You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada


kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan
dikawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri yaitu Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh
negara yang bergabung kemudian yaitu Brunei Darusalam (1984), Vietnam
(1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999). Kerjasama regional
ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial
dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesearaan
dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang
sejahtera dan damai. Namun, kerjasama regional ASEAN memiliki
karakteristik tersendiri antara lain tercermin dari baru dibentuknya Sekretariat
ASEAN hampir 10 tahun setelah pendirianya (1976) dan komitmen kerjasama
yang lebih didasarkan pada ‘ASEAN way’ (Arifin, 2008:1).
Zoonosis adalah jenis penyakit yang penularannya berasal dari hewan
ke manusia atau sebaliknya. Contoh zoonosis yang penularannya berasal dari
hewan ke manusia adalah Ebola, Marburg, Mers-Cov, dan Avian Influenza (AI)
atau yang biasa dikenal dengan nama flu burung. Ancaman zoonosis dari luar
yang patut diantisipasi dan diwaspadai antara lain Ebola, MERSCoV dan
Emerging Infectious Diseases (EID) lainnya. Ancaman zoonosis dari dalam
seperti Rabies, Flu Burung, Antraks, Leptospirosis, Pes dan sebagainya bersifat
sporadis sehingga diperlukan respon cepat agar setiap kejadian tidak meluas.
Melihat kepada penyakit-penyakit tersebut, di mana seluruhnya menjadi wabah
dan tantangan kesehatan dunia, Amerika Serikat menyikapinya secara tanggap.

1
Global Health Security Agenda (GHSA) dan One Health Strategy adalah
komitmen yang dibuat untuk menangani masalah kesehatan yang terjadi.
GHSA dibuat Amerika Serikat untuk memperepat implementasi International
Health Regulation (IHR) 2005 melalui 11 paket aksi yang perlu dilakukan
negara-negara di dunia selama 5 tahun kedepan. Dalam salah satu paket aksi
Indonesia menjadi lead country yaitu zoonotic diseases dan sebagai
contributing country yaitu : antimicrobial resistance, real-time surveillance dan
Linking Public Health with Law and Multisectoral Rapid Response.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) ?
2. Apa saja kebijakan MEA 2015 ?
3. Apakah pengertian dari Global Health Security Agenda ( GHSA ) ?
4. Apa saja kebijakan GHSA ?

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca khususnya


tenaga kesehatan yaitu perawat agar dapat memahami dan menguasai tentang
permasalahan di bidang politik hingga ke kancah internasional yaitu berupa
kebijakan MEA dan Global Health Security Agenda (GHSA).

b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) ?
b. Mengetahui kebijakan MEA 2015 ?
c. Mengetahui pengertian dari Global Health Security Agenda ( GHSA ) ?
d. Mengetahui saja kebijakan GHSA ?

2
D. Sistematika Penulisan
Makalah Kebijakan Kesehatan Nasional dengan judul “Kebijakan MEA
2015 dan Global Health Security Agenda ( GHSA )“ ini terdiri atas 3 bab
pembahasan. Pada awal makalah berisi bab pertama yang menjelaskan tentang
pendahuluan, berisi mengenai latar belakang permasalahan secara umum dan
sifatnya meluas yang secara perlahan diperjelas pada pembahasan mengenai
kebijakan MEA 2015 dan GHSA. Lalu dilanjutkan oleh rumusan masalah yang
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari RPS ( Rencana
Pembelajaran Semester ) mata kuliah kesehatan kebijakan nasional yang
kemudian dijawab dalam tujuan penulisan untuk mengurangi kebiasan dalam
pembahasan. Adapun sistematika penulisan yang memaparkan bagaimana
tersusunya makalah dengan judul kebijakan MEA 2015 dan GHSA.
Selanjutnya, pada bab kedua berisi mengenai tinjauan teori yang
membahas mengenai kebijakan MEA 2015 dan GHSA secara mendetail dan
jelas, sesuai dengan tujuan awal penulisan. Kemudian diperjelas dalam Bab
ketiga yang berisi penutup dengan memaparkan kesimpulan secara ringkas
pembahasan dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang lebih
baik lagi ke depannya.

