Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai
berikut:
12. larutan asam (acidic solution): suatu larutan dalam mana konsentrasi H + lebih
besar daripada konsentrasi OH (kamus kimia, hlm. 26)
13. normalitas (N; normality): suatu satuan untuk mengukur konsentrasi larutan:
ekuivalen zat terlarut/L larutan. (kamus kimia, hlm. 29)
14. oksidasi (oxidation): suatu reaksi dalam mana keadaan oksidasi suatu zat ditambah.
(kamus kimia, hlm. 30)
15. pelarut (solvent): biasanya komponen utama suatu larutan, ke dalam mana zat
terlatur itu melarut.(kamus kimia, hlm. 32)
16. pH: logaritma negatif dari konsentrasi H+ dalam suatu larutan pH = -
log[H+]7.(kamus kimia, hlm. 35)
17. polisakarida (polysaccharide): suatu polimer yang terdiri dari banyak monomer
sakarida. (kamus kimia, hlm 35)
18. senyawa (compound): suatu zat murni dengan komposisi tertentu (kecuali
bertolida) yang dapat diuraikan menjadi senyawa lain. (kamus kimia, hlm. 40)
19. titrasi (Titration): metode untuk menetapkan konsentrasi suatu larutan dengan meng
ukur volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui, dengan mana larutan anu
itu bereaksi sempurna. (kamus kimia, hlm. 46)
20. uap (vapor): keadaan gas (dari) suatu zat pada kondisi, apda mana zat itu biasanya
terdapat terutama sebagai cairan atau zat padat. (kamus kimia, hlm. 47)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Citrulline merupakan prekusor arginin yang dapat mensekresi asam nitrit (NO)
untuk vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga sitrullin dapat
berperan untuk mengatasi hipertensi. (bujikuda.blogspot.com)
2.3 Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan kesakitan yang tinggi. Hipertensi
atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustarmi,et al.2005).Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko
terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Sutanto, 2010)
Gambar : Glukosa
Pati adalah bentuk polimer simpanan glukosa pada tumbuhan dan merupakan
sumber energi utama dalam makanan (Murray, R, 2006).
Untuk penentuan kadar pati dalam suatu bahan dapat dikerjakan dengan
menghidrolisa pati dengan asam atau enzim sehingga diperoleh gula reduksi.
C6H10O5 + H2O C6H12O6
Pati glukosa
BM = 162 BM = 180
Setelah diketahui jumlah gula reduksi hasil hidrolisa pati tersebut maka dapat
dihitung jumlah pati yaitu dengan mengalikan dengan suatu faktor konversi
sebesar 0,90. Faktor konversi ini diperoleh dari perbandingan berat molekul
pati dengan jumlah berat molekul gula reduksi yang dihasilkan.
Faktor konversi =
(Sudarmadji, S, 1987).
Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul
yang ebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa. Molekul-
molekul pati mula-mula pecah menjadi unit-unit rantai glukosa yang lebih
pendek yang disebut dextrin. Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltosa
(dua unit glukosa) dan akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa.
Pati dextrin maltosa glukosa
Hidrolisis pati dapat juga dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan,
enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase juga terdapat pada
tepung dan biji berkecambah. Pada produk-produk tersebut enzim ini biasanya
dikenal dengan nama diastase. Diastase penting pada pembuatan roti dan
pembuatan bir karena enzim ini dapat menghasilkan gula (maltosa) yang
seterusnya oleh enzim yang dihasilkan khamir akan dipecah lebih lanjut
menjadi alkohol dan karbon dioksida (Gaman, P. M, 1981).
Penentuan karbohidrat
Penentuan karbohidrat dalam suatu bahan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Banyak cara yang dapat digunakan untuk
menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan
cara kimia, secara fisik, cara enzimatik atau biokimia dan cara kromatrografi.
Penentuan yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan
perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh
monosakarisa. Bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan
yang tertentu. Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan salah
satu cara berikut :
Cara Luff Schoorl
Pada penentuan gula secara Luff Schoorl, yang ditentukan bukan kuprooksida
yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi ( titrasi blanko ) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula reduksi ( titrasi sampel ). Penentuannya dengan titrasi
menggunakan Na-tiosulfat. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat
dengan cara ini mula-mula kuprioksida yang ada dalam reagen akan
Metode Luff Schoorl menggunakan suatu reagen alkalin yang terdiri dari cupri
sitrat, setelah dipanaskan dengan suatu larutan yang terdiri dari gula reduksi,
potassium iodida dan asam ditambahkan setelah pendinginan dan pembebasan
iodin, yang mana ekuivalen terhadap copper yang tidak tereduksi, dititrasi
dengan sodium tiosulfat(Egan, H, 1981).
