You are on page 1of 44

A.

Tanaman Nangka
/anaman nangka
(Artocarpus heterophyllus),
diklasifikasikan kelas Dikotil ordo
Urticales
! $ ya m s u h i d a ya t , $ . $ d a n H u t a p e a , 0 . 1 , ' 2 2 ' " . 3 r u t a n k l a s i f i k a s i n ya
s e b a g a i berikut+ &ingdom4&erajaan +
Plantae
Di5isio4Di5isi +
Magnoliophyta
6lass4&elas +
Magnoliopsida
Ordo4 angsa +
Urticales
7amily4$uku +
Moraceae
8enus4*arga +
Artocarpus
$pecies40enis +
Artocarpus heterophyllus
B.

Jenis Tanaman Nangka


Di Indonesia terdapat lebih dari ) jenis nangka. erdasarkan sosok pohon
d a n ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon
nangka buah mini.'"

Nangka buah besar+ tinggi mencapai )- ) m9 diameter batang mencapai :) cm danumur mulai
berbuah sekitar (-') tahun. "

Nangka buah kecil+ tinggi mencapai ;-2 m9 diameter batang mencapai '(- ( cm danumur mulai
berbuah sekitar ':- < bulan. erdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi
jenis, yaitu+'"Nangka bubur+ daging buah tipis, lunak agak berserat, ber aroma
keras mudah lepas dari buah. " N a n g k a s a l a k + d a g i n g b u a h t e b a l , a g a k k e r i n g
a r o m a n ya k u r a n g k e r a s . ! n a n g k a c e l e n g dan nangka belulang".

"Nangka cempedak+ daging buah tipis, liat dan beraroma harum


spesifik.= a r i e t a s - 5 a r i e t a s u n g g u l n a n g k a y a n g d i t a n a m d i I n d o n e s i a
y a i t u + n a n g k a bilulang4nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel,
nangka kunir,nangka merah, nangka salak, nangka mini, dan nangka misi
MANFAAT DAUN NANGKA SEBAGAI OBAT JERAWAT,
BISUL, DAN LUKA KULIT
AFIDA AHYA STANIYA Z.
P17110173068
D3 Polkesma
afidaa24@gmail.com

Sumber : Anonim.(2015), dari http://kesehatandia.blogspot.co.id


ABSTRAK. Kesehatan memanglah nomor satu. Namun untuk menjadi sehat tidaklah harus
mahal. Karena kita dapat memanfaatkan bahan obat-obatan alami yang ada di sekitar kita.
Sehingga tidak perlu terus mengandalkan obat-obatan industri yang masih mengandung bahan
kimia. Penyakit yang sering kita alami adalah penyakit luar tubuh yaitu pada kulit. Penyakit
tersebut antara lain jerawat, bisul, dan luka kulit. Luka kulit yang dimaksudkan disini adalah
borok kulit. Namun kita tidak perlu khawatir karena sekarang sudah ditemukan obat alami yaitu
dari daun nangka. Daun nangka adalah daun yang biasa kita gunakan untuk makanan ternak,
ternyata daun nangka ini memliki khasiat yang luar biasa untuk tubuh kita terutama untuk kulit.
Padahal yang kita ketahui selama ini nangka yang lebih banyak dimanfaatkan pada bagian
buahnya saja untuk dikonsumsi. Kandungan daun nangka menurut Sari D.P (dalam
Hutapea,1993) “daun nangka mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid”. Lalu
menurut artikelcampuran.com (2014) “senyawa saponin dan tanin mampu membunuh sel
bakteri. Sedangkan Flavonoid dikenal memiliki fungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi,
antifungi, antiviral, antikanker dan antibakteri”. Sehingga dilakukanlah penelitian untuk
membuat salep antibakteri yang dilakukan oleh Hamdiyah Hamzah dkk, di Universitas Sam
Ratulangi Manado (dalam artikelcampuran.com, 2014) untuk memanfaatkan daun nangka secara
topikal dengan dibuat dalam bentuk sediaan salep. Sediaan salep juga lebih disukai karena lebih
mudah, praktis, menimbulkan rasa dingin. Dimana dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ekstrak daun nangka yang dijadikan salep dapat memberikan memberikan
efek penyembuhan terhadap luka terbuka pada kelinci menurut artikelcampuran.com,2014.
Tetapi salep tersebut hanya dapat digunakan untuk obat luka kulit saja atau borok kulit.
Sedangkan untuk mengatasi jerawat yaitu dengan menggunakan masker daun nangka.
Sedangkan untuk obat bisul dapat menggunakan cara sederhana yaitu dengan membuat ramuan
obat oles.
Kata Kunci : Manfaat, daun nangka, jerawat, bisul, luka kulit
Hidup sehat adalah dambaan semua orang. Karena faktanya semakin maju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya berbagai penyakit baru. Sehingga
banyak digunakan ilmu pengetahuan baru dalam dunia kedokteran. Hal itu mengakibatkan
banyak biaya yang harus dikeluarkan karena kita harus menggunakan peralatan yang modern dan
pengobatan khusus. Lalu bagaimana dengan nasib warga yang tidak mampu untuk memenuhi
kesehatannya. Maka ada pepatah mengatakan “untuk menjadi sehat tidaklah harus mahal”.
Karena Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan flora dan fauna, sehingga tumbuhan
apapun dapat tumbuh di Indonesia. Tumbuhan yang ada Indonesia banyak dimanfaatkan tidak
hanya untuk dikonsumsi sehari-hari seperti sayuran dan buah-buahan juga kebutuhan industri
saja Tetapi juga untuk bahan baku obat-obatan. Sehingga kita tidak perlu mengeluarkan uang
yang banyak karena kita juga dapat memanfaatkan tumbuhandi sekitar kita. Bahan obat-obatan
dari tumbuhan alami lebih ampuh dan aman untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit
mulai dari penyakit luar tubuh maupun penyakit dalam. Disini saya akan membahas mengenai
penyakit luar tubuh salah satunya adalah penyakit kulit. Banyak sekali penyakit kulit yang
dialami oleh masyarakat Indonesia seperti masalah jerawat, bisul, gatal-gatal, luka bakar, luka
akibat terkena benda tajam, dan masih banyak lagi. Dan sekarang banyak dipasarkan obat dari
penyakit tersebut baik dalam bentuk cair ataupun krim. Namun bahan-bahan obat tersebut
banyak mengandung zat kimia sehingga saat menggunakannya harus sesuai resep dokter dan
mengandung efek samping bagi tubuh. Salah satunya tanaman yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah kulit adalah daun nangka.
Pasti dari kita banyak yang tidak menyangka jika daun nangka dapat digunakan sebagai
obat untuk masalah kulit seperti jerawat, bisul, dan luka lainnya. Padahal yang kita ketahui
sebelumnya daun nangka hanya digunakan sebagai pakan ternak. Karena bagian dari tumbuhan
nangka yang sering kita manfaatkan adalah bagian buahnya. Buah nangka memang sangat manis
dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Dimana kandungan buah nangka dan manfaatnya
adalah menurut agroteknologi.web.id (2017) vitamin C yang merupakan zat antioksidan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, vitamin A untuk memelihara kesehatan mata dan kulit,
mengandung finonutrien seperti isoflavon, lignan, dan saponin untuk membentuk perlindungan
dari tubuh terhadap kanker. Lalu kandungan kolesterol yang rendah pada buah nangka
menjadikan buah ini aman untuk dijadikan sebagai buah diet dan bisa mencegah penyakit
jantung. Juga kandungan zat besi yang dapat membantu mencegah anemia, dan lain sebagainya.
Menurut wikipedia.com daun nangka adalah bagian dari pohon nangka yang memiliki
nama Latin Artocarpus heterophyllus. Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar
20 m tingginya, walapun ada yang mencapai 30 meter. Batangnya berbentuk bulat silindris,
sampai berdiameter sekitar 1 meter. Menurut manfaat.org daun nangka berdaun tunggal
berseling, lonjong,tebal, tepi rata, ujung runcing, dan memiliki tulang daun menyirip juga daun
nangka memiliki permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, kaku dan juga permukaan
bagian bawah memilki warna hijau muda.
Untuk daging buah nangka biasa dikonsumsi untuk camilan, jus dan campuran untuk
kolak. Dan uniknya biji buah nangka juga dapat dikonsumsi yang biasa kita sebut ‘’ beton’’.
Menurut mujirahayu69.blogspot.com “beton mengandung vitamin A, vitamin C, dan karbohidrat
yang baik untuk diet”. Sedangkan menurut khasiat.co.id untuk daun nangka sendiri memiliki
manfaat sebagai berikut :

