You are on page 1of 23

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI SYSTEM ENDOKRIN

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

System endokrin adalah suatu system yang bekerja dengan perantaraan zat-zat
kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke
dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus
(saluran). Hasil sekresinya disebut hormon, dan ekresi hormonnya ke cairan intrasel
(tidak langsung ke pembuluh darah). Hormone ini masuk ke dalam darah dan dibawa
oleh system peredaran darah ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin terdiri dari
kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan system saraf, mempunyai peranan
penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh. Meskipun darah menyebarkan
hormone ke seluruh tubuh namun hanya sel sasaran tertentu yang dapat berespon
terhadap masing-masing hormone, karena hanya sel sasaran yang memiliki reseptor
untuk mengikat hormone tertentu. Jadi setelah dikeluarkan, hormone mengalir dalam
darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini mengatur atau mengarahkan
fungsi tertentu. Kelenjar endokrin yang terdapat didalam tubuh adalah sebagai berikut :
 Kelenjar yang seluruhnya kelenjar endokrin
 Hypophysis (Glandula pituitaria)
 Glandula thyreoidea
 Glandula parathyreoidea
 Thymus
 Glandula pinealis
 Glandula suprarenalis
 Organ- organ yang dilengkapi dengam kumpulan sel-sel endokrin. Selain
menjalankan tugas tertentu organ ini juga mengeluarkan hormone dari bagian
endokrinnya. Organ yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :
 Pulau-pulau Langerhans di dalam pancreas
 Organ reproduksi atau gonad :
 Ovarium pada perempuan
 Testis pada laki-laki
 Gaster dari intest

HYPOPHYSIS

Kelejar hipofisis atau pituitary adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di
dasar tengkorak (sela tursika) fossa os sfenoid. Besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan
beratnya sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresi
hormone dari semua organ endokrin (sebagai pengatur), kegiatan hormone yang lain, dan
mempengaruhi pekerjaan kelenjar yang lain. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus
oleh sebuah tangkai penghubung tipis.Fungsi hipofise dapat diatur oleh sususnan saraf
pusat melalui hypothalamus yang dilakukan oleh sejumlah hormone yang dihasilkan
hipotalamus.Hormone-hormon yang mengatur fungsi hipofise disebut hipophysiotropic
hormone dihasilkan ole sel-sel neorosekretori yang terdapat dalam hipotalamus.
Kelenjar hipofise mempunyai dua lobus, yaitu lobus anterior, dan lobus posterior.
1. Lobus anterior (adenohipofise), berasal dari kantong rathke ( dua tulang rawan ) yang
menempel pada jaringan otak lobus posterior , menghasilkan sejumlah hormone yang
bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
a. Hormon somatotropik ( growth hormone). Hormon pertumbuhan yang berfungsi
merangsang pertumbuhan tulang, jaringan lemak, dan visera penting pada
individu yang masih muda untuk pertumbuhan. Efek langsung ( efek anti-insulin)
memerlukan adanya kortisol untuk meningkatkan lipolysis dan glukosa darah.
Efek tidak langsung merangsang hati untuk membentuk somatomedin (
sekelompok peptida) untuk meningkatkan pertumbuhan tulang rawan dan
kerangka serta meningkatkan sintesis protein meningkatkan poliferasi sel.
Pengaturan sekresi GH dikendalikan oleh system saraf pusat. Stress, gerak badan,
suhu dingin, anesthesia, pembedahan, dan perdarahan akan meningkatkan sekresi.
b. Hormon tirotropik, thyroid stimulating hormone (TSH) mengendalikan kelenjar
tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. Sel-selnya besar dan berbentuk
polyhedral mengandung granula kecil yang berdiameter 50-100 nm. Fungsinya
menstimulasi pembesaran tiroid, menambah uptake yodium, dan menambah
sintesis tiroglobulin. Hormone-hormon dari kelenjar tiroid menyebabkan
menurunnya jumlah sel-sel tirotropik yang merupakan reseptor terhadap thyroid
releasing factor (TRF) menyebabkan menurunnya sekresi hormone TSH.
c. Hormon adrenokortikotropik ( ACTH) mengendalikan kelenjar suprarental dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal. Selnya
mengandung granul sekretori berdiameter 375-550 nm, merupakan yang terbesar
ditemukan dalam sel-sel hipofisis. Se l ini menyintesis hormone ACTH dan beta
lipoprotein, diproduksi dan disimpan dalam sel basophil hipofise anterior,
mempunyai efek terhadap supraren dan ekstraadrenal.
d. Hormon gonadotropin , menghasilkan :
- Follicle stimulating hormone (FSH) yang memiliki fungsi berbeda pada
wanita dan pria. Pada wanita, hormone ini merangsang pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur.
Hormone ini juga mendorong sekresi hormone estrogen dan ovarium. Pada
pria FSH diperlukan untuk produksi sperma.
- Luteinzing hormone (LH) juga berfungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada
wanita LH berperan dalam ovulasi dan luteinisasi (yaitu, pembentukan korpus
luteum penghasil hormone di ovarium setelah ovulasi). LH juga mengatur
sekresi hormone-hormon seks wanita, estrogen dan progesterone, oleh
ovarium. Pada pria hormone ini merangsang sel interstisium leydig di testis
untuk mengeluarkan hormone seks pria, testosterone, sehingga hormone ini
memiliki nama alternative interstitial cell-stimulating hormone (ICSH)
- Prolactin (PRL) meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu
pada wanita. Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan
bahwa hormone ini mungkin merangsang produksi reseptor LH di testis.
Selain itu, studi-studi terakhir mengisyaratkan bahwa prolactin mungkin
meningkatkan system imun dan menunjang pembentukan pembuluh darah
baru di tingkat jaringan pada kedua jenis kelamin – kedua efek ini sama sekali
tidak berkaitan dengan perannya dalam fisiologi reproduksi.
2. Lobus Posterior (neurohipofisis)
Lobus posterior hipofise terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai
neurohipofisis, berasal dari evaginasi atau penonjolan dasar ventrikel otak ketiga,
menghasilkan dua macam hormone :
- Vasopresin atau arginen vasopressin (APV), hormone anti-diuretik (ADH)
yang bekerja melalui reseptor-reseptor tubulus distal ginjal, menghemat air,
mengonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotic dari lumina-lumina ke
intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan demikian
ADH memelihara konstannya osmolaritas dan volume cairan dalam tubuh.
- Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
mengeluarkan janin selama persalinan, dan hormone ini juga merangsang
penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar mamaria (payudara) selama
menyusui. Sekresi oksitosin ditingkatkan oleh refleks-refleks yang terpicu
ketika bayi menghisap payudara. Selain kedua efek fisiologik utama tersebut,
oksitosin terbukti juga mempengaruhi berbagai perilaku, terutama perilaku
ibu. Sebagai contoh, hormon ini meningkatkan ikatan batin antara ibu dan
bayinya.

KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah
melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding
laring. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus (lobus dekstra dan lobus sinsitra ), saling
berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm.
kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin.Pembentukan hormone tiroid
bergantung pada jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh sumber utama
untuk memelihara keseimbangan yodium dalam makanan dan air minum.
Struktur mikroskopis kelenjar ini terdiri dari folikel seperti kelenjar asiner, berdinding
selapis sel, bila sedang aktif berbentuk kuboid yang tinggi.Bila sedang istirahat sel ini
pipih bagian tengah asiner terisi koloid senyawa tiroglobulin, tirosin dan hormone
tiroksin pada lenjar tiroid.Sekresi hormone tiroid memerlukan bantuan TSH untuk
endositosiskoloid oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan
hormone T3 (triiodothyronine) dan T4 (tetraidothyronine) dari trigobulin dan
melepaskan T3 dan T4 ke peredaran darah.
Distribusi dalam plasma terikat pada protein plasma proteinbound iodine (PBI),
sebagian besar PBI T4, sebagian kecil PBI T3 terikat pada protein jaringan yang
bebas dalam keadaan keseimbangan. Reaksi yang diperlukan untuk sintesis dan
sekresi hormone tiroid :
1. Transport yodium dari plasma ke dalam tiroid dan lumen dari folikel- folikel,
proses ini dibantu oleh thyrotrop stimulating hormone (TSH).
2. Dalam kelenjar yodium tiroid dioksidasi sehingga menjadi yodium yang aktif dan
dibantu oleh TSH.
3. Idiotirosin mengalami perubahan kondensasi oksidatif dengan bantuan
peroksidase. Reaksi ini terjadi dalam molekul triglobulin membentuk idiotironin
di antaranya T4 (tetraiodotironin) dan T3 (triidotironin) yang terikat pada tirosin,
dalam kelenjar tirod dalam bentuk tirosin.
4. Tahap terakhir, pelepasan iodotironin bebas ke dalam darah. Setelah triglobulin
dipecah melalui hidrolisis, T4 dan T3 dalam kelenjar tiroid dapat lepas dalam
darah.

