pemerintahan. Depati juga mempunyai kekuasaan
menghukum dan mendenda diatur dengan adat yang berlaku dengan demikian dwi fungsi
Depati ini adalah sebagai Yudikatif dusun. Ini pun berlaku sampai sekarang untuk
pemerintah desa, juga pada Zaman penjajahan Belanda dan Jepang dipergunakan untuk
kepentingan memperkuat penjajahannya di Kerinci.

2.4 Kriteria Pemimpin Ideal

Adapun kriteria pemimpin ideal :


1. Simba Ikou (Lebar ekor) : Orang bermasyarakat
2. Langsaung Kukouk (Nyaring kokok) : Orang yang berilmu
3. Libe Parouh (Lebar paruh) : Orang yang kuat ekonomi
4. Lapang Dado (Lapang dada) : Orang yang sabar

2.5 Proses Pemilihan Pemimpin Adat

Proses pemilihan seorang pemimpin adat atau cara menurunkan gelar adat,diawali
dengan musyawarah yang biasanya dihadiri oleh anak betino,saudara betino,dan semendo
(keluarga besar).Dalam musyawarah tersebut permasalahan dirundingkan oleh ninik mamak atau
pemangku adat dalam kalbu (keluarga besar),kemudian hasilnya diputuskan oleh depati (gelar
tertinggi dalam adat) seperti dalampribahasa petitih adat kerinci “bulek aye dek pamuluh,bulek
kato dek mufakat” yang artinya setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah
(mufakat).Dalam penentuan hasil pemilihan seorang pemimpin harus sesuai dengan empat
kriteria pemimpin ideal.

2.6 Hubungan Kekerabatan

Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang
dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tenganai
rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkawinan
dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.
Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam.
Rasa social, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat
Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan keakraban.
Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa saudara-saudara dengan nama
panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau antar keluarga sangat peka terhadap
lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak, saudara-saudara perempuan
seibu, begitupun saudara-saudara laki-laki merupakan hubungan yang potensial dalam
menggerakkan suatu kegiatan tertentu.

2.7 Hubungan Kemasyarakatan

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu
kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai
tingkatan musyawarah adat, pertimbangan dan hokum adat, berjenjang naik, bertangga
turun, menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.
Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifihasi social
masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dusun
induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah yang
terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan menurut
hukum adat yang berlaku.

2.8 Bahasa dan Budaya

Kata Kerinci berasal dari bahasa Tamil Kurinji yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes
kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m. Karena itu Kurinji
juga merujuk pada kawasan pegunungan. Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan
suku-suku lain di Sumatra termasuk ras Mongoloid Selatan berbahasa Austronesia.

Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Melayu,
dan paling dekat dengan Minangkabau dan Melayu Jambi. Sebagian besar suku Kerinci
menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh
antar satu tempat dengan tempat lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk
berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa
Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi). Suku Kerinci memiliki
aksara yang disebut surat incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu.

Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat
(adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai
wilayah rantau Minangkabau. Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal.
Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan
di Kerinci, pada abad ke-14 Kerinci menjadi bagian dari kerajaan Malayu
dengan Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah Adityawarman menjadi maharaja maka ibu
kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.

2.9 Upacara Tradisi

Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa adalah
tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat
yang ada di Provinsi Jambi, yakni di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang
Melayu Tua (Zakaria, 1985:15). Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal bentuk-bentuk
upacara atau pesta adat siap panen yang lebih dikenal dengan istilah kenduri sko.

Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci dan termasuk
kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud
(1991:32) bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang
disebut dengan: Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu; Upacara Adat Cupak Gantang
Kerja Kerapat; Upacara Adat Tumbuh-tumbuh Roman-roman.

Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara kenduri


sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara kenduri sko
merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci.

Dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu perhelatan tradisional masyarakat
Kerinci dengan maksud dan tujuan tertentu. Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada desa
persekutuan adat atau masyarakat adat dari dusun asal desa-desa yang memiliki sejarah tetua
adat depati ninik mamak dan juga memiliki benda-benda pusaka.

Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan mempunyai
makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat acara penurunan
benda-benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar adat kepada pemangku-
pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat desa tersebut. Dengan demikian,
upacara kenduri sko sangat penting sekali bagi orang Melayu Tua yang ada di Kabupaten
Kerinci, khususnya Desa Keluru.