1. Anti diabetes karena menurut Maria A. (dalam kutuskutusbali.com) mengandung sifat


antioksidan flavonoid meregenerasi kerusakan sel beta pankreas dan mengatasi
kekurangan produksi insulin. Cara menggunakannya yaitu meminum sari daun nangka
dengan daun sirsak.
2. Mencegah kanker, dengan cara meminum sari daun nangka secara rutin.
3. Masalah jerawat, dengan dibuat menjadi masker.
4. Anti tumor, caranya sama seperti untuk mencegah kanker.
5. Melancarkan asi, caranya dengan dikonsumsi sebagai lalapan.
6. Obat bisul, dibuat sebagai ramuan obat oles.
7. Obat luka borok kulit, caranya sama dengan digunakan untuk obat bisul.

Kembali ke pembahasan awal adalah mengenai khasiat daun nangka untuk masalah kulit kita
yaitu jerawat dan luka kulit. Menurut wikipedia.com jerawat adalah kondisi dimana pori-pori
kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang. Penyebabnya adalah
perubahan hormonal yang merangsang kelenjar minyak di kulit. Yang mana penyakit ini adalah
penyakit yang sering dialami oleh semua orang terutama wanita remaja. Kemudian untk luka
kulit seperti yang dimaksud dalam artikel ini adalah luka bisul dan borok kulit. Menurut
alodokter.com (2016) “bisul adalah benjolan merah pada kulit yang terasa sakit dan berisi nanah.
Benjolan ini muncul akibat infeksi bakteri yang memicu inflamasi pada luka kulit, yaitu lubang
tempat rambut tumbuh pada kulit”. Nah, perbedaan dari bisul dengan jerawat adalah jika jerawat
tumbuh akibat perubahan hormonal sedangkan bisul akibat infeksi bakteri. Lalu penyakit borok
adalah penyakit yang berawal dari kulit bolong akibat terluka lalu tumbuh kulit baru yang
berbentuk aneh. Biasanya penyakit tersebut dapat kita obati dengan krim atau minyak yang
terbuat dari campuran bahan kimia yang sudah dijual di toko obat terdekat..
Namun kita tidak perlu khawatir dengan adanya kandungan kimia pada obat-obat tersebut,
karena ada bahan alami yaitu daun nangka yang dapat mengatasi penyakit-penyakit tersebut.
Menurut Prakash, dkk., (2009), dalam pengobatan tradisional daun nangka digunakan sebagai
obat demam, bisul, luka, dan beberapa jenis penyakit kulit akibat bakteri terutama bakteri
Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri patogen alami pada tubuh manusia penyebab
berbagai infeksi kulit yang mampu mengancam jiwa. Kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri patogen pada daun nangka disebabkan adanya senyawa aktif yang terkandung dalam
daun nangka. Kandungan tersebut menurut Sari D.P (dalam Hutapea,1993) daun nangka
mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Lalu menurut artikelcampuran.com (2014)
senyawa saponin dan tanin mampu membunuh sel bakteri. Sedangkan Flavonoid dikenal
memiliki fungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, antifungi, antiviral, antikanker dan
antibakteri.
Mekanisme ketiga senyawa tersebut dalam proses menyembuhkan luka adalah senyawa
saponin dapat bekerja sebagai anti mikroba dengan merusak membran sitoplasma dan
membunuh sel Sari D.P (dalam Assani,1994). Kemudian senyawa tanin dapat merusak membran
sel bakteri, menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat
mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin dengan ion logam dapat menambah daya
toksisitasnya Sari D.P (dalam Akiyama et al,2001). Lalu Flavonoid sebagai antibakteri bekerja
dalam mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi
Sari D.P (dalam Pelczar et.al., 1998). Selain kandungan yang sudah dijelaskan di atas, daun
nangka juga mengandung vitamin E.Vitamin E berfungsi untuk berperan sangat penting bagi
kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit,
mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet,
serta mempercepat proses penyembuhan luka menurut wikipedia (dalam artikelcampuran.com ,
2014).
Karena kandungan dari daun nangka sangatlah bermanfaaat menyembuhkan masalah
kulit kita. Maka dilakukanlah beberapa penelitian untuk memanfaatkan daun nangka secara
topikal maka dibuat dalam bentuk sediaan salep. Sediaan salep juga lebih disukai karena lebih
mudah, praktis, menimbulkan rasa dingin. Penelitian mengenai salep ini juga telah diujicobakan
oleh Hamdiyah Hamzah dkk, di Universitas Sam Ratulangi Manado (dalam
artikelcampuran.com,2014) yang dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun nangka yang dijadikan
salep dapat memberikan memberikan efek penyembuhan terhadap luka terbuka pada kelinci.
Dalam abstrak.ta.uns.ac.id salep yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pemilihan salep dengan dasar hidrokarbon. Ada beberapa pertimbangan yang digunakan dalam
pemilihan dasar salep, dasar salep hidrokarbon memiliki keuntungan antara lain basis salep
hidrokarbon yang mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, sukar dicuci dan tidak ada
perubahan dengan berjalannya waktu abstrak.ta.uns.ac.id (dalam Ansel, 1989). Bahan-bahan
untuk membuat salep hidrokarbon tersebut adalah vaselin yang terdiri dari vaselin putih atau
vaselin kuning dan dapat menyerap air sebanyak 5%, parafin yang terdiri dari parafin solid yang
digunakan untuk mengeraskan salep dan parafin cair, serta minyak tumbuhan seperti oleum
sesame dan oleum olivarum abstrak.ta.uns.ac.id(dalam Anief, 1993). Lalu konsentrasi parafin
solid dan vaselin albumin diberikan perbedaan konsentrasi. Penggunaan perbedaan konsentrasi
parafin solid dan vaselin album dalam pembuatan sediaan salep ekstral etanol daun nangka
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas
sediaan salep. Parafin solid berfungsi untuk mengeraskan salep yang dapat meningkatkan daya
lekat dan mempengaruhi sifat fisik dari sediaan salep dengan penggunaan konsentrasi yang
berbeda.
Penelitian mengenai pembuatan salep tersebut dilakukan karena mengacu pada penelitian
Dyta (2011) Aktivitas antibakteri senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam daun
nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk) terhadap bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan
daya hambat pada konsentrasi yang tinggi. Namun salep ini hanya dapat digunakan untuk
penutup luka pada kulit. Sedangkan untuk mengatasi jerawat kita tidak perlu melakukan
penelitian seperti di atas untuk menggunakannya. Karena kita dapat membuat sendiri masker
wajah dari daun nangka. Menurut artikelcampuran.com cara pembuatannya adalah sebagai
berikut :