Efek T3 dan T4 :
1. Kalorigenik :
a. Meningkatkan konsumsi oksigem di semua jaringan kecuali pada orang
dewasa (otak, limpa, hipofisis, anterior, testes, uterus, dan kelenjar limfe)
b. Bergantung pada banyak katekolamin
c. Merangsang metabolism zat dalam sel glikogenolisis dalam sel hati
katabolisme protein dan lemak pada tulang dan otot.
d. Meningkatkan produksi panas.
2. Pertumbuhan dan perkembangan :
a. Merangsang sekresi growth hormone (GH)
b. Memperkuat efek GH
c. Mempengaruhi sel-sel saraf, perkembangan mental pada anak balita dan
janin.
Sel-sel dari folikel tiroid menyebabkan yodium dalam bentuk yodida
yang diserap dari pembuluh kapiler terdapat di sekeliling setiap folikel.Yodida
yang diserap akan bergabung dengan protein membentuk tiroglobulin yang
akan disekresi ke dalam lumen dari setiap folikel dan membentuk koloid.
Tirogobulin diuraikan oleh enzim proteolitis menjadi tiroksin, merupakan
salah satu hormone dari kelenjar tiroid. Di dalam pembuluh darah tiroksim
akan berkaitan dengan molekul protein

a. Fungsi Hormon Tiroid :


1. Mempengaruhi pertumbuhan dan maturasi (pematangan) jaringan
tubuh, penggunaan energy total.
2. Mengatur kecepatan metabolism tubuh dan memengaruhi beberapa
reaksi metabolic dalam tubuh.
3. Menambah sintesis asam ribonukleus (RNA) dan protein, suatu
aksi yang mendahului meningginya basal metbolisme.
4. Dalam konsentrasi tinggi, balans nitrogen negative dan sintesis
protein berkurang.
5. Menambah produksi panas dan menyimoan energy pada
konsentrasi hormone tiroid yang tinggi.
6. Absropsi intestinal glukosa bertambah lancer oleh hormone tiroid,
memungkinkan factor toleransi glukosa yang abnormal sering,
ditemukan pada hipertiroidsme.

b. Fungsi Tiroksin :
1. Tiroksin mempengaruhi proses okdidasi dalam tubuh sehingga
memengaruhi metabolism didalam tubuh.
2. Tiroksin berperan penting dalam pertumbuhan pada masa
kanak-kanak dan perkembangan mental
3. Koloid yang terdapat dalam gelembung tiroid menjadi tempat
penyimpanan yodium untuk pertumbuhan.
4. Tiroksin mempengaruhi stimulais system saraf.
5. Tiroksin memelihara kesehatan kulit dan rambut

Produksi yang berlebihan


Produksi yang berlebihan (pada orang dewasa) mengakibatkan
penyakit tiroroksikosis, peyakit ini juga dikenal dengan nama
penyakit grave. Gejala penyakit tiroksikosis antara lain :
1. Nilai metabolisme basal tinggi
2. Suhu tubuh meningkatkan dan produksi keringat bertambah
3. Jumlah denyut nadi meningkat
4. Timbul rasa terharu, gugup, atau ketakutan
5. Bola mata menonjol (eksoftalmus)
6. Napsu makan biasanya baik, tetapi penderita menjadi lebih
kurus.

Produksi yang Kurang

1. Pada orang dewasa


Mengakibatkan penyakit miksedema dengan gejala-gejala:
badan gemuk walaupun nafsu makan jauh berkurang; kulit
menjadi kasar dan seolah-olah bengkak atau sembab ;
kehilangan kecerdasan otak; nilai metabolism basal
menjadi rendah.
2. Pada anak-anak
Menimbulkan kretinisme.Anak-anak yang menderita
kretinisme kurang akal dan bodoh seta pertumbuhan
terhambat.

KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar
tiroid.Terdapat dua pasang (4 buah) terletak di belkaang tiap lobus dari kelenjar
tiroid, dua sebelah kiri dan dua sebelah kanan.Besarnya setiap kelenjar kira-kira
5x5x3 mm dengan berat antara 25-30 mg berat keseluruhan lebih kurang 120 mg.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone paratiroksin yaitu suatu peptida, terdiri
dari 84 asam amino. Dalam melaksanakan kerjanya kelenjar tiroid diatur dan diawasi
secara langsung oleh kelenjar hipofise. Produksi hormone paratiroid akan meningkat
apabila kadar kalsium di dalam plasma menurun dalam keadaan fisiologis normal.
Kadar kalsium dalam plasma berada dalam pengawasan homeostatic dalam batas
yang sangat sempit.Pengawasan ini dipengaruhi oleh perubahan diet setiap hari dan
pertukaran mineral antara tulang dengan darah.
Mineral lain selain kalsium yang mempengaruhi fungsi kelenjar paratiroid
adalah magnesium di dalam darah atau sebaliknya.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Memelihara konsentrasi ion kalsium plasma dalam batas yang sempit
meskipun terdapat variasi-variasi yang luas
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfor oleh ginjal, mempunyai efek
terhadap reabsorbsi tubuler dari kalsium dan sekresi fosfor
3. Mempercepat absorpsi kalsium di intestinum.
4. Jika pemasukan kalsium berkurang, hormone paratiroid menstimulasi
resorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah.
5. Dapat menstimulasi transpor kalsium dan fosfat melalui membrane dari
mitokondria

