Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS PATTIMURA
TUBERKULOSIS KUTIS
Disusun oleh:
Pembimbing:
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas
dengan judul “Tuberkulosis kutis” sebagai tugas kepaniteraan klinik dalam bagian
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan referat ini telah banyak
pihak yang turut membantu sehingga referat ini dapat deselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Rita Sugiono
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam referat ini, untuk
itu kritik dan saran penulis harapkan guna kesempurnaan referat ini kedepannya.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sekian dan terima
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………. 2
BAB II: ISI
2.1 Definisi ………...………………………………………………… 3
2.2 Epidemiologi ……………………………...……………………... 3
2.3 Etiologi …………………………………………...……………… 3
2.4 Patogenesis ………………………….…………………...……… 5
2.5 Klasifikasi ………………..…………….………………………... 7
2.6 Menifestasi klinis dan diagnosis banding …….………………….. 7
2.7 Diagnosis …………………………...…………………………….. 13
2.8 Tatalaksana …………………………………………………….... 15
2.9 Prognosis …………………………………………………………. 16
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
standar tuberkulosis kutis ialah kombinasi beberapa obat yaitu isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, etambutol atau streptomisin (2RHZE/4RH) selama 6 bulan.4,5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan menjelaskan tentang tuberkulosis kutis
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan apa itu tuberkulosis kutis
b. Menjelaskan epidemiologi tuberkulosis kutis
c. Menjelaskan etiologi tuberkulosis kutis
d. Menjelaskan patogenesis tuberkulosis kutis
e. Menjelaskan manifestasi klinis dan diagnosis banding dari tuberkulosis
kutis
f. Menjelaksan diagnosis tuberkulosis kutis
g. Menjelaskan tatalaksana tuberkulosis kutis
h. Menjelaskan prognosis tuberkulosis kutis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis kutis adalah penyakit tuberkulosis pada kulit yang disebabkan
oleh M. tuberculosis, M. bovis, dan pada keadaan tertentu oleh basil Calmette-Guerin
(BCG).8
2.2 Epidemiologi
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2017
diperkirakan insidens kasus TB mencapai 10 juta jiwa dan 1,3 juta orang meninggal
akibat TB.1
Jika diasumsikan1% dari keseluruhan kasus TB merupakan TB kutis, maka di
India dapat dijumpai 1.847.000 kasus baru selama tahun 1999, dan dapat diperkirakan
insidensi tahunan kasus TB kutis ialah 18.000.1,9
Hal ini berbanding terbalik dengan serial kasus yang dilaporkan dari berbagai
negara di dunia seperti: Farina (Spanyol) sekitar 11 kasus selama 14 tahun, Visser
(Afrika Selatan) sekitar 92 kasus dalam 12 tahun, Chong (Hongkong) sekitar 176
kasus dalam 10 tahun, dan Tincopa (peru) 32 kasus selama 2 tahun.9
Skrofuloderma dan lupus vulgaris merupakan bentuk paling sering terjadi
dengan diikuti peningkatan insidensi penemuan kasus tuberkulid dari Jepang.1,8,9
2.3 Etiologi
Etiologi dari tuberkulosis kutis adalah M. tuberculosis. Kuman ini disebut juga
basil dari Koch. Pada jaringan tubuh kuman berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5
µm, tidak berspora dan tidak bersimpai, immotil. Pertumbuhan secara aerob obligat,
pertumbuhan lambat, suhu optimum 37°C. Sebagian besar antigen kuman terdapat
pada dinding sel (komponen lemak) yang dapat menimbulkan hipersensitivitas tipe
3
lambat. Fraksi fosfatida pada kuman menyebabkan reaksi tuberkel dengan nekrosis