1. Ambillah beberapa daun nangka yang sudah tua (coklat atau kuning)
2. Blenderlah daun nangka tersebut hingga hancur menjadi serbuk yang sangat halus
(bubuk).
3. Campurkan bubuk daun nangka tersebut dengan sedikit air sehingga menjadi masker
4. Oleskan masker daun nangka tersebut ke wajah Anda yang terkena jerawat
5. Biarkan masker tersebut diwajah Anda selama 15 sampai 20 menit
6. Terkhir bilas wajah Anda dengan air bersih.

Kemudian untuk membuat ramuan alami untuk obat bisul menurut Fauzulmustaqim.com
(2017) dapat dilakukan yaitu bakar daun nangka yang telah kering lalu ambillah arangnya,
campur dengan kapur sirih dan sedikit minyak kayu putih. Berikanlah pada kulit yang berbisul.
Maka kita tidak perlu khawatir dalam menyembuhkan jerawat dan luka kulit karena ada bagian
tumbuhan yang sering kita hiraukan ternyata memilki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan
kita yaitu daun nangka. Daun nangka tidak hanya digunakan dalam bentuk salep tetapi juga
dapat di buat dalam bentuk masker. Juga dapat dikonsumsi sebagai lalapan untuk melancarkan
asi ibu.
Kesimpulan
Daun nangka adalah bagian dari tanaman nangka yang sering kita hiraukan manfaatnya
untuk tubuh kita. Karena ternyata dapat berkhasiat untuk mengobati jerawat dan luka kulit.
Dimana daun nangka mengandung zat alami yaitu flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat
membunuh sel bakteri penyebab infeksi dalam luka yaitu bakteri Staphylococcus aureus.
Sehingga dibuatlah salep anti bakteri untuk menyembuhkan luka kulit seperti borok kulit.
Sedangkan untuk mengatasi jerawat dan bisul dapat menggunakan cara sederhana yaitu dengan
dibuat menjadi masker wajah dan obat oles untuk bisul. Tujuan untuk menggunakan daun
nangka ini sebagai pengobatan adalah untuk mengurangi menggunakan obat-obatan kima
dipasaran dan meningkatan daya guna daun nangka.
Daftar Pustaka
Anonim. (2014). Cara Menghilangkan Jerawat dengan Daun Nangka. Di akses 14 Oktober 2017,
dari http://caramenghilangkanbekasjerawat.artikelcampuran.com/2014/12/cara-menghilangkan-
jerawat-dengan-daun-nangka.html
Sudirga, S. K. (2012). Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Tradisional di Desa Trunyan
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Bumi Lestari, 4(2).
Sari, D. P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka. Artocarpus
heterophyllus.
Anas, Y., Hidayati, D. N., Kurniasih, A., & DS, L. K. (2016). AKTIVITAS ANTIDIARE
EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) DAN DAUN
ANGSANA (Pterocarpus indicus Wild.) PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB/C. e-
Publikasi Fakultas Farmasi, 13(1), 33-41.
Anonim.(1September 2017). Jerawat. Di akses 14 Oktober 2017, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Jerawat
Alodokter.(2016). Pengertian Bisul. Di akses 14 Oktober 2017, dari
http://www.alodokter.com/bisul.
H. Kikuzaki, M. Hisamoto, K. Hirose, K.Akiyama, dan H. Taniguchi, J.Agric.FoodChem, 50
(2002)pp. 2161-2168. H. Kikuzaki, M. Hisamoto, K. Hirose, K.Akiyama, dan H.
Taniguchi,J.Agric.FoodChem, 50 (2002) pp. 2161-2168.
Dyta, P.S., 2011, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(Artocarpusheterophyllus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sumayyah A.F.(2016). PENGARUH PERBEDAAN TIPE BASIS SALEP ANTIBAKTERI
EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) TERHADAP SIFAT
FISIKNYA. Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/M3513046_bab2.pdf.
Rizky.Y.P. (2009). Laporan Praktikum Fitokimia. Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://rizkytrondol.blogspot.co.id/2009/04/laporan-praktikum-fitokimia-oleh-rizky_5447.html
Fauzul M. (2015).Khasiat Daun Nngka Nangka Dpat Menyembuhkan Diabetes,Bisul, dan
kanker, dari http://www.fauzulmustaqim.com/2017/02/kasiat-daun-nangka-dapat-
menyembuhkan.html.
Anonim.(2017). Kandungan dan Manfaat Buah Nangka.Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://agroteknologi.web.id/kandungan-dan-manfaat-buah-nangka/.
Paul B.NP.Daun Nangka Obat Alami Diabetes. Diakses 15 Oktober 2017, dari
https://kutuskutusbali.com/daun-nangka-obat-alami-diabetes/
Wahidah, B. F. (2013). Potensi Tumbuhan Obat di Area Kampus II UIN Alauddin Samata
Gowa. Teknosains, 7(1), 111-119.
Permata, S,D. .2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus
heterophyllus) terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
HARIYANTO, R. A. B. PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK, FLAVONOID DAN
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS Trigona sp.
Sari, D. P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka. Artocarpus
heterophyllus.
Al, S. (2016). Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lam.) Terhadap Sifat Fisiknya (Doctoral dissertation, Universitas
Sebelas Maret).
Anonim.(2013). Ciri Khusus Pohon Nangka dan Fungsinya. Diakses 16 Oktober 2017, dari
http://manfaat.org/ciri-ciri-khusus-pohon-nangka-dan-fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Nama tanaman
Nama lokal: nangka
2. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
(Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)

3. Morfologi tumbuhan

Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan
berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki tulang daun yang
menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang
lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir,
berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang
memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah
berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987).