2.10 Pariwisata

1. Gunung Kerinci

Gunung kerinci yang terletak di kec. kayu kab. kerinci – Jambi merupakan
gunung tertinggi di Sumatra dengan kawah type strato (masih aktif dan memiliki kawah
seluas 400 x 120 meter dan
berisi air berwarna hijau)
masuk dalam Taman
Nasional Kerinci Seblat
(TNKS) seluas 1.484.650
hektare yang terletak di
empat provinsi, sebagian
besar taman nasional
terletak di wilayah Jambi,
gunung berapi ini terhimpit
diantara dua pegunungan di
barat dan di timurnya,
kerucut yang paling muda
gundul dan kawah gunung ini terletak di timur laut sisa dinding kawah berapi (3655 –
3649 mdpl), TNKS sendiri merupakan bukit barisan yang memanjang dari utara ke
selatan pulau Sumatra.

Keindahan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat di
temui mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung Kerinci, tidak hanya untuk
dinikmati tetapi sangat baik untuk melakukan penelitian dan pendidikan. Pendakian ke
puncak gunung Kerinci memakan waktu dua hari mulai dari Pos Kersik Tuo.

2. Gunung dan Danau gunung Tujuh

Danau gunung Tujuh terletak


pada ketinggian 1.950m dari
permukaan laut. Dengan ketinggian
tersebut Danau Gunung Tujuh tercatat
sebagai danau tertinggi di Asia
Tenggara. Danau ini terbentuk karena letusan Gunung Tujuh pada ratusan tahun silam. Bekas
letusan tersebut membentuk sebuah kawah yang lama-kelamaan penuh terisi oleh air hujan.

Keistimewaan dan keindahan Danau Gunung Tujuh bertambah lengkap oleh barisan
hamparan tujuh puncak yang mengelilinginya.
Ketujuh puncak gunung tersebut meliputi
Gunung Hulu Tebo (2.525m dpl), Gunung
Hulu Sangir (2.330m dpl), Gunung Madura
Besi (2.418m dpl), Gunung Lumut (2.350m
dpl), Gunung Selasih (2.230m dpl), Gunung
Jar Panggang (2.469m dpl) dan Gunung
Tujuh (2.735m dpl).Di beberapa titik di
pinggir danau ini, terdapat pasir yang
terbentang menyerupai pantai.

3. Danau Kerinci

DANAU Kerinci memiliki


luas 4.200 hektar dengan
kedalaman 110 m dan terletak
pada ketinggian 783 meter dpl.
Danau ini menyimpan banyak
jenis ikan. Ikan Semah
merupakan jenis yang paling
digemari dan merupakan ikan
endemik. Danau Kerinci terletak
pada dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau.

Terdapat beberapa lokasi yang menarik pada beberapa desa disekitar Danau
Kerinci, yaitu Daerah Pesanggarahan dimana kita bisa melihat pemandangan Danau
Kerinci dari atas, Tanjung Hatta adalah tempat Bung Hatta menikmati panorama Danau
Kerinci dan menanam pohon disana, Desa Seleman terdapat Rumah Laheik yang
merupakan rumah khas kerinci, dan di Desa Pulau Tengah terdapat Dolmen Batu Raja
dan Masjid Keramat Pulau Tengah dan di sekitar danau Kerinci terdapat sejumlah batu
berukir yang diduga peninggalan manusia megalit.Pada tiap tahunnya, di Danau Kerinci
diadakan Festval Danau Kerinci yang menampilkan berbagai macam atraksi seni
masyarakat lokal.

4. Danau Kaco
Satu di antara keindahan alam
yang dimiliki Kabupaten Kerinci
adalahDanau Kaco, yang terletak dalam
Kawasan Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS). Danau yang memiliki
luas sekitar 30x30 meter ini, memiliki
kedalaman yang masih misteri.
Meskipun memiliki kedalaman air yang
tidak terukur, namun dasar Danau Kaco
bisa terlihat dengan jelas. Ini karena warna air yang bening dan jernih serta tempat ribuan
ikan semah berkembang biak.

5. Danau Lingkat

Terletak di pinggir hutan Taman Nasional Kerinci Seblat yang berdekatan dengan
Desa Lempur Mudik. Luasnya lebih
kurang 12 ha pada ketinggian 1.100
m dari permukaan laut. Hal yang
menarik pada objek wisata ini, yakni
masih dapat di dengar suara binatang
seperti, Siamang dan yang lainya
ketika matahari bersinar. Menjelajahi
danau dengan rakit dan melihat batu
yang unik berwarna-warni didasar
danau yang dapat dilihat dari permukaan air.

