Professional Documents
Culture Documents
Tanaman Nangka
/anaman nangka
(Artocarpus heterophyllus),
diklasifikasikan kelas Dikotil ordo
Urticales
! $ ya m s u h i d a ya t , $ . $ d a n H u t a p e a , 0 . 1 , ' 2 2 ' " . 3 r u t a n k l a s i f i k a s i n ya
s e b a g a i berikut+ &ingdom4&erajaan +
Plantae
Di5isio4Di5isi +
Magnoliophyta
6lass4&elas +
Magnoliopsida
Ordo4 angsa +
Urticales
7amily4$uku +
Moraceae
8enus4*arga +
Artocarpus
$pecies40enis +
Artocarpus heterophyllus
B.
Nangka buah besar+ tinggi mencapai )- ) m9 diameter batang mencapai :) cm danumur mulai
berbuah sekitar (-') tahun. "
Nangka buah kecil+ tinggi mencapai ;-2 m9 diameter batang mencapai '(- ( cm danumur mulai
berbuah sekitar ':- < bulan. erdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi
jenis, yaitu+'"Nangka bubur+ daging buah tipis, lunak agak berserat, ber aroma
keras mudah lepas dari buah. " N a n g k a s a l a k + d a g i n g b u a h t e b a l , a g a k k e r i n g
a r o m a n ya k u r a n g k e r a s . ! n a n g k a c e l e n g dan nangka belulang".
Kembali ke pembahasan awal adalah mengenai khasiat daun nangka untuk masalah kulit kita
yaitu jerawat dan luka kulit. Menurut wikipedia.com jerawat adalah kondisi dimana pori-pori
kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang. Penyebabnya adalah
perubahan hormonal yang merangsang kelenjar minyak di kulit. Yang mana penyakit ini adalah
penyakit yang sering dialami oleh semua orang terutama wanita remaja. Kemudian untk luka
kulit seperti yang dimaksud dalam artikel ini adalah luka bisul dan borok kulit. Menurut
alodokter.com (2016) “bisul adalah benjolan merah pada kulit yang terasa sakit dan berisi nanah.
Benjolan ini muncul akibat infeksi bakteri yang memicu inflamasi pada luka kulit, yaitu lubang
tempat rambut tumbuh pada kulit”. Nah, perbedaan dari bisul dengan jerawat adalah jika jerawat
tumbuh akibat perubahan hormonal sedangkan bisul akibat infeksi bakteri. Lalu penyakit borok
adalah penyakit yang berawal dari kulit bolong akibat terluka lalu tumbuh kulit baru yang
berbentuk aneh. Biasanya penyakit tersebut dapat kita obati dengan krim atau minyak yang
terbuat dari campuran bahan kimia yang sudah dijual di toko obat terdekat..
Namun kita tidak perlu khawatir dengan adanya kandungan kimia pada obat-obat tersebut,
karena ada bahan alami yaitu daun nangka yang dapat mengatasi penyakit-penyakit tersebut.
Menurut Prakash, dkk., (2009), dalam pengobatan tradisional daun nangka digunakan sebagai
obat demam, bisul, luka, dan beberapa jenis penyakit kulit akibat bakteri terutama bakteri
Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri patogen alami pada tubuh manusia penyebab
berbagai infeksi kulit yang mampu mengancam jiwa. Kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri patogen pada daun nangka disebabkan adanya senyawa aktif yang terkandung dalam
daun nangka. Kandungan tersebut menurut Sari D.P (dalam Hutapea,1993) daun nangka
mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Lalu menurut artikelcampuran.com (2014)
senyawa saponin dan tanin mampu membunuh sel bakteri. Sedangkan Flavonoid dikenal
memiliki fungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, antifungi, antiviral, antikanker dan
antibakteri.
Mekanisme ketiga senyawa tersebut dalam proses menyembuhkan luka adalah senyawa
saponin dapat bekerja sebagai anti mikroba dengan merusak membran sitoplasma dan
membunuh sel Sari D.P (dalam Assani,1994). Kemudian senyawa tanin dapat merusak membran
sel bakteri, menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat
mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin dengan ion logam dapat menambah daya
toksisitasnya Sari D.P (dalam Akiyama et al,2001). Lalu Flavonoid sebagai antibakteri bekerja
dalam mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi
Sari D.P (dalam Pelczar et.al., 1998). Selain kandungan yang sudah dijelaskan di atas, daun
nangka juga mengandung vitamin E.Vitamin E berfungsi untuk berperan sangat penting bagi
kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit,
mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet,
serta mempercepat proses penyembuhan luka menurut wikipedia (dalam artikelcampuran.com ,
2014).
