You are on page 1of 13

1.2.

Ringkasan Buku Pembanding 1


BAGIAN I Aspek Teoretis-Filosofis Ekonomi Politik
Kebekerjaan suatu sistem ekonomi dan proses politik merupakan dua sisi dari
satu mata uang,sehingga disiplin ilmu ekonomi dan ilmu politik tidak dapat
dipisahkan begitu saja.apa pun bentuk suatu negara,apabila dua orang merasa
memperoleh manfaat dengan melakukan pertukaran,suatu pasar walaupun pada
tingkat yang primitif dapat terjadi.Demikian pula,masyarakat bukan hanya kelompok
produsen dan konsumen suatu sistem perekonomian,melainkan mereka juga adalah
warga negara dengan segala warna dan afiliasi politiknya yang dengan kekuatan
tertentu tidak hanya dapat mengatur pasar,tetapi dapat pula mengambil alih secara
langsung suatu sumber daya yang dialokasikan oleh atau dalam sistem pasar.
Sebagai suatu disiplin ilmu,ekonomi politik lahir dari pemikiran-pemikiran
untuk menemukan sinergi,mengisi kekosongan(cross-fertilization) yang tidak
dijumpai dalam satu disiplin ekonomi dan disiplin politik.Pada awalnya,para ahli ilmu
politik agak resisten terhadap upaya sinergi seperti itu,karena sangat didominasi oleh
anggapan”imperalisme ekonomi”yang mulai merambah kemana-mana,diluar batas
kewajaran suatu disiplin ilmu.
Disinilah integrasi ilmu ekonomi dan ilmu politik menjadi suatu keniscayaan
belaka,karena mekanisme atau cara kerja suatu aturan dan kelembagaan harus dapat
dimengerti bersama,dalam satu bahasa dan paradigma.
Jadi,disiplin ilmu ekonomi politik dimaksudkan untuk membahas keterkaitan
antara berbagai aspek,proses,dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi
(produksi,investasi,pembentukan harga,perdagangan,komsumsi,dan lain-lain).
Perkembangan disiplin ilmu ekonomi politik ditingkat makro adalah
pendalaman keterkaitan paradigma pilihan rasional dengan tahapan pembangunan
ekonomi dan politik suatu negara.Bahkan,pada kasus tertentu,disiplin ekonomi
politik juga dicoba dikaitkan dengan aspek budaya dan sosiologis yang selama ini
dipinggirkan oleh para ahli ilmu politik dan ilmu ekonomi.
Walaupun demikian,tidak jarang ilmu ekonomi politik juga terjebak pada
pendangkalan analisis karena rasa frustasi atau ketidakmampuan seorang analisis
meletakkan dan membaca peta permasalahan yang sedang dihadapinya.
Hal diatas memang merupakan masalah serius,tetapi bukanlah merupakan
segala-galanya,karena semuanya adalah suatu proses yang tidak berujung pada satu
titik.Benar,bahwa suatu kebijakan ekonomi itu bukan merupakan keinginan atau
langakah mulia suatu aktor tunggal yang bernama pemerintah,sebagai representasi
negara seperti yang sering didiseminasikan oleh rezim orde baru.
Ilmu ekonomi dan ilmu politik secara sistematis di dalam sejarah perjalanannya
semakin terpisah dan semakin jauh satu sama lain.Masing-masing pihak,yang diwakili
ekonomi dan ahli ilmu politik melakukan penalaran dan pencarian teori dengan
pendekatan yang berbeda, sehingga bermuara pada bentuk paradigma ilmu dan
output yang berbeda.
Fakta dan perkembangan ini menunjukkan bahwa sub-sub ilmu sosial saling
menjauh satu sama lain karena fokus perhatian dan kerangka analisis yang semakin
spesifik.ilmu-ilmu sosial dengan berbagai cabangnya,termasuk ilmu ekonomi,dan
akhirnya berdiferensial secara terkotak-kotak sehingga sulit mencapai titik
temu,meskipun ada kesimpulan subjek atau objek yang ditelaah.
James Buchanan adalah ekonom pemenang hadiah nobel yang memelopori
lahirnya perspektif teori pilihan publik yang sampai saat ini terus menjadi bahan
perdebatan dikalangan ekonom maupun ahli ilmu politik.pandangan-pandangannya
tentang perspektif publik,yang kemudian diikuti oleh banyak ahli lain,seperti
memunculkan mazhab baru dimana pikiran-pikiran kelompok ini sudah
mengembangkan kerangka pemikiran,yang berbeda dari mazhab-mazhab
sebelumnya.