6. Kebun Teh Kayu Aro

Perkebunan teh Kayoe Aro dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh
perusahaan Belanda, Namblodse
Venotschaaf Handle Vereniging
Amsterdam (NV HVA). Perkebunan
teh ini tercatat sebagai perkebunan
teh tertua di Indonesia. Perkebunan
Teh Kayu Aro seluas 3.020 hektar
adalah perkebunan teh dalam satu
hamparan terluas di dunia, berada
pada ketinggian 1.400-1.600 meter
dpi yang merupakan perkebunan teh
tertinggi ke dua di dunia setelah
perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpi).

Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan pemeliharaan


tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan dan
pengiriman, teh produksi PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) ini menyandang nama
harum sebagai teh dengan kualitas terbaik di dunia. Dengan aroma yang khas serta
kualitas prima, sebagian besar teh produksi PTPN VI ini diekspor.

7. Air Terjun Telun Berasap


8. Air Terjun Pancuran Rayo

9. Air Panas Semurup

10. Bukit Kayangan

11. Bukit Sintiong

2.11 Kuliner

Makanan khas Kerinci diantaranya :

1. Dendeng Batokok

Makanan khas Kerinci yang paling terkenal adalah dendeng batokok.


Dendeng daging lembu yang lembut karena digepok/tumbuk dengan
batu hingga gepeng. Disajikan setelah dipanggang kembali dengan
sambal merah nan pedas. Dendeng ini akan nikmat jika disantap dengan
beras khas asal kerinci yang dinamakan Beras Payo Kerinci.

2. Beras Payo

Biasanya, warung makan asal kerinci akan menulis “Beras Payo Kerinci” di muka
warung untuk menyatakan bahwa mereka hanya menyajikan dendeng batokok dengan
beras tersebut, bukan beras asalan. Beras Payo Kerinci adalah
beras nikmat, terasa pulen dengan bulir beras besar-besar. Ini
adalah bibit padi asli Kerinci. Usia jenis padi ini mungkin
sudah lebih dari lima abad. Seperti layaknya padi asli
Nusantara lainnya, usia tanam padi payo hingga panen memakan waktu lebih dari enam
bulan.

3. Ikan Semah

Sedangkan Gulai Ikan Semah merupakan makanan khas Kerinci


yang digemari oleh banyak masyarakat Kerinci. Populasi ikan Semah
yang hanya hidup di sepanjang Sungai Batang Merangin dan Danau
Kerinci ini terancam punah, karena selalu diburu oleh masyarakat. Saat
berkunjung ke Kerinci hanya yang beruntung saja dapat menikmati
kelezatan ikan ini.

Bagi pengunjung yang ingin merasakan hidangan Kerinci sambil


menikmati keindahan Danau Kerinci dengan suasana rumah makan yang berbeda dapat
mencoba rumah makan Bahun Basilo yang terletak di Desa Pulau Tengah Kecamatan Keliling
Danau. Rumah makan ini merupakan rumah makan terapung dengan gaya lesehan.

4. Dodol Kentang

Dodol kentang produksi industri rumah tangga di Kabupaten Kerinci kini menumbus
pasar luar daerah, terutama di pusat-pusat perbelanjaan. Petani di daerahnya kini giat
mengembangkan industri rumah tangga, antara lain
mengolah hasil perkebunan dan pertanian menjadi
makanan jadi seperti dodol kentang, keripik pisang dan
lainnya.

Desa Lubuk Nagodang yang terletak di Kecamatan


Gunung Kerinci, kini menjadi daerah kawasan wisata
dodol kentang, produksi dodolnya selain dapat
dinikmati wisatawan yang berkunjung, kini juga telah
menembus pasar luar daerah. Kabupaten Kerinci, 410 Km dari Kota Jambi yang berada di
kaki gunung Kerinci itu wilayahnya sangat subur bagi tanaman sayuran, khususnya kentang.

Komoditi pertanian dan perkebunan yang terus meningkat kini juga diolah menjadi
produk jadi seperti dodol kentang, jus terong pirus, dan sirup kulit manis. Khusus kentang,
pengembangannya dilakukan bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency
(JICA).

5. Sirup Kulit Manis


KUB Wanita Mandiri Merupakan salah satu centra
penghasil sirup kulit manis yang menghasilkan beberapa
produk yang terbuat dari kulit manis. Centra Usaha ini terletak
di Desa Siulak Deras Mudik Kecamatan Gunung Kerinci
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Kebanyakan, sirup kayu manis yang dijual memakai


kulit dari pohon yang usianya 5-10 tahun. Dari warna sirupnya
bisa diketahui usia kulit kayu manis yang digunakan. Manis
yang terasa merupakan perpaduan minyak dari kayu manis
bercampur gula yang menyatu saat direbus. Sedikit susah melepaskan rasa gulanya, tetapi
aroma dan cita rasa kayu manis tetap kental terasa. Bahkan, jika kulit kayu manis yang
digunakan lebih tua lagi, di atas 15 tahun, rasanya lebih kuat lagi.

