You are on page 1of 120

PENGARUH JALAN SANTAI TERHADAP TEKANAN

DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI WARGA RW 005


PISANGAN BARAT CIPUTAT

Skripsi
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:
SITI MUNAWARAH
1113104000049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
LEMBAR PENYATAAN

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA
Undergradute Thesis, Juni 2017
Siti Munawarah, NIM: 1113104000049
The effect of walking against the blood pressure in people with hypertension
residents West Pisangan 005 RW, Ciputat
xviii + 85 pages + 6tables + 2 schemes + 1 graft + 5 appendixes
ABSTRACT
Hypertension is often called the silent killer. The increasing hypertension sufferers
among them because there was a correlation with less of physical activity. Example
of a physical activity can lower hypertension is a walking. The purpose of this
research is to identify the effect of walking against the blood pressure in people
with hypertension residents West Pisangan 005 RW, Ciputat. The research design
used in this study was quasi experimental with pretest-posttest design. Samples
taken as many as 15 people by using the techniques of sampling consecutive
sampling for 4 weeks. Analysis results,the average systolic blood pressure before
theintervention 153.00 mmHg with standard deviation 11.717 and after the
intervention of systolic blood pressure 143.89 mmHg with a standard deviation of
13.383. Meanwhile, the average diastolic blood pressure before the intervention
95.40 mmHg with a standard deviation of 4,067 and after the intervention,the
avarage diastolic blood pressure 89.47 mmHg with standard deviation 5.792. The
results of this study, showed influence between walking with blood pressure before
and after they walking with p value systolic blood pressure (0.011) and p value
diastolic blood pressure (0.001) and wicth, a decrease in systolic blood pressure of
9.40 and diastolic blood pressure of 5.93.

Keywords: walking, hypertension, blood pressure


Reference:103 (1993 – 2016)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Siti Munawarah, NIM: 1113104000049
Pengaruh Jalan Santai terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Warga RW 005 Pisangan Barat Ciputat
xviii + 85 halaman + 6 tabel + 2 bagan + 1 grafik + 5 lampiran
ABSTRAK
Hipertensi sering disebut dengan silent killer. Meningkatnya jumlah penderita
hipertensi salah satunya karena ada hubungan dengan kurangnya aktivitas fisik.
Salah satu contoh aktivitas fisik yang dapat menurunkan hipertensi adalah Jalan
Santai. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi pengaruh jalan santai terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.
Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen
dengan rancangan pretest-posttest. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 15 orang
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel consecutive sampling selama 4
minggu. Hasil analisis data didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dilakukan intervensi 153,00 mmHg dengan standar deviasi 11,717 dan setelah
dilakukan intervensi tekanan darah sistolik 143,89 mmHgdengan standar deviasi
13,383. Sedangkan Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan intervensi
95,40 mmHg dengan standar deviasi 4,067dan setelah dilakukan intervensi tekanan
darah diastolik 89,47 mmHgdengan standar deviasi 5,792.Jadi, hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi di RW 005 dengan p value tekanan darah sistolik (0,011) dan p value
tekanan darah diastolik (0,001) serta penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,40
dan tekanan darah diastolik sebesar 5,93.

Kata kunci: Jalan Santai, Tekanan Darah, Penderita Hipetensi


Referensi: 103 (1993 – 2016)

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

v
LEMBAR PENGESAHAN

vi
LEMBAR PENGESAHAN

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Munawarah


Tempat, tanggal lahir : Kijang, 15 Juni 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kp Beringin Indah, Tekojo, Bintan Timur, Kepri
No. Telp/HP : 0895329036719
Email : mumunhamid@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN
1. TK Al-Mau’izhoh 1998-2000
2. Sekolah Dasar Negeri 010 Bintan Timur 2001-2007
3. Madrasah Tsanawiyah Madani Bintan 2007-2010
4. Madrasah Aliyah Madani Bintan 2010-2013
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang

viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmah
dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Jalan Santai terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”.
Skripsi ini disusu sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan dukungan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua dan Ibu Ernawati, S.Kp.,
M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp., M.Biomed selaku pembimbing I dan dosen
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan
dan arahan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan dukungan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
6. Orang tuaku, Bapak Abdul Hamid dan Mama Jumiati yang telah membesarkan,
mendidik dan selalu mendoakan serta memberikan dukungan dalam
penyusunan proposal penelitian ini. Serta abang dan adikku, Mas Muhammad
Wahyudi dan Dek Abdul Rohim.
7. Kementerian Agama, yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada
peneliti sehingga dapat menempuh ilmu di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

ix
8. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS dan Ibu Ns. Mardiyanti, M.Kep.,
MDS selaku dosen penguji sidang proposal dan memberikan kritik serta saran
9. Segenap bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberika ilmu yang insya allah barokah untuk orang lain
10. Keluarga besar ayah ibuku yang selalu memberikan dukungan, saran dan doa
11. Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan khususnya angkatan 2013, yang
saling membantu, berjuang dan memberi motivasi dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini
12. Keluarga CCS MoRA khususnya angkatan 2013, yang telah bersama-sama
berjuang menjadi Mahasiswa di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
dengan mengikuti Matrikulasi
13. Para sahabat rantauan TOAK yang selama ini bersama menemani saat suka
maupun duka, saling memberi motovasi dan nasihat ketika ingat rumah nan
jauh disana
14. Pak Taryo selaku RW 005 dan Ibu Hj. Reni selaku Ketua Posbindu yang telah
memberikan waktunya untuk peneliti bertanya lokasi penelitian dan data yang
diperlukan
Semoga ketulusan dan amal baik yang telah diberikan mendapatkan berkat dari
Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu peneliti dengan lapang dada menerima masukan
dan saran yang bersifat membangun. Semoga penelitian ini memberikan banyak
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Ciputat, Februari 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENYATAAN ............................................................................................... ii

ABSTRACT.................................................................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................vi

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................................xi

DAFTAR TABEL .........................................................................................................xiv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xviii

BAB I ................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ............................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................7
C. Tujuan ....................................................................................................................7
D. Manfaat ..................................................................................................................8
E. Ruang Lingkup .......................................................................................................8
BAB II ............................................................................................................................. 10

TINJAUAN TEORI ....................................................................................................... 10

A. Jalan Santai ..........................................................................................................10


1. Respon Fisiologi Jalan .................................................................................11
2. Respon Jalan terhadap Hipertensi ................................................................12
B. Tekanan Darah .....................................................................................................13

xi
1. Fisiologis Tekanan Darah ............................................................................14
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .....................................16
3. Pengukuran Tekanan Darah .........................................................................18
C. Hipertensi .............................................................................................................19
1. Klasifikasi Hipertensi ..................................................................................20
2. Etiologi Hipertensi .......................................................................................21
3. Manifestasi klinis .........................................................................................22
4. Faktor Resiko ...............................................................................................22
5. Patofisiologi Hipertensi ...............................................................................30
6. Komplikasi ..................................................................................................31
7. Tatalaksana Pengendalian Hipertensi...........................................................32
D. Penelitian terkait Jalan Santai ...............................................................................38
BAB III ........................................................................................................................... 42

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 42

A. Kerangka Konsep .................................................................................................42


B. Hipotesis ..............................................................................................................43
C. Definisi Operasional .............................................................................................43
BAB IV............................................................................................................................ 45

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................... 45

A. Design Penelitian .................................................................................................45


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................45
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................46
D. Alat Pengumpulan data ........................................................................................49
E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................................50
F. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................................53
G. Pengolahan Data...................................................................................................54
H. Analisa Data .........................................................................................................55
I. Etika Penelitian ....................................................................................................58
BAB V ............................................................................................................................. 61

HASIL PENELITIAN ................................................................................................... 61

xii
A. Gambaran Lokasi Penelitian.................................................................................61
B. Analisa Univariat .................................................................................................61
1. Karakteristik Responden ..............................................................................62
2. Denyut Nadi, Nadi Optimum dan Setelah Jalan 6 Menit .............................63
3. Perubahan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan
Setelah Intervensi Jalan Santai .....................................................................64
C. Uji Normalitas ......................................................................................................65
D. Analisa Bivariat ....................................................................................................66
1. Rata-rata Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan
Setelah Intervensi Jalan Santai .....................................................................66
BAB VI............................................................................................................................ 68

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 68

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ..............................................................................68


1. Karakteristik Responden ..............................................................................69
2. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Setelah Jalan Santai ....80
3. Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan
Setelah Jalan Santai .....................................................................................81
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................82
BAB VII .......................................................................................................................... 83

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 83

A. Kesimpulan ..................................................................................................83
B. Saran ............................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................. 92

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC ...............................................................21
Tabel 2. 2 Jenis dan Etiologi Hipertensi ...........................................................................21
Tabel 2. 3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh .....................................................................25
Tabel 3. 1 Definisi Operasional ........................................................................................44
Tabel 5. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia RW 005 Pisangan Barat Ciputat Bulan
Mei 2017 ........................................................................................................62
Tabel 5. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Aktivitas, Konsumsi Alkohol,
Merokok, Tingkat Stres, dan Riwayat Keluarga RW 005 Pisangan Barat Ciputat
Bulan Mei 2017 ..............................................................................................62

xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Teori ..............................................................................................41
Bagan 3. 2 Kerangka Konsep ...........................................................................................42

xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5. 1 Perubahan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Setelah
Intervensi Jalan Santai RW 005 Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei 2017 ......64

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Jalan Santai.........92
Lampiran 2 Formulir Persetujuan Responden (Informed Consent) ..................................93
Lampiran 3 Kuesioner Karakteristik Responden ..............................................................94
Lampiran 4 Prosedur Pengukuran Tekanan Darah ...........................................................97
Lampiran 5 Analisa Univariat dan Bivariat ......................................................................98
Lampiran 6 Surat Perizinan Penelitian ...........................................................................102

xvii
DAFTAR SINGKATAN
PTM : Penyakit Tidak Menular

RISKESDES : Riset Kesehatan Dasar

WHO : World Health Organization

IL : Ilterleukin

ERDF : Endothelium Derived Relaxing Factor

NO : Nitric Oxide

BSH : British Society of Hypertension

JNC : Joint National Commitee

IMT : Indeks Massa Tubuh

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

6MWT : Six Minutes Walk Test

TDS : Tekanan Darah Sistolik

TDD : Tekanan Darah Diastolik

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak

Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang

disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%

dari kematian “dini” tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor

satu di dunia (Kemenkes RI, 2014).

Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan

fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: penyakit jantung koroner, penyakit

gagal jantung, hipertensi dan stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak

17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta

kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah.

Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar

sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di

negara berpenghasilan rendah. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45%

kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke

(Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang saat ini menjadi salah satu

masalah kesehatan. Hipertensi juga sering disebut silent killer karena proses

penyakit ini sangat perlahan dan bahkan hipertensi bisa tidak menunjukkan

gejala sampai terjadinya kerusakan organ yang bermakna seperti stroke atau

1
2

serangan jantung (Prince, 2012). Menurut Wijaya (2012), hipertensi adalah

keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus

menerus pada beberapa kali pemeriksaan yang disebabkan oleh banyak faktor

resiko.

Penyakit hipertensi merupakan masalah yang sedang dialami oleh semua

orang di dunia. Diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang

diseluruh dunia atau sekitar 13% dari total kematian. Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) tahun 2008, sebesar 40% penduduk dunia usia

dewasa menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Amerika sebesar 35%,

Eropa 41%, dan Australia 31,8%. Prevalensi hipertensi yang tertinggi adalah

di Afrika 46%. Prevalensi hipertensi menurut Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdes) tahun 2013 di Asia Tenggara yaitu 37%. Thailand 34,2%, Brunei

Darussalam 34,4%, Singapura 34,6% dan Malaysia 38%. Di Indonesia sendiri,

hipertensi terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan data survey kesehatan yang dilakukan Kementeriaan

kesehatan pada tahun 2013 menunjukkan hasil pengukuran tekanan darah pada

umur ≥ 18 tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. Provinsi

Bangka Belitung 30,9%, Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6%,

Jawa Barat 29,4% dan Gorontalo 29,0% menduduki urutan 5 teratas prevelensi

hipertensi (Riskesdes, 2013).

Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau

1 dari 3 penduduk pada tahun 2010. Diperkirakan prevelensi hipertensi pada

tahun 2030 akan meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi 2010. Sedangkan
3

persentase hipertensi berdasarkan jenis kelamin, persentase pria yang

menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita dibawah usia 45 tahun,

persentase usia 45-64 tahun persentasenya sama, dan dari usia 64 tahun ke atas

lebih banyak persentase wanita dibandingkan persentase pria yang menderita

hipertensi (Go dkk, 2014).

Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipetensi meningkat

sebanyak 17,1% dengan angka kematian komplikasi hipertensi mencapai 9,4

juta per tahunnya (WHO, 2013). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan

kasus rawat inap terbanyak di Rumah Sakit pada tahun 2010 dengan proporsi

kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita serta 4,8% pasien meninggal dunia

(Kemenkes RI, 2012).

Meningkatnya jumlah penderita hipertensi berhubungan dengan

pertumbuhan penduduk serta adanya faktor resiko perilaku diet yang tidak

sehat, kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan dan paparan stres

persisten. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan

Indonesia (2007), saat ini 48,2 % masyarakat berusia lebih dari 10 tahun kurang

melakukan aktivitas fisik. Sedangkan Sunnybrook Health Sciences Center

Kanada (2010) menyebutkan bahwa wanita pada usia 20 tahun tidak aktif

melakukan aktivitas fisik namun akan kembali aktif beraktivitas pada usia 30

tahun dan 50 tahun. Di dunia, menurut WHO (2009) terdapat 60-80 persen

populasi dewasa tidak aktif secara fisik.


4

Survei sosial ekonomi nasional 2004 mengenai kebiasaan penduduk usia

15 tahun ke atas dalam melakukan aktivitas fisik, dalam survei ini aktivitas

fisik dikelompokkan dalam 3 tingkat, yaitu aktivitas berat, aktivitas sedang,

dan aktivitas ringan. Persentase penduduk yang melakukan aktivitas berat

sebesar 16,02%, aktivitas sedang sebesar 17,31%, dan aktivitas ringan sebesar

66,67% (Depkes, 2006).

Aktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu faktor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi. Penelitian Respati (2007) di Kota Pariaman, aktivitas

fisik berhubungan bermakna dengan kejadian hipertensi. Laki-laki yang

memiliki tingkat aktivitas fisik rendah dapat beresiko mengalami hipertensi

ringan sebanyak 4,06 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang memiliki

aktivitas yang tinggi. Sedangkan laki-laki yang memiliki aktivitas fisik sedang

beresiko mengalami hipertensi ringan 1,34 kali lebih besar.