Fungsi Ion Kalsium :

1. Penting dalam cairan intrasel dan ekstrasel\


2. Komponen utama dalam tulang
3. Penting dalam pembekuan darah dan kegiatan berbagai system enzim
4. Penglepasan kalsiu (Ca) intrasel untuk mengaktifkan sel ( proses sekresi
dan kontraksi otot)
5. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan kecil pada konsentrasi untuk
perubahan kepekaan sel (hipokalsemia) yang menimbulkan epilepsy dan
tetani.
THYMUS
Kelenjar timus terletak dalam rongga mediastinum di belakang os sternum, di
dalam rongga toraks, kira-kira setinggi bifukasi trachea.Warnanya kemerah-merahan
dan terdiri dari dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram, ukurannya bertambah setelah masa remaja antara 30-40 gram dan setelah
dewasa akan mengerut.
Kelenjar timus menginduksi diferensiasi sel induk limfosit yang mampu
berpartisipasi dalam reaksi kekebalan. Di antara bukti tentang adanya aktivasi
endokrin pada timus ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormone
tiroid.Mengecilnya ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan
oleh hambatan yang diberikan oleh steroid gonald. Steroid adrenal juga menghambat
timus, pengaruh ini dipakai sebagai parameter untuk kortikosteroid
Kelenjar timus adalah suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan
imunologis. Sumber hormone timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain. Setelah
dewsa pertumbuhan akan berkurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
Fungsi kelenjar timus :
1. Suatu sumber sel yang mempunyai kemampuan imunologis.
2. Sumber hormone timik yang mempersiapkan proloferasi dan maturasi sel-
sel yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam banyak
jaringan lain.
3. Mengurangi aktivitas kelamin.

Kelainan pada kelenjar timus :

1. Hiperplasia : ditandai dengan adanya limfoid folikel di dalam medula.


Dalam keadaan normal, tidak terdapat folikel limfoid. Ini merupakan
kelainan autoimun, reaksinya mempengaruhi daya imun.
2. Tumor timoma :Neoplasmanya adalah sel epitel, ada yang jinak da nada
yang ganas, mempunyai sel epitel neoplastic. Tumot menekan alat
sekelilingnya menimbulkan sesak napas, batuk, dan nyeri menelan.

KELENJAR SUPRARENALIS
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper terdapat pada bagian atas
dari ginjal.Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah dua buah sesuai dengan jumlah
ginjal.Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (Korteks) yang berasal
dari sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula yang berasal dari sel-sel
ectodermal.Berdasarkan perbedaan dari zat yang dihasilkan, fungsi dan peranan
dalam mengatur kehidupan sel di dalam tubuh juga berbeda.
Bagian korteks menghasilkan hormone-hormon yang dikatagorikan sebagai
hormone steroid, sedangkan bagian medula menghasilkan katekolamim.
Kelenjar suprarenalis dibagi atas :
1. Korteks adrenal. Bagian luar berwarna kekuning-kuningan yang
menghasilkan kortisol, disebut korteks yang terdiri dari sel-sel epitel yang besar
berisi lipoid yang disebut foam cells, terdiri ari zona glomerulosa( lapisan luar),
zona fasikulata ( lapisn tengah yang paling besar) , zona retikularis (lapisan
dalam langsung yang mengelilingi medulla). Pemeliharaan struktur tubuh dan
aktivitas sekresi dari korteks suprarenal dipengaruhi oleh hormone
adrenokortikotropin (ACTH) dari lobus anterior hipofise. Korteks adrenal
menghasilkan hormone :
a. Kortikosteroid (kortikoid), mengandung struktur dasar nucleus. Faal
dari kostikostiroid memproduksi sekitar 30 jenis kortikostiroid, tetapi
hanya beberapa yang mempunyai aktivitas biologis yang jelas.
Pengaturan sekresi glukokortikoid, sekresinya dirangsang oleh ACTH
dari adenohipofise melalui pengaruh trofiknya ACTH,
mempertahankan struktur dan perdarahan korteks adrenal terutama
zona fasikulata dan zona retikularis. Sekresi ACTH diatur oleh :
1) Menakisme umpan balik negative kortisol dan kortikosteron
langsung pada produksi ACTHdi adenohipofisis melalui
hipotalamus.
2) Sekresi ACTH pagi hari meningkat dan menurun pada malam
hari.
3) Sters meningkatkan sekresi ACTH dan sekresi kortisol.