2.3.2 Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom yang terdiri dari unsur
C, H, dan O. Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak, seperti benzene, eter,
petroleum dan sebagainya. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk
padat disebut lemak. Sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah
berbentuk cair disebut minyak. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
FKM.UI, 2007)
PERHITUNGAN
Mekanisme Soxhletasi
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 gram dan kemudian dibungkus
atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel). Pelarut yang
digunakan adalah hexane dengan titik didih 60-80°C. Hexana digunakan karena
lemak larut dalam pelarut organik.Thimble (selongsong) yang sudah terisi
sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan
ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi
lemak mulai dipanaskan (Darmasih, 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar condenser
mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke
thimble. Prinsip ini merupakan prinsip kondensasi. Pelarut melarutkan lemak
dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya
telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagairefluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 2 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak
dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih, 1997).
Labu lemak yang akan digunakan, sebelumnya harus di oven terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air atau lemak yang
menempel pada labu. Setelah di oven, labu lemak disimpan didalam desikator
yang berisi silika gel. Silika gel berfungsi sebagai penyerap air dan
menyeimbangkan suhu labu lemak agar dingin ketika penimbangan. Setelah
proses soxhletasi selesai, maka labu lemak harus dikeringkan didalam oven
1050C selama 30 menit hingga aroma hexana tidak tercium
2.4.2 Protein
Protein merupakan sumber asam amino yang terdiri dari unsur C, H, O,
dan N. Protein berfungsi sebagai zat pembangun jaringan-jaringan baru,
pengatur proses metabolisme tubuh dan sebagai bahan bakar apabila keperluan
energi tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat (Winarno 1986).
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing
dihubungkan dengan ikatan peptida. Peptida adalah jenis ikatan kovalen yang
menghubungkan suatu gugus karboksil satu asam amino dengan gugus amino
asam amino lainnya sehingga terbentuk suatu polimer asam amino (Toha, 2001).
Jika protein dimasak dengan asam atau basa kuat seperti pada gambar 2.3,
asam amino unit pembangunnya dibebaskan dari ikatan kovalen yang
menghubungkan molekul-molekul ini menjadi rantai (Lehninger, 1990).
Analisis protein umumnya bertujuan untuk mengukur kadar protein
dalam bahan makanan. Analisis protein dapat dilakukan antara lain dengan
metode Kjeldahl, Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol
(Sudarmadji, 2003).
Metode Kjeldahl dilakukan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini
adalah kadar nitrogennya (Winarno, 1986). Prinsip analisis Kjeldahl adalah
sebagai berikut: bahan organik di didihkan dengan asam sulfat pekat sehingga
unsur-unsur dapat terurai. Atom karbon menjadi CO2 dan nitrogen menjadi
amonium sulfat. Larutan tersebut kemudian dibuat alkalis dengan menambahkan
NaOH berlebihan sehingga ion amonium bebas menjadi amonia bebas. Amonia
yang dipisahkan dengan cara distilasi kemudian dijerat dengan larutan asam
borat. Garam borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl (Sudarmadji, 1996).
Dari hasil titrasi dapat dihitung % N. Hasil % N tersebut dapat digunakan
untuk memperkirakan kadar protein kasarnya. Umumnya campuran protein
murni terdiri dari 16% nitrogen. Apabila jumlah N dalam bahan telah diketahui,
maka jumlah protein dihitung dengan mengalikan jumlah N dengan faktor
konversi 6,25 (100/16). Besarnya faktor konversi (tabel 2.3) tergantung pada
persentase nitrogen yang menyusun protein dalam bahan pangan. Pada protein
tertentu yang telah diketahui komposisinya dengan tepat, maka faktor konversi
yang lebih tepatlah yang dipakai.Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung
kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N
menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam
suatu bahan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam praktikum kali ini, penulis melakukan penelitian pada limbah kulit
semangka yang di jadikan sebagai teh kulit semangka. Pengujian dilakukan dengan
metode analisa kuantitatif untuk menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak.