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang

memerlukan energi. Peningkatan aktifitas fisik dapat meningkatkan tekanan

darah (Brendan, 2007). Peningkatan tekanan darah yang di atur oleh sistem

aktivasi retikular pada batang otak yang akan merangsang area vasokontriktor

dan kardioakselerator di pusat vasomotor. Keadaan tersebut akan

meningkatkan tekanan darah segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan

aktivitas otot (Guyton & Hall, 2014).

Bagi penderita hipertensi faktor yang harus diperhatikan adalah tingginya

tekanan darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung,

sebab untuk mengalirkan darah saat jantung memompa maka jantung harus
5

mengeluarkan tenaga sesuai dengan tingginya tekanan tersebut. Jantung

apabila tidak mampu memompa dengan tekanan setinggi itu, berarti jantung

akan gagal memompa darah. Latihan olahraga dapat menurunkan tekanan

sistolik maupun diastolik pada usia tengah baya (35-50 tahun) yang sehat dan

juga mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi ringan (Kusuma, 2006).

Olahraga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Olahraga

intensitas rendah serta durasi lama dan rutin, secara efektif dapat mengikis

lemak tubuh. Pada laki-laki berusia 40 tahun dengan aktivitas fisik sedang,

jalan kaki mampu membakar kalori dalam jumlah yang besar. Dengan

kecepatan 2 mil per jam selama 30 menit, jalan kaki dapat membakar kalori

64,9 kkal, dan jika ditingkatkan menjadi 4 mil per jam selama 30 menit dapat

membakar kalori 186,7 kkal (Harahap, 2009).

Olahraga yang direkomendasikan Dr. Arthur Agatston (2006) adalah

olahraga jalan kaki dibandingkan dengan olahraga lainnya seperti tenis,

bersepeda atau berlari. Hal ini karena olahraga jalan kaki tidak membutuhkan

peralatan kecuali sepatu yang nyaman untuk berjalan. Olahraga jalan kaki

dapat dilakukan setiap orang baik tua maupun muda. Jalan kaki merupakan

olahraga yang paling menyenangkan, bisa dilakukan sebagai jalan cepat

maupun jalan santai.

Jalan santai yang dilakukan berulang-ulang dapat memberikan stimulasi

sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim oksigen ke otot yang

sedang bekerja. Jalan santai termasuk jenis latihan aerobik yang bersifat

kontinyu dan menyebabkan perubahan pada otot rangka dan kardiorespirasi.


6

Selain itu juga dapat merubah struktur tubuh antara lain pembesaran ukuran

jantung, peningkatan isi sekuncup, dan peningkatan kapasitas paru serta

peningkatan VO2 maks (Leteur & Lehmann, 2000).

Hasil studi penelitian yang dilakukan di RW 005, didapatkan data bahwa

dari 2 bulan terakhir (bulan November sampai Desember 2016) kunjungan

yang dilakukan warga yang menderita hipertensi sebanyak 57 orang, usia

antara 40-67 tahun dengan jenis kelamin 13 orang laki-laki dan 44 orang

perempuan. Dalam seminggu sekali RW 005 mengadakan senam bersama di

lapangan sekitar tetapi sudah lama tidak dilakukan kembali sejak bulan

Agustus dikarenakan cuaca yang kurang mendukung.

Berdasarkan hasil obeservasi aktivitas sehari-hari selama seminggu,

aktivitas yang dilakukan warga RW 005 adalah melakukan aktivitas duduk

santai dan mengobrol sesama warga disekitar rumah mereka pada sore hari dan

pada pagi hari warga lebih banyak melakukan aktivitas harian seperti

mengantar anak ke sekolah, melakukan pekerjaan rumah tangga, bekerja dan

ada juga yang duduk-duduk santai mengobrol dengan tetangga setelah

menyelesaikan aktivitasnya.

Berdasarkan data-data yang sudah didapat tersebut, peneliti ingin

memberikan pengetahuan kepada warga RW 005, salah satu cara yang dapat

menurunkan hipertensi adalah dengan meningkatkan aktivitas yang dilakukan

seperti jalan santai. Selain dapat dilakukan di waktu luang, jalan santai juga

bisa dilakukan secara bersama-sama sehingga lebih santai dan rileks.


7

B. Rumusan Masalah

Hipertensi dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada beberapa sistem

tubuh lainnya seperti ginjal, otak (stroke), dan jantung (Penyakit jantung

koroner, gagal jantung kongestif dan hipertropi ventrikel kanan). Pengobatan

hipertensi dapat berupa pengobatan farmakologi dan non farmakologi.

Pengobatan farmakologi membutuhkan waktu yang cukup lama dan lumayan

mahal serta ada efek sampingnya sehingga perlu dipertimbangkan untuk

menggunakan pengobatan non farmakologi seperti meningkatkan aktivitas

fisik seperti jalan santai.

Sampai saat ini belum banyak yang mempublikasikan penelitian tentang

pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti merumuskan pertanyaan

maalah penelitian yaitu: “Adakah pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi Warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat?”

C. Tujuan

Tujuan Umum:

Teridentifikasinya pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.

Tujuan Khusus:

1. Teridentifikasinya tekanan darah sebelum diberikan perlakuan jalan santai

warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.


8

2. Teridentifikasinya tekanan darah setelah diberikan perlakuan jalan santai

warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.

3. Teridentifikasinya pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai bahan yang dapat merubah perilaku terhadap olahraga

b. Menambah pengetahuan tentang memodifikasi faktor penyebab

hipertensi

2. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan untuk mencegah terjadinya komplikasi

yang disebabkan hipertensi dengan bekerjasama posbindu untuk

melakukan penyuluhan bagi masyarakat

3. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan

a. Memberikan informasi tambahan tentang pengaruh jalan santai

terhadap tekanan darah penderita hipertensi

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembelajaran

Mahasiswa Keperawatan

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jalan santai terhadap

tekanan darah penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat


9

tahun 2017. Penelitian dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret 2017. Design penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan

pretest-posttest. Data didapatkan dengan melakukan intervensi secara langsung

yaitu pengukuran tekanan darah setelah dan sesudah jalan santai.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Jalan Santai

Jalan santai adalah berjalan dengan kecepatan 1-5 km/jam. Radikal bebas

dalam tubuh dapat diturunkan dengan melakukan jalan santai yang teratur dan

terukur (Fauzi, 2013). Menurunnya radikal bebas dapat memperbaiki fungsi

endotel. Sel endotel yang teraktivasi dapat mensekresi IL (ilterleukin)-1 dan

IL-6 dan molekul adesi yang menginduksi inflamasi di endotel. Latihan fisik

teratur dan terukur dapat meningkatkan enzim antiolsidan sehingga

menurunkan kemungkinan low-density lipoprotein (LDL) untul teroksidasi,

yang tentunya mencegah cedera sel endotel dan inflamasi (Kurniawan, 2007).

Menurut intensitasnya, jalan santai dibagi menjadi 3 kategori yaitu: jalan

santai intensitas rendah, jalan santai intensitas sedang dan jalan santai intensitas

tinggi. Jalan santai intensitas rendah adalah berjalan dengan kecepatan rata-rata

kurang dari 4 km/jam dengan durasi minimal 30 menit, aktivitas ini dapat

membakar kalori sebanyak 5 kalori/menit. Jalan santai intensitas sedang adalah

berjalan dengan kecepatan rata-rata 4-5 km/jam dengan durasi minimal 30

menit, kalori yang dibutuhkan sebesar 5 kalori/menit. Sedangkan jalan santai

intensitas tinggi adalah berjalan dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam dengan

durasi minimal 30 menit dapat membakar kalori sebanyak 8 kalori/menit

(Fauzi, 2013).

Jalan santai yang teratur memiliki beberapa manfaat. Secara fisiologis

manfaat dari jalan santai yang teratur antara lain: memperbaikin komposisi

10
tubuh (kandungan lemak di dalam tubuh), kesehatan tulang dan sendi,

meningkatkan kekuatan kontraksi otot, fleksibilitas, menurunkan resiko

terserang penyakit kardiovaskular (hipertensi, stroke dan penyakit

degeneratif), meningkatkan nafsu makan dan dapat memperbaiki kualitas tidur

(Hasibuan, 2010). Secara psikologis jalan santai dapat meningkatkan mood dan

mencegah depresi. Secara sosial jalan santai memiliki banyak teman dan

meningkatkan produktivitas (Ambardini, 2014).

1. Respon Fisiologi Jalan

Respons fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap berjalan tergantung

dari jenis intensitas latihan dan keadaan lingkungan. Terdapat beberapa

adaptasi yang terjadi pada otot skeletal yang dihasilkan oleh latihan

berjalan kakiyaitu:

a. Peningkatan kadar mioglobin, mioglobin merupakan pigmen yang

mengikat oksigen dengan hemoglobin. Mioglobin merupakan tempat

persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki sistim aerobik. Fungsi

pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel ke mitokondria

yang digunakan.

b. Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen), latihan dapat

meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan glikogen

pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain

kapasitasotot menghasilkan energi aerobik yang meningkat.

dibuktikan dengan peningkatan tenaga aerobik maksimal (Vo2maks)


c. Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II, perubahan serabut

otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut tipe I yang

mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II (Scott,

2004).

2. Respon Jalan terhadap Hipertensi

Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktifitas fisik yang

bersifat aerobik seperti jalan kaki.Latihan jalan akan menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolik (Sohn, 2008). Pada latihan berjalan kaki

terdapat respons awal berupa peningkatan secara linier tekanan darah

sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan intensitas kerja yang

secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Penurunan

resistesi ini lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik.Setelah

melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertesi akan

mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung

(Wallace, 2003).

Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan

kaki disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu

penurunan aktivitas sistim saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer

vaskular, penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks

dan menurunnya volume plasma. Latihan berjalan kakimenurunkan

tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat aktivitas (Tiwari,

2011).
B. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan

dalam pembuluh adalah 100 mmHg hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan

cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi

100 mm (Guyton dan Hall, 2008). Tekanan darah juga didefinisikan sebagai

kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan

dari jantung (Potter dan Perry, 2005).

Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah

beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam

pembuluh darah dan memungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah

dalam tubuh pada dasarnya merupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri

yang harus seimbang dengan denyut jantung, melalui denyut jantung darah

akan dipompa melalui pembuluh darah kemudian dibawa keseluruh bagian

tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh

darah (Rusdi, 2009).

Ada 2 tekanan dalam tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan

diastolis. Tekanan sistolik adalah tekanan tertinggi karena jantung bilik kiri

memompa darah ke arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan

terendah saat jantung beristirahat atau rileks. Tekanan darah

digambarkansebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Pada

orang dewasa tekanan normal berkisar 120/80 mmHg (Santoso, 2010).


1. Fisiologis Tekanan Darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi

pembuluh darah perifer (tahanan perifer). Curah jantung (cardiac output)

adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel ke dalam sirkulasi

pulmonal dan sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit, normalnya pada

orang dewasa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh volume

sekuncup (stroke volume) dan kecepatan denyut jantung (heart rate).

Sedangkan resistensi pembuluh darah perifer total (tahanan perifer) pada

pembuluh darah dipengaruhi oleh jari-jari arteriol dan viskositas darah

(Dewi, 2012).

Stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang

dipompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi normalnya pada orang

dewasa normal yaitu ±70-75 ml atau dapat juga diartikan sebagai

perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diastolik dan

volume sisa ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau denyut jantung

adalah jumlah kontraksi ventrikel per menit. Volume sekuncup

dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu volume akhir diastolik ventrikel, beban

akhir ventrikel (afterload), dan kontraktilitas dari jantung (Dewi, 2012).

Jantung mensuplai darah ke seluruh jaringan dengan memberikan

gaya dorong berupa tekanan arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi

arteriol-arteriol jaringan tersebut. Tekanan arteri rata-rata merupakangaya

utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan arteri rata-rata harus

dipantau dengan baik karena apabila tekanan ini terlalu tinggi dapat
memperberat kerja jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh

darah serta terjadinya ruptur pada pembuluh-pembuluh darah halus

(Sherwood, 2012).

Tekanan arteri akan tetap normal melalui penyesuaian jangka pendek

(dalam hitungan detik) dan penyesuaian jangka panjang (dalam hitungan

menit sampai hari). Penyesuaian jangka pendek dilakukan dengan

mengubah curah jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh

sistem saraf otonom pada jantung, vena dan arteriol. Penyesuaian jangka

panjang dilakukan dengan menyesuaikan volume darah total dengan cara

menyeimbangkan garam dan air melalui mekanisme rasa haus dan

pengeluaran urin (Sherwood, 2012).

Penyimpangan yang terjadi pada arteri akan mengaktivasi reflek

baroresptor untuk dapat menormalkan kembali tekanan darah yang

diperantarai oleh saraf otonom. Hal ini yang mempengaruhi kerja jantung

dan pembuluh darah dalam upaya menyesuaikan curah jantung dan

resistensi perifer total. Reflek dan respon lain yang mempengaruhi tekanan

darah yaitu reseptor volume atrium kiri, osmoreseptor hipotalamus yang

mengatur keseimbangan air dan garam, kemoreseptor yang terletak di

arteri karotis dan aorta yang secara reflek akan meningkatkan pernafasan

sehingga lebih banyak oksigen yang masuk (Sherwood, 2012).

Respon lainnya yaitu respon yang berkaitan dengan emosi, kontrol

hipotalamus terhadap arteriol kulit untuk mendahulukan pengaturan suhu

daripada kontrol pusat kardiovaskular dan zat-zat vasoaktif yang


dikeluarkan oleh sel-sel endotel seperti endothelium-derived relaxing

factor (ERDF) atau nitric oxide (NO) (Sherwood, 2012).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak konstan sepanjang hari karena banyak faktor

yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara

lain:

a. Usia

Pada bayi baru lahir memiliki tekanan darah rata-rata sekitar 75

mmHg. Tekanan darah tersebut meningkat seiring dengan usia dan

mencapai puncaknya pada pubertasdan kemudian cenderung sedikit

menurun. Pada lansia, elastisitas arteri mengalami penurunan karena

arteri lebih kaku dan kurang mampu merespon tekanan darah sehingga

menyebabkan peningkatan sistolik dan diastolik.