Buchanan memulai dengan definisi negatif,yakni tentang apa yang bukan
merupakan arti public choice.public choice bukan metode dalam arti yang biasa dan
bukan juga seperangkat alat analisis.Public choice adalah perspektif untuk bidang
politik yang muncul dari pengembangan dan penerapan perangkat dan metode ilmu
ekonomi terhadap proses pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena
nonpasar.
Pendekatan terhadap ekonomi,yang disebut catallacxy sebenarnya telah dimulai
oleh pemikir-pemikir pada abad ke-19.yang terbaru misalnya dari F.A.Hayek,yang
menyarankan terminologi catallacxy,suatu pendekatan terhadap ekonomi sebagai
subjek pencarian dan gambaran perhatian langsung terhadap proses
pertukaran,perdagangan,atau perjanjian terhadap kontrak.
Jika kita mengambil pendekatan catallactics secara serius,kita secara lanjut
telah membawanya ke dalam analisis yang kompleks sebagaimana pertukaran yang
sederhana.Dengan demikian,pertukaran yang kompleks tersebut didefinisikan
sebagai suatu proses contractual agreement,yang lebih jauh maknanya dari sekadar
pertukaran dua orang yang melakukan transaksi.
Dasar-dasar filosofi seperti ini bisa menjadi alternatif dari dasar-dasar
paradigma ilmu politik,yang berbasis pada analisis tentang kekuasaan.Dari
pergeseran dalam perspektif bagaimana ilmu ekonomi seharusnya,kemudian ada
perbedaan antara ekonomi sebagai disiplin ilmu dan ilmu politik atau politik.
Krisis yang menerpa perekonomian indonesia saat ini sangat identik dengan
ketidakbekerjaan suatu sistem ekonomi pasar yang terjadi di rusia itu.adanya suatu
sistem ekonomi pasar dan kapitalisme semu,fenomena konglomerasi yang hampir
tidak beradab,tingkah kolusi-korupsi dan koncoisme yang sangat kronis,penguasaan
aset dan sumber daya produktif di kalangan segelintir pelaku ekonomi yang
mengatasnamakan efisiensi dan ekonomi pasar,gejala ketimpangan yang sangat
meresahkan itu adalah sedikit saja dari sekian banyak ketidakmampuan atau
ketidakandalan suatu nation state.
Definisi kelembagaan mencakup dua demarkasi penting,yaitu konvensi dan
aturan main.Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal dan diikuti secara baik
oleh anggota masyarakat,yang memberi naungan dan hambatan bagi individu atau
anggota masyarakat.
Menurut bapak ekonomi kelembagaanThorstein Veblen(1926),kelembagaan
adalah settled habits of thought common to the generality of men.Kelembagaan
dianggap sebagai suatu konvensi atau suatu keteraturan dalam tingkah laku manusia
yang menghasilkan suatu tingkat kepastian prediksi dalam hubungan antarmanusia.
Kelembagaan adalah kerangka acuan atau hak-hak yang dimiliki individu-
individu untuk berperan dalam pranata kehidupan,tetapi juga berarti perilaku dari
pranata tersebut.setiap perilaku ekonomis juga sering disebut kelembagaan,sehingga
setiap yang dinamis atau tidak statis,yang terproses atau tidak semata
komoditas,yang beraktivitas atau tidak semata perasaan dan kepekaan,yang berupa
manajemen atau tidak sekadar keseimbangan,semuanya tercakup dalam ekonomi
kelembagaan.
Krisis ekonomi dan sosial politik yang telah terjadi di indonesia tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan keilmuan,yang mestinya secara terus-menerus memberi
inspirasi bagi implementasi sistem,tatanan,praktik,dan kelembagaan masyarakat.
BAGIAN II Perburuan Rente dan Keadilan Ekonomi
Kebiasaan buruk dinegara kita tercinta indonesia adalah sering berubahnya
strategi dan prioritas kebijakan pembangunan.Entah karena hanya sekadar ingin
berbeda dari pendahulunya,pergantian rezim pemerintahan bahkan sekadar
pergantian menteri hampir dapat diasosiasikan sebagai pergantian strategi dan
prioritas.