Jemur di bawah
panas matahari
Oven
Keringkan dengan
suhu 120°C
Seduh
KIO3
Tambah 5 ml KI 20 % dan 5
ml H2SO4
Titrasi
Tambah 1 ml amilum 1 %
- Penentuan kadar
Sampel (5 gr)
Refluks (1 jam)
Cek pH
pH sedikit asam = 6
Pengenceran
reduksi
Tambahkan air 50 ml
- Destilasi
Hasil destruksi
Destilasi
- Titrasi
Destilat + HCl
Uapkan
1. Erlenmeyer 250 ml 5
2. Beaker Gelas 100 ml 3
3. 1 set alat Destilasi - -
4. 1 set alat Soxhlet - -
5. Hot Plate - 1
6. Labu Ukur 50 ml 4
7. Pipet Ukur 25 ml 2
8. Pipet Filler - 2
9. Buret 50 ml 2
10. Statif & Klem - 2
11. Spatula - 5
12. Kaca arloji - 5
13. Corong gelas - 2
14. Botol semprot - 3
15. Krustang - 1
16. Kertas saring - 2
17. Labu alas bulat - 1
18. Pendingin tegak - 1
19. Beaker Gelas 500 ml 1
20. Erlenmeyer 100 ml 2
Bahan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Karbohidrat
Uraian sebelum Sesudah
Penimbangan Padat, warna coklat Padat, warna coklat muda, berbentuk
sampel muda, berbentuk serbuk
serbuk
Pemanasan Padat, warna coklat Larutan berwarna coklat dengan endapan
dengan larutan muda, berbentuk serbuk
HCL 3% serbuk
Pendinginan Sampel panas Sampel dingin
Penetralan pH 3 pH 13
penambahan
NaOH 30 %
Penetralan pH 13 pH 6
penambahan
CH3COOH 3%
Pengenceran Warna coklat pekat Warna coklat memudar
sampel dengan
aquades
Penyaringan Sampel bercampur Sampel terpisah dari filtratnya
filtrat dengan endapan
Memipet filtrat ke Sampel berwarna Sampel berwarna coklat muda
dalam erlenmeyer coklat muda
Penambahan luff Sampel berwarna Sampel hijau agak kebiruan
schoorl coklat muda
Pemanasan Larutan berwarna biru Larutan berwarna biru, mendidih dan
didinginkan
Penambahan 15 Larutan berwarna biru Larutan berwarna biru
mL KI 20 %
Penambahan Larutan berwarna biru Larutan berwarna kuning kecoklatan
H2SO4 25 % 25
ml
Protein
a. destruksi
Uraian Sebelum Sesudah
Penimbangan sampel Sampel berbentuk serbuk Sampel berbentuk serbuk
padat berwarna coklat padat berwarna coklat
Pemanasan dengan Sampel berbentuk serbuk Sampel berwarna hitam
penambahan K2SO4, padat berwarna coklat dan cair
PbO2, dan H2SO4 pekat
Panaskan hingga larutan Sampel berwarna hitam Sampel sedikit mengental
jenuh dan cair
Pendinginan Sampel sedikit mengental, Sampel sedikit mengental,
panas dingin
Penambahan 100 mL Sampel sedikit mengental Sampel berbentuk cair dan
aquades ditambahkan lempeng Zn
penambahan 15 ml K2SO4 Sampel berwarna hitam Sampel berwarna hitam
4%
Penambahan 50 ml NaOH Sampel berwarna hitan Sampel berwarna hitam
50% dingin panas, ditambahkan
indikator PP dan NaOH
hingga pH basa
b. Destilasi
Uraian Sebelum Sesudah
Sampel dimasukkan dalam labu Sampel berwarna hitam Sampel berwarna
destilasi hitam
Destilat ditampung dalam Sampel berwarna Destilat yang masuk ke
erlenmeyer 100 ml dengan 50 ml hitam erlenmeyer berwarna
HCl yang sudah ditetesi indikator jernih, ditunggu sampai
MM 5 tetes destilat ±75 ml
c. Titrasi
Uraian Sebelum Sesudah
Larutan yang sudah bercampur Larutan berwarna merah Larutan berwana kuning
dengan destilat dititrasi dengan muda pada ml ke 12,2 dan 12
NaOH
Lemak
uraian Sebelum sesudah
Menimbang sampel Sampel serbuk padat Sampel serbuk padat
sebanyak 2,5005 gram
Sampel di bungkus dengan Sampel serbuk padat Sampel dibungkus
kertas saring berbentuk selongsong
Memasukkan pelarut N- Pelarut cair Pelarut cair
Hexane kedalam labu
lemak, sebanyak 100 ml.
Masukkan sampel ke sampel padat Sampel padat
dalam ekstraktor
1 x sirkulasi belum Sampel padat Sampel sedikit terendam
sempurna pelarut, namun pelarut
yang berada di dalam labu
lemak sudah habis sama
sekali. Ekstraksi dihentikan
4.2 Pembahasan
Karbohidrat
Menimbang sampel sebanyak 3,0008 gr atau 3000,8 mg, yang berupa
serbuk padat berwarna coklat muda. Sampel yang sudah di timbang, di panaskan
dengan larutan HCL 3% (digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi
monosakarida) hingga mendidih dan larutan berwarna hitam yang memiliki
endapan serbuk. Setelah itu di dinginkan, setelah dingin di cek pH nya
menunjukkan pH 3. Dalam prosedur larutan di haruskan memiliki pH netral,
akhirnya larutan di tambahkan NaOH 30%. Penambahan yang dilakukan terlalu
banyak hingga pH menjadi 13, lalu tambahkan CH3COOH 3% sedikit demi
sedikit hingga pH menjadi 6. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan
aquadest kedalam labu ukur 500 ml, setelah itu pisahkan dengan filtrat dengan
endapannya.