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik akan

meningkatkan curah jantung dan kemudian meningkatkan tekanan

darah. Dengan demikian, individu perlu beristitahat selama 20-30

menit setelah berolahraga sebelum tekanan darah pada kondisi

istirahat dapat dikaji secara reliabel.

c. Stres

Kecemasan, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi

sistem saraf simpatis yang meningkatkan frekuensi, curah jantung dan


vasokontriksi arteriol sehingga terjadi tahan vaskular perifer

meningkat yang akan meningkatkan tekanan darah. Meskipun

demikian, nyeri yang hebat dapat menurunkan tekanan darah secara

bermakna dengan menghambat pusat vasomotor dan memicu

vasodilatasi.

d. Ras

Pria Amerika-Afrika yang berusia di atas 35 tahun memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Eropa-Amerika pada

usia yang sama. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga

lebih banyak pada orang Amerika-Afrika. Kecenderungan populasi

ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan genetik dan

lingkungan.

e. Jenis Kelamin

Setelah pubertas, perempuan biasanya memiliki tekanan darah

yang lebih rendah daripada laki-laki pada usia yang sama. Perbedaan

ini terkait dengan variasi hormon. Setelah menopause, pada umumnya

perempuan memiliki tekanan darah yang lebih tingi daripada

sebelumnya.

f. Medikasi
Beberapa obat dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan

darah misalnya obat hipertensi dan analgesik narkoti yang dapat

menurunkan tekanan darah.

g. Obesitas

Obesitas pada masa kanak-kanak maupun dewasa keduanya dapat

memprediposisi hipertensi.

h. Variasi Diurinal

Tekanan darah biasanya berada pada titik terendah pada pagi hari,

yaktu ketika laju metabolisme berada pada titik paling bawah,

kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai titik puncak pada

sore hari atau menjelang malam.

i. Proses Penyakit

Setiap kondisi yang mempengaruhi curah jantung, volume darah,

viskositas darah dan/atau komplains arteri akan berdampak langsung

pada tekanan darah (Kozier, 2011).

3. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar BSH

(British Society of Hypertension) secara manual dengan menggunakan

alat yang disebut sphygmomanometer air raksa. Selain itu, pengukuran

tekanan darah juga bisa dilakukan dengan menggunakan tensimeter

digital yang telah dikalibrasi. Kedua alat tersebut mengukur tekanan

darah yang dinyatakan dalam satuan mmHg. Tekanan darah dapat diukur

setelah pasien duduk tenang selama 5 menit. Pada saatpemeriksaan


lengan disangga dan tensimeter diletakkan setinggi jantung. Manset yang

dipakai harus disesuaikan sedikitnya melingkari 80% lengan atas

(Dharmeizar, 2012).

C. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).Hipertensi adalah

suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri diatas

140/90 mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya 3 kali pengukuran secara

berurutan (Ganong, 2010).

Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah

satu penyakit pembuluh darah (vascular disease).Pembuluh darah merupakan

saluran tertutup yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan dan kembali

lagi ke jantung melalui paru-paru. Semua pembuluh darah dilapisi oleh sel

endotel yang mensekresikan berbagai zat yang dapat mempengaruhi diameter

pembuluh darah, perbaikan luka pada pembuluh darah dan pembentukan

pembuluh darah baru (Ganong, 2010).

Struktur pembuluh darah meliputi jaringan ikat di lapisan luar (tunika

adventisia), jaringan elastik diantara lapisan luar dan media (lamina elastika

eksterna), otot polos di lapisan tengah (tunika media), jaringan elastik diantara

lapisan intima dan media (lamina elastika interna) dan lapisan dalam(tunika
intima). Otot-otot tersebut diinervasi oleh serabut saraf noradrenergik yang

berfungsi sebagai vasokonstriktor dan persarafan kolinergik sebagai

vasodilator. Pembuluh darah dapat teregang oleh karena ejeksi jantung saat

sistol dan jaringan elastik akan mengembalikan pembuluh darah kebentuk

semula saat diastol (Ganong, 2010).

1. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu:

hipertensi primer (hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder. Hampir

lebih dari 90-95% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer.

Hipertensi primer adalah hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui

(Guyton & Hall, 2014). Belum ada teori yang jelas menyatakan

patogenesis hipertensi primer tersebut. Namun, faktor genetik memegang

peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.

Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan

darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan

timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen

ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga

didokumentasikan adanya mutasi genetik yang merubah ekskresi kalikrein

urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan

angiotensinogen (Suryana, 2014).

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi disebabkan oleh

penyakit lain. Hanya sekitar 5-10% kasus hipertensi sekunder dari

penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat


meningkatkantekanan darah. Banyak penyebab hipertensi sekunder baik

endogen maupun eksogen. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat

penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab

sekunder yang paling sering (Guyton & Hall, 2014).

Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka

dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi

kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama

dalam penanganan hipertensi sekunder (Guyton & Hall, 2014).

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC


Klasifikasi Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi I 140-159 90-99
Hipertensi II ≥ 160 ≥ 100
Sumber : National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), 2013

2. Etiologi Hipertensi

Tabel 2. 2 Jenis dan Etiologi Hipertensi


Jenis Hipertensi Penyebab
Hipertensi esensisal, Berhubungan dengan obesitas, hiperkolesterolemi,
idiopatik atau primer aterosklerosis, diet tinggi garam, diabetes, stres,
kepribadian Tipe A, riwayat keluarga, merokok, kurang
olahraga
Hipertensi Sekunder Renovaskular
- Penyakit parenkim,mis: glomerulonefritis akut dan
menahun
- Penyempitan (stenosis) arteri renalis, akibat
aterosklerosis atau fibroplasia bawaan
- Penyakit atau sindrom Cushing
- Dapat disebabkan peningkatan sekresi
glukokortikoid akibat penyakit adrenal atau
disfungsi hipofisis
- Aldosteronisme primer
- Peningkatan sekresi aldosteron, akibat tumor
adrenal
- Feokromositoma
- Tumor medula adrenal yang berakibat peningkatan
sekresi katekolamin adrenal
- Koarktasio aorta
- Konstriksi aorta bawaan pada tingkat duktus
arterosus, dengan penngkatan tekanan darah diatas
kontriksi dan penurunan tekanan di bawah kontriksi.
Sumber: Tambayong, Jan. 2001

3. Manifestasi klinis

Bila timbul gejala, penyakit ini sudah dalam tahap lanjut. Gejala yang

sering muncul yaitu sakit kepala, epistaksis,pusing dan tinitus yang diduga

berhubungan dengan naiknya tekanan darah. Namun gejala sakit kepala

sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi dan nokturia, ternyata

meningkat pada hipertensi yang tidak diobati. Empat sekuele utama akibat

hipertensi adalah stroke, infarkmiokard, gagal ginjal dan ensefalopati

(Tambayong, 2001).

4. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya hipertensi dapat dikelompokkan faktor resiko

yang tidak dapat dimodifikasi, seperti usia, kelamin, ras, riwayat keluarga,

dan yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup. Penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup dapat menurunkan

tekanan darah serta meningkatkan efektivitas terapi farmakologik. Oleh

karena itu, modifikasi gaya hidup direkomendasikan dalam berbagai

petunjuk terapi hipertensi di samping terapi farmakologik. Sebagian besar

faktor gaya hidup berkaitan dengan faktordiet/asupan makanan sehari-


hari, meliputi jenis makronutrien dan mikronutrien serta status gizi

berlebih/kegemukan (Whitworth, 2004).

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:

a. Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas

menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian

prematur(Irza, 2009).

b. Kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita,

namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai

meningkat, sehingga padausia di atas 65 tahun, insiden pada wanita

lebih tinggi(Irza, 2009).

c. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya

pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat

pada ras kulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan

diastol 115 atau lebih 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih

dan 5,6 kali bagi wanita putih(Irza, 2009).

d. Riwayat keluarga

Tekanan darah memiliki kecenderungan untuk diturunkan di

dalam keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga hipertensi

akan meningkatkan resiko hipertensi dua kali lebih besardibandingkan


dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Riwayat

hipertensi merupakan faktor resiko pada hipertensi primer dan

merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol (Irza, 2009).

Menurut Davidson, jika terdapat riwayat hipertensi keluarga pada

kedua orangtuanya, maka kemungkinan hipertensi diturunkan kepada

anak-anaknya adalah sebesar 45%, sedangkan bila hanya pada salah

satu orang tuanya yang memiliki hipertensi, maka kemungkinan

hipertensi diturunkan sebesar 30% (Depkes, 2006).

Faktor resiko yang dapat modifikasi antara lain:

a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang.

IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar

adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh

secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT

berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti

underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry

(Grummer-Strawn, 2002).

IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat

badan berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram

dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). IMT adalah

cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi

dengan massa lemak tubuh, selain itu juga pentinguntuk


mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai resiko komplikasi

medis (Pudjiadi, 2010).

IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi

tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada

jenis kelamin. IMT secara signifikan berhubungan dengan kadar

lemak total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak

tubuh. Saat ini, IMT secara internasional diterima sebagai alat untuk

mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas (Hill, 2005).

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, interpretasi

IMT menggunakan kategori status berat badan standar yang sama

untuk semua umur bagi pria dan wanita. Sedangkan untuk anak-anak

dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis

kelamin (CDC, 2009).

Tabel 2. 3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh


IMT Kategori
< 18,5 Berat badan kurang
18,5-22,9 Berat badan normal
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
23,0-24,9 Beresiko menjadi obesitas
25,0-29,9 Obesitas I
≥ 30,0 Obesitas II
Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

b. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang

dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan

proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Merokok


jugameningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk

disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah

tinggi semakin meningkatkan resiko kerusakan pada pembuluh darah

arteri (Lanny, 2004).

c. Konsumsi Alkohol Berlebih

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih

belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan

peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan

dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan

hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru

nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran

standar setiap harinya(Lanny, 2004).

d. Konsumsi Garam Berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena

menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus

hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah

dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang

mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah

ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8

gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi(Lanny, 2004).

e. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL

dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol

merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang

mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga

tekanan darah meningkat (Lanny, 2004).

f. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,

dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak

ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit

maag (Prasetyorini, 2012).

g. Aktivitas fisik

Kurang melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan resiko

kegemukkan yang juga merupakan salah satu faktor resiko dari

hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya. Aktivitas fisik seperti

olahraga yang teratur akan menurunkan tahanan perifer untuk

menurunkan tekanan darah. Selain itu, olahraga yang teratur melatih

otot jantung dalam pekerjaan berat di kondisi tertentu. Orang dengan

aktivitas fisik yang kurang cenderung memiliki frekuensi denyutnadi


yang lebih tinggi, sehingga otot jantung memompa darah lebih keras

dan sering. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada dinding arteri

semakin besar (Price, 2006).

Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang

meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung

intensitas latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara

bertahap tekanan darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari

peningkatan dilatasi arteriola di dalam otot yang aktif saat latihan.

Olahraga yang dilakukan secara teratur, menyebabkan jantung akan

bekerja lebih efisien, denyut jantung berkurang dan menurunkan

tekanan darah (Tremblay, 2006).

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori). Olahraga adalah

suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang

melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani.

Dalam kegiatan sehari-hari setiap individu melakukan berbagai

aktifitas fisik. Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran

tenaga dan energi (pembakaran kalori) misalnya mencuci baju,

mengemudi, mengecat rumah, menyapu, berjalan kaki, menyetrika,

berkebun, dan sebagainya.Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi

tiga tingkatan yaitu:


1) Kegiatan ringan yaitu hanya memerlukan sedikit tenaga dan

biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau

ketahanan (endurance).

2) Kegiatan sedang membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,

gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility).

3) Kegiatan berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan

membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat.

(Armilawaty, 2007)

Manfaat Fisik/Biologis dari aktivitas fisik adalah menjaga

tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal,

menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh, dan

meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan manfaat psikis/mental

adalah dapat mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri,

membangun rasa sportifitas, memupuk tanggung jawab, dan

membangun kesetiakawanan sosial(Armilawaty, 2007).

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan

darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang

tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat

menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun

(Armilawaty, 2007).
5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis(Bruner dan Suddarth, 2001).

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi(Bruner dan Suddarth, 2001).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi (Bruner

dan Suddarth, 2001).

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksiyang


mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Bruner dan Suddarth, 2001).

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada

sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,

hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan

Suddarth, 2001).

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi yaitu :

a. Jantung

Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak

diobati. Awalnya jantung mengatasi ketegangan karena

harusmenghadapi tekanan darah tinggi dengan meningkatnya kerja


otot sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa

jantung yang mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk

beredar ke seluruh tubuh dan sebagian darah menumpuk pada

jaringan. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau kelainan

di pembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi

untuk menggerakan jantung secara normal (Maulana, 2008).

b. Ginjal

Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada

ginjal sehingga menganggu mekanisme yang sangat halus yang

menghasilkan urin. Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang

disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah berkurangnya

kemampuan untuk menyaring darah (Tom Smith, 1998).

c. Stroke

Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada

dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi

lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Pecahnya pembuluh

darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya

mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi yang dibawa melalui

pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan akhirnya

mati (Auryn, 2007).

7. Tatalaksana Pengendalian Hipertensi

Penatalaksanaan dalam pengendalian hipertensi dapat dilakukana

dengan 4 cara yaitu: promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial,

diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup

sehat dalam pengendalian hipertensi.

b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang

dan aktifitas fisik agar terhindar dari obesitas untuk mencegah

timbulnya faktor resiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi

rekurensi (kambuh) faktor resiko. Beberapa hal yang dapat dilakukan

adalah :

1) Mengurangi asupan garam didalam tubuh

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok

teh) per hari pada saat memasak. Makan makanan yang sehat

misalnya dengan banyak mengonsumsi buah-buahan segar dan

sayuran, yang memberikan nutrisi seperti kalium dan serat. Juga,

makan makanan yang rendah lemak jenuh dan kolesterol(Aulia,

2008).

2) Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak

3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran


dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat

mengontrol tekanan darah. Direkomendasikan orang dewasa

terlibat dalam latihan intensitas sedang selama 2 jam dan 30 menit

setiap minggu(Aulia, 2008).

3) Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah

sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun

seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok

yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses

artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan

merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh

darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok

pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

resikokerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang

benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan

merokok(Aulia, 2008).

4) Mengurangi konsumsi alkohol

Hindari konsumsi alkohol berlebihan. Laki-Iaki tidak lebih

dari 2 gelas per hari dan wanita tidak lebih dari 1 gelas per hari.
5) Memeriksa tekanan darah secara teratur karena tekanan darah

tinggi seringkali tidak memiliki gejala(Aulia, 2008).

c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan

yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama

diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan

manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat

pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program

dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian

hipertensi(Aulia, 2008).

