Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Persalinan lama ialah suatu persalinan yang sulit dan ditandai dengan
kemajuan persalinan yang lambat. Terdapat faktor-faktor yang berperan dalam
proses persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi
his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma.
Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor
penolong serta faktor psikis.1
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai
faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,
keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan
sosial ekonomi rakyat.2
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a) Kelainan Power
Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan his dan
kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang timbul dominan pada
fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin lama semakin kuat dan sering
serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan his ini dapat berupa inersia
uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik.1
Kontraksi uterus atau his secara normal terjadi pada awal persalinan
yakni pada kala 1, pada awal kala 1 his yang timbul masih jarang yaitu 1 kali
dalam 15 menit dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin lama akan timbul
semakin cepat dan sering yakni interval 2 sampai 3 kali dalam 10 menit
dengan kekuatan 50 sampai 100 detik.2
Apabila kontraksi tidak adekuat, maka serviks tidak akan mengalami
pembukaan, sehingga pada kondisi tersebut dilakukan induksi persalinan, dan
apabila tidak ada kemajuan persalinan maka dilakukan seksio sesaria, namun
pada persalinan kala II apabila ibu mengalami kelelahan maka persalinan
dilakukan dengan menggunakan vacum ekstraksi.1,2,4
3
Persalinan kala III yaitu melahirkan plasenta, apabila placenta belum
lahir dalam waktu 30 menit maka hal ini terjadi karena tidak ada kontraksi
uterus atau karena adanya perlengketan sehingga merangsang uterus maka di
berikan pemberian induksin dan melakukan massage uterus.4
b) Kelainan Passage
Kelainan Passage yaitu karena adanya kelainan pada jalan lahir, jalan
lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras
atau tulang panggul dapat berupa kelainan bentuk panggul, dan kelainan
ukuran panggul. Sedangkan jalan lahir lunak yang sering dijumpai karena
adanya tumor ovarium yang menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada
jalan lahir yang dipaksakan..5
Jenis kelainan pada jalan lahir keras berupa kelainan bentuk yaitu
bentuk panggul yang tidak normal, diantaranya gynecoid, antropoid, android,
dan platipeloid. Terutama pada panggul android distosia sulit diatasi, selain
itu terdapat kelainan panggul yang disertai dengan perubahan bentuk karena
pertumbuhan intrauterine yaitu panggul Naegele, robert, split pelvis dan
panggul asimilasi. Perubahan bentuk panggul juga dapat terjadi karena adanya
penyakit seperti rakhitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrifi, karies,
nekrosis maupun penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
Penyakit tulang belakang seperti kifosis, skoliosis dan spondilolistesis serta
penyakit pada kaki seperti koksiis, luksasio koksa dan atrofi atau kelumpuhan
satu kaki merupakan termasuk penyulit dalam proses persalinan
pervaginam.2,5
c) Kelainan Passanger
Kelainan passanger merupakan kelainan pada letak, ukuran ataupun
bentuk janin, kelainan letak ini termasuk dalam kelainan presentasi dan
kelainan posisi, pada kondisi normal, kepala memasuki pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atau oblik sehingga ubun-
ubun kecil berada dikanan atau dikiri lintang atau dikanan atau kiri belakang,
4
setelah kepala memasuki bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan
memutar ke depan akibat terbentur spina ischiadika sehingga ubun-ubun kecil
berada didepan (putaran paksi dalam), namun terkadang tidak terjadi putaran
sehingga ubun-ubun kecil tetap berada dibelakang atau melintang, keadaaan
ini disebut dengan deep transvere arrest, oksipitalis posterior persisten atau
oksipitalis transversus persisten, keadaan ini akan mempersulit persalinan.2
Presentasi muka merupakan salah satu kelainan janin, diagnosis
presentasi muka berdasarkan pemeriksaan luar yakni dada akan teraba seperti
punggung, bagian belakang kepala berlawanan dengan bagian dada, dan
daerah dada ada bagian kecil denyut jantung janin terdengan jelas, dan
berdasarkan pemeriksaan dalam umumnya teraba mata, hidung, mulut dan
dagu atau tepi orbita. Pada presentasi dahi pada umumnya merupakan
kedudukan sementara sehingga biasanya dapat menjadi presentasi belakang
kepala dan presentasi muka.4
Letak sungsang merupakan keadaan dimana letak janin memanjang
dengan kepala dibagian fundus uteri dan bokong dibagian bawah cavum uteri
hal ini pula merupakan penyulit dalam persalinan. Selain letak sungsang, letak
lintang pula cukup sering terjadi, presentasi ini merupakan presentasi yang
tidak baik sama sekali dan tidak mungkin dilahirkan pervaginam kecuali pada
keadaan janin yang sangat kecil atau telah mati dalam waktu yang cukup
lama.2
Beberapa kelainan dalam bentuk janin yaitu karena adanya
pertumbuhan janin yang berlebihan, berat neonatus pada umunya adalah 4000
gram, makrosomia atau bayi besar apabila lebih dari 4000 gram, umumnya
hal ini karena adanya faktor genetik, kehamilan dengan diabetes mellitus,
kehamilan post matur atau pada grande multipara. Hidrocephalus pula
merupakan kelainan bentuk janin, hal ini merupakan keadaan dimana cairan
serebrospinal dalam ventrikel janin berlebih sehingga kepala janin menjadi
besar dan keadaan ini dapat menyebabkan cephalo pelvic disproportion.6
5
Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada persalinan lama
dapat berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan
adanya infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput
suksedaneum yang besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban
bercampur mekoneum, denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau
irregular, dan gerak anak yang berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga
merupakan komplikasi partus lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat
berupa edema pada portio, vagina, ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan
dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi intrauterin dapat dinilai berdasar
kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal lebih dari 38 oC disertai dengan
2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi maternal (denyut jantung
>100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt), uterine tenderness,
cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal yang ditandai
dengan leukosit >15.000 /mm3.2. 5
2.2 Epidemiologi
6
pada fase laten. Pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa perlambatan
kemajuan lebih banyak ditemukan pada wanita nulipara dibandingkan multipara
(29,2% vs 17%). Data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa partus lama menyebabkan 1 – 1,8% kematian ibu pada tahun
2010 – 2013.3,8
2.3 Etiologi
1. Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi
dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah
satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh
korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his
dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya,
lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum..2
1. Tonus otor Uterus diluar his tidak seberapa tinggi. Lalu meningkat pada
waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada 2 fase; fase laten dan fase
aktif.
2. Kontraksi Uterus dimulai pada salah satu tanduk uterus, sebelah kanan atau
sebelah kiri, lalu menjalar ke seluruh otot Uterus.
3. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama
dibandingkan bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lambat,
7
lebih singkat dan tidak seadekuat kontraksi fundus uteri. Bagian bawah
(segmen bawah Uterus) teteap pasif dan berkontraksi sangat lemah.
4. Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya dan relaksasinya.1
a. Inersia Uteri
Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak pada
kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan
biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak seberapa. Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali jika persalinan
berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri primer. Inersia uteri
sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat berlangsung his kuat untuk
waktu yang lama.9
9
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar akan
berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab
terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya
presentasi muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase
presentasi dahi lebih dahulu.4
e. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi bokong
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.
Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala
teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba bokong yang
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis
juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang
seperti USG dan MRI.9
Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul
sempit, dan usia prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
lebih leluasa, sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala,
letal sungsang, atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk mengisi tempat yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada
pada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.10
f. Letak Lintang
10
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain.
Sebab tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan
kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk
rahim seperti uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab
terjadinya letak lintang. Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan
inspeksi. Uterus tampak melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai
dengan usia kehamilannya. Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin
berada di samping, dan diatas simfisis juga kosong .10
g. Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di
dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu
atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada
seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin
kecil.4
h. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram. Pada
janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar
juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan
grande multipara.5
i. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura
serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar
antara 500- 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karen
akepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah
11
uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun
letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan
segala akibatnya.9
j. Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada
presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap
saat atli pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir
dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang menyebabkan
gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul
tidak tertututp oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi
turunnya tali pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps
funikuli sering didapatkan pada letak sungsang dan letak lintang. Pada
presentasi kepala dapat dijumpai pada disproporsi sefalopelvik. Pada
kehamilam premature lebih sering dijumpai karena kepala anak yang kecil tidak
dapat menutup pintu atas panggul secara sempurna.9
12
Panggul jenis ini memiliki diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit. Spina
ischiadika pada panggul jenis ini cenderung menonjol dan dinding samping
panggul cenderung berbentuk konvergen.
c) Panggul Android
Panggul android memiliki ciri pintu atas panggul berbentuk segitiga dengan
spina ischiadika menonjol kedalam dan arkus pubis menyempit. Dinding
samping biasanya konvergen, spina ischiadika menonjol, dan os sakrum tidak
melengkung tetapi lurus dan maju ke depan.
d) Panggul Platipelloid
Panggul dengan diameter anteroposterior yang lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas.
