You are on page 1of 2

Obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki efek samping yang jauh

lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia, selain murah dan

mudah diperoleh. Hal ini disebabkan efek dari tanaman obat bersifat alami, tidak

sekeras efek dari obat-obatan kimia. Tubuh manusia pun relatif lebih mudah menerima

obat dari bahan tanaman dibandingkan dengan obat kimiawi (Muhlisah, 2007).

Jerawat merupakan penyakit kulit yang dikenal dengan acne vulgaris, hampir

semua orang pernah mengalaminya. Jerawat sering dianggap sebagai kelainan kulit

yang timbul secara fisiologis. Hal ini umumnya terjadi pada umur sekitar 14-17 tahun

pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia

sekitar 20-30 tahun. Namun, kadang-kadang terutama pada wanita, jerawat menetap

sampai dekade umur 30 tahun lebih (Brook, 2005).

Bakteri yang umum menginfeksi jerawat adalah Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes. Pengobatan jerawat di klinik kulit

biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh

bakteri, contohnya tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, dan klindamisin. Selain itu, sering

juga digunakan benzoal peroksida, asam azelat, dan retinoid, namun obat-obat ini

memiliki efek samping dalam penggunaannya sebagai antijerawat, antara lain iritasi,

sementara penggunaan antibiotik jangka panjang selain dapat menimbulkan resistensi

juga dapat menimbulkan kerusakan organ dan imunohipersensitivitas (Djajadisastra,

2009).

Masalah yang timbul akibat penggunaan antibiotik maka dicari alternatif lain

dalam mengobati jerawat, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alam dengan


harapan dapat meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi

pada pengobatan jerawat dengan antibiotik atau zat-zat aktif lain (Djajadisastra, 2009).

Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir ini

meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi secara pabrikasi dalam skala

besar. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil

dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia, di samping itu harganya lebih

terjangkau. Selain itu, keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan

bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah (Putri, 2010).

Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bioaktivitasnya

terbukti secara empiris sebagai antibakteri, antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretik,

dan antihipertensi (Ersam, 2001).

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) merupakan tanaman obat yang

potensial, tanaman ini termasuk ke dalam suku Moraceae. Daun tanaman nangka ini

direkomendasikan oleh pengobatan ayurveda. Selain itu, daun pohon nangka

digunakan untuk mengobati luka, demam, dan penyakit kulit (Ersam, 2001).

Pada penelitian oleh Dyta (2011) melaporkan bahwa hasil skrining fitokimia pada

daun nangka menunjukkan hasil positif terhadap senyawa flavonoid, fenol, steroid, dan

tanin yang mampu memberikan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan penggunaan daun nangka secara tradisional sebagai obat jerawat

serta kandungan kimia yang terdapat dalam daun nangka maka dilakukan penelitian

untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk.) terhadap bakteri penyebab jerawat.

You might also like