Interpretasi publik terhadap rencana pemerintah mendirikan BUMN
kehutanan itu dapat bermacam-macam pemerintah dapat saja dianggap ikut-ikutan
ketagihan rente kehutanan yang selama ini dinikmati secara tidak wajar oleh
pengusaha HPH dan kroni penguasa tadi,dianggapi ingin menancapkan kuku-kuku
kekuasaan dalam bidang usaha pengelolaan hutan dan memperkuat manajemen
sentralistik dengan berlindung dibalik platform otonomi daerah dan desentralisasi
ekonomi yang masih belum jelas.
Memang cukup berat bagi masyarakat luas untuk percaya begitu saja,bahwa
pengelolaan kehutanan dengan model-model dominasi negara ala BUMN dianggap
lebih baik dan lebih profesional dibandingkan dengan model swasta murni.
Persoalan utama dalam pengelolaan hutan di indonesia bukan hanya terletak
pada siapa yang menjadi aktor utama pemegang hak penuh yang harus
memanfaatkan dan mengambil manfaat ekonomis sumber daya hutan.
Para peneliti dan pengamat biasanya dipusingkan dengan beberapa pertanyaan
berikut:mengapa pemegang konsesi hutan itu mengeksplotasi besar-besaran atau
dengan laju yang sangat tidak masuk akal,atau mengapa mereka tidak mampu
menerapkan sistem manajemen kehutanan pada areal lokasi yang seakan-akan telah
menjadi milik nya sendiri pada tenggang waktu tertentu,atau mengapa mereka tidak
mempunyai visi jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya hutan sebagai suatu
aset investasi yang sangat berharga dan menentukan generasi mendatang dan
keberlanjutan pembangunan negeri ini.
Ada yang menganggap bahwa kebijakan yang ada saat ini terlalu memberi
peluang pada pemegang HPH untuk menguasai areal hutan yang sangat luas bahkan
sampai jutaan hektar.Hal ini disebabkan iuran wajib yang berlaku sekarang seperti
iuran hak pengusahaan hutan(IHPH) atau licence fee dan iuran hasil hutan (IHH) atau
royalty fee sangat rendah.
Jangka waktu hak pengusahaan hutan selama dua puluh tahun yang tergolong
pendek juga sangat menyuburkan praktik dan sikap”pemburu rente”pada sebagian
besar pelaku ekonomi sektor kehutanan.Benar bahwa pemerintah saat ini sedang
menggodok konsep untuk memperpanjang jangka waktu pengusahaan hutan,konon
sampai tujuh puluh tahun.
Walaupun masih memerlukan pengkajian yang lebih mendalam,kejadian
hancurnya hutan bekas HPH yang terjadi di empat provinsi besar di
Sumatra:Aceh,Sumatra Utara,Sumatra Barat,Dan Riau dan di Sulawesi dan Irian Jaya
dapat dijadikan pelajaran berharga tentang sistem manajemen pengelolaan hutan
yang dianut saat ini.
Kearifan norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam telah menstimulasi teori dan perbedaan paradigma dan mazhab
dalam ilmu-ilmu sosial,termasuk ekonomi politik.Bahkan ekonomi dan ahli biologi
sering dipertentangkan dan dihadapkan dengan para ahli antropologi sosial,karena
perbedaan besar dalam epistimologi dan reasoning yang digunakan dalam kajian
variasi empiris.Aliran-aliran ini sebenarnya juga disebabkan oleh pertentangan
kepentingan antara hak-hak tradisional dari penduduk yang termarginalisasi ini dan
kecederungan ekspansif para kapitalis atau bahkan perumus kebijakan dalam sistem
ekonomi yang terpusat.
Bab ini menganalisis kebijakan atau intervensi pemerintah untuk
mengakomodasi dan memberdayakan hak-hak masyarakat adat,khususnya dalam
sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.pembahasan mengenai
kebijakan ekonomi kerakyatan,yang mensyaratkan suatu kekompakan dan bentuk
aktif partisipasi masyarakat dalam mengelola sumber daya alam tidak akan dapat
dipisahkan dari isu mengenai status kepemilikan atau tepatnya mengenai
hak,kewajiban,dan privilis seseorang atau suatu ikatan sosial terhadap sumber daya
alam.