Sudut panggul anterior sangat lebar dan kelengkungan os sakrum biasanya
cukup.
Dari keempat jenis panggul diatas panggul ginekoid merupakan jenis panggul
dengan prognosa persalinan paling baik, sedangkan ketiga jenis panggul lainnya
dapat menyebabkan terjadinya distosia persalinan.
13
Distosia karena kelainan ukuran panggul (disproporsi fetopelvik) dapat
disebabkan karena berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin yang terlalu
besar, atau kombinasi diantara keduanya. Setiap penyempitan pada diameter
panggul baik pintu atas panggul, pintu tengah panggul, maupun pintu bawah
panggul dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan.
a) Penyempitan pintu atas panggul
Pintu masuk panggul dianggap menyempit apabila diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm atau diameter transversa terbesarnya kurang
dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar
tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala.
b) Penyempitan pintu tengah panggul
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum
kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada
persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula
c) Penyempitan pintu bawah panggul
bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80 º) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
2.4 Diagnosis
14
Pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
Penurunan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/jam
Persalinan macet (arrest disorders)
Tidak ada pembukaan > 2 jam > 2 jam
Tidak ada penurunan > 1 jam > 1 jam
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus
cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang terhambat
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan
menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
Pada persalinan lama dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar, pada
pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah didorong ke atas,
robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.10
2.5 Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi
20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau
kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul
partus lama.
16
Passage (atau kapasitas panggul), kelainan pada kapasitas panggul (kelainan
bentuk, luas pelvik) dapat menyebabkan persalinan abnormal. Baik janin maupun
kapasitas panggul dapat menyebabkan persalinan abnormal akibat adanya obstruksi
mekanis sehingga seringkali dinamakan dengan distosia mekanis. Harus pula diingat
bahwa selain tulang panggul, organ sekitar jalan lahir dapat pula menyebabkan
hambatan persalinan (soft tissue dystocia akibat vesica urinaria atau rectum yang
penuh). Passanger (janin), kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak,
presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan..4
Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta, dan
untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan membutuhkan
energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung
jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun,
jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam, akan menimbulkan
terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan emosi dan kelelahan
pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus akan berkurang,
sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu juga dapat terjadi
asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi kebutuhan ATP.
Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk berkontraksi.
Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja berkepanjangan
karena alasan fisiologis dan biokimia. 11
2.6 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
2. Penanganan Khusus
A. Kelainan his
1. Inersia Uteri
18
panggul, penderita disuruh berjalan-jalan. Tindakan ini dapat menyebabkan his
menjadi kuat dan diharapkan persalinan menjadi lancar. Pada waktu pemeriksaan
dalam, ketuban boleh dipecahkan. Memang setelah tindakan ini persalinan tidak boleh
berlangsung terlalu lama. Namun, tindakan tersebut dapat dibenarkan karena dapat
merangsang his sehingga mempercepat jalannya persalinan.7
Kekuatan dan kecepatan his dan keadaan denyut jantung janin harus
diperhatikan dengan teliti. Infus harus diberhentikan bila kontraksi uterus berlangsung
lebih dari 60 detik atau bila dneyut jantung janin menjadi cepat atau lambat.
Menghentikan infus umumnya akan segera memperbaiki keadaan. Sangat berbahaya
memberikan oksitosin pada panggul sempit dan adanya regangan segmen bawah rahim.
