You are on page 1of 4

Sebuah Proses Pengambilan Keputusan untuk Etika

Hal yang dapat dilakukan saat Anda ingin menyelesaikan contoh kasus diatas atau bahkan
mengalaminya sendiri adalah mengingat kembali tentang ethical decision making process, atau
bisa disebut proses pengambilan keputusan yang etis. Pertama, mungkin Anda bertanya-tanya
mengapa iPod tersebut bisa berada di lantai. Apakah benar benar hilang? Atau mungkin sengaja
dibuang oleh pemilik sebelumnya. Bukankah fakta tersebut akan membuat sebuah perbedaan
besar dalam penilaian etis yang akan Anda ambil? Atau misalnya orang yang menemukan iPod
tersebut melihatnya terjatuh dari tas seseorang. Bukanlah hal itu akan membuat sebuah
perbedaan dalam penilaian Anda terhadap orang itu?
Keputusan pertama yang harus diambil adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut.
Memberikan upaya yang cukup untuk memahami situasi tersebut, membedakan fakta yang
sebenarnya dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting.Perbedaan persepsi atau bisa
disebut perceptual differences adalah bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi
dapat menjelaskan perdebatan etis. Mengetahui fakta-fakta dan meninjau secara cermat
keadaannya akan memberikan kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat pada tahap
awal.
Sehubungan dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran bagi ilmu
pengetahuan dan alasan teoretis dalam setiap studi mengenai etika. Sebuah penilaian etis yang
dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah
penentuan etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang tidak dibuat berdasarkan fakta
sebenarnya. Seorang yang bertindak sesuai dengan fakta yang ada dan pertimbangan yang
cermat telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab mensyaratkan
kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai keputusan atau
permasalahan etis. Seseorang dapat dengan mudah tersesat karena gagal mengenali adanya
komponen etis dalam sebagian keputusan. Mengindentifikasikan isu-isu etis yang terlibat
merupakan langkah selanjutnya dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Kita perlu menyadari bahwa keputusan etis dan keputusan “ekonomi” atau “bisnis” tidaklah
terpisah satu sama lain. Hanya karena sebuah keputusan diambil berdasarkan pertimbangan
ekonomis tidak berarti bahwa hal itu tidak mempertimbangkan pertimbangan etis. Sensitifitas
terhadap isu etis sangatlah penting sebagai karakteristik orang-orang yang bertanggung jawab
secara etis. Selain sensitivitas, diperlukan juga pengetahuan tentang dampak dari keputusan yang
kita buat terhadap kesejahteraan orang-orang yang terlibat. Sebuah keputusan dapat dikatakan
sebagai keputusan etis jika dapat mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, harga diri, intergritas,
kebebasan, serta rasa hormat dari orang-orang yang terlibat dengan keputusan tersebut.
Dalam konteks bisnis, sangatlah mudah untuk sangat terfokus dalam aspek finansial dari
keputusan sehingga aspek etis sering kali luput dari pengamatan. Beberapa penulis menyebut
ketidak mampuan seseorang dalam mengenali isu-isu etis ini sebagai Miopi normatif atau bisa
disebut normative myopia yang berarti penglihatan sempit terhadap nilai-nilai atau norma-norma
yang ada.
Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen vitalnya.
Kita diminta untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh
sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemegang kepentingan
(stakeholders). Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain membantu
kita dalam membuat keputusan yang lebih masuk akal dan bertanggungjawab. Salah satu bentuk
latihan untuk memikirkan dampak dari sebuah keputusan terhadap orang lain adalah dengan
mengubah peran seseorang. Alih-alih menjadi orang yang menemukan iPod itu, apa pendapat
Anda terhadap kasus ini jika Anda dalam posisi orang yang kehilangan barang itu? Bagaimana
hal itu memengaruhi pemikiran Anda? Bagaimana pertimbangan Anda jika Anda adalah teman
yang dimintai saran? Sebuah tradisi lama dalam etika filosofis menyatakan bahwa menguji
legitimasi etis adalah dengan melihat apakah sebuah keputusan diterima dari sudut pandang
semua pihak yang terlibat. Jika dari setiap sudut pandang pihak yang terlibat sebuah keputusan