Ada beberapa prinsip dalam pemberian obat antihipertensi di

tahap kuratif yaitu:

1) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab

hipertensi

2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi.

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat anti hipertensi.

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

Jenis-jenis obat antihipertensi yang diberi ditahap kuratif antara

lain:

1) Diuretik.
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan

cairan tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh

berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan

dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat

pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit

lainnya(Aulia, 2008).

2) Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas

syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat

simpatetik adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek

samping yang dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel

darah merah kerena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi

ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit hati

kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan(Aulia, 2008).

3) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan

pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguanpernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat

golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan

bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati,

karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula


darah turun menjadi sangat rendah sehingga dapat

membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita

bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga

pemberian obat harus hati-hati(Aulia, 2008).

4) Vasodilatator.

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam

golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang

sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit

kepala(Aulia, 2008).

5) Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan

zat angiotensin II (zat yang dapat meningkatakan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek

samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit

kepala dan lemas(Aulia, 2008).

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung

dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).Yang

termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan

verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah(Aulia, 2008).

7) Penghambat reseptor angiotensin II


Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya

daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk .golongan ini

adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit

kepala, pusing, lemas dan mual(Aulia, 2008).

d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang

lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi

Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan

mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan

melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana

pelayanan di berbagai tingkatan (Aulia, 2008).

D. Penelitian terkait Jalan Santai

Penelitiaan Surbakti (2014), melakukan penelitian terhadap 10 orang yang

diberi perlakuan latihan jalan kaki selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali

seminggu selama 6 minggu. Berdasarkan hasil analisa data untuk tekanan darah

sistolik diperoleh t hitung sebesar 15,121 dan t tabel sebesar 2,262 pada taraf

signifikan =0,05, berarti latihan jalan kaki 30 menit berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sistolik pada pasien penderita hipertensi diRumah

Sakit Umum Kabanjahe. Demikian juga, berdasarkan hasil analisa data tekanan

darah diastolik diperoleh t hitung sebesar 7,857 dan ttabel sebesar 2,262 pada

taraf signifikan =0,05, dengan demikian dari hasil analisis tersebut, latihan
jalan kaki 30 menit berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik

pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

Penelitian lainnya yang dilakukan Khomarun (2014) pada lansia hipertensi

di Posyandu Lansia Desa Makamhaji, Kartasura dengan jumlah subyek

penelitian sebanyak 15 orang. Jenis penelitian ini adalah one group quasi

experimental dengan rancangan pre test-post test design. Dari hasil analisis

data penelitian di diperoleh angka signifikansi sebesar 0,001.Hal ini

menunjukkan bahwa tekanan darah pre dan post pemberian intervensi aktivitas

berjalan berbeda secara bermakna. Ada pengaruh pemberian aktivitas berjalan

terhadap perubahan (penurunan) tekanan darah pada lansia hipertensi di

Posyandu Lansia Desa Makamhaji, Kartasura.

Penelitian yang dilakukan Saputro (2015) tentang “Pengaruh Jalan Santai

Terhadap Tekanan Darah Pada Pra Lansia” yang melibatkan 68 responden

dengan karakteristik sampel yang tergolong pra lansia (45-59 tahun), tidak

merokok dan tidak menderita keganasan. Penelitian ini merupakan penelitian

observasional analitik dengan pendekatan eksperimental semu. Pengambilan

sampel dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah

Automatic blood preasure monitor dan daftar pernyataan DASS.Hasil

penelitian diperoleh yakni nilai p pada uji t berpasangan baik sistolik

maupundiastolik p < 0.05 yang artinya bermakna secara statistik, dimana

terdapat pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra-lansia di

Posyandu Lansia Sejahtera Abadi IX Candi Baru.


Penelitian Priadi (2016) terhadap 30 responden yang terbagi menjadi 2

kelompok yaitu 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok

kontrol yang dilakukan selama 3 minggu. Hasil penelitian menunjukkan

adanya pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada kelompok

intervensi sebelum dan sesudah senam jantung dengan p value tekanan darah

sistolik (0,000) dan p value tekanan darah diastolik (0,003) serta terjadi

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 19,33 mmHg dan tekanan darah

diastolik sebesar 11,33 mmHg.


KERANGKA TEORI

HIPERTENSI

Faktor resiko yang Faktor resiko yang tidak


dapat dimodifikasi dapat dimodifikasi

Usia Ras Kelamin Riwayat keluarga

IMT Merokok Hiperlipidemia/ Konsumsi Garam


Hiperkolesterol Berlebih
Konsumsi
emia
Alkohol Berlebih aktiktivitas fisik Psikologis/stres

Jalan santai

Intensitas Intensitas Intensitas tinggi


rendahkecepatan sedangkecepatan kecepatan rata-rata
rata-rata < 4 rata-rata 4-5 5 km/jam selama
km/jam selama 30 km/jam selama 30 menit
menit 30 menit

Melatih otot jantung


dalam pekerjaan berat

Mempengaruhi tekanan darah:


menurunkan atau mendekati normal

Bagan 2. 1 Kerangka Teori


Whitworth (2004), Lanny (2004), Hill (2005), Price (2006), Armilawaty (2007),

Irza (2009),(Fauzi, 2013)


BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai

dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2008). Kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diteliti melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Konsep hanya dapat

diteliti melalui konstruk atau dikenal dengan variabel (Notoatmojo, 2005).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi pengaruh

jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi warga RW 005

Pisangan Barat, Ciputat. Berdasarkan tujuan tersebut, variabel yang akan

diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari jalan santai dan variabel

dependen yang terdiri dari tekanan darah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tekanan Darah
Jalan Santai (Sistol dan
diastol)

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep

42
B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian

(Nursalam, 2009). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat

Ha : Ada pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat, Ciputat

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan cara

menentukan variabel dan mengukur variabel. Definisi operasional merupakan

suatu informasi yang akan membantu menjelaskan semua variabel yang akan

digunakan dalam penelitian dan membantu penelitian lainnya yang

menggunakan variabel yang sama serta memudahkan pembaca dalam

memahami penelitian ini (Setiadi, 2007).


Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Bentuk aktivitas fisik berjalan kaki Memakai alat Pedometer Langkah kaki selama 30 Nominal
Independen: selama 30 menit pedometer menit jalan santai
Jalan Santai disangkutkan di
pinggul/pinggang
celana selama
jalan santai
Variabel Ukuran tekanan atau gaya didalam Memasang alat Tensimeter Hitungan dengan satuan Numerik
Dependen: arteri yang berasal dari jantung, pengukur tekanan dan mmHg
Tekanan yang akan mempompa darah darah stetoskop
Darah melalui pembuluh darah kemudian
dibawa keseluruh bagian tubuh
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Design Penelitian

Design penelitian merupakan rancangan penelitian yang terdiri atas

beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data

dan/atau fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian

(Lapau, 2012). Dalam penelitian ini, design penelitian yang digunakan adalah

quasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest. Design penelitian quasi

eksperimen untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental (Nursalam,

2009). Rancangan pretest-posttest adalah rancangan pre-posttest yang

melakukan observasi/pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan (Praptomo,

2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.

2. Waktu Penenlitian

Pengambilan data dilakukankan selama 4 minggu dimulai dari bulan

April sampai Mei 2017.

45
46

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah

Warga perempuan dan laki-laki usia ≥ 30 tahun yang menderita hipertensi

di RW 005 Pisangan Barat, Ciputat.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Dalam penelitian

keperawatan terdapat 2 kriteria dalam menentukan sampel tersebut dapat

digunakan atau tidak yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Hidayat,

2008). Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi

setiap masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Sampel dari kriteria inklusi penelitian ini sebagai berikut:

a. Warga berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang menderita

hipertensi

b. Responden berusia 30 tahun ke atas

c. Jarang berolahraga

d. Tidak mengkonsumsi obat antihipertensi

e. Bersedia menjadi responden

Sampel dari kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut:


47

a. Mengonsumsi alkohol

b. Merokok

c. Stres Berat

d. Penyakit penyerta (diabetes melitus, stoke, gagal ginjal)

e. Hipertensi berat: sistol ≥ 180 dan diastol ≥ 110

3. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel minimal, penelitian ini

menggunakan rumus jumlah uji hipotesis beda rata-rata berpasangan

(Dharma, 2011).

n = ² (z1- + z1-)²

(1 - 2)²

Keterangan: n = besar sampel minimum

z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu

z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu

 = harga varians di populasi

1-2 = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan

mean di populasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan Saputro (2015) diperoleh rata-

rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pada responden

melakukan jalan santai (1) sebesar 12,912 dan rata-rata tekanan darah

diastolik sebelum dan sesudah responden melakukan jalan santai (2)

sebesar 13,324 mmHg. Dengan standar deviasi () sebesar 5,65 mmHg.

Uji hipotesis menggunakan derajat kemaknaan 5% (z1-) sebesar 1,96


48

dengan kekuatan uji sebesar 90% (z1-) sebesar 1,282, maka besar sampel

minimal yang diperoleh pada penelitian ini adalah:

n = (5,65)² (1,96 + 1,282)²

(12,912 - 13,324)²

n = 19,76

n = 20 responden

Jadi, besar sampel yang akan diambil adalah 20 orang responden.

Untuk menghindari drop out sampleatau pengunduran diri selama

dilakukan penelitian maka peneliti akan menambahkan 10% dari perkiraan

besar sampel sehingga besar sampel menjadi sebanyak 22 responden.

Jumlah responden yang diambil tidak mencapai dan tidak sesuai dengan

besar sampel yang harus diambil yaitu kurang dari 22 orang.

Awalnya peneliti sudah mendapatkan 23 responden dengan kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Sampai minggu kedua peneliti

sudah mengambil data responden 16 orang kemudian ditengah jalan 2

orang mengundurkan diri dan 6 orang menolak untuk melakukan jalan

santai. Karena ada 2 responden yang mengundurkan diri peneliti mencari

responden lainnya dan mendapatkan 1 responden yang bersedia. Jadi

jumlah sampel penelitian ini adalah 15 responden.

4. Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik consecutive

sampling yaitu pemilihan dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian akan dimasukkan dalam penelitian sampai pada kurun


49

waktu tertentu hingga jumlah sampel terpenuhi (Nursalam, 2009). Dalam

penelitian ini, peneliti mencari data kunjungan warga RW 005 yang

menderita hipertensi di Posbindu setempat. Populasi warga RW 005

dengan hipertensi pada bulan November sampai Desember 2016

berjumlah 57 orang. Peneliti menseleksi warga yang dengan hipertensi

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sehingga pasien yang memenuhi

kriteria dapat dijadikan sebagai sampel.

D. Alat Pengumpulan data

Pada penelitian ini, pengumpulan data menggunakan 4 jenis alat yaitu

kuesioner, lembar observasi, tensimeter dan pedometer.

1. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh

data sesuai dengan keinginan peneliti (Wasis, 2008). Kuesioner ini untuk

mengetahui tentang karakteristik responden yang berisi: kode responden,

usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, pengaturan

diet garam, kebiasaan olahraga, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan

adanya penyakit penyerta seperti stroke, diabetes, gagal ginjal dan lain-

lain. Pengisian kuesioner dilakukan sebelum diberikan perlakuan jalan

santai.

2. Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan untuk

mengukur perlakuan jalan santai selama proses perngumpulan data berisi

kode responden, dan pengukuran tekanan darah pretest dan posttest.


50

3. Tensimeter digital digunakan untuk mengukut tekanan darah respon.

Tensimeter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensimeter digital

ukuran orang dewasa. Tensimeter yang digunakan Automatic Pressurre

Monitor merek OMRON tipe HEM 7130.

4. Pedometer adalah alat yang digunakan untuk program jalan kaki karena

dapat mencatat jumlah gerakan fisik yang kita lakukan dalam sehari.

Pedometer akan mengukur jumlah gerakan fisik dengan tingkat akurat

yang sangat tinggi (Hall, 2007). Pedometer yang digunakan merek

Nesco/KJ01 dengan nomor seri NSN.

5. Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu

yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan. Stopwatch diaktifkan

ketika memulai pengukuran dan dihentikan setelah pengukuran.

Stopwatch yang digunakan merek Anytime/A-023 dengan nomor seri

NSN.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Prosedur Administrasi

Penelitian ini dapat dilaksanakan setelah melalui beberapa prosedur antara

lain yaitu:

a. Peneliti membuat surat izin penelitian dan diajukan ke Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.
51

b. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke Ketua RW 005 Pisangan

Barat, Ciputat.

c. Peneliti mendapatkan izin penelitian dari Ketua RW 005 Pisangan

Barat, Ciputat.

Setelah prosedur administrasi selesai, peneliti dapat

mengambil/mengumpulkan data.

2. Prosedur Teknis

Prosedur teknis yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh/mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Peneliti mencari data responden hipertensi dari data yang ada di

Posbindu

b. Setelah itu, peneliti juga meminta data dari Kader di setiap RT.

c. Peneliti menskrining warga yang memiliki hipertensi.

d. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan kepada

responden.

e. Peneliti melakukan kunjungan ke warga RW 005 yang telah di

diagnosa hipertensi untuk memperoleh data dengan mengukur tekanan

darahnya.

f. Selain melakukan pengukuran tekanan darah, peneliti meminta

responden untuk mengisi kuesioner karakteristik responden.

g. Peneliti menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.
52

h. Pengukuran tekanan darah awal (pre) dilakukan 24 jam sebelum jalan

santai dan pengukuran tekanan darah akhir (post) dilakukan 24 jam

setelah jalan santai

i. Sebelum dan sesudah dilakukan jalan santai, peneliti mengukur

tekanan darah dan nadi optimum pasien dengan menggunakan rumus

yaitu 220-umur responden kemudian dikalikan dengan intensitas

membakar lemak 60-70%. Dikali 60% untuk mengetahui nadi terendah

dan 70% untuk mengetahui nadi tertinggi. Jika denyut nadi sudah

melewati batas nadi optimum responden tidak dapat melakukan jalan

santai. Setelah itu dilakukan 6MWT (Six Minutes Walk Test).

j. Peneliti meminta responden untuk memasang alat pedometer di celana

bagian pinggang/pinggul responden.

k. Jalan santai dilakukan sebanyak 4 kalidurasi 30 menit dengan jeda 2

sampai 3 hari.

l. Jalan santai bersama peneliti dilakukan setiap hari selasa, kamis dan

sabtu ada atau tidak adanya responden.

m. Bagi responden yang tidak ada waktu untuk mengikuti jalan santai

bersama maka melakukan jalan santai secara mandiridiwaktu luang.

n. Peneliti mengontrol jadwal jalan santai 2 sampai 3 hari bagi responden

yang berhalangan hadir waktu jalan santai bersama dengan melihat

lembar observasi yang telah peneliti berikan ke responden sebelum

melakukan jalan santai. Selain itu, keluarga dan tetangga sekitar juga
53

memberikan kesaksian bahwa responden telah melakukan jalan santai

serta langkah kaki dari alat pedometer.

o. Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap hari sabtu,

minggu dan senin.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengumpulan data pada sebuah penelitian diperlukan alat dan cara yang

benar sehingga data yang dikumpulkan dapat menjadi data yang valid dan

andal (reliabel). Penggunaan alat ukur dalam riset tergantung pada tingkat

keakuratan data. Tidak ada satupun alat ukur yang memiliki keandalan dan

kesahihan yang sempurna. Untuk itu perlu membahas keandalan (reliabilitas)

dan kesahihan (validitas) dari alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian

(Sastroasmoro & Ismael, 2008).