Fungsi glukokortikoid :

1) Meningkatkan kegiatan metabolism berbagai zar dalam tubuh:


meningkatkan glikogenesis dan glikogenesis di dalam sel hati,
meningkatkan katabolisme protein terutama di otot dan tulang,
meningkatkan sintesis GNA dan RNA di dalam sel hati,
menahan ion Na dan ion Cl, meningkatkan sekresi ion K di
ginjal, meningkatkan lipolysis jaringan perifer, deposit lemak
di abdomen, leher, dan wajah.
2) Menurunkan ambang rangsang neuron-neuron susunan saraf
pusat
3) Menggiatkan sekresi asam lambung.
4) Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah,
merendahkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
5) Menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menghambat
pembentukan antibody
6) Menghambat penglepasan histamine dalam reaksi alergi,
seringkali dipakai untuk mengatasi syok anafilatik bersama
dengan pemberian adrenalin
b. Mineralokortikoid
Hormone mineralkortikoid terdiri atas aldosterone dan
deoksikortikosteron ( DOC ). Kedua hormone ini berperan penting
dalam keseimbangan elektrolit dan air di dalam tubuh.
Kadar natrium dalam darah ditentukan dan kalium yang berlebihan
dibuang melalui urine.
c. Hormon kelamin
Korteks adrenal juga menghasilkan sedikit hormone kelamin pada
laki-laki dan perempuan untuk pertumbuhan dan perkembangan sifat
kelamin.Hormone tersebut adalah androgen, estrogen dan
progesterone.Kadar hormone yang dihasilkan sedikit sehingga tidak
memberikan dampak yang buruk. Namun jika kadar hormone tersebut
bertambah, sifat kelamin sekunder akan berubah.
i. Sekresi berlebihan pada masa anak-anak keadaan ini akan
mempercepat perkembangan kelamin atau perkembangan
tersebut terjadi lebih awal dari pada biasa dan anak tersebut
akan mencapai masa pubertas lebih awal daripada seharusnya.
ii. Sekresi berlebih pada masa dewasa.
Keadaan ini biasanya terjadi karena kelebihan hormone
androgen (Hormon laki-laki) pada perempuan. Perempuan
tersebut akan menunjukan sifat laki-laki, misalnya tumbuh
janggut dan kumis. Kondisi seperti ini dikenal sebagai
virilisma.

2. Medula
Terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormone epinefrin dan hormone
norepinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar medula
adrenal.Kelenjar medula adrenal dapat membentuk dan melepaskan adrenalin di
samping noradrenalin.Dalam medula adrenal norepinefrin dibuha oleh enzim
yang dirangsang oleh kortisol.Pada dasarnya katekolamin (adrenallin) dan
noradrenalin terbentuk melalui suatu hidroksilasi dan dekarboksilasi asam amino
fenilanin dan tirosin.Tirokisn ditanspor ke dalam sel untuk menyekresi
katekolamin ditosin.
Fungsi epinefrin dan norepinefrin :
a. Terhadap system kerdiovaskuler ( jantung )
i. Epinefrin menyebabkan vasodilatasi arteriole dari otot tulang dan
vasokontriksi arteriole dari kulit. Sebagai stimulus untuk aksi
jantung, menambah frekuensi dan kontraksi otot jantung, dan
memperbesar curah jantung.
ii. Norepinefrin vasokontriksi dan hormone ini menyebabkan
tekanan darah meninggi, sangat berguna untuk memperbaiki
keadaan syok yang bukan disebabkan oleh perdarahan.
b. Terhadap otot polos dari visera. Epinefrin menyebabkan relaksasi oto
polos gaster, usus, dan vesika urinaria, otot polos bronkus sehingga
sebagai terapi serangan asam bronchial.
c. Efek metabolic epinefrin :
i. Dalam hepar menstimulasi pemecahan glikogen, suatu aksi yang
menaikan kadar gula darah melalui penambahan (adenosine
monofosfat) AMP
ii. Dalam otot menambah pemecahan glikogen juga melalui
penambahan AMP
iii. Dalam jaringan lemak mempunyai efek lipolysis yang mengakibatkan
pelepasan asam amino dan gliserol dalam darah. Asam lemak
sebagai bahan pembakar dalam otot dan di hati untuk
gluconeogenesis.
iv. Dalam pancreas menghalangi pelepasan insulin
v. Keadaan darurat epinefrin dipakai untuk melepas asam lemak dari
jaringan menjadi bahan pembakar dalam otot, mobilisasi glukosa
dengan menambah glikogenolisis dan gluconeogenesis dalam
hepar, dan mengurangi uptake glukosa dalam otot, mengurangi
pelepasan insulin menghindarkan pemakaian glukosa oleh jaribgab
perifer sehingga dipakai oleh system saraf sentral.