dianggap sah maka keputusan tersebut merupakan keputusan yang adil, independen, dan etis.
Kenyataan bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan kepentingan berbagai pemegang
kepentingan membantu kita memahami tantangan utama dalam pengambilan keputusan yang
etis. Fakta bahwa terdapat banyak pandangan dan kepentingan yang dipertaruhkan disini berarti
bahwa keputusan etis sering kali menjadi dilematis. Mengambil keputusan untuk keuntungan
salah satu pihak sering kali berarti bahwa merugikan pihak yang lainnya. Setelah meninjau fakta-
fakta, mengamati isu-isu etis yang terlibat, dan mengidentifikasi para pemegang kepentingan,
kita perlu mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Kreativitas dalam
mengidentifikasi pilihan-pilihan – yang disebut dengan imajinasi moral – adalah satu elemen
yang membedakan antar orang baik yang mengambil keputusan etis dengan orang baik yang
tidak melakukan hal tersebut. Penting untuk tidak hanya mempertimbangkan pilihan-pilihan
dengan dilema tertentu, tetapi juga pilihan-pilihan yang hampir tidak terpikirkan yang mungkin
tidak terlalu jelas terlihat saat pertama. Pada kasus menemukan iPod mungkin memutuskan
untuk menyimpannya karena dia berpendapat bahwa kesempatan menemukan pemilik
sebenarnya sangat kecil dan jika dia tidak menyimpannya, orang berikut yang akan
menemukannya pasti akan menyimpan iPod itu. Orang lain mampu menemukan beberapa
alternatif. Sebagai contoh, ia dapat datang lebih awal pada kelas dan melihat siapa yang duduk di
kursi itu atau ia dapat dapat mencari tau siapa yang mengajar pada kelas sebelumnya dan
meminta tolong pengajar untuk mengidentifikasi siapa pemilik iPod itu.
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif – mengevaluasi dampak tiap alternatif yang telah Anda
pikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah Anda identifikasi. Mungkin
cara yang paling mudah adalah dengan mencoba menempatkan seseorang dalam posisi orang
lain, memahami sebuah situasi dari sudut pandang orang lain. Sebuah elemen penting dalam
evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi, meminimalisasi, atau mengganti
konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat. Dalam kasus iPod mahasiswa tersebut
digambarkan memperhatikan keadaan sekelilingnya untuk mengecek apakah ada orang lain yang
sadar akan temuannya itu. Apakah perilaku Anda akan berubah jika ada orang lain yang
melihatnya? Maksud dari latihan ini adalah untuk menyadari bahwa keputusan yang penuh
dengan tanggung jawab harus dapat dijelaskan dan dapat dibenarkan kepada seluruh pihak yang
terlibat. Konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran bukanlah satu-satunya cara
dalam membandingkan alternatif. Beberapa alternatif mungkin mempertimbangkan hal-hal yang
menyangkut hak, kewajiban, dan prinsip yang mengesampingkan konsekuensi. Salah satu faktor
tambahan dalam membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan
adanya pertimbangan akan dampak dari sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter kita
sendiri. Memahami karakter kita dan nilai-nilai yang kita anut seharusnya dapat membantu
dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang bertanggung jawab akan bertanya “kebiasaan
macam apa yang akan saya bentuk ketika mengambil keputusan ini dibanding mengambil
keputusan lainnya?”, “tipe budaya perusahaan seperti apa yang ingin saya bentuk?” pertanyaan
semacam inilah yang diajukan dari dalam benak pemimpin bisnis yang etis. Orang yang jujur
bahkan mungkin tidak akan berpikir untuk menyimpan iPod tersebut.
Setelah Anda menyelidiki semua variabel diatas, sekarang waktunya untuk membuat sebuah
keputusan. Bagaimanapun juga, proses ini belum lengkap. Agar pengambilan keputusan kita
dapat dipertanggungjawabkan, kita tidak dapat dengan sengaja mengakhiri proses ini, hanya
dengan mengangkat tangan ketika sebuah keputusan sudah diambil. Namun, sebagai manusia
kita memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan tersebut membentuk
sebuah tanggungjawab untuk kemudian mengevaluasi implikasi dari keputusan yang diambil,
memantau dan belajar dari hasil, dan memodifikasi tindakan kita berdasar pengalaman tersebut
ketika dihadapkan dengan tantangan serupa di masa depan.