kaseosa pada jaringan. Pemeriksaan bakteriologik terdiri atas:8-11
a. Mikroskopik
pus, jaringan kulit dan jaringan KGB. Sediaan diwarnai dengan pengecatan
salah satunya Ziehl-Neelsen. Bakteri tahan asam (BTA) positif bila tampak
gambaran batang basil tahan asam berwarna merah, bentu solid, fragmented,
atau granuler dengan susunan terpisah, seperti sapu lidi, atau bergerombol.8,11
Hasil Interpretasi
4
b. Kultur
Kultur dilakukan pada media Lowenstein Jensen, pengeraman pada suhu 35-
37°C, jika positif koloni tumbuh dalam 4-6 minggu. Pada hasil kultur positif,
tumbuh setelah 2-3 minggu dengan koloni yang timbul dari permukaan
berwarna kuning susu atau cream.10 Tidak semua kuman BTA yang
suhu pertumbuhan.10
2.4 Patogenesis
Tuberkulosis kutis sebagian besar disebabkan oleh M. tuberculosis dan kadang-
kadang oleh M. bovis. Infeksi kuman biasanya melalui inhalasi droplet infeksius,
meskipun dapat pula melalui ingesti atau kontak langsung. Adanya kerusakan pada
yang berukuran 1-5 µm dapat mencapai alveoli dan menyebabkan infeksi primer,
melalui kontak langsung atau perkontinuitatum dari lesi jaringan kulit di bawahnya
5
Infeksi tersebut mencetuskan respon imun seluler melalui hipereaktivitas tipe-
lambat yang memerlukan antara 2-10 minggu untuk terbentuknya imunitas seluler
individu yang terinfeksi menjadi sakit TB. Pada 10% kasus menjadi laten (TB post-
primer). Pasien yang berpotensial menyebarkan kuman tergantung dari jumlah kuman
dan frekuensi batuk atau bersin.5,8 Kemungkinan untuk terinfeksi dipengaruhi oleh
status imun pejamu dan frekuensi dan durasi paparan. Seseorang yang terinfeksi TB
ventilasi buruk dan lembab menyebabkan bakteri tersuspensi di udara selama 3-5 hari
paru penting untuk diketahui mengingat beberapa kasus TB kutis terjadi bersamaan
atau adanya riwayat TB paru, karena jarang TB kutis terjadi secara primer. Bentuk
(skrofuloderma)
b. Inokulasi pada kulit sekitar orifisium organ interna yang terkena tuberkulosis
kutis).
6
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi tuberkulosis kutis sebagai berikut:8,12
Status Imunitas
Penyakit
Pejamu
Eksogen Naïve Inokulasi tuberkulosis primer
Immune Tuberkulosis verukosa kutis
Endogen Tinggi Lupus vulgaris, skrofuloderma
Rendah Tuberkulosis milier akut, tuberkulosis orifisial, tuberkulosis
gumma
Tuberkulosis – Naïve Menyerupai kompleks primer normal, adenitis regional
BCG perforata, lupus vulgaris pasca vaksinasi
Tuberkulid Tidak jelas Tuberkulid: liken skrofulosorum, tuberkulid papulnekrotik
Tuberkulid fakultatif: Vaskulitis nodular, eritema nodosum
DIAGNOSIS
NO BENTUK DESKRIPSI GAMBARAN KLINIS
BANDING
7
paucibacillary jika abscess terbentuk sinus.
imunitas terbentuk. Limfadenopati regional terjadi
Lebih banyak pada setelah 4-8 minggu (tuberkulin
anak-anak seropositif). Demam (+/-),
paronikia yang tidak nyeri (+/-)
8
Gambar 2.3 Tuberkulosis veruka kutis pada punggung tangan.8
3. Lupus Vulgaris Bentuk TB kutis Lesi awal berupa makula/papula Sarkoidosis,
(LV) kronis, progresif, menjadi plak anular, gelatinosa, limphocytoma,
post-primer, kecil, merah- kecoklatan, pada LE diskoid,
paucibacillary, diaskopi apple-jelly nodule. sifilis tersier,
pada individu Lesi mengalami peninggian bentuk lepra
dengan imunitas diskoid dengan area atrofi. Adapun
sedang dan 5 bentuk LV yaitu : Plaque form,
sensitivitas ulcerative and mutilating form,
tuberkulin tinggi. vegetating form, tumor-like form,
Wanita >>. Cara papular and nodular form.