Pertama akan diuraikan mitos-mitos dalam teori ekonomi tentang konsep
sumber daya alam yang cepat rusak yang dikaitkan dengan hak dan kepemilikan
masyarakat adat atau dikenal dengan tragedy of the commons.Kemudian,akan
dibahas perkembangan argumen perspektif diatas dari sudut pandang kebijakan
pemerintah dalam menerjemahkan partisipasi masyarakat dalam suatu sistem yang
sangat linier dan target oriented.
Hampir setengah abad yang lalu,perhatian para ahli terhadap satu segmen
sumber daya alam yang cepat sekali rusak dan hancur sudah mulai menghiasi
halaman publikasi ilmiah dan media massa.
Disamping bencana secara teoretis,epistemologi,akomodasi kebijakan terhadap
hak dan kepemilikan masyarakat adat,bencana alam beruntun juga menimpa sistem
perekonomian masyarakat adat sejak tahun 1997 yang lalu seperti kekeringan dan
kebakaran(pembakaran)hutan.
Dengan adanya bencana kekeringan dan kebakaran (pembakaran)hutan
itu,aktivitas ekonomi sebagian besar masyarakat adat yang sangat tergantung dari
sumber daya alam dan kegiatan informal yang menyertainya praktis terhenti sama
sekali ketika basis sumber daya alam itu habis terbakar.
Disamping itu,ancaman keamanan pangan senantiasa datang menerpa karena
sistem produksi tanaman bahan pangan dilokasi kebakaran nyaris lumpuh.Ketahanan
pangan masyarakat yang lebih banyak bergantung pada beras dan palawija sebagai
pola makanan pokok menjadi lemah,dan secara agregat akan meningkatkan
kebutuhan impor beras.
Bencana kebakaran hutan dan lahan itu telah menciptakan dampak ganda
berlipat pada sistem perekonomian masyarakat adat terutama pada saat tingginya
inflasi nasional dan melemahnya daya beli masyarakat karena krisis ekonomi yang
selama ini pun telah terpinggirkan oleh keberadaan sistem pengelolaan dan
kebijakan pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung tertutup.
Di indonesia,korupsi menjadi masalah yang amat kronis,kadang tidak dapat
diterima oleh akal sehat,bahwa disetiap sudut kehidupan sektor swasta dan sektor
pemerintah terdapat gejala korupsi.salah satu kesulitan utama dalam memerangi
korupsi ialah adanya anggapan bahwa korupsi terjadi karena keterpaksaan yang
mengandalkan “persepsi”,bukan karena adanya”informasi objektif”.Oleh karena
itu,pertanyaan-pertanyaan berikut menjadi amat penting untuk segera
dijawab:Bagaimana pola,instrumen,dan sumber korupsi di indonesia itu berinteraksi
antara satu dengan lainnya.
Bab ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan melakukan
analisis mendalam tentang interaksi dan mekanisme kerja antara pola,instrumen,dan
sumber korupsi.

BAGIAN III Sikap Politik dan Pemerataan Pembangunan


Bab ini membahas setidaknya tiga hal.pertama,latar belakang atau dasar
teoretis dari perlunya penerapan konsep dan kebijakan jaminan sosial.Didalam suatu
negara,pemerintah tidak semata-mata hanya menerapkan kebijakan pasar,yang
menjadi dasar bagi sistem produksi dan distribusi barang-barang yang dibutuhkan
masyarakat.
Kedua,bab ini menjelaskan perkembangan kebijakan jaminan sosial di negara-
negara yang tergolong pertama kali menerapkannya,seperti inggris,jerman,dan
berbagai negara eropa lainnya.Sistem yang telah dijalankan tersebut menjadi
inspirasi bagi negara-negara lain untuk meniru,seperti mesir,saudi arabia,dan lain-
lain.
Ketiga,bab ini juga membahas perkembangan sistem dan kebijakan jaminan
sosial diindonesia sendiri,yang telah terlihat gamblang perkembangannya,seperti
asuransi pensiun,kesehatan,dan tenaga kerja.
Perkembangan sosial,ekonomi,dan politik secara global menunjukkan
intensitas yang tinggi.Diantara perubahan-perubahan yang ada,bidang ekonomi
menunjukkan tingkat intensitas perubahan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
bidang-bidang lain.