Karena kandungan dari daun nangka sangatlah bermanfaaat menyembuhkan masalah
kulit kita. Maka dilakukanlah beberapa penelitian untuk memanfaatkan daun nangka secara
topikal maka dibuat dalam bentuk sediaan salep. Sediaan salep juga lebih disukai karena lebih
mudah, praktis, menimbulkan rasa dingin. Penelitian mengenai salep ini juga telah diujicobakan
oleh Hamdiyah Hamzah dkk, di Universitas Sam Ratulangi Manado (dalam
artikelcampuran.com,2014) yang dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun nangka yang dijadikan
salep dapat memberikan memberikan efek penyembuhan terhadap luka terbuka pada kelinci.
Dalam abstrak.ta.uns.ac.id salep yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pemilihan salep dengan dasar hidrokarbon. Ada beberapa pertimbangan yang digunakan dalam
pemilihan dasar salep, dasar salep hidrokarbon memiliki keuntungan antara lain basis salep
hidrokarbon yang mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, sukar dicuci dan tidak ada
perubahan dengan berjalannya waktu abstrak.ta.uns.ac.id (dalam Ansel, 1989). Bahan-bahan
untuk membuat salep hidrokarbon tersebut adalah vaselin yang terdiri dari vaselin putih atau
vaselin kuning dan dapat menyerap air sebanyak 5%, parafin yang terdiri dari parafin solid yang
digunakan untuk mengeraskan salep dan parafin cair, serta minyak tumbuhan seperti oleum
sesame dan oleum olivarum abstrak.ta.uns.ac.id(dalam Anief, 1993). Lalu konsentrasi parafin
solid dan vaselin albumin diberikan perbedaan konsentrasi. Penggunaan perbedaan konsentrasi
parafin solid dan vaselin album dalam pembuatan sediaan salep ekstral etanol daun nangka
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas
sediaan salep. Parafin solid berfungsi untuk mengeraskan salep yang dapat meningkatkan daya
lekat dan mempengaruhi sifat fisik dari sediaan salep dengan penggunaan konsentrasi yang
berbeda.
Penelitian mengenai pembuatan salep tersebut dilakukan karena mengacu pada penelitian
Dyta (2011) Aktivitas antibakteri senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam daun
nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk) terhadap bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan
daya hambat pada konsentrasi yang tinggi. Namun salep ini hanya dapat digunakan untuk
penutup luka pada kulit. Sedangkan untuk mengatasi jerawat kita tidak perlu melakukan
penelitian seperti di atas untuk menggunakannya. Karena kita dapat membuat sendiri masker
wajah dari daun nangka. Menurut artikelcampuran.com cara pembuatannya adalah sebagai
berikut :
1. Ambillah beberapa daun nangka yang sudah tua (coklat atau kuning)
2. Blenderlah daun nangka tersebut hingga hancur menjadi serbuk yang sangat halus
(bubuk).
3. Campurkan bubuk daun nangka tersebut dengan sedikit air sehingga menjadi masker
4. Oleskan masker daun nangka tersebut ke wajah Anda yang terkena jerawat
5. Biarkan masker tersebut diwajah Anda selama 15 sampai 20 menit
6. Terkhir bilas wajah Anda dengan air bersih.
Kemudian untuk membuat ramuan alami untuk obat bisul menurut Fauzulmustaqim.com
(2017) dapat dilakukan yaitu bakar daun nangka yang telah kering lalu ambillah arangnya,
campur dengan kapur sirih dan sedikit minyak kayu putih. Berikanlah pada kulit yang berbisul.
Maka kita tidak perlu khawatir dalam menyembuhkan jerawat dan luka kulit karena ada bagian
tumbuhan yang sering kita hiraukan ternyata memilki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan
kita yaitu daun nangka. Daun nangka tidak hanya digunakan dalam bentuk salep tetapi juga
dapat di buat dalam bentuk masker. Juga dapat dikonsumsi sebagai lalapan untuk melancarkan
asi ibu.
Kesimpulan
Daun nangka adalah bagian dari tanaman nangka yang sering kita hiraukan manfaatnya
untuk tubuh kita. Karena ternyata dapat berkhasiat untuk mengobati jerawat dan luka kulit.
Dimana daun nangka mengandung zat alami yaitu flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat
membunuh sel bakteri penyebab infeksi dalam luka yaitu bakteri Staphylococcus aureus.