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Jadi pengujian validitas itu mengacu pada

sejauh mana suatu instrument dalam menjalankan fungsi. Instrument

dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur

subjek yang ingin diukur (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini

menggunakan alat ukur tensimeter digital, pedometer dan stopwatch.

Tensimeter digital untuk mengukur tekanan darah, pedometer untuk

mengukur jarak dan stopwatch untuk mengukur lamanya waktu sehingga

alat ukur tersebut sudah sesuai dengan fungsinya (valid) untuk itu peneliti
54

melakukan kalibrasi pada ketiga alat tersebut. Selain itu, peneliti

melakukan konsultasi tentang isi kuesioner karakteristik responden,

lembar observasi dan prosedur pemeriksaan tekanan darah kepada

pembimbing dan penguji.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang

digunakan dalam penelitian keperilakukan mempunyai keandalan sebagai

alat ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari

waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah (Zulganef,

2006). Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji kalibrasi

pada ketiga alat yang akan digunakan untuk penelitian. Ketiga alat diuji

ditempat yang berbeda yaitu dilakukan kalibrasi di PT Gaya Dinamika

Angkasa untuk tensimeter digital dan Laboratorium Krakatau untuk

kalibrasi pedometer dan stopwatch.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan

setelah data terkumpul (Hastono, 2007). Pengolahan data dilakukan setelah

data penelitian terkumpul. Pengolahan data meliputi beberapa tahap, yaitu

sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan kembali kebenaran data

yang telah diperoleh atau dikumpulkan dari pengisian kuesioner atau


55

lembar observasi. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka. Kegunaan coding untuk mempermudah pada saat

analisis data dan mempercepat pada saat pemasukkan data.

3. Processing

Memproses data dapat dilakukan dengan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam paket program komputer. Ada beberapa paket

program yang dapat digunakan untuk memproses data dan masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket program

komputer yang sudah umum digunakan untuk memprosesing data adalah

program SPSS.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudak

dimasukkan ke dalam program komputer. Dalam pemasukkan data ke

program komputer bisa saja terjadi kesalahan. Cara untuk meng-cleaning

data dapat dilakukan dengan mendektesi adanya missing data, vasiasi data

dan konsistensi data berdasarkan dari distribusi frekuensi variabel yang

ada.

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat
56

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik dari setiap variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam

analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dari responden

berdasarkan: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya.

Dalam analisa univariat (deskriptif) nilai bisa diwakili mean (rata-rata),

median, modus, tabel frekuensi, persentase dan berbagai diagram

(Notoatmodjo, 2010).

2. Analisa Bivariat

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan uji

normalitas data karena sampel < 50 maka menggunakan uji shapiro wilk.

Jika nilai uji normalitas p value> 0,05 maka menggunakan uji t dependen

karena data terdistribusi normal dan jika nilai p value< 0,05 maka

menggunakan uji wilcoxon.

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara

2 variabel yaitu variabel independen jalan santai dengan variabel dependen

tekanan darah pada penderita hipertensi. Analisa bivariat digunakan untuk

melihat sebaran responden pada variabel penelitian sebelum dan sesudah

eksperimen serta menguji veriabel-variabel penelitian yaitu veriabel

dependen dan variabel independen dengan menggunakan teknik analisa

data uji statistik komperatif (uji beda).

Uji statistik komperatif (uji beda) dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Uji beda dua mean sampel berpasangan (uji t dependen)


57

Uji beda dua mean sampel berpasangan digunakan untuk menguji

kemaknaan perbedaan mean variabel penelitian antara sebelum dan

sesudah perlakuan (Sabri & Hastono, 2006). Hasil analisis uji beda

mean pada semua variabel penelitian ini menunjukkan berdistribusi

normal maka dilanjutkan menggunakan analisa parametrik (Paired T-

test).

b. Uji beda dua mean sampel tidak berpasangan (independen)

Uji beda dua mean sampel tidak berpasangan digunakan untuk

menguji kemaknaan perbedaan mean variabel penelitian antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sabri & Hastono,

2006).

Berdasarkan kedua uji statistik komperatif (uji beda), penelitian ini

akan menggunakan uji beda dua mean sampel berpasangan (uji t

dependen) karena lebih sesuai dengan sampel penelitian yang hanya

mengambil satu kelompok yaitu kelompok perlakuan.

Uji t dependen dengan menggunakan derajat kepercayaan 90%

dengan  5% sehingga nilai P (p value) ≤ 0.05 berarti hasil perhitungan

statistik bermakna atau menunjukkan ada hubungan antara variabel

dependen dengan veriabel independen. Jika nilai p value> 0.05 berarti

hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen.


58

I. Etika Penelitian

Menurut komisi Etika Penelitian Unika Atma Jaya Jakarta (2010), etika

penelitian adalah pertimbangan rasional mengenai kewajiban-kewajiban moral

seorang peneliti dari penelitian, publikasi dan pengabdian yang dikerjakannya

kepada masyarakat. Selain menguasai metodologi penelitian, seorang peneliti

juga harus memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian antara lain:

1. Prinsip menghormati martabat manusia dan hak masyarakat. Dalam

prinsip ini, peneliti wajib: (a) menghormati manusia sebagai makhluk

otonomi yang memiliki kemampuan dalam berpikir dan mengambil

keputusan; (b) menghormati martabat dan harkat setiap individu serta hak

privacy dan konfidensialitas; (c) menghargai hak masyarakat atas

kekayaan kulturalnya sebagai bukti penghormatan atas martabat manusia;

(d) melindungi hak dan kesejahteraan pribadi dan komunitas yang dimiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan yang otonom karena usia,

gender, ras, etnisitas, bahasa, orientasi seksual, dan status ekonomi serta

berusaha tidak menimbulkan prasangka buruk karena adanya perbedaan-

perbedaan tersebut; (5) memberikan perlindungan kepada subjek

penelitian terhadap kemungkinan adanya kerugian dan penyalahgunaan

dalam penelitian

2. Prinsip berbuat baik. Dalam prinsip ini, peneliti wajib berusahaan

memanfaatkan semaksimal mungkin dan meminilkan terjadinya kerugian

bagi setiap individu yang terlibat dalam penelitian.


59

3. Prinsip keadilan. Dalam prinsip ini, peneliti wajib memperlakukan setiap

individu secara fair berdasarkan keterlibatannya dalam penelitian.

4. Prinsip integritas keilmuan. Dalam prinsip ini, seorang peneliti wajib

menjaga integritas keilmuan dengan kejujuran, kecermatan, ketelitian dan

keterbukaan dalam penelitian, publikasi serta penerapannya. Peneliti wajib

berpegang pada komitmennya untuk menjunjung tinggi objektivitas dan

kebenaran.

5. Prinsip kepercayaan dan tanggung jawab. Berdasarkan prinsip ini, peneliti

wajib membangun kepercayaan antara subjek penelitian dan semua yang

terlibat dalam penelitian (Adi, 2015).

Kode etik penelitian adalah pedoman etika yang berlaku dalam kegiatan

penelitian yang melibatkan pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakat

yang memiliki dampak dalam penelitian tersebut. Tujuan berlaku etika

penelitian untuk mengurangi kerugian dan bahaya bagi subjek penelitian

selama berlangsungnya prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2010). Menurut

Hidayat (2008), hal yang harus diperhatikan peneliti dalam etika penelitian

antara lain:

1. Informed Consent (Persetujuan Responden)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan sebelum

dilakukan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar responden

mengerti maksud, tujuan dan dampak yang mungkin dapat terjadi selama

berlangsungnya penelitian. Informasi yang harus ada di dalam


60

informedconsent antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi dan

lain-lain. Persetujuan dalam informed consent tidak dipaksakan jika

responden tidak bersedia. Dan jika responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembaran persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam penelitian dapat terjadi masalah etik penelitian. Maka dari itu,

dibutuhkan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan menjaga

kerahasian responden misalnya tidak mencantumkan nama dan cukup

memberi inisial kode pada lembar penelitian.

3. Kerahasian (Confidenriality)

Memberikan jaminan dalam menjaga kerahasiaan informasi

responden selama dilakukan penelitian dan hanya kelompok data tertentu

yang dapat dilaporkan sebagai hasil riset.


BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian pengaruh jalan santai terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat Ciputat

yang meliputi gambaran lokasi penelitian, analisa univariat, uji normalitas dan

analisa bivariat.

A. Gambaran Lokasi Penelitian

RW 005 Pisangan Barat Ciputat terdiri dari 4 RT yaitu RT 001, RT 003,

dan RT 004 merupakan daerah pemukiman penduduk dan RT 002 adalah

daerah perumahan sehingga penelitian ini hanya melibat RT 001, RT 003, dan

RT 004. RW 005 terdapat posbindu yang biasa digunakan warga untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, gula, asam urat dan

kolestrol. Posbindu diadakan setiap 1 bulan sekali pada minggu ketiga hari

selasa. Peneliti mengambil responden dari data posbindu dan data dari ibu

kader di setiap RT. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 orang responden yang

memiliki hipertensi. Pengumpulan data dilakukan selama 4 minggu dimulai

tanggal 10 April sampai 7 Mei 2017.

B. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik responden

meliputi usia, jenis kelamin,aktivitas, konsumsi alkohol, merokok, tingkat

stres, dan riwayat penyakit. Responden berjumlah 15 orang. Pada analisa

61
62

univariat ini juga menggambarkan perubahan rata-rata tekanan darah sistolik

dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi jalan santai.

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Karakteristik usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia RW 005


Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei 2017
(N=15)
Usia N Mean SD Min-mak
38-60 15 51,07 6,475 38-60

Hasil analisis didapatkan rata-rata usia responden 51,07 tahun

dengan standar deviasi 6,475. Usia termuda 38 tahun dan usia tertua

60 tahun.

b. Jenis Kelamin, Aktivitas, Konsumsi Alkohol, Merokok, Tingkat Stres

dan Riwayat Keluarga

Karakteristik jenis kelamin, aktivitas, konsumsi alkohol,

merokok, tingkat stres, dan riwayat keluarga responden dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Tabel 5. 2Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,


Aktivitas, Konsumsi Alkohol, Merokok, Tingkat Stres, dan
Riwayat Keluarga RW 005 Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei
2017
(N=15)
Variabel f N %
Jenis Kelamin 15
Perempuan 14 93,3
Laki-laki 1 6,7
Aktivitas 15
Jarang 15 100
Sering 0 0
Alkohol 15
Ya 0 0
Tidak 15 100
63

Lanjutan Tabel 5. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin, Aktivitas, Konsumsi Alkohol, Merokok, Tingkat Stres,
dan Riwayat Keluarga RW 005 Pisangan Barat Ciputat Bulan
Mei 2017
(N=15)
Variabel f N %
Merokok 15
Ya 0 0
Tidak 15 100
Tingkat Stres 15
Ringan 0 0
Sedang 15 100
Berat 0 0
Riwayat Keluarga 15
Ya 7 46,7
Tidak 8 53,3

Hasil analisis didapatkan 93,3% responden penelitian berjenis

kelamin perempuan dan 6,7% berjenis kelamin laki-laki. Responden

jarang melakukan aktivitas sebesar 100%, tidak mengkonsumsi

alkohol 100%, tidak merokok 100%, dan tingkat stress sedang 100%.

Sedangkan riwayat keluarga 46,7% responden ada riwayat keluarga

dan 53,3% responden tidak memiliki riwayat keluarga.

2. Denyut Nadi, Nadi Optimum dan Setelah Jalan 6 Menit

Denyut nadi, nadi optimum dan setelah jalan 6 menit setelah

responden dapat dilihat di Tabel 5.3.

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Denyut Nadi, Nadi


Optimum dan Setelah Jalan 6 Menit RW 005 Pisangan Barat
Ciputat Bulan Mei 2017
(N=15)
Variabel N Mean Min-mak SD
Denyut Nadi 15 93,53 87-99 4,015
Nadi Optimum 15 118,33 112-127 4,483
Setelah Jalan 6 Menit 15 103,93 100-107 2,314
64

Hasil analisis didapatkan rata-rata denyut nadi responden 93,53

dengan standar deviansi 4,015. Denyut nadi terendah 87 kali per menit

dan yang tertingi 99 kali per menit. Rata-rata nadi optimum responden

118,33 dengan standar deviansi 4,483. Nadi optimumterendah 112

kali per menit dan yang tertinggi 127 kali per menit. Sedangkan

denyut nadi setelah dilakukan test jalan 6 menit, rata-rata denyut nadi

responden 103,93 dengan standar deviansi 2,314. Denyut nadi

terendah 100 kali per menit dan denyut jantung tertinggi 107 kali per

menit.

3. Perubahan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Setelah Intervensi Jalan Santai

Perubahan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

setelah intervensi jalan santai dapat dilihat pada grafik 5.1.

Grafik 5. 1Perubahan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik Sebelum dan Setelah Intervensi Jalan Santai RW 005
Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei 2017
180
160
140
120
tekanan darah sistolik
100
80
tekanan darah
60 diastolik
40
20
0
pre post
65

Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan intervensi (pre)

adalah 153,00 mmHg dengan standar deviasi sebesar 11,717. Rata-rata

tekanan darah sistolik pada pengukuran setelah dilakukan intervensi

mengalami penurunan yaitu 143,60 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan

darah diastolik sebelum dilakukan intervensi (pre) 95,40 mmHg dengan

standar deviasi 4,067. Rata-rata tekanan darah diastolik juga mengalami

penurunan setelah dilakukan intervensi yaitu 89,26 mmHg.