Perkembangan ekonomi global yang pesat dengan dukungan sistem ekonomi
pasar menuntut antisipasi lebih jauh dengan menerapkan pola kebijakan yang
tepat.tarik-menarik antara dua kepentingan ini perlu diantisipasi dalam perundang-
undangan,karena sisten ekonomi pasar yang dimotivasi oleh persaingan dan insentif
individu tampaknya sudah tidak dapat dielakkan.
Kecenderungan yang ideal sekaligus realistis bagi sistem ekonomi indonesia
adalah pengembangan keseimbangan antara persaingan didalam ekonomi pasar
dengan tanggung jawab sosial dari pelaku-pelaku ekonomi.
Kedua elemen tersebut sangat penting artinya karena persaingan yang sehat
akan meningkatkan intensif individu yang pada gilirannya akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi.pada sisi ini,para pelaku ekonomi mempunyai kebebasan
untuk mengembangkan kemampuannya,sehingga menghasilkan produk dan
kemakmuran yang optimal.
Sebagai contoh adalah konsep jaminan sosial yang diperkenalkan pada masa
kanselir jerman Otto von Bismark lebih seratus tahun yang lalu(1883-1889),yang
mulai diperkenalkan untuk para pekerja industri.Kelompok masyarakat pekerja ini
dinilai akan semakin besar jumlahnya sejalan dengan dengan proses industrialisasi
yang terjadi dijerman dan eropa umumnya.
Sumber-sumber pembiayaan dan lembaga penyelenggara jaminan sosial
disesuaikan dengan sifat program.pada program-program yang bersifat lebih umum
pembiayaan jaminan sosial dibebankan pada anggaran pemerintah dan
diselenggarakan oleh pemerintah,misalnya perawatan medis,tunjangan
sakit,tunjangan bersalin,pengangguran,dan tunjangan keluarga.
Di indonesia,program jaminan sosial diwujudkan dalam bentuk program
jaminan sosial tenaga kerja(jamsostek).program jamsostek meliputi jaminan
terhadap kecelakaan kerja,kematian,pemeliharaan kesehatan,dan hari tua.
Selain itu,di indonesia juga dikenal dana pensiun,yang dilaksanakan untuk
kalangan terbatas para pegawai pemerintah.tetapi karena perkembangan moneter
yang tidak menguntungkan dan inflasi yang sangat tinggi dari tahun ke tahun,hasil
dari tabungan asuransi selama hidup ini menjadi masalah berat atau menjadi kurang
berarti karena nilai uang berkurang drastis.
Beberapa persoalan serius dalam manajemen keuangan publik ternyata masih
merupakan isu sentral dalam era pemerintahan presiden abdurrahman wahid,yang
pernah dianggap terpilih paling demokratis.banyak pihak yang beranggapan bahwa
dominasi birokrasi dan eksekutif sebenarnya telah berakhir dengan hadirnya badan
legislatif negara (DPR) hasil pemilihan umum 1999 yang lalu.
Saat ini pun masih terjadi permainan dan pertarungan mempertahankan dan
taktis disetiap departemen,yang akan digunakan untuk kepentingan
tertentu,tentunya diluar kepentingan masyarakat banyak.
Manajemen keuangan publik yang demokratis dan melibatkan banyak pihak
dapat dimulai jauh dari awal pada tahap perencanaan program-program
pembangunan,tahap penyusunan anggaran,tahap pembahasan dan legislasi,serta
pada tahap implementasi anggaran.
Persyaratan transparansi dan akuntabilitas anggaran telah menjadi jargon
wajib baru,baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.perang
besar(jihad)terhadap korupsi dan kolusi akan makin besar,termasuk seluruh
proses,desain,dan implementasi anggaran keuangan publik.
Bab ini menganalisis beberapa isu dalam manajemen keuangan publik dengan
mengambil titik masuk pada rencana anggaran pendapatan dan belanja
negara(RAPBN)2001.Persoalan keadilan ekonomi menjadi amat dominan ketika
ritual seluruh rangkaian proses penganggaran,alokasi anggaran dalam pembahasan
tingkat legislasi,komitmen implementasi atau pelaksanaan anggaran tidak
memberikan arah perubahan besar bagi terciptanya suatu nuansa keadilan dan
sebagai stimulasi pertumbuhan ekonomi.