Sehingga dibuatlah salep anti bakteri untuk menyembuhkan luka kulit seperti borok kulit.
Sedangkan untuk mengatasi jerawat dan bisul dapat menggunakan cara sederhana yaitu dengan
dibuat menjadi masker wajah dan obat oles untuk bisul. Tujuan untuk menggunakan daun
nangka ini sebagai pengobatan adalah untuk mengurangi menggunakan obat-obatan kima
dipasaran dan meningkatan daya guna daun nangka.
Daftar Pustaka
Anonim. (2014). Cara Menghilangkan Jerawat dengan Daun Nangka. Di akses 14 Oktober 2017,
dari http://caramenghilangkanbekasjerawat.artikelcampuran.com/2014/12/cara-menghilangkan-
jerawat-dengan-daun-nangka.html
Sudirga, S. K. (2012). Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Tradisional di Desa Trunyan
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Bumi Lestari, 4(2).
Sari, D. P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka. Artocarpus
heterophyllus.
Anas, Y., Hidayati, D. N., Kurniasih, A., & DS, L. K. (2016). AKTIVITAS ANTIDIARE
EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) DAN DAUN
ANGSANA (Pterocarpus indicus Wild.) PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB/C. e-
Publikasi Fakultas Farmasi, 13(1), 33-41.
Anonim.(1September 2017). Jerawat. Di akses 14 Oktober 2017, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Jerawat
Alodokter.(2016). Pengertian Bisul. Di akses 14 Oktober 2017, dari
http://www.alodokter.com/bisul.
H. Kikuzaki, M. Hisamoto, K. Hirose, K.Akiyama, dan H. Taniguchi, J.Agric.FoodChem, 50
(2002)pp. 2161-2168. H. Kikuzaki, M. Hisamoto, K. Hirose, K.Akiyama, dan H.
Taniguchi,J.Agric.FoodChem, 50 (2002) pp. 2161-2168.
Dyta, P.S., 2011, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(Artocarpusheterophyllus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sumayyah A.F.(2016). PENGARUH PERBEDAAN TIPE BASIS SALEP ANTIBAKTERI
EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) TERHADAP SIFAT
FISIKNYA. Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/M3513046_bab2.pdf.
Rizky.Y.P. (2009). Laporan Praktikum Fitokimia. Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://rizkytrondol.blogspot.co.id/2009/04/laporan-praktikum-fitokimia-oleh-rizky_5447.html
Fauzul M. (2015).Khasiat Daun Nngka Nangka Dpat Menyembuhkan Diabetes,Bisul, dan
kanker, dari http://www.fauzulmustaqim.com/2017/02/kasiat-daun-nangka-dapat-
menyembuhkan.html.
Anonim.(2017). Kandungan dan Manfaat Buah Nangka.Diakses 15 Oktober 2017, dari
http://agroteknologi.web.id/kandungan-dan-manfaat-buah-nangka/.
Paul B.NP.Daun Nangka Obat Alami Diabetes. Diakses 15 Oktober 2017, dari
https://kutuskutusbali.com/daun-nangka-obat-alami-diabetes/
Wahidah, B. F. (2013). Potensi Tumbuhan Obat di Area Kampus II UIN Alauddin Samata
Gowa. Teknosains, 7(1), 111-119.
Permata, S,D. .2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus
heterophyllus) terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
HARIYANTO, R. A. B. PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK, FLAVONOID DAN
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS Trigona sp.
Sari, D. P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka. Artocarpus
heterophyllus.
Al, S. (2016). Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lam.) Terhadap Sifat Fisiknya (Doctoral dissertation, Universitas
Sebelas Maret).
Anonim.(2013). Ciri Khusus Pohon Nangka dan Fungsinya. Diakses 16 Oktober 2017, dari
http://manfaat.org/ciri-ciri-khusus-pohon-nangka-dan-fungsinya
1. Nama tanaman
Nama lokal: nangka
2. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
(Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)
3. Morfologi tumbuhan
Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan
berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki tulang daun yang
menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang
lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir,
berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang
memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah
berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987).
1. Nama tanaman
2. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
(Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)
3. Morfologi tumbuhan
Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat,
kasar dan berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki
tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-
5 cm, tangkai panjang lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga
majemuk yang berbentuk bulir, berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan
betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di
antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji
coklat muda (Heyne, 1987).
Daftar pustaka
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Kita ketahui bahwa salah satu penyebab jerawat, karena adanya bakteri
atau mikroba penyebab jerawat yakni bakteri Propionibacterium acnes.