4. Kandungan kimia dan manfaat tanaman


Daun tanaman ini di rekomendasikan oleh pengobatan ayurveda sebagai obat antidiabetes karena
ekstrak daun nangka memberi efek hipoglikemi (Chandrika, 2006). Selain itu daun pohon nangka juga
dapat digunakan sebagai pelancar ASI, borok (obat luar), dan luka (obat luar). Daging buah nangka muda
(tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran yang mengandung albuminoid dan karbohidrat.
Sedangkan biji nangka dapat digunakan sebagai obat batuk dan tonik (Heyne. 1987). Biji nangka dapat
diolah menjadi tepung yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makan campuran).
Khasiat kayu sebagai antispasmodic dan sedative, daging buah sebagai ekspektoran, daun sebagai
laktagog. Getah kulit kayu juga telah digunakan sebagai obat demam, obat cacing dan sebagai
antiinflamasi. Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kandungan kimia dalam kayu
adalah morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tannin. Selain itu, dikulit kayunya juga terdapat
senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, sikloartobilosanton, dan artonol B (Ersam, 2001).
Bioaktivitasnya terbukti secara empirik sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretil, dan
antihipertensi (Ersam, 2001).

1. Nama tanaman

Nama lokal: nangka

2. Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
(Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)

3. Morfologi tumbuhan
Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat,
kasar dan berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki
tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-
5 cm, tangkai panjang lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga
majemuk yang berbentuk bulir, berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan
betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di
antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji
coklat muda (Heyne, 1987).

4. Kandungan kimia dan manfaat tanaman


Daun tanaman ini di rekomendasikan oleh pengobatan ayurveda sebagai obat antidiabetes karena
ekstrak daun nangka memberi efek hipoglikemi (Chandrika, 2006). Selain itu daun pohon
nangka juga dapat digunakan sebagai pelancar ASI, borok (obat luar), dan luka (obat luar).
Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran yang mengandung
albuminoid dan karbohidrat. Sedangkan biji nangka dapat digunakan sebagai obat batuk dan
tonik (Heyne. 1987). Biji nangka dapat diolah menjadi tepung yang digunakan sebagai bahan
baku industri makanan (bahan makan campuran). Khasiat kayu sebagai antispasmodic dan
sedative, daging buah sebagai ekspektoran, daun sebagai laktagog. Getah kulit kayu juga telah
digunakan sebagai obat demam, obat cacing dan sebagai antiinflamasi. Pohon nangka dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kandungan kimia dalam kayu adalah morin,
sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tannin. Selain itu, dikulit kayunya juga terdapat senyawa
flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, sikloartobilosanton, dan artonol B (Ersam, 2001).
Bioaktivitasnya terbukti secara empirik sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretil, dan
antihipertensi (Ersam, 2001).

5. Penelitian mekanisme antikanker

Artonin C, D, I, X, U, L, K, J, T, S; lebih lengkap klik di sini.

Daftar pustaka

Candrika, 2006, Hypoglycaemic Action Of The Flavanoid Fraction of Artocarpus heterophyllus


Leaf, Afr. J. Trad. CAM, 3 (2) : 42-50
Ersam, T., 2001, Senyawa Kimia Makromolekul beberapa Tumbuhan Artocarpus Hutan Tropika
Sumatera Barat, Disertasi ITB, Bandung

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Senyawa saponin dan tanin mampu membunuh sel bakteri, sedangkan


senyawa flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi
menetralisir radikal bebas, sehingga mampu meminimalkan efek
kerusakan pada sel dan jaringan tubuh. Jadi, senyawa yang terkandung
pada daun naangka (saponin, flavonoid, dan tannin) dapat bekerja sebagai
antimikroba dan merangsang pertumbuhan sel baru pada luka.

Kita ketahui bahwa salah satu penyebab jerawat, karena adanya bakteri
atau mikroba penyebab jerawat yakni bakteri Propionibacterium acnes.
Dengan menggunakan daun nangka tentunya daun tersebut sudah
diekstrak atau dijadikan masker, maka senyawa saponin dan tannin yang
terdapat dalam daun nangka akan membunuh mikroba penyebab jerawat,
sedangkan kulit yang rusak akibat mikroba tersebut akan digantikan oleh
sel-sel baru akibat dari rangsangan senyawa falovonoid.

Selain kandungan yang sudah dijelaskan di atas, daun nangka juga


mengandung vitamin E. Menurut wikipedia, Vitamin E berfungsi untuk
berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan
dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta
mempercepat proses penyembuhan luka. Bagaimana cara menghilangkan
jerawat dengan daun nangka?

Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid - Salep


PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan
obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan
untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat. Selain
itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti salep yang digunakan melalui
rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai,
mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap
kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu
mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus
bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus
mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi
serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

2. DEFINISI SALEP
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope
edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan
yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan
lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep
adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep
tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

3. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SALEP


 Kerugian salep
misalnya pada salep basis hidrokarbon, sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai
pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.

 Keuntungan Salep
misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket
yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air
dibandingkan dasar salep berminyak.

4. FUNGSI SALEP
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan
rangsang kulit ( Anief, 2005).

5. PERSYARATAN SALEP MENURUT FI ED III


a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

6. SALEP YANG BAIK MEMPUNYAI SIFAT-SIFAT BERIKUT:


a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan
kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan
zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas,
namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu
kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka
salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d. Protektif : salep – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki
kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar
matahari.
e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat dari
basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak
dikehendaki.
f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha
agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait
dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).

7. KUALITAS DASAR SALEP MELIPUTI :


a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil
pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat
yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan (Anief, 2005).