Defisit anggaran sebesar Rp52,529 triliun tidak dapat terelakkan karena RAPBN
2001 yang sangat ekspansif tersebut.Pemerintah merencanakan pembiayaan defisit
itu dari sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp33,5 triliun(dari semula Rp32
triliun)atau 61,4 persen dari total defisit,dan pinjaman luar negeri sebesar Rp19,029
triliun(menurun dari rencana semula Rp20,1 triliun)atau 38,5 persen dari total
defisit.
Semangat yang terkandung dalam RAPBN 2001,yang konon dimaksudkan untuk
menciptakan kesinambungan fiskal,yang sekaligus untuk memberikan
stimulus,sebatas kemampuan keuangan negara terhadap kegiatan perekonomian.Di
sinilah pemerintah berada dalam kebimbangan yang serius apakah harus ekspansif
atau terpaksa harus konservatif untuk menggapai kesinambungan fiskal(fiscal
sutainability) yang dapat saja menjadi jebakan.
Rupanya,kebimbangan yang terjadi pada perumusan kebijakan fiskal atau
APBN 2000 terulang kembali pada Kabinet Gus Dur jilid II,khususnya tim ekonomi
dibawah koordinasi Menko perekonomian Rizal Ramli.
Disamping itu,para anggota DPR yang baru terpilih saat itu dengan semangat
nasionalisme yang cukup tinggi berusaha menggali potensi-potensi dalam negeri
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dan mengurangi utang luar negeri
atau ketergantungan terhadap pembiayaan asing.Menteri keuangan Bambang
Sudibyo pada waktu itu sempat mengalami kesulitan karena potensi penerimaan
pajak dalam negeri tidak akan besar apabila roda-roda perekonomian dan
pergerakan dunia usaha masih begitu lamban.
Bagian IV Interaksi Negara dan Pasar dalam Kebijakan
Konsep corporate farming suatu strategi pembanguana pertanian yang
digulirkan pada masa Menteri Pertanian Mohamad PRAKOSA benar-benar mencapai
antiklimaks. Setelah memperoleh kritik tahan dan tangggapannegatif pada masa
pembahasan uji coba,konsep corporate farming (CF) akhirnya sama sekali
ditinggalkan oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih.CF yang dimaksudkan sebagai
grand strategy untuk memadukan program ketahananan pangan dan pengembangan
agribisnis dalam skema konsolidasi pengusahaan lahan tersebut sama sekali tidak
sesederhana yang diduga.
Asumsi Fragil
Asumsi bahwa petani skala kecil dengan lahan sempit tidak efiisen jelas masih
sangat fragil,walaupun tidak disangkal hal itu sebagian bagian inti dari suatu insiden
kemiskinan struktural yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya
petani.Oleh karena itu,para pengkritik strategi CF sanagat leluasa berargumen bahwa
basis teoritis dan empiris justru menunjukkan hubungan terbalik antara luas lahan
dari tingkat efisiensi.
Basis Teori Kemitraan
Hampir sama dengan pola PIR yang dibangun dengan basis teori kemitraan pola
pertanian modern dan tradisional dalam kerangka dual economies,corporate farming
juga menekankan kerja sama,atau kemitraaan saling menguntungkan
antarpetanikecil sehamparan secara kolektif,namun dengan sentuhan manajemen
modern oleh semacam suatu badan eksekutif yang memiliki skilss dan visi lebih maju.
Format Pertanian ke Depan
Apapun yang telah dilakukan oleh pemerintah terlebih dahulu untuk mencoba
menggembangkan strategi coorporate farming sebenarnya perlu dihargai karena hal
itu telah menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit.Namun strategi CF yang
terlau mengedepankan dan beriorientasi peningkatan produksiitu bukannya tanpa
resiko.Ke depan,strategi pembangunan harus lebih banyak berbasis pada permintaan
pasar (demand-driven atay market driven)
KEBIJAKAN PANGAN DI PERSIMPANGAN JALAN
Bab ini memberikan analisis terhadap perjalan kebijakan pangan di
iindonesia,serta dampak yang ditimbulkannnya karena paragmatisme strategi dan
format kebijakan yang ditempuh.Hal analisis ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai basis untuk merumuskan kebijakan pangan ke depan,yang lebih beiorientasi
untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
DILEMA INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI BERBASIS PERKEBUNAN
Jebakan Konglomerasi dan Permasalahan Struktural
Sebagaimana diketahui,pada masa lalu industri hilir perkebunan dibangun
dengan fondasi ekonomi pasar bersifat semu,strategi dan fokus pengembangan hanya
didukung oleh proses konglomerasi,ekspansi usaha hanya berdasar visi perluasan
pangsa pasar semata-bukan berdasar profitabilitas usaha-sehingga integrasi industri
hilir dan sektor primier di hulu hanya berdasarkan integrasi vertiksl kepemilikan aset
produktif yang mengarah pada keterpusatan kekuataan ekonomi dan kekuasaan.
