Professional Documents
Culture Documents
Defisit anggaran sebesar Rp52,529 triliun tidak dapat terelakkan karena RAPBN
2001 yang sangat ekspansif tersebut.Pemerintah merencanakan pembiayaan defisit
itu dari sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp33,5 triliun(dari semula Rp32
triliun)atau 61,4 persen dari total defisit,dan pinjaman luar negeri sebesar Rp19,029
triliun(menurun dari rencana semula Rp20,1 triliun)atau 38,5 persen dari total
defisit.
Semangat yang terkandung dalam RAPBN 2001,yang konon dimaksudkan untuk
menciptakan kesinambungan fiskal,yang sekaligus untuk memberikan
stimulus,sebatas kemampuan keuangan negara terhadap kegiatan perekonomian.Di
sinilah pemerintah berada dalam kebimbangan yang serius apakah harus ekspansif
atau terpaksa harus konservatif untuk menggapai kesinambungan fiskal(fiscal
sutainability) yang dapat saja menjadi jebakan.
Rupanya,kebimbangan yang terjadi pada perumusan kebijakan fiskal atau
APBN 2000 terulang kembali pada Kabinet Gus Dur jilid II,khususnya tim ekonomi
dibawah koordinasi Menko perekonomian Rizal Ramli.
Disamping itu,para anggota DPR yang baru terpilih saat itu dengan semangat
nasionalisme yang cukup tinggi berusaha menggali potensi-potensi dalam negeri
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dan mengurangi utang luar negeri
atau ketergantungan terhadap pembiayaan asing.Menteri keuangan Bambang
Sudibyo pada waktu itu sempat mengalami kesulitan karena potensi penerimaan
pajak dalam negeri tidak akan besar apabila roda-roda perekonomian dan
pergerakan dunia usaha masih begitu lamban.
Bagian IV Interaksi Negara dan Pasar dalam Kebijakan
Konsep corporate farming suatu strategi pembanguana pertanian yang
digulirkan pada masa Menteri Pertanian Mohamad PRAKOSA benar-benar mencapai
antiklimaks. Setelah memperoleh kritik tahan dan tangggapannegatif pada masa
pembahasan uji coba,konsep corporate farming (CF) akhirnya sama sekali
ditinggalkan oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih.CF yang dimaksudkan sebagai
grand strategy untuk memadukan program ketahananan pangan dan pengembangan
agribisnis dalam skema konsolidasi pengusahaan lahan tersebut sama sekali tidak
sesederhana yang diduga.
Asumsi Fragil
Asumsi bahwa petani skala kecil dengan lahan sempit tidak efiisen jelas masih
sangat fragil,walaupun tidak disangkal hal itu sebagian bagian inti dari suatu insiden
kemiskinan struktural yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya
petani.Oleh karena itu,para pengkritik strategi CF sanagat leluasa berargumen bahwa
basis teoritis dan empiris justru menunjukkan hubungan terbalik antara luas lahan
dari tingkat efisiensi.
Basis Teori Kemitraan
Hampir sama dengan pola PIR yang dibangun dengan basis teori kemitraan pola
pertanian modern dan tradisional dalam kerangka dual economies,corporate farming
juga menekankan kerja sama,atau kemitraaan saling menguntungkan
antarpetanikecil sehamparan secara kolektif,namun dengan sentuhan manajemen
modern oleh semacam suatu badan eksekutif yang memiliki skilss dan visi lebih maju.
Format Pertanian ke Depan
Apapun yang telah dilakukan oleh pemerintah terlebih dahulu untuk mencoba
menggembangkan strategi coorporate farming sebenarnya perlu dihargai karena hal
itu telah menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit.Namun strategi CF yang
terlau mengedepankan dan beriorientasi peningkatan produksiitu bukannya tanpa
resiko.Ke depan,strategi pembangunan harus lebih banyak berbasis pada permintaan
pasar (demand-driven atay market driven)
KEBIJAKAN PANGAN DI PERSIMPANGAN JALAN
Bab ini memberikan analisis terhadap perjalan kebijakan pangan di
iindonesia,serta dampak yang ditimbulkannnya karena paragmatisme strategi dan
format kebijakan yang ditempuh.Hal analisis ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai basis untuk merumuskan kebijakan pangan ke depan,yang lebih beiorientasi
untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
DILEMA INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI BERBASIS PERKEBUNAN
Jebakan Konglomerasi dan Permasalahan Struktural
Sebagaimana diketahui,pada masa lalu industri hilir perkebunan dibangun
dengan fondasi ekonomi pasar bersifat semu,strategi dan fokus pengembangan hanya
didukung oleh proses konglomerasi,ekspansi usaha hanya berdasar visi perluasan
pangsa pasar semata-bukan berdasar profitabilitas usaha-sehingga integrasi industri
hilir dan sektor primier di hulu hanya berdasarkan integrasi vertiksl kepemilikan aset
produktif yang mengarah pada keterpusatan kekuataan ekonomi dan kekuasaan.