Dengan menggunakan daun nangka tentunya daun tersebut sudah
diekstrak atau dijadikan masker, maka senyawa saponin dan tannin yang
terdapat dalam daun nangka akan membunuh mikroba penyebab jerawat,
sedangkan kulit yang rusak akibat mikroba tersebut akan digantikan oleh
sel-sel baru akibat dari rangsangan senyawa falovonoid.
2. DEFINISI SALEP
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope
edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan
yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan
lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep
adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep
tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
Keuntungan Salep
misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket
yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air
dibandingkan dasar salep berminyak.
4. FUNGSI SALEP
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan
rangsang kulit ( Anief, 2005).
Formula
Tiap 15 g mengandung :
Nama bahan Konsentrasi Standar Literatur
Hydrocortinosum 150 mg 100 mg/10 g FN, hal 163
Adeps lanae 1,5 g 1g/10g FN, hal 163
Propylenglikol 10 % < 15% Handbook, hal 592
Vaselinum album ad 15 g
CARA KERJA
1. Menimbang bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya, digerus hingga halus
sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki.
2. Menimbang basis vaselin album dan adeps lanae, mencampurkan satu sama lain
dengan metode pencampuran kemudian digerus dalam mortir hingga homogen.
3. Menambahkan propilenglikol dan BHT kedalam basis yang sudah tercampur.
4. Menambahkan basis yang sudah tercampur sedikit-sedikit ke dalam mortir yang sudah diberi
bahan berkhasiat.
5. Mengaduk sampai homogen dan mencampurkannya sampai rata.
6. Memasukkan kedalam pot dan diberi etiket.
7. Melakukan evaluasi.
EVALUASI / UJI
Evaluasi sediaan :
Ø Penentuan viskositas sediaan
Ø Uji homogenitas
Ø Uji stabilitas
Ø Uji keseragaman bobot dalam kemasan primer
Ø Penentuan kadar zat aktif dalam sediaan
Ø Penentuan pH
Dari beberapa kriteria evaluasi tersebut,hanya Uji homogenitas,Uji stabilitas dan uji Ph yang
memungkinkan untuk dilakukan.
1. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca objek tipis-tipis dan
diamati homogenitas sediaannya
2. Uji stabilitas
Diamati terjadinya pertumbuhan mikroorganisme dengan mengamati timbulnya mikroorganisme
pada permukaan sediaan
3. Penentuan pH syarat dari pH sediaan topical yaitu antara 4,5 – 6,5
KESIMPULAN
Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka
untuk pemakaian luar.
persyaratan salep adalah pemerian tidak boleh berbau tengik, Kadar, kecuali dinyatakan lain dan
untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %, Dasar
salep, homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogeny, penandaan,pada etiket harus tertera “obat
luar” (Syamsuni, 2005). Kualitas salep yang baik adalah stabil, lunak, mudah dipakai,
terdistribusi merata.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2002. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Departemen Kesehatan RI . Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta
Departemen Kesehatan RI . 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning. 2008 .Teknologi dan Formulasi Sediaan
I. Latar Belakang
A. SALEP
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit
atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar
dapat memberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sediaan salep harus memiliki kualitas yang
baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam
salep harus halus. oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak
masalah, saleb yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke
pori-pori kulit dan diserab oleh kulit. Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting
dalam keberhasilan terapi dengan menggunakan sediaan salep.
Pelepasan obat dari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat seperti
kelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif dengan pembawanya serta untuk
basis yang berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi
sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan oleh sebab itu dalam membuat suatu sediaan
yang sangat perlu diperhatikan adalah pemilihan formulasi.
B. CREAM
Cream secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim
terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
III. Tujuan
Dalam makalah ini diharapkan mencapai tujuan untuk mengetahui apa itu unguenta dan cream .
BAB II
PEMBAHASAN
A. SALEP
Menurut Farmakope Edisi III : Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar
salep yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan
untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak boleh berbau tengik kecuali
dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras
narkotika adalah 10 %.
B. CREAM
Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
a. Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai
sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci
dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai
sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan
adanya air.
Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.
a. Salep
b. Cream
Stabil selama dalam pemakaian pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus.
Seluruh produk homogen.
Mudah di pakai.
a. Salep
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar. Ada
beberapa metode pembuatan salep :
Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny.
Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau
dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
Zat yang dapat larut dalam basis salep : (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah
larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat
larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan
basis salep yang dapat menyerap air.
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
Zat padat
1. Camphorae
- Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak
dilampaui daya larutnya).
- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut.
- Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur (karena
penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
- Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol
95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
2. Pellidol
- Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%).
- Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang
sudah dicairkan.
3. Lodium
1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit
yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
4. Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit
dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.
c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya penisilin)
10. Chloretum auripo natrico
d. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1. Ichtyol
2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album
1. Air
- Terjadi reaksi
- Tak terjadi reaksi
2. Spiritus/etanol/alcohol
- Jumlah sedikit
- Jumlah banyak
3. Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.
a. Extraktum siccum/kering
b. Exractum spissum/kental
c. Extractum liquidum
Bahan-bahan lain :
a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit
b. Cream
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi, komponen tidak
bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu
70-75 °C.
semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu
yang sama dengan komponen lemak
larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan
diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi
dari lilin/lemak
campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran mengental
Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan
menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.
Wadah tertutup baik harus dapat melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
hilangnya isi selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan, dan pendistribusian, sediaan
krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.
Contohnya :
Wadah dan kemasan Salep dan Cream :
BAB III
PENUTUP
X. Kesimpulan
pada proses pembuatan sangat penting untuk mengetahui karakteristik dari masing - masing
bahan dan zat yang digunakan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlakuan khusus pada
sediaaan yang tentunya memiliki kelarutan dan konsistensi, serta, sifat kimia fisika yang
berbedaa-beda. Selain itu interaksi yang kemungkinan terjadi antara bahan yang satu dengan
bahan lain, serta bahan dengan alat dan wadah yang digunakan juga perlu diperhatikan.
Definisi
Karakteristik Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Kelebihan Salep
Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
Sebagai obat luar
Kekurangan Salep
Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
Basis Salep
1. Basis hidrokarbon,
2. Basis absorpsi (basis serap),
3. Basis yang dapat dicuci dengan air, dan
4. Basis larut dalam air.
Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis silikon. Setiap salep obat
menggunakan salah satu basis salep tersebut
1. Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon bersifat inert, umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi
(Petrolatum) yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax atau
senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum). Basis ini digolongkan sebagai
basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau hewani. Sifat
minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan
tidak terabsorbsi oleh kulit. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena
memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat
hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang waterproff.
Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat
menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga
memiliki sifat moisturizer dan emollient. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu
meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan absorbsi dari zat
aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek vasokonstriksi pada
pemberian steroid secara topikal dengan basis ini.
1. Soft Paraffin
Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi
Jenis soft paraffin yaitu :
Berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
Berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna
putih
2. Hard Paraffin
Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
Sifat fisik :
- tidak berwarna s/d berwarna putih,
- tidak berbau,
- memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
- memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.
3. Liquid Paraffin
Merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak
berbau dan mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan
antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT). Digunakan untuk menghaluskan basis salep
dan mengurangi viskositas sediaan krim. Jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu
dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu
mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga 60oC).
Stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah
disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.
4. Petrolatum atau vaselin
Petrolatum, USP adalah campuran dari hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi.
Petrolatum suatu massa yang kelihatannya bagus, bermacam-macam warnanya dari kekuning-
kuningan sampai kuning gading yang muda. Melebur pada temperatur antara 380C dan 600C,
dapat digunakan secara tunggal atau dalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.
5. Minyak mineral
Minyak mineral adalah campuaran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi.
Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak.
6. Silikon
Termasuk basis berminyak, bila dipegang rasanya seperti minyak, tak campur dengan air, cairan
jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Stabil pada oksidasi dan (tahan aksidasi), dan stabil pada
temperatur tinggi.
7. Minyak tumbuh-tumbuhan
Contohnya Ol. Sesami dan Ol. Olive, digunakan sebagai pelumas dan penurun titik lebur salep.
Pada proses hidrogenasi menjadi semisolid yang berwarna putih. Keuntungan hidrogenasi adalah
salep makin stabil dan tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.
Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika tidak disebutkan
apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon
- Vaselinum album ad 10 g
- Sulfur 400 mg
- Vaselinum album ad 10 g
- Paraffinum liquidum 65 mg
- Vaselinum album ad 1 g
Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang
menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar
salep berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan
antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air. Sifatnya yang berminyak
dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari
permukaan kulit. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis
hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga dapat berupa
bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap kelebihan air.
Sumber Basis
tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak.
Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Kestabilan dan Syarat Penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam
penyimpanan.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Lanolin anhidrat selain digunakan dalam
formulasi topikal dan kosmetik, dapat sebagai basis salep, juga sebagai emulsifying agent.