infeksi bisa Predileksi pada wajah dan
eksogen dan ekstremitas
endogen melalui
hematogen,
limfatik, atau
penularan dari
bagian tubuh lain
9
Gambar 2.4 A) Plak kecoklatan sedikit meninggi pada lupus vulgaris. B)
Plak besar lupus vulgaris selama 10 tahun yang melibatkan pipi, rahang, dan
telinga.8
4. Scrofuloderma Merupakan Awalnya terbentuk limfadenitis Limfadenitis
Tuberculosis tuberkulosis tuberkulosis atau bentukan nodul bakterial non-
colliquativa subkutan, sekunder biru-kemerahan (non-inflamatori) tuberkulosis,
cutis terjadi secara pada kelenjar/sendi yang infeksi M.
perkontinuitatum terinfeksi periadenitis scrofulaceum,
dari jaringan perlekatan KGB ke jaringan sekitar hidradenitis
dibawahnya yang pembentukan abses dingin supurativa
terinfeksi TB (perlunakan tidak serentak,
(KGB, sendi, konsistensi kenyal dan lunak)
tulang. Anak-anak fistel ulkus (memanjang, tidak
& dewasa >> teratur, livid, dinding bergaung,
jaringan granulasi tertutup pus
seropurulen krusta kekuningan
atau sikatriks bahkan skin bridge.
Predileksi : parotis, submandibular,
supraklavikula
10
Gambar 2.5 Skrofuloderma pada regio klavikula. Adanya pembentukan
abses, ulkus, dan nanah serta material kaseosa.8
5. Metastatic Bentuk penjalaran Kelainan kulit berupa nodul Gumma sifilis,
Tuberculous hematogen dari subkutan, batas tegas atau abses. leishmaniasis,
Abcscess fokus primer Kadang dapat dijumpai adanya dermatofitosis
Tuberculous (biasanya paru) ulser profunda
gumma lesi Predileksi : ekstremitas>>badan
tunggal/multiple.
Umumnya pada
anak kurang gizi,
kondisi
imunosupresi, atau
penyakit dasar
limfoma
Gambar 2.6 Tuberkulosis guma pada kaki kanan. Terdapat nodul subkutan
berbatas tegas
11
6. Orificial Infeksi Nodul kekuningan atau kemerahan, Lesi sifilis
Tuberculosis tuberkulosis pada dapat menjadi ulkus dengan (tidak nyeri),
Tuberculosis mukosa atau tampakan punched-out tipikal, ulkus aphthous,
ulcerosa cutis et sekitar orifisium sirkuler, tepi tidak rata, mukosa karsinoma sel
mucosae akibat disekitar edema. Dasar ulkus skuamosa
autoinokulasi tampak sebagai tuberkel
mikobakteria dari kekuningan multiple dan mudah
progresivitas berdarah. Nyeri (+), disfagia (+)
tuberkulosis organ
internal seperti
paru, intestinal,
kadang
genitourinari.
Bentuk
multibacillary.
Laki-laki >>
12
paru/meningen ke
kulit. Terjadi pada
anak/status
imunokompromais
(HIV/campak).
Reaksi tuberkulin
(-)
2.7 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis kutis ditegakkan berdasarkan 4 paramater yaitu:
a. Kriteria absolut
baku emas tuberkulosis kutis dengan nilai positif dari kultur M. tuberculosis dari
biopsi pada media berbasis telur Lowenstein Jensen. Namun, hasil kultur baru dapat
13
terlihat antara 4-6 minggu.14 Media cair dapat mempercepat pertumbuhan dan dapat
jika disimpan dalam larutan salin dan idealnya diambil sebelum OAT diberikan.14
Biakan sampel kulit terutama diperlukan untuk diagnosis pada pasien dengan
biasanya tidak khas. Biakan hanya positif pada 6% kasus lupus vulgaris. Di sisi lain
kejadian true positive dari kultur untuk tuberkulosis kutis relatif rendah, dan
b. Kriteria relatif
Apabila hasil kultur dinyatakan negatif, maka kriteria relatif dapat digunakan
14
pemeriksaan ini dapat membedakan antara DNA M. tuberculosis dan DNA
mikobakteria atipikal.14
2.8 Tatalaksana
Tujuan pemberian terapi antituberkulosis adalah eradikasi mikobakteria viabel
pada organ lainnya khususnya tuberkulosis paru dengan memakai standar regimen
Dosis Rekomendasi
Obat Anti TB Harian 3x/minggu
(OAT) Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid (H) 5 300 mg/hari 10 900
Rifampisin (R) 10 450-600 mg/hari 10 600
Pirazinamid (Z) 30 15 mg/kgBB/hari 35 -
Etambutol (E) 15 1.5-2 g/hari 30 -
Streptomisin (S)* 15 500-700 mg/hari 15 1000
Rekomendasi terapi ialah 2HRZE/4HR yang jarang menimbulkan resistensi dibandingkan terapi
alternatif 2HRZE/4H3R3.