Kinerja Industri Primer Perkebunan
Sebagaimana disebutkan sebelumnya,industri primer perkebunan juga tidak
mengalami kineja yang dapat dibanggakan,kareba permasalahan klasik yang
berhubungan dengan strukur dan perilaku indutri secara keseluruhan.Beberapa
studi bahkan mensinyalir bahwa pola ekonomi dualistik industri primer perkebunan
yang dioperasionalkan di Indonesia melalui pola intiplasma juga berkontribusi pada
kinerja industri primer perkebunan secara umum.Strategi yang dibangun denngan
karakter dikotomis modern versus tradisional sebenarnya kurang dapat
diaplikasikan dengan baik,bahkan sangat merugikan sektor pertanian atau
perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional
BURSA BERJANGKA KOMODITI PELUANG ATAU PETAKA?
Sebagaimana diketahui,salah satu konstributor serius pada krisis ekonomi dan
resesi besar indonesia dalam dua tahun terakhir adalah besarnya utang swasta
kepada pihak luar negri.Keadaan itu diperparah oleh ketidakmampuan,atau tepatnya
tidak adanya mekanisme pengelolaan resiko terhadap uang asing serta perubahan
terhadap suku bungga perbankab.Untuk menghadapi ketidakpstiaan,instrumen
derivatif sebenarnya dapat dijadikan salaha satu alternatif penanggulangan dan
diharpkan mampu menopang kestabilkan perekonomian.
Disinilah bursa berjangka komoditi(commodity future trading) dilihat sebgai
salah satu dari sekian banyak aransemen industri untuk organisasi instrumen
derivatif diharapkan dapat memberikan fasilitas lindung nilai (headging).Apabila
bursa berjangka yang ada akan didirikan di Indonesia masih tidak mampu secara
efektif melakukan lindung nilai terhadap nilai komoditi dan nilai tukar masih akan
terus berulang dimasa mendatang,ancaman krisis ekonomi dan resesi yang lebih
besar kemungkinan masih dapat terulang.
PEMBENAHAN ARANSEMEN KELEMBANGAAN
Hasil analisis,pendalaman,pembahasan buku ini menunjukkan bahwa berabgai
permasalahan krusial ekonomi politik dan kebijakan publik berpangkal pada
buruknya aransemen institusi,serta tidak tegaknya aturan main regulasi pemerataan
dan mekanisme pasar sebagai syarat utamma kebekerjaan sistem ekonomi politik.
Agenda Pembenahan Aransemen Kelembagaan ke Depan
Pertama,tidak ada alternatif lain kecuali segera merumuskan strategi besar
(grand strategy) atau cetak biru (blue print) perbaikan aransemen industri yang
menuju pemulihan serta rekonsilasi kebijakan ekonomi yang lebih beradab dan
berkeadilan sesuai amanat GBHN 1999-2004 Propenas yang diusulkan oleh Bdan
Perencanaa Pembangunan Nasional berdasarkan sektoral dan daerah,plus tentu saja
termasuk dana anggaran yang diperlukan
Kedua,segera menggembangkan sistem pendukung (Supporting systems) untuk
menopang seluruh rangkaian kebijakan pemulihan ekonomi tersebut,terutama hal-
hal yang berhubungan dengan sarana atau infrastrukur pasar,informasi
pasar,kapasitas atau ketersediaan sistem transportasi,kredit investasi sampai kredit
modal kerja bersubsidi-yang ternyata tidak efektif pada masa pemerintahan transisi
yang lalu.
Terakhir, setelah aranseman institusi itu diperbaiki dan
disempurnakan,pemerintah berkewajiban untuk menegakan aransemen institusi
yang dengan susah payah dirumuskan tersebut

You might also like