KELENJAR PIENALIS
Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat dalam ventrikel otak, berbentuk
kecil dengan warna merah seperti sebuah cemara.Kelenjarna menonjol dari
mensefalon ke atas dan ke belakang kolikus superior.Fungsinya belum diketahui
dengan jelas. Kelenjar in menghasilkan sekresi interna dalam membantu pancreas dn
kelenjar kelamin berperan penting dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi
manusia.
Glandula pienalis diatur oleh isyarat syaraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang
terlihat oleh mata, menyekresi melatonin, dan zat lain yang serupa melewati aliran
darah atau cairan ventrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi
hormone gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi
Mekanisme kerja insulin :
1. Meningkatkan transport glukosa dalam sel/jaringan tubuh
2. Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel
3. Meningkatkan sintesis protein di orak dan hati
4. Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase dan meningkatkan
sintesis lipida.
5. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

KELENJAR PANKREAS (Pulau Langerhans)


Pancreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitoneal
dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pancreas
terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien.Pancreas
mendapat darah dari arteri linealis dan arteri mesenterika superior.
Pancreas menghasilkan dua kelenjar aitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. -
Diantara sel-el eksokrin di seluruh pancreas tersebar kelompok-kelompok atau
“pulau”, sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Pulau-pulu
Langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh pancreas. Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau Langerhans yang dibedakan atas granulasi dan
pewarnaan, setengan dari sel ini menyekresi hormone insulin
Dalam tubuh manusia normal pulau Langerhans menghasilkan empat jenis sel :
1. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40 % memproduksi glucagon menjadi factor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2. Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
3. Sel-sel D 5-15 % membuat somatostatin
4. Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lainnya
dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia harus berikatan
dengan protein reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan
oleh kadar glukosa darah.

Mekanisme kerja insulin :

1) Insulin meningkatkan transport glukosa ke dalam sel/jaringan tubuh kecuali otak,


tubulus ginjal, mukosa usus halus, dan sel darah merah. Masuknya glukosa adalah
suatu proses difusi, karena perbedaan konsentrasi glukosa bebs antara luar sel dan
dalam sel
2) Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel.
3) Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati.
4) Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase, meningkatkan sintesis
lipida.
5) Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal dengan diabetes


mellitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan ekstraseluler),
mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan glukosa/ energy dan akan
merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel jaringan.

KELENJAR KELAMIN
Kelenjar gonad yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita,
mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi.Sebagai kelenjar endokrin, testis
menghasilkan hormone seks yaitu androgen dan sperma.Sedangkan ovarium
menghasilkan estrogen dan progesterone serta memproduksi sel telur.
Gonad dan kelenjar-kelenjar aksesori pada waktu lahir mempunyai ukuran yang lebih
kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas kelenjar gonad menjadi aktif dan sifat
kelamin sekunder mulai Nampak, terjadi peningkatan sekresi gonadotropin ( FSH dan
LH) yang merangsnag perkembangan dan produksi kelenjar Gonad. Peningkatan
sekresi FSH dan LH disebabkan kepekaan hipotalamus terhadap inhibisi (hambatan)
steroid menurun.
Fungsi reproduksi pria dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1) Spermatogenesis untuk pembentukan sperma
2) Pelaksanaan keja seksual
3) Pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormon ( fungsi endokrin )yang
berhubungan dengan fungsi reproduksi, efek hormone seks pria pada organ seks
tambahan, metabolisme sel dan fungsi tubuh lain.
1. Testis :
Testis meghasilkan beberapa hormone seks pria yang bersama-sama dinamakan
androgen. Salah satu diantaranya adalah testoteron yang lebih banyak dan lebih
kuat dari yang lainnya, serta bertanggungjawab pada efek hormone pria.
Testosterone dibentuk oleh sel interstisial leyding yang terletak pada interstisial
antara tubulus seminalis. Sekresi androgen (Hormon seks pria) , misalnya kelenjar
adrenal menyekrsi androgen dalam keadaan normal tidak menyebabkan sifat
maskulinisasi yang bermakna.
Fungsi Endokrin testis :
1) Testis janin dapat menurun hingga trimester ke -3 kehamilan, mensintesis
androgen pada minggu ke-6 sampai 8 (maksimum minggu 11-18),
menghasilkan testosterone.
2) Pada janin testosterone diperlukan untuk diferensiasi genitalia interna dan
eksterna laki-laki.
3) Pada pria dewasa untuk perkembangan dan memperthankan ciri-ciri seks
sekunder pria serta spermatogenesis.