Ketika Pengambilan Keputusan yang Etis Tidak Berjalan Baik : Mengapa Orang “Baik”
Melakukan Tindakan yang “Buruk”?
Orang-orang yang berniat baik gagal mengambil keputusan yang bersifat etis. Apakah faktor-
faktor yang menentukan perusahaan atau individu mana yang melakukan perbuatan etis atau
tidak? Mengapa orang-orang yang kita anggap “baik” melakukan perbuatan “buruk”? hal ini
tidak berarti bahwa keputusan atau tindakan tidak etis ini dapat dimaafkan, akan tetapi individu
yang berperilaku tidak etis mungkin memiliki berbagai alasan atas tindakan tersebut. Pada
akhirnya, banyak batu sandungan dalam pengambilan keputusan dan perilaku yang bertanggung
jawab.
Beberapa batu sandungan terhadap tindakan yang bertanggung jawab bersifat kognitif atau
intelektual. Sebagaimana model pengambilan keputusan etis yang telah dijelaskan sebelumnya,
jenis ketidaktahuan tertentu dapat mengakibatkan keputusan yang tidak etis. Terkadang
ketidaktahuan tersebut telah ditetapkan dan disengaja. Setelah Anda menemukan iPod, mungkin
Anda akan berpikir bahwa tidak ada yang akan tahu, tidak ada yang akan dirugikan, dan pemilik
yang sangat ceroboh itu layak untuk kehilangan iPodnya. Mungkin Anda akan berusaha
memberikan alasan pada diri sendiri bahwa Anda hanya melakukan apa yang orang lain akan
lakukan dalam kondisi seperti ini. Bahkan mungkin Anda akan memilih untuk tidak
memikirkannya dan mencoba membuang rasa bersalah dari pikiran Anda.
Rintangan kognitif lainnya adalah bahwa terkadang kita hanya mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan sebuah situasi yang memiliki dua alternatif
pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya mempertimbangkan dua jalan keluar yang jelas,
melupakan kenyataan kemungkinan adanya alternatif lain. Setelah menemukan sebuah iPod yang
hilang, mungkin Anda menyimpulkan bahwa jika Anda tidak mengambilnya, orang lain akan
melakukannya. Karena pemilik yang asli akan tetap kehilangan iPod itu dalam kedua alternatif
pemecahan kasus ini, maka akan lebih baik jika Anda mengambil manfaat dari kerugiannya
daripada orang lain yang mendapatkannya. Pengambilan keputusan yang bertangung jawab
mengharuskan kita untuk mendisiplinkan diri dalam menyelidiki metode tambahan dari
pemecahan masalah.
Batu sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan dengan
motivasi dan keinginan yang kuat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh John Grisham dalam
bukunya, Rainmaker, “Setiap pengacara, paling tidak sekali dalam setiap kasus, pernah melewati
garis batas yang sebenarnya tidak ingin dilewatinya. Itu terjadi begitu saja.” Terkadang lebih
mudah untuk melakukan hal yang salah.
Sayangnya, kita tidak selalu dapat mempersiapkan batasan perilaku yang pantas sebelumnya,
dan walaupun kita membuatnya, batasan ini tidak terlalu jelas. Seperti yang dinyatakan oleh
Grisham, terkadang lebih mudah melakukan hal kecil yang melewati batas, dan selanjutnya akan
menjadi lebih mudah, dan seterusnya seperti itu. Suatu waktu, Anda akan menyadari diri Anda
sudah jauh melewati batas etis lebih dari yang pernah Anda pikirkan.
Terkadang orang-orang juga mengambil keputusan yang belakangan mereka sesali karena
mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya. Tidak selalu mudah membuat
keputusan yang benar ; mungkin Anda akan kehilangan penghasilan, pekerjaan, atau komponen
berharga lain dalam kehidupan Anda.

Pengambilan Keputusan yang Etis dalam Peran Manajerial


Pada beberapa pokok pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa pengambilan
keputusan seseorang dapat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial di mana keputusan itu diambil.
Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan
penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadang konteks organisasi mempersulit kita untuk
bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit
orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat
mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim
eksekutif.
Model pengambilan keputusan yang telah dijelaskan pada bab ini dikembangkan dari sudut
pandang seseorang yang menemukan dirinya pada situasi tertentu. Dalam situasi bisnis, para
individu harus mempertimbangkan implikasi etis dari pengambilan keputusan pribadi dan
profesional (personal and professional decision making). Dalam konteks bisnis, para individu
mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer,
eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks
organisasi di mana semua karyawan mengambil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki
sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis
dan menekan perilaku tidak etis.

You might also like