C. Uji Normalitas

Uji normalitas orang variabel tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum

dan setelah intervensi jalan santai dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4Uji Normalitas Variabel Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik Sebelum dan Setelah Intervensi Jalan Santai RW 005
Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei 2017

Variabel Mean SD N P value


TDS pre 153,00 11,717 15 0,012
TDS post 143,89 13,383 15 0,510
TDD pre 95,40 4,067 15 0,001
TDD post 89,47 5,792 15 0,137

Hasil analisis uji normalitas yang menunjukkan bahwa p value> 0,05 pada

variabel TDS post dan TDD post dikatakan ada perbedaan bermakna pada uji

normalitas. Sedangkan uji normalitas yang menunjukkan bahwa p value< 0,05

pada variabel TDS pre dan TDD pre dikatakan tidak ada perbedaan yang

bermakna pada uji normalitas. Maka dari itu, akan menggunakan rumus

wilcoxon.
66

D. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan penurunan

tekanan darah sebelum dan setelah intervensi jalan santai.

1. Rata-rata Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Setelah Intervensi Jalan Santai

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

setelah intervensi jalan santai dengan menggunakan uji wilcoxon karena

distribusi data TDS pre-TDS post tidak normal dan TDD pre-TDD post

juga tidak normal dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5. 5Rata-rata Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik Sebelum dan Setelah Intervensi Jalan Santai RW 005
Pisangan Barat Ciputat Bulan Mei 2017

Variabel Mean Mean Selisih SD N P value


TDS pre 153,00 9,40 11,717 15 0,011
TDS post 143,89 13,383 15
TDD pre 95,40 5,93 4,067 15 0,001
TDD post 89,47 5,792 15

Hasil analisis data didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum

dilakukan intervensi 153,00 mmHg dengan standar deviasi 11,717 dan

setelah dilakukan intervensi tekanan darah sistolik 143,89 mmHg dengan

standar deviasi 13,383. Analisis lebih lanjut diketahui bahwa terdapat ada

penurunan yang bermakna antara rata-rata tekanan darah sistolik sebelum

dan setelah dilakukan intervensi dengan nilai p value 0,011 dengan selisih

tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi jalan santai 9,40

mmHg (p value< 0,05).


67

Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan intervensi 95,40

mmHg dengan standar deviasi 4,067 dan setelah dilakukan intervensi

tekanan darah diastolik 89,47 mmHg dengan standar deviasi 5,792.

Analisis lebih lanjut diketahui bahwa terdapat ada penurunan yang

bermakna antara rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan setelah

dilakukan intervensi dengan nilai p value 0,001 dengan selisih tekanan

darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi jalan santai 5,93 mmHg (p

value< 0,05).
68

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab VI ini secara sistematik menjelaskan tentang hasil penelitian yang

sudah dilakukan dan pembahasan yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil.

Interpretsi dan diskusi hasil berdasarkan dari tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi RW 005 Pisangan Barat Ciputat sebelum dan setelah diberikan perlakuan

jalan santai selama 4 kali.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2017 di RW 005

Pisangan Barat Ciputat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner data

demografi, tensimeter digital (mengukur tekanan darah), stopwacth (menghitung

frejuensi waktu jalan santai selama 30 menit) dan pedometer (mengukur langkah

selama jalan santai) yang dilakukan terhadap 15 responden. Selain menjelaskan

hasil penelitian dan pembahasan interpretasi dan diskusi hasil bab ini juga

menjelaskan keterbatasan penelitian.

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Interpretasi dan hasil diskusi hasil ini menguraikan dan membandingkan hasil

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, menghubungkan teori-teori yang

mendukung, membantah serta mengidentifikasi atau menambahkan beberapa

temuan baru.

68
1. Karakteristik Responden

a. Usia

Responden penelitian adalah warga RW 005 Pisangan Barat

Ciputat yang memiliki hipertensi primer berdasarkan dari data

Posbindu dan data dari para kaderRW 005. Umur responden antara 38

sampai 60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia

responden 51,07 tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mirham dan Suharyo

(2012), distribusi kasus hipertensi berdasarkan umur penduduk dalam

penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu pasien yang berusia

15 sampai <45 tahun. Kelompok pasien berusia 45 sampai <65 tahun

dan kelompok pasien berusia >65 tahun. Adapun kelompok umur

terbanyak adalah usia 45 sampai <65 tahun berjumlah 72 pasien,

sedangkan kelompok umur pasien terendah adalah usia 15 sampai <45

tahun berjumlah 24 pasien.

Penelitian lainnya yang dilakukan Jarky (2005), prevelensi

hipertensi pada usia muda dan pertengahan di Kuwait pada pelayanan

kesehatan primer. Dari 860 responden terdapat 7% responden

mengalami hipertensi. Dari yang mengalami hipertensi 41,7% berusia

41 sampai 50 tahun.

Penelitian yang dilakukan Sepdianto (2008) tentang prevelensi

hipertensi dari 56 orang yang menderita hipertensi di Puskesmas

Kapanjen Kidul dan Sukorejo Kota Blitar, hasil estimasi interval


responden penelitian diantara 49,04 samapai 50,81 dengan usia

termuda 45 tahun dan umur tertua 54 tahun sehingga tidak sesuai atau

berbeda dari penelitian ini.

Hipertensi primer muncul antara usia 30 sampai 50 tahun, angka

kejadian meningkat pada usia 50 sampai 60 tahun (Black&Hawk,

2005). Seiring bertambahnya usia, tekanan darah pada orang dewasa

akan meningkat hal ini berhubungan dengan penurunan elastisitas

pembuluh darah. Hipertensi primer mempengaruhi usia pertengahan

dan dewasa tua. Usia mempengaruhi baroreseptor yang mengatur

tekanan darah. Arteri menjadi kurang compliant sehingga tekanan

dalam pembuluh darah meningkat (LeMone&Burke, 2008).

Tidak dapat dipungkiri bahwa kejadian hipertensi akan semakin

bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Semua penyakit

kardiovaskuler meningkat frekuensinya berhubungan dengan usia

karena menunjukkan adanya proses penuaan mengubah fungsi

vaskuler termasuk perubahan endotel pembuluh darah. Kerusakan

struktur dan fungsi endotel pembuluh darah arteri menyebabkan

semakin mengerasnya pembuluh darah sehingga elastisitas endotel

semakin menurun akibatnya tekanan darah menjadi meningkat.

b. Jenis Kelamin

Responden penelitian lebih banyak adalah berjenis kelamin

perempuan 93,3% dan 6,7% berjenis kelamin laki-laki. Penelitian

Adnyani dan Sudhana (2014) dari 146 responden yang berusia dari 18
sampai 89 tahun didapatkan prevelensi 88 orang (60,3%)

berjeniskelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dan laki-

laki58 orang (38,7%).

Berbeda dengan penelitian dari NHNES III (Third National

Heatlh and Nutrition Examination Survey) pada 9.901 orang Amerika

dewasa dengan umur minimal 18 tahun didapatkan hasil rata-rata

tekanan arteri lebih tinggi pada laki-laki. Laki-laki memiliki tekanan

sistolik dan diastolik lebih tinggi dari perempuan (6-7 mmHg dan 3-5

mmHg) dan pada usia pertengahan prevelensi laki-laki masih lebih

tinggi dibandingan perempuan. Setelah usia 59 tahun prevalensi

perempuan lebih tinggi dari laki-laki (August & Oparil, 1999).

Penelitian yang berbeda juga dilakukan oleh The Community

Hypertension Evaluation Clinic Program terhadap satu juta orang.

Hasil survey menunjukkan rata-rata tekanan diastolik lebih tinggi

laki-laki daripada perempuan pada semua usia, tetapi tekanan sistolik

laki-laki lebih tinggi daripada perempuan sampai usia 50 tahun pada

kulit hitam dan 65 tahun pada kulit putih. Setelah usia tersebut

perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (August & Oparil,

1999).

Perbedaan jenis kelamin ini berkaitan dengan perbedaan tonus

pembuluh darah dan kemungkinan efek protek dari hormon seks

wanita yaitu estrogen dan progesteron. Penelitian lainnya yang

dilakukan Partuluppi dkk (1997) yang dilakukan terhadap 2397orang


perempuan sehat dengan status menopause usia 35 sampai 65 tahun

didapatkan hasil perempuan post menopause mempunyai tekanan

darah yang tinggi dibandingkan dengan pre menopause dan

perimenopause. Nash (2003) yang melakukan penelitian terhadap

2165 perempuan usia 40 sampai 59 tahun juga mendukung menopause

mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Jenis kelamin dapat mempengaruhi tekanan darah karena

perempuan pada usia pertengahan sudah memasuki masa menopause

dimana akan terjadi penurunan hormon estrogen. Penurunan hormon

estrogen berdampak terhadap peningkatan aktivasi dari sisitem renin

angiotensin dan sistem saraf simpatik. Aktivasi kedua hormon ini

yang kan menyebabkan perubahan dalam mengatur vasokontriksi dan

dilatasi pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Hasil penelitian ini menunjukkan perempuan lebih banyak

mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki karena kesadaran

perempuan akan kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini

didukung dengan adanya informasi dari Posbindu yang ada di RW

005, di buku kunjungan lebih banyak perempuan yang datang ke

Posbindu dibandingkan laki-laki. Selain itu, ketika peneliti

mengunjungi beberapa rumah suami ibu yang mengunjungi Posbindu

ada yang menderita hipertensi tapi menolak untuk dilakukan

intervensi jalan santai.

c. Aktivitas
Responden penelitian ini jarang melakukan aktivitas seperti

olahraga yang teratur. Dari 15 orang responden sebesar 100% jarang

melakukan olahraga secara teratur disebabkan oleh lingkungan tempat

tinggal dan aktivitas pengajian yang dilakukan hampir tiap hari.

Penelitian yang dilakukan Tuminah dan Rahajeng (2009) bahwa yang

tidak melakukan aktivitas fisik memiliki prevelensi hipertensi 1,02

kali dibandingkan yang melakukan aktivitas fisik.

Penelitian Sam Liu dkk (2012) terdapat penurunan tekanan darah

setelah berolahraga. Hasilnya didapatkan penurunan yang signifikan

dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 7 mmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 5,2 mmHg. Hal ini diterjadi pada

responden yang melakukan olahraga secara teratur. Olahraga dalam

jangka panjang dapat menurunkan kekakuan pada pembuluh darah

arteri serta menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis.

Penelitian yang berbeda dari Tanaka tahun 2014 didapatkan

bahwa terdapat pengaruh bersepeda statis terhadap tekanan darah

pada orang dewasa berusia >25 tahun yang normotensi dan tidak

sedang mendapat pengobatan di Jepang. Rata-rata peningkatan

tekanan darah pada penelitian itu sebesar 16mmHg pada tekanan

darah sistolik.

Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya

hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktivitas akan

cenderungmempunyai frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga


otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin

keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan

yang dibebankan pada arteri.

Olahraga yang dilakukan selama 30-40 menit atau lebih sebanyak

3-4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10

mmHg pada sistolik dan diastolik. Olahraga teratur selain dapat

mengurangi stres, juga dapat menurunkan berat badan serta membakar

lemak di dalam darah dan memperkuat otot-otot jantung (American

College of Sport Medicine, 1993).

Pengaruh latihan terprogram terhadap pembuluh darah adalah

pembuluh darahakan melebar (vasodilatasi), saraf simpatis dan

parasimpatis pembuluh darah akan didekatnya, panas tubuh akan

melebarkan pembuluh darah, dan elasitisitas dinding pembuluh darah.

Kecepatan denyut jantung juga adalah salah satu faktor yang paling

mudah dipantau yang memperlihatkan respon terhadap olahraga

maupun adaptasi jangka panjang terhadap program olahraga tertentu.

d. Alkohol

Responden pada penenlitian ini 100% tidak mengkonsumsi

alkohol. Hal ini disebabkan daerah ini lebih taat beribadah dan

menghindar dari sesuatu yang lebih banyak mudaratnya. Selain itu

biasanya yang mengkonsumsi alkohol adalah orang-orang yang

menjalani gaya hidup modern seperti daerah yang mempunyai 4 iklim


setiap tahunnya sehingga mengkonsumsi alhokol untuk

menghangatkan diri karena cuaca.

Meskipun alkohol mempunyai efek positif yaitu berupa

vasodilator, alkohol juga berkaitan dengan pengentalan lipoprotein.

Meskipun sedikit, alkohol dapat meningkatkan tekanan darah

sedangkan penggunaan alkohol yang terus menerus dalam jumlah

yang banyak berakibat keracuanan jantung, sklerosis dan fibrosis

dalam arteri kecil yang dapat menunjukkan adanya micro infark

(Soeparman, 1994).

Studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan

asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap

tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-

3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika,

konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadapterjadinya

hipetensi. Sekitar 10 % hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan

alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya (Depkes,

2006).

e. Merokok

Responden penelitian ini 100% tidak merokok. Penelitian

Sepdianto (2008) mendukung hal ini, dimana ditemukan sebagian

besar responden (78,6%) tidak mempunyai riwayat merokok dan

hanya sebagian kecil (21,4) responden yang memiliki riwayat

merokok. Hipertensi bisa saja terjadi pada seseorang yang tidak


merokok, karena hipertensi terjadi dapat dipengaruhi beberapa faktor.

Merokok hanya merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

hipertensi.

Selain itu, responden penelitian ini sebagian besar berjenis

kelamin perempuan 93,3% dan laki-laki sebesar 6,7%. Sedangkan

pada umumunya kebiasaan merokok dilakukan oleh laki-laki.

Riskesdes 2013 proporsi perokok setiap hari laki-laki lebih banyak

dibanding dengan perempuan. Hasil penelitian berbeda dari Diyan

(2013) di Kabupaten Minahasa dan Tisa (2012) di Semarang bahwa

merokok mempengaruhi kejadian hipertensi.

Riskesdes 2007 menyatakan faktor merokok yang beresiko

terhadap hipertensi adalah pernah merokok. Resiko ini terjadi akibat

zat kimia seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap melalui

rokok dan masuk ke dalam aliran darah sehingga dapat merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga dapat

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung.

f. Tingkat Stres

Responden penelitian ini memiliki tingkat stress sedang sebesar

100% dari 15 orang. Kebanyakan responden mengeluh terjadi

gangguan tidur yang disebabkan dengan pekerjaan yang dilakukan

sehari-hari seperti mencari uang untuk biaya sekolah anak-anak, biaya

hidup sehari-hari dan penyakit yang tidak kunjung sembuh. Hal ini
menyebabkan stres pada responden sehingga terjadi masalah

hipertensi.

Penelitian Syavardie (2010) di Puskesmas Matur, Kabupaten

Agam menunjukkan dari 70 orang yang mengalami stres ada 43

(61,4%) responden stres berat, 18 (25,7%) responden stres sedang dan

9 (12,9%) responden yang tidak mengalami stres ringan.Stres

merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana

hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Suhadak, 2010).