BAB II

TINJAUAN TEORI

3
A. Pengertian MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar


terbebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT
ASEAN di Singapura pada tahun 1992. Tujuan dibentuknya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di
kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalh-masalah di
bidang ekonomi antar negara ASEAN. Konsekuensi atas kesepakatan MEA
tersebut berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus
bebas jasa, dampak arus bebas investasi dampak arus tenaga kerja terampil dan
dampak arus bebas modal. Hal-hal tersebut tentunya dapat berakibat positing
atau negative bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu dari sisi
pemerintah juga dilakukan strategi dan langkah-langkah agar Indonesia siap
dan dapat memanfaatkan momentum MEA.

MEA merupakan sebuah bentuk dari Free Trade Area (FTA) seperti EU
( European Union ) dan NAFTA. Pada dasarnya, pelaksanaan FTA ditujukan
untuk meningkatkan kerjasama ekonomi diantara negara kawasan untuk
meningkatkan sebuah ekspansi perdagangan (trade creation). Meski harus
disadari bahwa FTA juga berpotensi menyebabkan trade diversion yang
menyebabkan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari


integrase ekonomi yang dianut dalam visi 2020, yang didasarkan pada
konvergensi kepentingan negara. Contoh penulisan daftar pustaka yang benar
untuk membuat karangan atau tulisan karya ilmiah diharuskan untuk
melengkapinya dengan daftar pustaka yaitu kajian. Mea merupakan bentuk
realisasi dari tujuan akhir integrase ekonomi di kawasan asia tenggara. Sebuhah
bentuk pasar bebas tidak hanya pada sector barang namun juga jasa.

4
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi gerbang utama bagi
pembisnis di Indonesia untuk mengenalkan brandnya di pasar Internasional.
Program ini sudah dirancang dan akan dijalankan dalam waktu dekat ini. Bukan
hanya pembisnis saja, tapi daya saing pekerja juga mengetat. Tidak hanya
membuka arus perdagangan dan jasa tetapi juga pasar tenaga kerja profesional
seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.

“ Sehingga pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang tenaga


kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang
tertutup atau minim tenaga asingnya.”

B. Dampak MEA

Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis


produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan
pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam
ekonomi global. Dampak terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang
dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak
bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak
arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil dan dampak arus bebas
modal.

Dari karakter dan dampak MEA tersebut di ats sebenarnya ada peluang
dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. dengan adanya MEA
diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya
pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke
negara ASEAN lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta
orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar
oleh Indonesia. Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk
memasuki pasar yang lebih luas. ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan
biaya yang lebih murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa

5
bebas di Indonesia. sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas
bekerja di negara-negara lain di ASEAN.

Dampak postif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas


ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN.
Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN.
Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para
professional akan semakin meningkatkan tingakt skill, kompetensi dan
profesionalitas yang dimilikinya.

Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan
menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut diantaranya:
pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, dimana hingga Februari
2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak
76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastruktur masih kurang sehingga
mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global
Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal
dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Tahiland.
Ketiga, sector industry yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku
dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya
Indonesia menghadapi serbuan impor dan sekarang produk impor Tiongkok
sudah membanjiri Indonesia. apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatas
maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.

C. MEA dan kebijakan pemerintah

6
Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia
diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sector tenaga kerja,
sector infrastruktur dan sector industri. Dalam menghadapi MEA, pemerintah
Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan
Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik,
Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan. Selain hal tersebut
masing-masing kementrian dan lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan
langkah-langkah strategis.

Pemerintah berusaha mengubah paradigm kebijakan yang lebih


mengarah ke kewirausahaan dengan mengedepankan kepentingan nasional.
Untuk bisa menghadapi persaingan MEA, tidak hanya swasta (pelaku usaha)
yang dituntut harus siap namun juga pemerintah dalam bentuk kebijakan yang
pro pengusaha.