8. SALEP DAPAT DIGOLONGKAN BERDASARKAN KONSISTENSI, SIFAT


FARMAKOLOGI, BAHAN DASAR, DAN FORMULARIUM NASIONAL :
 Menurut konsistensi, salep di bagi :
a. Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa,
tetapi mudah dioleskan
b. Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat
dicuci dengan air.
c. Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal
karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d. Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga
konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e. Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau
tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana
yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10%
dengan air mendidih).
 Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a. Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan
rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau
astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b. Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ;
terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang
diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
 Menurut dasar salepnya:
a. Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat
dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
b. Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.

FORMULA SEDIAAN SALEP


R/ STANDAR SALEP HYDROKORTISON:
Tiap 10 g mengandung :
Hydrocortinosum 100 mg
Adeps lanae 1g
Vaselinum album ad 10 g

Formula
Tiap 15 g mengandung :
Nama bahan Konsentrasi Standar Literatur
Hydrocortinosum 150 mg 100 mg/10 g FN, hal 163
Adeps lanae 1,5 g 1g/10g FN, hal 163
Propylenglikol 10 % < 15% Handbook, hal 592
Vaselinum album ad 15 g

CARA KERJA
1. Menimbang bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya, digerus hingga halus
sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki.
2. Menimbang basis vaselin album dan adeps lanae, mencampurkan satu sama lain
dengan metode pencampuran kemudian digerus dalam mortir hingga homogen.
3. Menambahkan propilenglikol dan BHT kedalam basis yang sudah tercampur.
4. Menambahkan basis yang sudah tercampur sedikit-sedikit ke dalam mortir yang sudah diberi
bahan berkhasiat.
5. Mengaduk sampai homogen dan mencampurkannya sampai rata.
6. Memasukkan kedalam pot dan diberi etiket.
7. Melakukan evaluasi.

EVALUASI / UJI
Evaluasi sediaan :
Ø Penentuan viskositas sediaan
Ø Uji homogenitas
Ø Uji stabilitas
Ø Uji keseragaman bobot dalam kemasan primer
Ø Penentuan kadar zat aktif dalam sediaan
Ø Penentuan pH
Dari beberapa kriteria evaluasi tersebut,hanya Uji homogenitas,Uji stabilitas dan uji Ph yang
memungkinkan untuk dilakukan.
1. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca objek tipis-tipis dan
diamati homogenitas sediaannya
2. Uji stabilitas
Diamati terjadinya pertumbuhan mikroorganisme dengan mengamati timbulnya mikroorganisme
pada permukaan sediaan
3. Penentuan pH syarat dari pH sediaan topical yaitu antara 4,5 – 6,5

KESIMPULAN
Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka
untuk pemakaian luar.
persyaratan salep adalah pemerian tidak boleh berbau tengik, Kadar, kecuali dinyatakan lain dan
untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %, Dasar
salep, homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogeny, penandaan,pada etiket harus tertera “obat
luar” (Syamsuni, 2005). Kualitas salep yang baik adalah stabil, lunak, mudah dipakai,
terdistribusi merata.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2002. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Departemen Kesehatan RI . Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta
Departemen Kesehatan RI . 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning. 2008 .Teknologi dan Formulasi Sediaan

I. Latar Belakang

A. SALEP
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit
atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar
dapat memberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sediaan salep harus memiliki kualitas yang
baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam
salep harus halus. oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak
masalah, saleb yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke
pori-pori kulit dan diserab oleh kulit. Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting
dalam keberhasilan terapi dengan menggunakan sediaan salep.

Pelepasan obat dari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat seperti
kelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif dengan pembawanya serta untuk
basis yang berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi
sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan oleh sebab itu dalam membuat suatu sediaan
yang sangat perlu diperhatikan adalah pemilihan formulasi.

B. CREAM

Cream secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim
terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.

II. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa masalah, yaitu :

a. Apa definisi dari Unguenta dan Cream ?


b. Apa keuntungan dan kerugian dari unguenta dan cream ?
c. Apa saja persyaratan unguenta dan cream ?
d. Apa saja basis obat unguenta dan cream ?
e. Bagaimana cara pembuatan unguenta dan cream ?

III. Tujuan

Dalam makalah ini diharapkan mencapai tujuan untuk mengetahui apa itu unguenta dan cream .
BAB II
PEMBAHASAN

IV. Definisi Salep Dan Cream

A. SALEP

Menurut Farmakope Edisi III : Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar
salep yang cocok.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan
untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak boleh berbau tengik kecuali
dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras
narkotika adalah 10 %.

B. CREAM

Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

V. Keuntungan Dan Kerugian

a. Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai
sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci
dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.

b. Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon

 sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
 Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
 Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai
sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan
adanya air.

c. Keuntungan sediaan krim, yaitu:

 Mudah menyebar rata


 Praktis
 Mudah dibersihkan atau dicuci
 Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
 Tidak lengket terutama tipe m/a
 Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
 Digunakan sebagai kosmetik
 Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

d. Kerugian sediaan krim, yaitu:

 Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
 Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.

VI. Basis Obat Salep Dan Cream

1. Basis Hidrokarbon (Bersifat Lemak) :


- Tidak terabsorpsi melalui kulit
- Sedikit atau tidak mengandung air sama sekali, tidak tercampur dengan air. Daya absorpsi air
dari lingkungan rendah 5-10%. Keuntungan : dapat digunakan untuk zat aktif yang mudah
terhidrolisis.
- Bersifat emolient.
- Dapat melekat pada permukaan kulit dalam waktu yang lama.
- Basis ini dapat meningkatkan hidratasi kulit, karena basis ini akan membentuk suatu lapisan
waterproof yang akan menghambat hilangnya air dari sel-sel kulit (bersifat
emollient/moisturizer)
- Contoh: vaselin alba, vaselin flava, paraffin cair.

2. Basis absorbsi (basis serap) :


- Bersifat hidrofil, yang dapat mengabsorbsi air.
- Merupakan campuran antara sterol-sterol binatang dengan senyawa hidrokarbon yang memiliki
gugus polar seperti hidroksil, karboksil.
- Membentuk emulsi tipe air dalam minyak
Contoh : lanolin

3. Basis yang larut dalam air :


- Larut dalam air, mudah di cuci, tidak berminyak, bebas lipid, tidak mengiritasi

4. Basis yang dapat di cuci dengan air :


- Larut dalam air, terabsorbsi baik oleh kulit
- Membentuk emulsi tipe minyak dalam air (m/a) (vanishing cream)
- Fase minyak (fase internal) :
Campuran petrolatum dengan alkohol BM tinggi (cetyl/steryl alkohol)
- Asam stearat, ex trietanolamin stearat, akan menghasilkan emulsi dalam bentuk sabun
- Fase air (fase eksternal) :
Bahan pengawet humectan, pendapar, emulgator.

VII. Persyaratan Salep Dan Cream

a. Salep

 Pemerian : tidak boleh berbau tengik.


 Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
kadar bahan obat adalah 10%.
 Dasar salep (basis) : kecuali di nyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan
vaselin putih (vaselin album).
 Homogenitas : jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
 Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

b. Cream

 Stabil selama dalam pemakaian pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
 Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus.
 Seluruh produk homogen.
 Mudah di pakai.

VIII. Cara Pembuatan

a. Salep

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar. Ada
beberapa metode pembuatan salep :

 Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny.
 Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau
dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;

 Zat yang dapat larut dalam basis salep : (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah
larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
 Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat
larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan
basis salep yang dapat menyerap air.

Salep yang dibuat dengan peleburan :

 Dalam cawan porselen


 Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
 Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir
(disaring dengan kasa) dilebihkan 10-20%

Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

 Zat padat

a. Zat padat dan larut dalam dasar salep :

1. Camphorae

- Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak
dilampaui daya larutnya).
- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut.
- Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur (karena
penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
- Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol
95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2. Pellidol
- Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%).
- Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang
sudah dicairkan.

3. Lodium

- Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae


- Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda V).
- Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.

b. Zat padat larut dalam air

1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)

Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit
yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

4. Fenol/fenol

Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit
dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.

c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:

1. Argentums nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya penisilin)
10. Chloretum auripo natrico
d. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.

1. Ichtyol
2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album

e. Zat padat tidak larut dalam air


Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu.

 Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat) :

1. Air
- Terjadi reaksi
- Tak terjadi reaksi

2. Spiritus/etanol/alcohol
- Jumlah sedikit
- Jumlah banyak

3. Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.

 Bahan berupa ekstak/extraktum :

a. Extraktum siccum/kering
b. Exractum spissum/kental
c. Extractum liquidum

 Bahan-bahan lain :

a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit

b. Cream
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi, komponen tidak
bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu
70-75 °C.

Ada beberapa komponen pembuatan krim :

 semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu
yang sama dengan komponen lemak
 larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan
diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi
dari lilin/lemak
 campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran mengental
 Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan
menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.

IX. Wadah Dan Pengemasan

Wadah tertutup baik harus dapat melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
hilangnya isi selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan, dan pendistribusian, sediaan
krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.

Contohnya :
Wadah dan kemasan Salep dan Cream :

BAB III
PENUTUP
X. Kesimpulan

pada proses pembuatan sangat penting untuk mengetahui karakteristik dari masing - masing
bahan dan zat yang digunakan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlakuan khusus pada
sediaaan yang tentunya memiliki kelarutan dan konsistensi, serta, sifat kimia fisika yang
berbedaa-beda. Selain itu interaksi yang kemungkinan terjadi antara bahan yang satu dengan
bahan lain, serta bahan dengan alat dan wadah yang digunakan juga perlu diperhatikan.

Definisi

Menurut Farmakope Indonesia edisi III


Ointment (Unguentum) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang
cocok.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput
lendir.

Menurut Pharmaceutics edited by M. E.Aulton


Ointments are greasy, semisolid preparations, often anhydrous and containing dissolved or
dispersed medicaments.

Menurut pharmaceutical Practice by D. M. Collet


Ointment are greasy preparations, the base is usually anhydrous and immiscible with skin
secretions.

Karakteristik Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.


2. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3. Tidak merangsang kulit.
4. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8. Mudah dicuci dengan air.
9. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10. Mudah diformulasikan/diracik
11. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
12. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
13. Tidak merangsang kulit.
14. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
15. Stabil dalam penyimpanan.
16. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
17. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
18. Mudah dicuci dengan air.
19. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
20. Mudah diformulasikan/diracik

Kelebihan Salep
 Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

 Sebagai bahan pelumas pada kulit.

 Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
 Sebagai obat luar

Kekurangan Salep
 Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .

Cara Absorpsi Salep


I. Absorpsi Perkutan
Absorpsi Perkutan adalah absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bawah kulit tercakup
masuk ke dalam aliran darah. Pada umumnya absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada
preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak hanya bergantung pada sifat
kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam pembawa
farmaseutika dan pada kondisi dari kulit. Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi
obat umumnya melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut atau
kelenjar keringat, karena luas permukaan yang terakhir ini lebih kecil dibandingkan dengan
daerah kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini.
Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat
melalui stratum corneum, stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai
membrane buatan yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi
pasif. Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat,
kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai
sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui
stratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit.
Walaupun kulit telah dibagi secara histology ke dalam stratum corneum, epidermis yang
hidup dan dermis secara bersama-sama dapat dianggap sebagai lapisan penghalang. Penetrasi
lapisan ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui:
1. Penetrasi transelular (menyebrangi sel)
2. Penetrasi interselular (antar sel)
3. Penetrasi transappendageal (melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan perlengkapan
pilo sebaceous)
Factor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit factor utamanya ialah:
1. Penetrasinya dan cara pemakaiannya
2. Temperature dari kulit
3. Sifat-sifat dari obatnya
4. Pengaruh dari sifat dasar salep
5. Lama pemakaian
6. Kondisi atau keadaan kulit
Dasar-dasar absorpsi perkutan belum sepenuhnya dapat dipahami. Dari segi factor
fisiologi, yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya absorpsi perkutan ialah keadaan kulit,
luas daerah pemakaian, dan banyaknya pemakaian. Pada kulit yang sakit atau lecet, sering terjadi
kenaikan kecepatan dan besarnya absorpsi kecil. Bila sawar kulit rusak pengaruh dasar salep
pada absorpsi kecil. Pada daerah kulit yang tebal seperti telapak kaki dan telapak tangan
penetrasi berjalan lambat dan penetrasi berjalan cepat pada daerah yang lapisan kreatinnya tipis
misalnya pada muka dan pelupuk mata.

Basis Salep

Berdasarkan Farmakope III


Dasar salep dinyatakan sebagai bahan dasar yang biasa menggunakan Vaselin putih. Tergantung
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut :
 Dasar salep senyawa hidrokarbon vaselin putih, vaesilin kuning atau campurannya dengan
malam putih, dengan malam kuning atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang cocok.
 Dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil alcohol, 8
bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih; campuran 30 bagian malam kuning dan 70
bagian minyak wijen.
 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dalam air.
 Dasar salep yang dapat larut dalam air : Polietilenglikola atau campurannya.
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :

1. Basis hidrokarbon,
2. Basis absorpsi (basis serap),
3. Basis yang dapat dicuci dengan air, dan
4. Basis larut dalam air.

Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis silikon. Setiap salep obat
menggunakan salah satu basis salep tersebut

1. Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon bersifat inert, umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi
(Petrolatum) yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax atau
senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum). Basis ini digolongkan sebagai
basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau hewani. Sifat
minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan
tidak terabsorbsi oleh kulit. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena
memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.

Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat
hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang waterproff.
Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat
menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga
memiliki sifat moisturizer dan emollient. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu
meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan absorbsi dari zat
aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek vasokonstriksi pada
pemberian steroid secara topikal dengan basis ini.

Kandungan Basis Hidrokarbon

1. Soft Paraffin
Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi
Jenis soft paraffin yaitu :
 Berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
 Berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna
putih

2. Hard Paraffin
Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
Sifat fisik :
- tidak berwarna s/d berwarna putih,
- tidak berbau,
- memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
- memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.

3. Liquid Paraffin
Merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak
berbau dan mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan
antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT). Digunakan untuk menghaluskan basis salep
dan mengurangi viskositas sediaan krim. Jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu
dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu
mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga 60oC).
Stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah
disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.
4. Petrolatum atau vaselin
Petrolatum, USP adalah campuran dari hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi.
Petrolatum suatu massa yang kelihatannya bagus, bermacam-macam warnanya dari kekuning-
kuningan sampai kuning gading yang muda. Melebur pada temperatur antara 380C dan 600C,
dapat digunakan secara tunggal atau dalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.

5. Minyak mineral
Minyak mineral adalah campuaran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi.
Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak.

6. Silikon
Termasuk basis berminyak, bila dipegang rasanya seperti minyak, tak campur dengan air, cairan
jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Stabil pada oksidasi dan (tahan aksidasi), dan stabil pada
temperatur tinggi.

7. Minyak tumbuh-tumbuhan
Contohnya Ol. Sesami dan Ol. Olive, digunakan sebagai pelumas dan penurun titik lebur salep.
Pada proses hidrogenasi menjadi semisolid yang berwarna putih. Keuntungan hidrogenasi adalah
salep makin stabil dan tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.

Pertimbangan Pemilihan Bahan


Pemilihan basis salep disesuaikan dengan sifat zat aktif dan tujuan penggunaan.
Sifat sifat Basis Hidrokarbon :
 Basis hidrokarbon bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif karena inert,
 Sedikit atau tidak mengandung air,
 Serta tidak mengabsorbsi air dari lingkungannya.
 Kandungan airnya yang sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif seperti beberapa
antibiotik
 Kemampuan menyerap air yang rendah menyebabkan basis ini dapat digunakan pada eksudat
(luka terbuka).
 Meskipun demikian, basis ini tetap meningkatkan hidrasi kulit sehingga meningkatkan absorbsi
zat aktif secara perkutan.

Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika tidak disebutkan
apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon

1. Acid Salicylici Unguentum (Salep Asam Salisilat)

Tiap 10 gram mengandung:

- Acidum salicylicum 200 mg

- Vaselinum album ad 10 g

2. Acid Salicylici Sulfuris Unguentum (Salep Asam Salisilat Belerang)

Tiap 10 gram mengandung:

- Acidum salicylicum 200 mg

- Sulfur 400 mg

- Vaselinum album ad 10 g

3. Hyoscini Oculentum (Salep mata Hiosina / Skopolamin)

Tiap gram mengandung:

- Hyoscini hydrobromidum 2,5 mg

- Paraffinum liquidum 65 mg

- Vaselinum album ad 1 g

Kelebihan dan Kekurangan Basis Hidrokarbon

Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang
menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar
salep berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan
antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air. Sifatnya yang berminyak
dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari
permukaan kulit. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis
hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.

Basis salep serap

Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga dapat berupa
bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap kelebihan air.

Membentuk emulsi w/o (water/oil)

Sumber Basis

 Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol binatang


atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar
seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester.
 Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll

Tipe basis serap

 tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak.
Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.

 tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.

Komponen dalam Basis Salep Absorbsi

1. Anhydrous Lanolin (Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae)


Pemerian : Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa bahan seperti lemak,
dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-44 oC. Lanolin anhidrat cair berwarna jernih
atau hampir jernih berupa cairan berwarna kuning. Anhydrous lanolin atau lanolin anhidrat
merupakan lanolin yang mengandung air tidak lebih dari 0.25%.
Kelarutan: Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air dengan jumlah dua
kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas
dan sangat larut dalam eter, benzene, dan kloroform.

Kestabilan dan Syarat Penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam
penyimpanan.

Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Lanolin anhidrat selain digunakan dalam
formulasi topikal dan kosmetik, dapat sebagai basis salep, juga sebagai emulsifying agent.
Lanolin anhidrat digunakan sebagai basis salep terutama jika ingin dilakukan pencampuran
larutan yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat meningkatkan absorpsi terhadap zat aktif dan
mempertahankan keseragaman konsistensi salep. Namun, Lanolin anhidrat juga dapat
mempengaruhi stabilitas zat aktif karena mengandung pro-oksidan.

nolin (Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua)


Pemerian : Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperolah dari bulu domba (Ovis
aries) merupakan emulsi air dalam minyak yang mengandung air antara 25% sampai 30%.
Berwarna kuning dengan bau yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah menjadi dua
bagian, dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa air.

Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter dengan pemisahan
bagian airnya akibat hidrasi.

Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Banyak digunakan sebagai basis pada salep
karena kompatibilitasnya dengan lemak pada kulit. Lanolin merupakan emulsi air dalam
minyak. Derivat dan fraksi-fraksi dari lanolin yang ada sekarang antara lain lanolin alcohol,
lanolin terhidrogenasi, ester lanolin dan produk lainnya. Sebagian besar dari derivat ini
diproduksi untuk tujuan memperbaiki sifat emulsifikasi atau mengurangi reaksi alergi. Sebagian
besar dari fraksi-fraksi lanolin ini mempermudah pembentukkan emulsi air di dalam minyak.

3 . Petrolatum Hidrofilik
Petrolatum hidrofilik dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih dan petrolatum putih. Dasar salep
ini memiliki kemampuan mengabsorpsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak.

4 . Cold Cream
Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak, setengah padat, putih, dibuat
dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat dan air murni. Natrium borat
dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin membentuk sabun natrium yang
bekerja sebagai zat pengemulsi. Krim pendingin digunakan sebagai emolient dan dasar salep

Basis yang dapat dicuci dengan air

Sifat-sifat basis tipe ini, yaitu:

 Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB >9 )
 Hidrat
 Hidrofilik
 Mudah dicuci dengan air
 Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
 Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
 Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-hydrolyzable
Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air (O/W)
 Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM
tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.

 Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun,
contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam
formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.

 Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan
formulasi

 Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:

1. Bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan asam sorbat


2. Humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol
3. Emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik, kationik, anionik, atau
amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut dalam air, stabilizer, pengontrol pH, atau bahan lain
yang berhubungan dgn sistem cair.
 Emulsi yang terdiri dari emulsifier nonionik biasanya terdispersi ke komponen lipofilik pada fase
minyak dan komponen hidrofilik pada fase air.
 Isi dari emulsifier nonionik dari jumlah total emulsi adalah 10% dari total berat atau volume.
Emulsi dengan emulsifier nonionik umumnya memiliki potensi mengiritasi yang rendah, stabil,
dan memiliki karakteristik kompatibilitas yang baik.
 Surfaktan anionik dan kationik dapat menyebabkan kerusakan stratum korneum dan berbanding
langsung dengan konsentrasi dan durasi kontak.
 Surfaktan nonionik memiliki efek yang lebih sedikit terhadap stratum korneum.
Basis Larut air

Sifat basis larut air:


- Larut dalam air
- Dapat dicuci
- Tidak berminyak
- Bebas lipid
- Tidak mengiritasi

Komponen utama : polietilen glikol


Terdapat gugus polar dan ikatan eter yang banyak. Salep yang baik bisa diperoleh dengan
menggunakan campuran polietilen glikol BM kecil dan besar

Contoh Formulasi Salep Larut Air

Pembuatan salep kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol (dasar larut dalam air).
Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen glikol yang dimodifikasi :

 Kloramfenikol 2g
 Propilen glikol 50 g
 Polietilen glikol 6000 49 g

Cara Pembuatan

Dalam cawan porselin ditimbang propilen glikol dan polietilen glikol 6000, lalu dipanaskan pada
penangas uap pada 65°C, kemudian dibiarkan dingin sambil diaduk sampai membeku. Setelah
itu, ditambahkan kloramfenikol, dan digerus sampai homogen.
Formulasi Sediaan Salep
Aturan umum pembuatan salep :
 Zat yang dapat larut dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
 Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat
ayakan no. 100.
 Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air
tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep
yang lain.
 Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.

Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok yang kemudian akan menunjukkan susunan yang homogen.
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep.
Camphora, mentholum, phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan dengan
cara digerus dalam mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut dicampurkan bersama-
sama ke dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dahulu agar meleleh lalu ditambahkan
dasar salep sedikit demi sedikit.
Contoh resep :

R/
Camphorae 1
Vaselin flav. 9
S.ungt.Camphoratum

2. Zat yang mudah larut dalam air


Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya
dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air.
Setelah seluruh obat dalam air terserap, lalu ditambahkan bagian-bagian lain dari dasar salep,
digerus dan diaduk hingga homogen.
Contoh resep :
R/ keterangan : Lanolin digunakan untuk
melarutkan KI
Kalii Iodid 3
Lanolin 16
Ungt.Simplex.ad 30
m.d.s.ad us.ext.

3. Zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini dihaluskan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no. 100. Setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan dahulu, setelah itu sisa-sisa bahan-bahan yang
lain ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Pembuatan
salep dengan asam borat tidak diizinkan dibuat dengan pemanasan.
Contoh resep :

R/
Zinci Oxydi 1
Vaselini albi 9
m.d.s.ad us.ext.

Ayak ZnO dengan pengayak no. 100 dan ditimbang serbuk yang telah diayak tersebut 1 gram.
Panaskan mortar dan stamfer dengan menuangkan air panas. Masukkan kurang lebih 1 gram
Vaselin dalam mortar panas, diaduk dan digerus sampai homogeny.

Metode Pembuatan Salep Dalam Skala Lab dan Industri


Pembuatan Salep
Dalam pembuatan salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu :
1. Metode pencampuran Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan segala cara
sampai sediaan yang homogen.
2. Metode peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur
bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-
komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah
didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran 13 telah
cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen (Ansel, 1986).
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil (laboratorium)
maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada kapasitas
alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil. Dalam praktek yang lebih
sederhana, pembuatan sediaan semipadat dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang umum
terdapat di laboratorium seperti beaker glass, mortir, steamper, spatula, sumber panas, penangas air,
cawan porselin, dan hand homogenizers. Dalam skala yang lebih besar atau skala industri, dapat
menggunakan stirrers, agitators, heating kettles, homogenizers, electric mortar and pestle dan colloid
mills.
Secara umum, peralatan yang umumnya dibutuhkan dalam produksi sediaan semipadat dapat dibagi
menjadi 3 macam:
1. Peralatan untuk memperkecil ukuran partikel
2. Peralatan untuk pencampuran
3. Peralatan untuk pengemasan
Pengecilan ukuran partikel dibutuhkan untuk meningkatkan kelarutan, meningkatkan homogenitas dan
memudahkan dalam pencampuran serta kenyamanan dalam penggunaan. Mekanisme pengecilan
ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara :
1. Impact : pengecilan ukuran partikel akibat tenaga tumbukan yang tiba-tiba yang tegak lurus pada
permukaan partikel/aglomerat
2. Attrition : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan tenaga parallel pada permukaa partikel.
3. Compression : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan tenaga secara perlahan (lebih kecil
dibandingkan impact) pada permukaan partikel (pada bagian pusat dari partikel)
4. Cutting: pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan pembagian/sharing partikel (memotong
partikel)Penggunaan peralatan dalam pencampuran emulsi akan memberikan pengaruh terhadap
stabilitasnya.
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut

1. ZAT-ZAT YANG DAPAT DILARUTKAN DALAM DASAR SALEP


Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.

Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan
cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka
zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai
homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.

Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut
setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya
menguap.

Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar
meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

(IMO,hal 55)

2. ZAT-ZAT YANG MUDAH LARUT DALAM AIR


Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya
dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang
dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain
dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.

Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex,
hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25%
air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).(IMO, hal 57)

3. ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM DASAR SALEP

Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan
yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk
pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau
lunak.(IMO,hal 59)
4. BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA SALEP

Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri,
jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.

(Ilmu Resep Teori,hal 48)

EVALUASI SALEP
Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:
1. DAYA MENYERAP AIR
BA=100.KA100-KA
KA=100.BA100-BA

Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasikan basis
absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis
bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur tersebut dapat
dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :

2. KANDUNGAN AIR
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salap.
• Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa
maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
• Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut menguap
yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang
disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
• Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan Belerang Oksida dan Iod
serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4

Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya reaksi secara
kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air digunakan formula berikut :
% Air = f . 100 (a-b) P

f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml),


a = larutan standar yang dibutuhkan (ml),
b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko (ml),
P = penimbangan zat (mg)

3. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap
atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode
sebagai berikut:
• Metode penetrometer.
• Penentuan batas mengalir praktis

4. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuannya dilakukan
dengan menggunakan entensometer.

5. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah
dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.

6. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam industri bahan
pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh
dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi
metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

You might also like