Pipet filtrat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, serta ditambahkan
larutan luff schrool(untuk mereduksi Cu2+ menjadi Cu+), sehingga larutan yang
tadinya berwarna coklat muda menjadi warna hijau agak kebiruan. Selanjutnya
panaskan hingga mendidih, warnanya berubah menjadi biru. Stelah dingin
ditambahkan 15 ml KI 20 % (tidak berubah warna) dan 25 ml H2SO4 25 %
(untuk mengikat ion tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida
dengan pereaksi Luff-Schoorl ) (warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan).
Penitrasian dengan Na2S2O3(larutan berwarna kuning muda) lalu tambahkan
indikator amilum(perubahan warna tidak permanen, hanya saat ditetesi saja
berubah menjadi biru) untuk memperjelas titik akhir tritasi. Lanjutkan titrasi
hingga ml ke 9,5 larutan berubah warna menjadi abu-abu.
Lemak
Labu lemak disiapkan yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet
yang akan digunakan. Bilas labu lemak dengan aquadest, lalu keringkan dalam
oven selama 30 menit dengan suhu 105°C. Siapkan sampel sebanyak 2,5 gram, lalu
bungkus dengan kertas saring dan ikat menggunakan benang, agar sampel tidak
berhamburan. Setelah itu dinginkan dalam desikator, lalu masukkan pelarut n-
Hexane sebanyak 100 ml yang seharusnya 200 ml, ini dikarenakan kekurangan dari
pelarut tersebut. Masukkan sampel ke dalam ekstraktor dan pasang pendingin
tegak, namun sebelum pencapaian 1 sirkulasi, pelarut habis dan ekstraksi di
hentikan. Lalu hasil yang ekstraksi yang belum sempurna itu di tampung dalam
botol air mineral, yang sebelumnya sudah ditimbang. Uapkan hasil ekstraksi hingga
hanya lemak yang tertinggal, proses ini membutuhkan waktu sekitar ± 1 minggu.
Lalu timbang hasilnya, dan hitung kadar yang di peroleh.
Dari praktikum ini dihasilkan kadar lemak sebesar 0.044 % , hasil ini
menyimpang begitu jauh dari kadar lemak dalam teori yaitu sebesar 0,305 % . Hal
ini dikarenakan pencapaian sirkulasi belum selesai, bahkan 1 x sirkulasi pun belum
dicapai. Jadi kadar lemak yang di kandungan kulit semangka belum semuanya ter-
ekstrak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN.
Jadi dalam satu kantong teh kulit semangka yang berisi 2,5 gram terdapat
5,50 % karbohirat, 0,19 % protein, dan 0,044 % lemak.
5.2 SARAN.
1. Sebaiknya dalam analisa lemak, gunakan cara lain selain ekstraksi soxhlet.
Misalnya metode Babcock
2. Sebaiknya perlu diketahui standart teh kulit semangka bagi penderita hipertensi
LAMPIRAN
Karbohidrat
Bobot Sampel : 3, 0008 gr = 3000,8 mg
ml standarisasi : I = 7,7 ml
II = 7,5 ml
Volume pentitar blanko = 12 ml
Volume pentitar sampel = 9,5 ml
1. Perhitungan standarisasi :
I = N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 10 = x . 7,7
1 = 7,7x
x = 0,1297 N
II = N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 10 = x . 7,5
1 = 7,5x
x = 0.1333 N
Rata-rata standarisasi = 0,13 N
2. Perhitungan kadar :
6,1 x 0,13
= 7, 93 mg
0,1
7,93 𝑥 25
% karbohidrat = = 0,0660 x 100 % = 6,60 %
3000,8
Protein
ml standarisasi : I = 29 ml
II = 28,7 ml
ml H2C2O4 : 25 mL
N H2C2O4 : 0,1 N
Bobot Sampel : 1,0005 gr = 1000,5 mg
Volume pentitar blanko = 13,1 ml
Volume pentitar sampel = 12.1 ml
1. Perhitungan standarisasi :
I = N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 25 = x . 29
2,5 = 29x
x = 0,086 N
II = N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 25 = x . 28,5
2,5 = 28,5 x
x = 0.087 N
Rata-rata standarisasi = 0,086 N
2. Perhitungan kadar :
Lemak
1. Perhitungan Kadar.
(𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙)
𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 % = 𝑥 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
14.5861−14.5850
= 𝑥 100%
2.5005
0.0011
= 𝑥 100%
2.5005
= 0.044 %
DAFTAR PUSTAKA