Oksitosin tidak boleh diberikan pada grande multipara dan kepada penderita yang
pernah mengalami seksio sesaria atau miomektomi karena memudahkan terjadinya
ruptur uteri. Pada penderita dengan partus lamadan gejala dehidrasi dan asidosis,
disamping dengan pemberian oksitosin drip, gejala tersebut perlu diatasi.5
19
action. Akan tetapi, ada kalanya, terutama dalam kala II, hanya diperlukan sedikit
penambah kekuatan his supaya persalinan dapat diselesaikan. Seringkali digunakan 0,5
satuan oksitosin IM sudah cukup untuk mencapai hasil yang diinginkan. Oksitosin
merupakan obat yang sangat kuat, yang dahulu dengan pemberian sekaligus dalam
dosis besar sering menyebabkan kematian janin karena kontraksi yang terlalu kuat dan
lama dan dapat pula menyebabkan timbulnya ruptur uteri. Pemberian oksitosin drip
memungkinkan oksitosin masuk sedikit demi sedikit terbukti lebih aman dengan
indikasi, pelaksanaan, dan pengawasan secara tepat.5
Pada partus presipatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena biasanya bayi
sudah lahir tanpa ada seorang yang menolong. Kalau seorang ibu pernah mengalami
partus presipatus, kemungkinan kejadian ini akan terulang lagi. Oleh karena itu,
sebaiknya ibu tersebut dirawat sebelum persalinan sehingga pengawasan dapat
dilakukan dengan baik. Pada persalinan keadaan ibu diawasi dengan cermat dan
episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari terjadinya ruptur
perineum derajat 3. Bila his kuat dan ada sumbatan jalan lahir, dapat timbul lingkaran
retraksi patologis yang merupakan tanda bahaya akan terjadinya ruptur uteri. Daam
keadaan ini, janin harus dilahirkan dengan cara memberikan trauma minimal bagi ibu
dan anak.5
Kelainan ini hanya dapat diobati secara simptomatis karena belum ada obat
yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha
yang dapat dilakukan adalah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan
penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetik seperti morfin dan
20
petidin. Akan tetapi, pesalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi bila
ketuban sudah pecah. Dalam hal ini pada pembukaan belum lengkap, perlu
dipertimbangkan seksio sesaria. Lingkaran konstriksi dalam kala I biasanya tidak
diketahui, kecuali jika lingkaran ini terdapt dibawah kepala janin sehingga dapat
diaraba melalui kanalis servikalis.5
Jika diagnosis lingkaran konstriksi dalam kala I dapat dibuat, persalinan harus
diselesaikan dengan seksio sesaria. Biasanya lingkaran konsriksi dalam kala II baru
diketahui setelah usaha melahirkan dengan cunam gagal. Dengan tangan yang
dimasukan ke dalam kavum uteri untuk mengetahui penyebab kegagalan cunam ,
lingkaran konstriksi mungkin dapat diraba. Dengan narkosis dalam, lingkaran tersebut
kadang-kadang dihilangkan dan janin dapat dilahirkan dengan cunam. Apabila
tindakan gagal dan janin masih hidup, terpaksa dilakukan seksio sesaria. Pada distosia
servikalis primer diambil sikap seperti pada incoordinate uterine action. Pada distosia
servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesaria sebelum jaringan parut serviks
robek, yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah rahim.5
B. Faktor Janin
Bila dengan presentasi kepala dan panggung longgar, maka dapat dilahirkan
dengan spontan namun dengan proses yang lama sehingga perlu adanya pengawasan
ketat dengan harapan janin dapat dilahirkan spontan pervaginam. Tindakan baru
dilakukan apabila kala II terlalu lama atau adanya tanda-tanda kegawatan pada janin.
21
Pada persalinan dapat terjadi robekan perineum yang teratur atau ekstensi dari
episiotomi karena mekanisme persalinan pervaginam pada POPP yaitu ketika kepala
sudah sampai pada dasar panggul, ubun-ubun besar dibawah symphisis sebagai
hipomoklion oksiput lahir melewati perineum, jalan lahir dengan Sirkum Farensia
Frontooksipitalis lebih besar dari Sirkum Suboksipito Bregmatika sehingga kerusakan
perineum atau vagina lebih luas.5
Sebelumnya periksa ketuban pasien, apabila masih intake maka pecahkan
terlebih dahulu ketubannya, apabila penurunan kepala sudah lebih dari 3/5 diatas PAP
atau diatas 2 maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria, apabila pembukaan serviks
belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi maka diberikan oksitosin drip, bila
pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, dipastikan kembali
tidak adanya obstruksi kemudian apabila tidak ada tanda obstruksi diberikan oksitosin
drip, namun bila pembukaan lengkap dan kepala masuk tidak kurang dari 1/5 PAP atau
pada kala II bila kepala turun sampai dengan Hodge III dan atau UUK lintang sudah
dipimpin namun tak ada kemajuan sehingga menyebabkan deep transvered arrest maka
dilakukan vacum ekstraksi atau forceps, namun apabila ada tanda obstruksi serta gawat
janin maka akhiri kehamilan dengan seksio sesara5
Prognosis persalinan dengan POPP ini persalinan menjadi lebih lama dan