fase, yaitu:14
15
a. Fase I: eradikasi basil yang cepat membelah dan merupakan fase intensif
b. Fase II: langsung membunuh basil dorman dan merupakan fase lanjutan
- Pada tuberkulosis verukosa kutis dan lupus vulgaris tanpa bukti adanya
bulan pasca involusi lesi. Pada lesi kecil dapat dilakukan eksisi namun
2.9 Prognosis
Pada umumnya semua jenis tuberkulosis kutan mulai berespons terhadap
pengobatan pada minggu keenam. Kegagalan respon dalam periode ini terkait dengan
diagnosis, kepatuhan minum obat, dan adanya resistensi obat.12
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
a. Tuberkulosis kutis adalah penyakit tuberkulosis pada kulit yang disebabkan
oleh M. tuberculosis.
b. Sebanyak 1% dari keseluruhan kasus TB merupakan TB kutis, dan
diperkirakan insidensi tahunan kasus TB kutis ialah 18.000.
c. Kuman TB dapat diligat pada pemeriksaan mikroskopik yang diwarnai
dengan pengecatan Ziehl-Neelsen, serta dengan kultur pada media
Lowenstein Jensen.
d. Bentuk penyebaran TB kutis dapat melalui penjalaran langsung dari organ di
bawah kulit yang terinfeksi tuberkulosis (skrofuloderma), inokulasi pada
kulit sekitar orifisium organ interna yang terkena tuberkulosis (tuberkulosis
kutis orifisialis), secara hematogen (tuberkulosis kutis miliaris), limfogen
(lupus vulgaris), atau langsung masuk ke kulit jika terjadi kerusakan barier
(tuberkulosis verukosa kutis).
e. Tuberkulosis kytis dapat dibagi menjadi yang berasal dari esksogen,
endogen, tuberkulosis BCG dan tuberkulid.
f. Penegakkan diagnosis tuberkulosis kutis dilakukan berdasarkan kriteria
absolut, kriteria relatif, dan ditunjang dengan emeriksaan PCR.
g. Rekomendasi terapi untuk tuberkulosis kutis ialah 2HRZE/4HR yang jarang
menimbulkan resistensi dibandingkan terapi alternatif 2HRZE/4H3R3.
h. Pada umumnya semua jenis tuberkulosis kutan mulai berespons terhadap
pengobatan pada minggu keenam
17
DAFTAR PUSTAKA
8. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Jeffell DJ.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed. 7. Chapter 184:
Tuberculosis and Infection with Atypical Mycobacteria. New York: McGraw-
Hill; 2008.
9. Francisco GB, Eduardo G. Cutaneous tuberculosis. ClinDermatol. 2007; 25,
p.173-180.
10. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. Technical guid:
Sputum examination for tuberculosis by direct microscopy in low income
countries. Ed. 5. New York: International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease; 2000.
18
11. Amylynne F, CArolin P, Jason E. Cutaneous tuberculosis : A practical case
report and review for the dermatologist. JClin Aesthetic
Dermatol.2009;2(10):19–27.
12. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ diseases of thr skin. Clinical
Dermatology. Ed. 12. China: Elsevier; 2016.
13. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths. Rook’s textbook of dermatology.
Chapter 3 : Mycobacterial Infection. Willey-Blackwell; 2010
14. Ho SCK. Cutaneous tuberculosis: Clinical features, diagnosis, and
management. HK Dermatol. Venereol. Bull. 2003; 11: 130-38.
19