Lanolin anhidrat digunakan sebagai basis salep terutama jika ingin dilakukan pencampuran
larutan yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat meningkatkan absorpsi terhadap zat aktif dan
mempertahankan keseragaman konsistensi salep. Namun, Lanolin anhidrat juga dapat
mempengaruhi stabilitas zat aktif karena mengandung pro-oksidan.
Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter dengan pemisahan
bagian airnya akibat hidrasi.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Banyak digunakan sebagai basis pada salep
karena kompatibilitasnya dengan lemak pada kulit. Lanolin merupakan emulsi air dalam
minyak. Derivat dan fraksi-fraksi dari lanolin yang ada sekarang antara lain lanolin alcohol,
lanolin terhidrogenasi, ester lanolin dan produk lainnya. Sebagian besar dari derivat ini
diproduksi untuk tujuan memperbaiki sifat emulsifikasi atau mengurangi reaksi alergi. Sebagian
besar dari fraksi-fraksi lanolin ini mempermudah pembentukkan emulsi air di dalam minyak.
3 . Petrolatum Hidrofilik
Petrolatum hidrofilik dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih dan petrolatum putih. Dasar salep
ini memiliki kemampuan mengabsorpsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak.
4 . Cold Cream
Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak, setengah padat, putih, dibuat
dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat dan air murni. Natrium borat
dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin membentuk sabun natrium yang
bekerja sebagai zat pengemulsi. Krim pendingin digunakan sebagai emolient dan dasar salep
Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB >9 )
Hidrat
Hidrofilik
Mudah dicuci dengan air
Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-hydrolyzable
Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air (O/W)
Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM
tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun,
contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam
formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan
formulasi
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
Pembuatan salep kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol (dasar larut dalam air).
Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen glikol yang dimodifikasi :
Kloramfenikol 2g
Propilen glikol 50 g
Polietilen glikol 6000 49 g
Cara Pembuatan
Dalam cawan porselin ditimbang propilen glikol dan polietilen glikol 6000, lalu dipanaskan pada
penangas uap pada 65°C, kemudian dibiarkan dingin sambil diaduk sampai membeku. Setelah
itu, ditambahkan kloramfenikol, dan digerus sampai homogen.
Formulasi Sediaan Salep
Aturan umum pembuatan salep :
Zat yang dapat larut dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat
ayakan no. 100.
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air
tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep
yang lain.
Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok yang kemudian akan menunjukkan susunan yang homogen.
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep.
Camphora, mentholum, phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan dengan
cara digerus dalam mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut dicampurkan bersama-
sama ke dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dahulu agar meleleh lalu ditambahkan
dasar salep sedikit demi sedikit.
Contoh resep :
R/
Camphorae 1
Vaselin flav. 9
S.ungt.Camphoratum
3. Zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini dihaluskan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no. 100. Setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan dahulu, setelah itu sisa-sisa bahan-bahan yang
lain ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Pembuatan
salep dengan asam borat tidak diizinkan dibuat dengan pemanasan.
Contoh resep :
R/
Zinci Oxydi 1
Vaselini albi 9
m.d.s.ad us.ext.
Ayak ZnO dengan pengayak no. 100 dan ditimbang serbuk yang telah diayak tersebut 1 gram.
Panaskan mortar dan stamfer dengan menuangkan air panas. Masukkan kurang lebih 1 gram
Vaselin dalam mortar panas, diaduk dan digerus sampai homogeny.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan
cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka
zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai
homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut
setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya
menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar
meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
(IMO,hal 55)
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex,
hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25%
air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).(IMO, hal 57)
3. ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM DASAR SALEP
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan
yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk
pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau
lunak.(IMO,hal 59)
4. BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA SALEP
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri,
jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.
EVALUASI SALEP
Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:
1. DAYA MENYERAP AIR
BA=100.KA100-KA
KA=100.BA100-BA
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasikan basis
absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis
bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur tersebut dapat
dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :
2. KANDUNGAN AIR
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salap.
• Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa
maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
• Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut menguap
yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang
disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
• Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan Belerang Oksida dan Iod
serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya reaksi secara
kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air digunakan formula berikut :
% Air = f . 100 (a-b) P
3. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap
atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode
sebagai berikut:
• Metode penetrometer.
• Penentuan batas mengalir praktis
4. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuannya dilakukan
dengan menggunakan entensometer.
5. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah
dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.
6. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam industri bahan
pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh
dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi
metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.