Testoteron bertanggung jawab untuk perkembangan sifat kelamin sekunder bagi


laki-laki. Sifat ini termasuk :

1) Perubahan pada larynx – suara menjadi pecah dan lebih dalam ( suara laki-
laki)
2) Pertumbuhan rambut di bagian muka ( janggut dan kumis), dan rambut ketiak
serta pelvis.
3) Sifat pembentukan tubuh mengambil bentuk susunan laki-laki
4) Organ kelamin laki-laki membesar.

2. Ovarium :
Hormone perempuan yang dihasilkan dalam ovarium adalah estrogen dan
progesterone .
1) Estrogen :
Estrogen alami yang menonjol adalah estradiol.Ovarium hanya membuat
estradiol yang merupakan produk degradasi steroid-steroid pada wanita yang
tidak hamil.Selama kehamilan estrogen diproduksi oleh plasenta.Estrogen
beredar terikat pada protein plasma.Urine wanita hamil banyak mengandung
estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi estrogen mengatur
ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran. Khasiat
umumnya sebagai perangsang DNA melalui RNA sehingga terjadi
peningkatan sintesis protein. Khasiat khususnya :
a. Serviks : produksiestradiol meningkatkan fase folikuler sekresi getah
serviks dalam mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi.
b. Vagina : estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan
produksi getah dan odar glikogen, meningkatkan produksi asam laktat
nilai pH menjadi rendah sehingga memperkecil terjadinya infeksi,
mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapar menembus
selubung ovum.

2) Progesteron :
LSH dari hypophysis menstimulasi seksresi progesterone.Sturuktur yang
menghasilkan progesteron adalah corpus luteum yang berasal dari folikel de
graff. Progesteron merupakan hormone yang bertanggung jawab pada masa
kehamilan.Hormone ini menyebabkan terjadinya kehamilan dan
mengembangkan pertumbuhan plasenta.
Pada perempuan hamil sumber progesterone pada tahap awal kehamilan
(hingga bulan keempat) adalah corpus luteum.Setelah itu sumber progesterone
adalah sel-sel didalam plasenta.

Hormone kelamin perempuan dan laki-laki adalah hormone penting dan yang
dapat digunakan sebagai obat pada beberapa penyakit.

B. ISTILAH – ISTILAH DALAM SISTEM ENDOKRIN


1. Interstisium : ruang atau celah dalam suatu struktur atau suatu organ
2. Insulin : hormone yang disekresi oleh sel beta pulu-pulau Langerhans di pancreas
3. Ovum : sel benih wanita
4. Endocrine glandula : kelenjar yang mensekresi secara langsung ke dalam aliran darah.
5. Testis : kelenjar reproduksi laki-laki yang terletak di dalam srotum dengan panjang
sekitar 4 cm dan lebar 2cm
6. Hormone gonadotropin : hormone hipotalamus yang menyebakan pelepasan FSH
dan LH
7. Hormone adrenocorticotropic : 39 peptida asam amino yang disekresi oleh korteks
adrenal
8. Testoteron : hormone androgenic yang disekresikan oleh sel leydig pada testis
9. Hormone follicle stimulating : disekresikan oleh pituitary anterior yang menyebabkan
pertumbuhan dan maturasi folikel ovarium
10. Gigantisme : perkembangan fisik berlebih akibat peningkatan sekresi hormone
pertumbuhan, fusi tulang yang terlambat (eunuchoid gigantisme)
11. Hypothalamus : bagian diensefalon yang menyusun dinding ventral ventrikel ketiga
dan struktur yang berdekatan yang bertanggung jawab untuk pengaturan suhu tubuh,
metabolisme gula dan lemak, serta sekresi pelepas dan penghambat hormone.
12. Os sphenoidale : tulang baji, tulang yang terdapat ditengah-tengah dasar tengkorak
yang berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap
13. Isthmus glandula thyreoidea :
14. Cartilago cricoidea
15. a. subclavia
16. a. carotis externa
17. hormone tirotropin
18. eksoftalmus :
19. parthormon
20. aldosterone
21. deoksikortikosteron
22. gonad
23. steroid
24. zona glomerulosa
25. estrogen
26. progesterone
27. zona fasikulata
28. zona retikularis
29. duktus
30. folikel ovarium
31. corpus luteum
BAB III
KONSEP PENYAKIT DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI
KRONIK