kerusakan jalan lahir lebih besar, selain itu kematian perinatal lebih besar pada POPP
dari pada presentasi kepala dengan UUK di bagian depan. 5
3. Presentasi Muka
4. Presentasi Dahi
23
Persalinan pada presentasi dahi, apabila terjadi defleksi lagi dan berubah
menjadi presentasi muka maka persalinan menjadi lama dan hanya 15% lewat
persalinan spontan. Kematian perinatal pada presentasi muka sebesar 20%.5
5. Letak Sungsang
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah
membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan
persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat,
khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai
lebih dari 5 dilahirkan pervaginam6. ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus
pervaginam yaitu jenis letak sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus
tidak hiperekstensi dan taksiran berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi
dan induksi persalinan diperbolehkan pada janin letak sungsang8
0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida
24
Umur >39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Kehamilan
Taksiran >3630 gr 3629 gr -3176 gr < 3176 gr
berat janin
Pernah Tidak 1x >2x
letak
sungsang
Pembukaan <2 cm 3 cm >4cm
serviks
Station <3 <2 1 atau lebih
rendah
Arti nilai :
6. Letak Lintang
25
tetapi sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun tubuh anak menjadi semakin
membengkok.. Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi suatu letak lintang
kasep, dimana tubuh anak tidak dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep terjadi
bukanlah karena lamanya persalinan, namun faktor yang penting ialah karena faktor
kuatnya his. Pada letak lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan
karena kompresi pada tali pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera organ dalam
karena tubuh anak terkompresi dan membengkok. 6
7. Kehamilan Multipel
28
Pelahiran bahu belakang secara manual dapat dilakukan dengan
menggunakan manuver Shwartz. Manuver ini dilakukan dengan cara
memasukkan tangan ke vagina sepanjang humerus posterior janin yang
dipisahkan ketika lengan disapukan ke arah dada, namun tetap terfleksi
pada siku. Tangan janin digenggam dan ditarik sepanjang sisi wajah dan
kemudian lengan belakang dilahirkan dari vagina (Cunningham, 2005).
9. Hidrosefalus
Persalinan pada janin dengan hidrosefalus upaya yang pertama kali dilakukan
adalah pengecilan ukuran kepala bayi dengan menggunakan sefalosintesis sehingga
bayi dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominam. Namun, sefalosintesis dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan intrakranial pada janin sehingga sebaiknya
teknik ini digunakan pada janin dengan kelainan yang sudah cukup parah. Pada
29
kehamilan dengan janin hidrosefalus sebaiknya dilakukan pelahiran secara
perabdominan.4
2.7. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan lama dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi. Pada
persalinan lama dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang
mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ, robekan
jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli,
vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas
panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena
gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari
setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala
dua yang sangat berkepanjangan.
30
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat persalinan lama adalah gawat janin
dalam uterus sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia berat
sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan akibat lain
dari persalinan lama. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan, kaki, kepala
karena pertolongan persalinan dengan tindakan.
2.8 Prognosis
Prognosis pada persalinan lama baik bila gejala terjadinya persalinan lama
diketahui dengan cepat dan juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan
prosedur.
BAB III
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Fisiologis, Obstetri Patologi Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 308-384
/infodatin/infodatin-ibu.pdf]
Abnormal Labor. In. Williams Obstetrics 22rd Edition. Thw Mc Graw-Hill Companies,
6. Heriani. 2016. Cendekia Medika: faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama
di ruang kebidanan Rsud ibnu sutowo baturaja Tahun 2015. STIKES Al-Ma’arif Baturaja.
1: 1:8-10
maret 2019
33
9. Winkjosastro, Hanifa. Saifudin, A, Bari.2010. Jalan Lahir, Objek persalinan, Tenaga
persalian dan Mekanisme Persalinan. dalam. Ilmu bedah Kebidanan. Yayasan Bina
10. Pernoll, M. L. 2001. Nonvertex Presentation, Dystocia Shoulder and Cord Accidents. In.
Benson & Penroll’s handbook of obstetrics and gynecology. Tenth editon. New York. Hal.
403- 422
11. Neilson. J.P, Lavender,T.et al, Obstructed Labour: reducing maternal death and disability
34