2.12 Kesenian Kerinci

Kesenian yang terdapat di Kerinci cukup beragam, beberapa diantaranya adalah


Kenduri Sko, Tari Asyeik, Tari Iyo-iyo dan Kerajinan Tangan.

Kenduri Sko

Kenduri dapat diartikan sebagai perhelatan, sedangkan Sko berarti perbuatan atau
peraturan yang berlaku turun temurun. Kenduri Sko yang merupakan upacara puncak
kebudayan masyarakat Kerinci
umumnya diartikan sebagai suatu
perhelatan tradisional masyarakat
Kerinci dengan maksud dan tujuan
tertentu. Kenduri Sko terbesar dan
biasanya dilakukan saat penobatan
Depati dan Permenti yaitu kaum adat
yang terpilih menjadi pemuka
masyarakat yang akan mengatur anak
Negeri, terutama anak kemenakan
dari kaum adat itu sendiri.

Saat acara Kenduri Sko juga merupakan saat yang tepat untuk melihat benda-
benda pusaka milik desa tersebut. Benda-benda pusaka ini kemudian akan dibersihkan
dengan ramuan bermacam-macam limau, upacara ini dikenal “mandai atau malimo
puseko”. Kenduri Sko ini hanya dilakukan pada desa Persekutuan Adat atau Masyarakat
Adat dari dusun asal. Biasanya desa-desa yang melaksanakan Kenduri Sko adalah desa
yang memiliki: sejarah, tetua adat Depati Ninik Mamak, larik jajar (rumah dusun), dan
benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang yang masih disimpan dengan baik.

Kenduri Sko yang hanya terdapat di Kerinci cukup diminati oleh wisatawan
mancanegara, karena bila ditinjau dari sudut antropologi kebudayaan, Kenduri Sko ini
memiliki makna siklus kehidupan yang bersifat universal. Kenduri Sko dapat dijumpai
pada beberapa desa di Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau serta
pada desa-desa di kecamatan lainnya.

Tari Asyeik

Tari ini dipercaya telah dimulai selama periode prasejarah yang dipengaruhi oleh
animisme dan dinamisme. Asyeik diartikan sebagai asyik, yang juga berarti khusyu,
sehingga yang melaksanakannya benar-
benar dengan kosentrasi dan penghayatan
yang sempurna. Tari Asyeik ini membawa
pelaku mengikuti kekhusyukan upacara ini.
Pelaku tanpa sadar dapat berjalan di atas
benda tajam dan bara api.

Tarian ini merupakan upacara


persembahan untuk nenek moyang dengan
menyediakan sesajen, berupa makanan dari nasi putih nasi kuning, nasi hitam, telur ayam,
telur bebek, keris, dan lain-lain. Beberapa tahun lalu, upacara ini dilakukan hingga satu
minggu, namun sekarang dilakukan semalam penuh.

Tari Iyo-iyo

Tari Iyo-iyo salah satu tari yang bersifat sakral yang


diadakan setelah panen. Tarian ini diadakan oleh anak
batino (perempuan) untuk anak jantan (pria) setelah
pengangkatan gelar adat. tarian yang telah berumur
ratusan tahun ini mencirikan panggilan iyo-iyo (dalam
bahasa Indonesia ya-ya) yang mengungkapkan rasa
gembira. Tarian ini biasanya diselingi dengan pencak
silat.

Kerajinan Tangan
Kabupaten Kerinci memiliki beberapa kerajinan tangan yang patut dibanggakan
yang masing-masing tersebar pada berbagai desa yang ada Kerinci. Kerajinan-kerajinan
tangan ini dapat ditemukan di toko-toko souvenir maupun dipesan langsung dari pusat
produksi.

Beberapa diantaranya adalah Anyaman Rotan yang merupakan andalan dari desa
Sungai Tutung dan Desa Baru Sungai Tutung, Anyaman Pandan (dari Desa Koto Dian,
Kemantan, Pendung Talang Genting, dan Ujunga Pasir), Anyaman Bambu (dari desa
Semerah, Bungo Tanjung, Pondok Beringin, dan Talang Lindung), Batik Kerinci (dari
Sungai Penuh, Koto Keras, dan Permanti), Gerabah (dari Bungo Tanjung), Kayu Pacat
(dari Sungai Penuh dan Koto Keras), Pandai Besi (Pendung Koto Padang).

You might also like