A. DEFINISI PENYAKIT
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resisten insulin.
Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik,kronis, dan multifaktorial yang
dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang tombul adalah akibat
kurangnya sekresi isulin atau ada isulin yang cukup, tetapi tidak efektif. Diabetes
melitus sering kali dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskular dan
makrovaskular, gangguan neuropatik, dan dersidermopatik.
Pada tahun 1997, eksport commite dan con the diagnosis and classification of
diabetes melitus of the american diabetes association menerbitkan klasifikasi diabetes
melitus tipe 1 adalah diabetes melitus atau isulin / dempeden diabetes melitus
(IDDM) dan tipe 2 atau non-isulin/dempeden diabetes melitus (IDDNM).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan
kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsusmsi. Isulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengantur produksi penyimpanannya. Pada
diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap isulin dapat menurun, atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produk isulin. Keadaan ini menimbulkan
hiperglekimia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler non ketotik (HHNK).
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskular
yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropatik (penyakit pada
saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskular
yang mancakup infark miokorad, struk dan penyakit vaskular perifer.
Ada beberapa tipe diabetes melitus yang berbeda :
Penyakit ini dibedakan bedasarkan penyabab dan perjalanan klinik dan terapinya.
Klasifikasi diabetes yang utama :
 tipe 1 : diabetes melitus tergantung isulin
 tipe 2 : diabetes melitus tidak tergantung isulin
 tipe 3 : diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom lainnya
 diabetes melitus gestasional

kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes melitus tipe 1 yaitu


diabetes yang tergantung isulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas
yang dalam keadaan normal menghasilkan kadar hormon isulin yang
dihancurkan oleh suatu proses atau autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan
isulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa. Diabetes tipe 1
ditandai oleh awitan yang mendadak yang terjadi pada usia 30 tahun.
kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe, yaitu diabetes tidak
tergantung isulin diabetes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensifitas terhadap
isulin (yang disebut resistensi isulin) atau akibat penurunan jumlah produksi
isulin. Diabetes tipe 2 pada mulanya di atasi dengan diet dan latihan. Jika
kenainkan glukosa darah terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dengan
lengkapi dengan obat hipoglikemik oral, pada sebagian penyandang tipe 2,
obat oral tidak mengendalikan hiperglikemia sehingga diperlukan
penyuntikan isulin. disamping itu, sebagian penyadang tipe 2 yang dapat
mengendalikan penyakit diabetesnya, latihan dan obat hipoglekemia,
mungkin memerlukan penyuntikan isulin (seperti sakit pembedahan).
Diabetes tipe 2 paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Komplikasi diabetes dapat terjadi pada setiap individu
dengan tipe 1 atau tipe 2 dan bukan hanya pada pasien yang memerlukan
isulin. Sebagian penyandang tipe 2 yang mendapatkan terapi obat oral
mempunyai kesan bahwa mereka tidak sungguh menderita diabetes atau
hanyan memiliki diabetes “bordeline” penyandang diabetes ini beranggapan
bahwa penyakit diabetes yang mereka derita bukan suatu masalah “serius”
jika dibandingkan dengan pasien diabetes yang memerlukan isulin. Disini
perawat mempunyai tugas pentig untuk menekan kepada orang-orang tersebut
bahwa sesungguhnya menderita diabetes dan bukan sekedar diabetes
“bordeline” yang berhubungan dengan toleransi gula ( TGT = toleransi
glukosa terganggu), dan merupakan kadar glukosa darah berada pada normal
dan kadar yang dianggap sebagai diagnostik untuk penyakit diabetes.

B. ETIOLOGI

Jika diabetes melitus dibiarkan tidak terkendali, akan menimbulkan


komplikasi yang fatal. Komplikasi diabates dapat dicegah, ditunda atau di perlambat
dengan mengontrol gula datah. Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan
terapi misalnya patuh meminum obat, diabates melitus adalah komplikasi yang
ditimbul sebagai akibat dari diabetes melitus, baik sistemik, organ atau jaringan
lainnya. Penyebab kronis, penyebab komplikasi diabetes melitus pada umumnya
terjadi gangguan pembuluh darah atau angiopati dan kelainan pada sarah neopati.
Angiopati pada pembuluh darah besar disebut makroangiopati dan bila terkena
pembuluh darah kecil disebut mikroangiopati, sedangkan angiopati bisa merupakan
neorupatiperifer atau autonom. Pada penelitian UKPDS (United kingdom propectipe
diabetic study). Umumnya penderita diabetes melitus datang berobat 50% sudah
mengalami penyakit ini.

Diabetes tipe I

Diabetes tipe I di tandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi


faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (infeksi virus) diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta

1. faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi, mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human leukosit antigen) tertentu.

2. faktor imunologi

Pada disbetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Otoantibody terhadap sel-sel pulau langerhands dan insulin
endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis di buat dan bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I.

3. faktor lingkungan

Faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Hasil


penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

1. usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun )

2. obesitas

3. riwayat keluarga/ keturunan

4. ethnik

You might also like