Kinerja Industri Primer Perkebunan
Sebagaimana disebutkan sebelumnya,industri primer perkebunan juga tidak
mengalami kineja yang dapat dibanggakan,kareba permasalahan klasik yang
berhubungan dengan strukur dan perilaku indutri secara keseluruhan.Beberapa
studi bahkan mensinyalir bahwa pola ekonomi dualistik industri primer perkebunan
yang dioperasionalkan di Indonesia melalui pola intiplasma juga berkontribusi pada
kinerja industri primer perkebunan secara umum.Strategi yang dibangun denngan
karakter dikotomis modern versus tradisional sebenarnya kurang dapat
diaplikasikan dengan baik,bahkan sangat merugikan sektor pertanian atau
perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional
BURSA BERJANGKA KOMODITI PELUANG ATAU PETAKA?
Sebagaimana diketahui,salah satu konstributor serius pada krisis ekonomi dan
resesi besar indonesia dalam dua tahun terakhir adalah besarnya utang swasta
kepada pihak luar negri.Keadaan itu diperparah oleh ketidakmampuan,atau tepatnya
tidak adanya mekanisme pengelolaan resiko terhadap uang asing serta perubahan
terhadap suku bungga perbankab.Untuk menghadapi ketidakpstiaan,instrumen
derivatif sebenarnya dapat dijadikan salaha satu alternatif penanggulangan dan
diharpkan mampu menopang kestabilkan perekonomian.
Disinilah bursa berjangka komoditi(commodity future trading) dilihat sebgai
salah satu dari sekian banyak aransemen industri untuk organisasi instrumen
derivatif diharapkan dapat memberikan fasilitas lindung nilai (headging).Apabila
bursa berjangka yang ada akan didirikan di Indonesia masih tidak mampu secara
efektif melakukan lindung nilai terhadap nilai komoditi dan nilai tukar masih akan
terus berulang dimasa mendatang,ancaman krisis ekonomi dan resesi yang lebih
besar kemungkinan masih dapat terulang.
PEMBENAHAN ARANSEMEN KELEMBANGAAN
Hasil analisis,pendalaman,pembahasan buku ini menunjukkan bahwa berabgai
permasalahan krusial ekonomi politik dan kebijakan publik berpangkal pada
buruknya aransemen institusi,serta tidak tegaknya aturan main regulasi pemerataan
dan mekanisme pasar sebagai syarat utamma kebekerjaan sistem ekonomi politik.
Agenda Pembenahan Aransemen Kelembagaan ke Depan
Pertama,tidak ada alternatif lain kecuali segera merumuskan strategi besar
(grand strategy) atau cetak biru (blue print) perbaikan aransemen industri yang
menuju pemulihan serta rekonsilasi kebijakan ekonomi yang lebih beradab dan
berkeadilan sesuai amanat GBHN 1999-2004 Propenas yang diusulkan oleh Bdan
Perencanaa Pembangunan Nasional berdasarkan sektoral dan daerah,plus tentu saja
termasuk dana anggaran yang diperlukan
Kedua,segera menggembangkan sistem pendukung (Supporting systems) untuk
menopang seluruh rangkaian kebijakan pemulihan ekonomi tersebut,terutama hal-
hal yang berhubungan dengan sarana atau infrastrukur pasar,informasi
pasar,kapasitas atau ketersediaan sistem transportasi,kredit investasi sampai kredit
modal kerja bersubsidi-yang ternyata tidak efektif pada masa pemerintahan transisi
yang lalu.
Terakhir, setelah aranseman institusi itu diperbaiki dan
disempurnakan,pemerintah berkewajiban untuk menegakan aransemen institusi
yang dengan susah payah dirumuskan tersebut