Penelitian Sugiharto (2007) juga mengatakan terdapat hubungan

antara stres dengan kejadian hipertensi. Stres dapat meningkatkan

aktivitas sistem saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan

darah secara bertahap. Berarti semakin stres seseorang akan semakin

tinggi tekanan darahnya. Permasalahan lain juga dapat memicu stres

yaitu keadaaan emosi negatif, gangguan tidur, cemas dan depresi

timbul secara perlahan tanpa disadari. Menurut Riskesdes 2013

gangguan mental emosional (stres) cenderung lebih tinggi pada orang

dengan kelompok umur semakin tua, berpendidikan rendah dan jenis

kelamin perempuan jika dibandingkan laki-laki.

g. Riwayat Keluarga
Responden penelitian memiliki riwayat penyakit pada keluarga

46,7% responden dan 53,3% responden tidak memiliki riwayat

penyakit keluarga. Keluarga responden yang memiliki riwayat

hipertensi kebanyakan dari ibu dan ayah serta saudara kandung

sedangkan nenek dan kakek tidak diketahui memiliki riwayat

hipertensi.

Penelitian Henuhili dkk (2011) yang melibatkan 5 keluarga dalam

3 generasi dalam mewariskan penyakit hipertensi menunjukkan

bahwa gen penyebab hipertensi yang bersifat dominan bukan resesif.

Setiap generasi ada yang memiliki hipertensi dan keturunan yang

tidak memiliki hipertensi dapat memiliki hipertensi.

LeMone dan Burke (2008) mengatakan ada hubungan genetik

menyebabkan 30% menderita hipertensi primer. Perubahan genetik

yang terjadi pada sistem simpatis, hormonal dan struktur pembuluh

yang berpengaruh pada regulasi tekanan darah. Gen terlibat dalam

sistem renin angiostensin aldosteron dan lainnya yang mempengaruhi

tonus vaskuler, transportasi air dan garam dalam ginjal, kegemukan

dan hambatan insulin seperti dalam perkembangan terjadinya

hipertensi.

Menurut Black dan Hawk (2005) bahwa hipertensi disebabkan

oleh polygenic dan beberapa faktor yang mana gen mungkin dapat

mempengaruhi lingkungan sehingga menyebabkan tekanan darah

meningkat. Prediposisi genetik pada keluarga lebih diterima pada


hipertensi, hal ini mungkin berkaitan dengan peningkatan sodium di

intraseluler dan penurunan rasio kalium dan sodium.

h. Denyut Nadi, Nadi Optimum dan Setelah Jalan 6 Menit

Hasil analisis didapatkan rata-rata denyut nadi responden 93,53

dengan denyut nadi terendah 87 kali per menit dan yang tertingi 99

kali per menit. Denyut nadi merupakan irama dari detak jantung yang

dapat diraba pada bagian-bagian tubuh tertentu (Syamsudin, 2011).

Dari denyut nadi, dapat diketahui intensitas jantung seseorang dalam

melakukan latihan. Maka pemeriksaan denyut jantung pada waktu

istirahat dan setelah melakukan latihan merupakan hal yang penting

(Kushartanti, 2005).

Responden penelitian ini memiliki rata-rata nadi optimum 118,33

dengn nadi optimum terendah 112 dan yang tertinggi 127. Menurut

DR Suhantoro (2011) mengatakan saat berolahraga perlu diperhatikan

denyut nadi jangan sampai melebihi batas maksimal yang bisa

membahayakan jantung. Dengan mengetahui denyut nadi tersebut,

jika denyut nadi sudah melewati batas maksimum jangan dipaksakan

untuk melanjutkan olahraga karena bisa menyebabkan terjadinya

kram jantung yang dapat berakibat menjadi serangan jantung.

Sedangkan denyut nadi setelah dilakukan test jalan 6 menit, rata-

rata denyut nadi responden 103,93 dengan denyut nadi terendah 100

kali per menit dan denyut jantung tertinggi 107 kali per menit.

Peningkatan denyut nadi setelah melakukan aktivitas atau latihan


terjadi untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada metabolisme tubuh.

Peningkatan kerja jantung dalam memompa darah menyebabkan

jantung berdenyut lebih cepat (Sherwood, 2012). Responden

penelitian ini, dapat melakukan jalan santai karena setelah dilakukan

uji jalan selama 6 menit denyut jantung tidak melewati atau melebihi

denyut nadi optimum.

2. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Setelah Jalan

Santai

Hasil penelitian ini tekanan darah sistolik sebelum dilakukan

intervensi (pre) adalah 153,00 mmHg dengan standar deviasi sebesar

11,717. Tekanan darah sistolik pada pengukuran setelah dilakukan

intervensi mengalami penurunan yaitu 143,60 mmHg. Sedangkan rata-rata

tekanan darah diastolik sebelum dilakukan intervensi (pre) 95,40 mmHg

dengan standar deviasi 4,067. Rata-rata tekanan darah diastolik juga

mengalami penurunan setelah dilakukan intervensi yaitu 89,26 mmHg (p

value< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh jalan santai

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi warga RW 005.

Jalan santai yang dilakukan secara teratur selama minimal 3 kali

seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit menunjukkan adanya

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,11 mmHg dan tekanan darah

diastolik sebesar 5,93 mmHg. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Martin dkk (2011) yang menunjukkan terdapat penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi sebesar 3,2 mmHg untuk tekanan
sistolik dan 5,7 mmHg untuk tekanan diastolik. Penelitian lainnya dari

Dimeo (2004) juga menyatakan terdapat hubungan berolahraga secara

teratur dengan hipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah sistolik

sebesar 6±12 mmHg dan tekanan diatolik sebesar 3±7 mmHg.

Kebiasaan berjalan merupakan aktivitas aerobik yang bermanfaat

untuk meningkatkan dan mempertahankan daya tahan kardiovaskuler serta

muskuloskeletal. Dengan latihan fisik yang teratur akan membuat jantung

bekerja secara efisien. Kemampuan kerja jantung akan meningkat sesuai

dengan perubahan yang terjadi pada tubuh seperti frekuensi jantung, isi

sekuncup dan curah jantung.

3. Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Setelah Jalan Santai

Hasil analisis data didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum

dilakukan intervensi 153,00 mmHg dengan p value 0,011 dan setelah

dilakukan intervensi tekanan darah sistolik 143,89 mmHg dengan p value

0,011. Sedangkan Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan

intervensi 95,40 mmHg dengan p value 0,001 dan setelah dilakukan

intervensi tekanan darah diastolik 89,47 mmHg dengan p value 0,001.

Penelitian lainnya yang dilakukan Sam Liu dkk (2012) yang

menunjukkan terjadi peurunan tekanan darah. Sebelum dan setelah

dilakukan olahraga selama 8 minggu, responden diperiksa tekanan darah.

Hasilnya terjadi penurunan sistolik sebesar 7 mmHg dan tekanan diastolik

sebesar 5,2 mmHg. Maka dari itu, jika olahraga ini dilakukan secara
teratur, penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Itulah

sebabnya berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.

Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga

dengan intensitas sedang dengan frekuensi 3 sampai 5 kali dan durasi

waktu minimal 30 menit.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak dapat mengendalikan responden, bila responden melakukan

pemeriksaan tekanan darah dan jalan santai dilakukan.

2. Responden melakukan jalan santai tanpa peneliti disebabkan karena

jadwal responden yang tidak menentu dan mempunyai kesibukkan

masing-masing sehingga jalan santai dilakukan secara mandiri oleh

responden.

3. Pengontrolan tekanan darah yang berubah setiap minggu karena faktor

cuaca dan kesibukkan peneliti maupun responden sehari-hari.

4. Peneliti tidak meneliti efek jangka panjang jalan santai setelah penelitian

selesai.

5. Waktu penelitian yang seharusnya 3 minggu harus ditambah 1 minggu

karena ada 2 responden yang mengundurkan diri ditengah penelitian.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi dalam pembahasan pengaruh jalan santai

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi warga RW 005 Pisangan Barat

ciputat dapat disimpulkan:

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden yaitu usia responden antara 38 samapai 60 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 51,07 tahun.

Responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan,

jarang melakukan aktivitas olahraga, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak

merokok, mengalami stres sedang, tidak memiliki penyakit penyerta serta

memiliki riwayat keluarga hipertensi 53,3% dari 15 responden.

2. Rata-rata denyut nadi responden 93,53dengan denyut nadi terendah 87 kali

per menit dan yang tertingi 99 kali per menit. Rata-rata nadi optimum

responden 118,33 dengan nadi optimumterendah 112 kali per menit dan

yang tertinggi 127 kali per menit. Sedangkan rata-rata denyut nadi

responden setelah dilakukan test jalan 6 menit 103,93 dengan denyut nadi

terendah 100 kali per menit dan denyut jantung tertinggi 107 kali per

menit. Sehingga semua responden dapat melakukan jalan santai karena

setelah dilakukan uji jalan selama 6 menit denyut jantung tidak melewati

atau melebihi denyut nadi optimum.

83
84

3. Ada pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi (p value< 0,05).

4. Perbedaan selisih rata-rata tekanan darah sistolik 9,40 mmHg dan selisih

rata-rata tekanan darah diastolik 5,93 mmHg

B. Saran

1. Bagi Mayarakat

a. Terus melanjutkan jalan santai dan check up secara berkala di

Posbindu terdekat

b. Mencoba menerapkan jalan santai tidak hanya untuk responden tapi

untuk semua warga.

c. Mengurangi faktor resiko terhadap kejadian hipertensi dan

komplikasinya.

2. Bagi Program Studi Keperawatan

Memasukkan dan mengembangkan jalan santai sebagai aktivitas

rutin.

3. Bagi Peneliti lainnya

a. Perlu ditambahkan dengan ada kelompok kontrol sehingga dapat

dibandingkan

d. Perlu dipertimbahkan lagi untuk rute, kegiatan biasa yang dilakukan

warga sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R. 2015. Aspek Hukum dalam Penelitian. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Adnyani, P.P, Sudhana, I.W. 2014. Prevalensi dan Faktor Resiko Terjadinya
Hipertensi pada Masyarakat di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen,
Karangasem Periode Juni-Juli 2014. Universitas Udayana: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Agatston, A. 2005. Panduan Praktis Melakukan South Beach Diet. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Ambardini, R.L. 2014. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia. Tesis Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Negeri Yogjakarta
American College of Sports Medicine (ACMS). 1993. Position stand: physical
activity, physical fitness and hypertension. Med Sci Sports Exerc
Armilawaty, Lira Indriana, Ruli, 2007 Hipertensi dan Faktor resikonya dalam
Kajian Epidemiologi. FKM UNHAS. Makassar
August & Oparin. 1999. Hypertension in Man. Health Journal
Aulia, Sani. 2008. Hipertension. Jakarta: Medya Crea
Auryn, Virzara. 2007. Mengenal dan Memahami Stroke. Jogjakarta: Katahati
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI
Berek, P.A.L. 2010. Efektivitas Slow Deep Breathing terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi Primer di Atambua Nusa Tenggara Timur.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia
Black, J.M, & Hawk, J.H. 2005 Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcome. Philadelphia: Mosbi
Brendan, P, 2007. Human Health, The : A Basic Guide to Hearth Disease. 2nd
edision. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Bungawati, D. dan Pratama , K.A. 2011. Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terhadap Tekanan Darah Pada Perawat di Rumah Sakit Baptis Kediri.
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4
Centers for Disease Control (CDC). 2009. Overweight and Obesity. Department of
Health and Human Service and Prevention
Departemen Kesehatan. 2006. Survei Kesehatan Nasional. Jakarta: Laporan
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Profil Kesehatan Republik
Indonesia 2004. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Dewi, K.D. 2013. Efektivitas Konsumsi Jus Mentimun Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Journal Ners Indonesia Dharma.
2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
Menerapan Hasil Penelitian. Jakarta: CV Trans Info Media
Dharmeizar. 2012. Hipertensi. Medicinus
Dien Dkk. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik Hipertensi Dan Nefrologi Blu Rsup
Prof. Dr.R. D. Kandou Manado.
Dimeo, F. 2004. Endurance Exercise and the Production of Growth Hormone and
Haematopoietic Factors in Patients with Anaemia. Charite ́University of
Medicine, Berlin.
Diyan. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol dengan
Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di Puskesmas Tumaratas.
Kec. Langowan Barat Kab. Minahasa.
Fauzi, L dan Anggorowati. 2013. Perbedaan Intensitas Jalan Kaki dengan
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. J II Kes Mas
Ganong, W.F. 2010. Buku Ajar Fisiologis Manusia Kedokteran. Jakarta: EGC
Go, A.S, dkk. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics 2014. America Heart
Association
Grummer & Strawn. 2002. America Journal of Clinical Nutrition. Assessing Your
Weight: About BMI for Adult
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hall, J. 2005. Diet Pantang Karbohidrat Setelah Jam 5 Sore. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Harahap. 2009. Pengaruh Diet Penurun Berat Badan dan Tekanan Darah pada
Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Bogor: Institusi Pertanian Bogor
Harmano, B. 2010. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap
Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang. Tesis
Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia
Hasibuan, R. 2010. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif. J IL
OLAHRAGA
Hastono, S.P. 2007. Analisis Data. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Henuhili, S. 2011. Prevelensi Gangguan Jiwa. Journal Kesehatan Jiwa
Hidayat, A. Azizi Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Azizi Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Hill, J.O. 2005. Obesity: Etiology in Modern Nutrition in Health and Disease. USA:
Lippincot Williams
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Bungo Tanjung Sumatera Barat. Medan: Fakultas Farmasi USU
Jarky. 2005. Prevalence of Hypertension in You and Middle Age Kuwait Citizens
in Primary Health Care. Journal Health
JNC 7. 2005. The Seventh Report of the Joint National Commitee on Prevention
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Bethesa, MD:
U.S Department of Health and Human Services
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buletin Jendela: Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
kesehatan
Khomarun dkk. 2014. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu
Lansia Desa Makamhaji. Surakarta: Kementerian Kesehatan Politeknik
Kesehatan
Kozier, Blais. 2011. Profesional Nursing Practice: Concept and Perspective.
California: Addison Wesley Longman
Kurniawan, I. 2007. Efek Latihan Fisik Jangka Pendek yang Teratur dan Terikur
terhadap Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein pada Pasien Infark
Miokard Akut. J KARDIOL INDONESIA
Kushartanti. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Kusuma, D. 2006. Olahraga untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lanny, S, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Lapau, B. 2012. Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan disertai Pedoman bagi Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor
Lateur BJ, Lehmann JF. 2000. Therapeutic exercise to develop strengh and
endurance. In: Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation.
Philadelphia: WB saunders
LeMone, P & Burke, K. 2008. Medical Surgical Nursing Criticil Thinking in Client
Care. Canada: Pearson Education
Martin, dkk. 2011. Olmesartan/Amlodipin vs olmesartan/hydrochlorotiazide in
hypertensive parients with metabolic syndrome: the Olas study. Jurnal of
Human Hypertension
Maulana, Mirza. 2008. Penyakit Jantung. Jogjakarta: Katahati
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Nash. 2003. Blood Pressure and Hypertension in Perimenopausal and
Postmenopausal Women. Journal Health
NHANES III. 2003. The Effect of Breakfast Type on Total Daily Intake and Body
Mass Index. Journal of the American College of Nutrition
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Medika Salemba
Partuluppi, dkk. 1997. Relative Influence of Menopausal Status, Age and Body
Mass Index on Blood Pressure. Journal Health
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC
Praptomo, A.J. 2016. Metodologi Riset Kesehatan Teknologi Laboratorium Medik
dan Bidang Kesehatan Lainnya. Yogjakarta: Deepublish
Prasetyorini, B.F. 2013. Pengaruh Ukuran perusahaan, Leverage, Price Earning
Ratio dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Managemen
Priadi, P.A. 2016. Pengaruh Senam Jantung terhadap Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jakarta:
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prince, S.A. 2012. Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes.
Philadephia: Mosby Year Book
Pudjiadi, A. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: IDAI
Respati, Anung. 2007. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hiperteni Ringan pada
laki-laki Usia 20-40 Tahun di Kota Pariaman Tahun 2007. Tesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Univesitas Indonesia
Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta :
Power Books (IHDINA)
Sabri & Hastono. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena
Saputro, Nugroho Dwi dkk. 2015. Pengaruh Jalan Santai Terhadap Tekanan
Darah Pada Pra Lansia di Posyandu Lansia Sejahtera Abadi IX Candi Baru.
Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sastroasmoro & Ismail. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara
Scott, P. 2004. Exercise Physiology Theory and Application to Fitness and
Performance. University of Florida
Sepdianto, T.C. 2008. Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing terhadap Tekanan
Darah dan Tingkat Kecemasan Pasien Hipertensi Promer di Kota Blitar.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogjakarta: Graha Ilmu
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Smith, Tom. 1998. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Arcan
Sohn, A. dkk. 2008. Impact of Exercise (Walking) on Blood Pressure Levels in
Hypertension in African American Adults with Newly Diagnosed
Hypertension. African
Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II pada
Masyarakat. Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suhadak. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Rosella terhadap Penurunan Tekanan
Darah Tinggi pada Lansia di Desa Windu Kecamatan Karangbinangun
Kabupaten lamongan. Lamongan: BPPM Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Suhantoro. 2011. Mengukur Denyut Nadi Maksimal. Wawancara Detik Health
Sumaryono dkk. 2015. Pengaruh Indeks Massa Tubuh (Imt) Terhadap Tekanan
Darah Pada Pekerja Yang Terpapar Bising Industri Di Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Surbakti, Sabar. 2014. Pengaruh Latihan Jalan Kaki 30 Menit Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Penderita Hipertensi di Rumah
Sakit Umum Kabanjahe. Sanggul: Penerapan Ipteks
Suryana, L.A. 2014. Kadar Zinc, Cuprum dan Selenium pada Penderita Hipertensi
Primer dan Normotensi.
Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:
Salemba Medika
Syavardie, Yimmi. 2010. Pengaruh Stres terhadap Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Matur, Kabupaten Agam. Bukittinggi: STIE H. Agus Salim
Tambayong, Jan. 2001. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tanaka, Y. 2014. Acrolein induced Both Pulmonary Inflammation and the Death
of Lung Epithelial Cells. Toxicology Letters
Tisa, A.N. 2012. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Tekanan Darah
Meningkat Karyawan Laki-laki di Nasmoco Semarang. Semarang:
Universitas Diponegoro
Tiwari, S. 2011. Effect of isotonic exercise (walking) on various physiological
parameters in hypertension. India
Tremblay, Angelo. 2006. Phisical Activity and Body Functional Implications for
Obesity Prevention and Treatment. Can J of Physiol Pharmacol
Tuminah. S, Rahajeng. E. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Wallace, J. 2003. Exercise in Hypertension Clinical Exercise Physiology
Laboratory Department of Kinesiology. USA: Indiana University
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC
Whitworth, J.A. 2004. International Society of Hypertension Guidelines. Clin Exp
Hypertens: World Health Organization
Wijaya, I. 2012. Stop Hipertensi. Yogjakarta: Pustaka Widyamara
Wijayanto, T. 2013. Pengaruh Terapi Masase menggunakan Minyak Aromaterapi
terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer. Tesis Fakultas Ilmu
Keperawatan Univesitas Indonesia
World Health Organization. 2008. Hypertension Report. Geneva: World Health
Organization
World Health Organization. 2009. Primary Prevention of Essential Hypertension.
Geneva: World Health Organization
Zulganef. 2006. Pemodelan Persamaan Struktural & Aplikasinya Menggunakan
Amos 5. Bandung : Pustaka
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Jalan
Santai

Kode Tekanan Langkah Langkah Langkah Langkah Tekanan


Responden Darah Kaki I Kaki II Kaki III Kaki IV darah
(Pre) (Post)
001 154/98 3978 3823 3697 3729 143/96
002 148/98 3987 3772 3829 3738 158/92
003 155/99 4018 3918 3797 3628 152/97
004 142/92 4027 3810 3719 3620 140/85
005 142/92 3928 3718 3692 3791 130/82
006 148/99 4132 3982 3972 3890 131/91
007 168/99 3718 3829 3719 3738 176/86
008 142/90 3791 3617 3811 3762 132/82
009 148/98 3839 3710 3672 3709 141/94
010 147/90 3794 3821 3842 3798 135/81
011 170/98 3689 3731 3791 3718 140/95
012 173/99 3697 3709 3681 3639 157/97
013 147/90 3612 3725 3693 3781 124/84
014 171/99 3714 3691 3803 3729 147/92
015 140/90 3718 3782 3690 3806 148/88
Lampiran 2Formulir Persetujuan Responden (Informed Consent)

Kode Responden

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bahwa:
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Pengaruh Jalan Santai
Terhadap Tekanan Darah”
2. Diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban dari peneliti
3. Memahami prosedur penelitian yang dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan dampak buruk yang terjadi dari penelitian yang dilakukan

Dengan pertimbangan diatas, tanpa ada paksaan dari siapa dan pihak manapun, saya
memutuskan bersedia/tidak bersedia* berpartisipasi menjadi responden dalam
penenlitian yang dilakukan oleh:
Nama peneliti : Siti Munawarah
Alamat : Asrama Putri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor kontak : 0895 3290 36719 (WA) 0812 6170 5435 (SMS)

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.
Lampiran 3 Kuesioner Karakteristik Responden

Kode Responden

Petunjuk:
Isilah atau berilah tanda cheklist (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan
kondisi Bapak/Ibu saat ini
Untuk pertanyaan yang tidak ada pilihan, lengkapilah sesuai dengan jawaban
Bapak/Ibu

I. Data Pribadi
1. Umur Bapak/Ibu saat ini: . . . . . tahun, tanggal lahir: . . . . . / . . . . . / . . . . .
2. Jenis Kelamin
[ ] Laki-laki [ ] Perempuan
3. Bapak/Ibu mempunyai kebiasaan merokok
[ ] Ya [ ] Tidak
4. Bapak/Ibu mempunyai kebiasaan minum alkohol
[ ] Ya [ ] Tidak
5. Bapak/Ibu menjalankan diet garam kurang dari 1 sendok
[ ] Ya [ ] Tidak
6. Bapak/Ibu memiliki penyakit penyerta
[ ] Stroke [ ] DM [ ] Gagal ginjal [ ] lainnya . . . . .
7. Bapak/Ibu melakukan berolahraga
[ ] Ya [ ] Tidak
8. Jika Bapak/Ibu melakukan berolahraga, berapa kali dalam seminggu
[ ] 1 kali [ ] 2 kali [ ] 3 kali [ ] Lainnya

II. Pengukuran dan Pemeriksaan


No Pengukuran Hasil
1. Tekanan Darah
2. Denyut Nadi
3. Nadi Optimum

III. Tingkat Stres


Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang
mungkin sesuai dengan pengalaman bapak/ibu dalam menghadapi situasi
hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk
setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, bapak/ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
checklist (√).
No Pernyataan 0 1 2 3
1. Saya merasa diri saya mudah marah dan menjadi
pemarah karena hal-hal sepele.
2. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan
positif.
3. Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
kegiatan.
4. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi (misalnya: khawatir menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri).
5. Saya merasa sulit untuk bersantai dan beristirahat.
6. Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan
merasa sangat lega jika semua ini berakhir.
7. Saya merasa tidak dapat melihat harapan dan hal yang
dapat diharapkan di masa depan.
8. Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal dan
mudah tersinggung.
9. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
merasa cemas.
10. Saya merasa sedih, tertekan dan putus asa.
11. Saya menemukan diri saya merasa sulit bersabar ketika
mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu
lintas, menunggu sesuatu) dan sulit bersabar dalam
menghadapi gangguan hal yang sedang saya lakukan.
12. Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
13. Saya merasa bahwa saya tidak berharga, hidup saya
tidak berarti dan bermanfaat
14. Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
15. Saya merasa takut bahkan ketakutan tanpa alasan yang
jelas
16. Saya merasa tidak antusias dan tidak dapat merasakan
kenikmatan dalam hal apapun yang saya lakukan.
17. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa
detak jantung meningkat atau melemah).
18. Saya merasa saya hampir panik.
19. Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
membuat saya kesal.
20. Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas
-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.
21. Saya menemukan diri saya mudah dan sedang merasa
gelisah
22. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
23. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya
mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri
sendiri.
24. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
25. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
melakukan sesuatu.
*Dimodifikasi dari DASS 42
Lampiran 4 Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

No Tindakan
1. Persiapan alat:
1. Stetoskop
2. Tensimeter/sphygmomanometer
3. Pulpen
4. Lembar observasi
2. Persiapan pemeriksa:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
3. Persiapan lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang nyaman: meminta pasien untuk duduk dengan
rileks, hindari dari lingkungan yang berbahaya seperti tepi jalan
4. Pilih manset tensimeter/sphymomanometer sesuai dengan ukuran lengan
klien
5. Tempatkan klien dalam posisi nyama (duduk/berbaring) dengan lengan
rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian
6. Palpasi arteri brachialis
7. Pasang manset melingkari lengan atas dimana arteri brachialis teraba,
secara rapi dan tidak terlalu ketat (2,5 cm di atas siku) dan sejajar dengan
jantung
8. Raba nadi radialis dengan satu tangan
9. Tutup bulb screw tensimeter
10. Pasang bagian diafragma stetoskop pada perabaan pulsasi arteri brachialis
11. Pompa tensimeter/spygmomanometer dengan cepat sampai 30 mmHg di
atas hilangnya pulsasi
12. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba
Lampiran 5 Analisa Univariat dan Bivariat
1. Karakteristik Responden

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 14 93,3 93,3 93,3
Laki-laki 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 38 1 6,7 6,7 6,7
40 1 6,7 6,7 13,3
46 2 13,3 13,3 26,7
48 1 6,7 6,7 33,3
50 1 6,7 6,7 40,0
52 3 20,0 20,0 60,0
55 2 13,3 13,3 73,3
57 2 13,3 13,3 86,7
58 1 6,7 6,7 93,3
60 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

PenyakitLain
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 15 100,0 100,0 100,0

Aktivitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jarang 15 100,0 100,0 100,0

Alkohol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 15 100,0 100,0 100,0
Stress
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 15 100,0 100,0 100,0

Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 15 100,0 100,0 100,0

Nadi Optimum

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

nadioptimum 15 112 127 118,33 4,483


Valid N (listwise) 15

Denyut Nadi

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

denyutnadi 15 87 99 93,53 4,015


Valid N (listwise) 15

Denyut Nadi setelah Uji Jalan 6 Menit

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

enammwt 15 100 107 103,93 2,314


Valid N (listwise) 15

2. Tekanan Darah Sistol Diastol Pre dan Post


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SPre1 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
DPre1 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Spost3 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Dpost3 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
SPre1 Mean 153,00 3,025
95% Confidence Interval Lower Bound 146,51
for Mean Upper Bound 159,49
5% Trimmed Mean 152,61
Median 148,00
Variance 137,286
Std. Deviation 11,717
Minimum 140
Maximum 173
Range 33
Interquartile Range 26
Skewness ,775 ,580
Kurtosis -,993 1,121
DPre1 Mean 95,40 1,050
95% Confidence Interval Lower Bound 93,15
for Mean Upper Bound 97,65
5% Trimmed Mean 95,50
Median 98,00
Variance 16,543
Std. Deviation 4,067
Minimum 90
Maximum 99
Range 9
Interquartile Range 9
Skewness -,496 ,580
Kurtosis -1,886 1,121
Spost3 Mean 143,60 3,456
95% Confidence Interval Lower Bound 136,19
for Mean Upper Bound 151,01
5% Trimmed Mean 142,89
Median 141,00
Variance 179,114
Std. Deviation 13,383
Minimum 124
Maximum 176
Range 52
Interquartile Range 20
Skewness ,886 ,580
Kurtosis 1,073 1,121
Dpost3 Mean 89,47 1,496
95% Confidence Interval Lower Bound 86,26
for Mean Upper Bound 92,67
5% Trimmed Mean 89,52
Median 91,00
Variance 33,552
Std. Deviation 5,792
Minimum 81
Maximum 97
Range 16
Interquartile Range 11
Skewness -,129 ,580
Kurtosis -1,572 1,121

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SPre1 ,265 15 ,006 ,839 15 ,012
DPre1 ,339 15 ,000 ,732 15 ,001
Spost3 ,118 15 ,200* ,949 15 ,510
*
Dpost3 ,138 15 ,200 ,910 15 ,137

3. Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Spost3 - SPre1 Negative Ranks 12 8,71 104,50
Positive Ranks 3b 5,17 15,50
Ties 0c
Total 15
Dpost3 - DPre1 Negative Ranks 15d 8,00 120,00
Positive Ranks 0e ,00 ,00
Ties 0f
Total 15

Test Statisticsa
Dpost3 -
Spost3 - SPre1 DPre1
Z -2,529b -3,417b
Asymp. Sig. (2-
,011 ,001
tailed)
Lampiran 6 Surat Perizinan Penelitian

You might also like