Negara lain sudah berpikir secara entrepreneurial (wirausaha),


bagaimana agara pemerintah berjalan dan berfungsi laksana seubah organisasi
entrepreneurship yang berorientasi pada hasil. Maka dengan momentum MEA
ini sudah tiba saatnya pemerintah Indonesia mengubah pola piker lama yang
cenderung birokratis dengan pola piker entrepreneurship yang lebih praktis,
efektif dan efisien. Sebagai contohnya adalah kebijakan subsidi Bahan Bakar
Minyak ( BBM ) sebesar rRP 300 triliun (US$ 30 miliar) yang kurang produktif
diarahkan kepada pembiayaan yang lebih produktif misalnya investasi
infrastruktur.

Dalam bidang pendidikan, pemerintah juga dapat melakukan


pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan
sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban
terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu menngkatkan
standar mutu sekolag menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi

7
persaingan. Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan
misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA yang berusaha
menambah kesiapan masyarakat menghadapinya.

Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu


pendidikan salah satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala
sekolah, guru dan orang tua. Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah
menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru juga perlu
dilatih dengan metode yang tepat yaitu mengubah pola piker guru.

Dalam bidang perindustrian, Menteri Perindustrian Saleh Husin juga


memaparkan strategi Kemenstrian Perindustrian menghadapi MEA yaitu
dengan strategi ofensif Dn defensive. Starategi ofensif yang dimaksud meliputi
penyiapan produk-produk unggulan., dari pemetaan Kemenperin, produk
unggulan dimaksud adalah industry agro seperti kako, karet, minyak sawit,
tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanana dan minuman,
pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logan, besi,
dan baja. Adapaun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar
Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur.
(www.kemenperin.go.id)

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel punya langkah-langkah yang


akan dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA )
2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita Kementerian
Perdagangan dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama
lima tahun ke depan. Cara tersebut bisa dilakukan dengan membangun 5.000
pasar, pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Adapun target ekspor pada 2015
dibidik sebesar US$192,5 miliar. Selanjutnya pemerintah juga menyiaokan
strategi substitusi impor untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah

8
produk dalam negeri. Pada saat ini 65 persen ekspor produk Indonesia masih
mengandalkan komoditas mentah. Pemerintah berusaha membalik struktur
ekspor ini yaitu dari komoditi ke manufaktur dengan komposisi 35 persen
komoditas dan 65 persen manufaktur. Oleh karena itu, industry manufaktur
diharapkan tumbuh dan fokus pada peningkatan kapasitas produksi untuk
meningkatkan ekspor sampai 2019.

Pemerintah juga mendekati industry yang berpotensi menyumbang


peningkatan ekspor misalnya industry otomotif. Diketahui, industry otomotif
berencana mengekspor 50 ribu sepeda motor ke Filipina. Kementerian
Perdagangan juga mendorong sekotr mebel untuk semakin menggenjot
ekspornya. Selain itu, sector perikanan juga memberikan optimisme terhadap
peningkatan ekspor Indonesia.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan
membina melalaui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan
meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu mereka juga memfasilitasi
pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Melalui fasilitas itu,
Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek yang dibangun oleh
pelaku UKM di Indonesia dapat dikenal secara global.

D. Tantangan MEA untuk Indonesia

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan karena


hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada.
Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan ekspor yang pada akhirnya
akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi
Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan,
contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil dan barang
elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan
banyaknya barang impr yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia

9
yang akan mengancam industry local dalam bersaing dengan produk-produk
luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan deficit neraca perdagangan bagi negara Indonesia sendiri.

Tantangan yang dihadapi Indonesia memasuki integrase ekonomi


ASEAN tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi dengan negara
ASEAN dan luar ASEAN seperti China dan India. Berdasarkan kinerja eksoir
2004-2008, Indonesia berada diurutan keempat setelah Singapura, Malaysia
dan Thailand dan importer tertinggi setelah Singapura dan Malaysia.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar


bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan
berbagai kebutuhan akn keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk
pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah
bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga meliputi kesempatan
yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketengakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas
Indonesia masih kalah saing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia,
Singapura, dan Thailand serta fondasi industry yang bagi Indonesia sendiri
membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.

E. Upaya Pemerintah dalam Menghadapi MEA

Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia


berdasarkan rencana strategis pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC,
aatara lain :

1. Penguatan Daya Saing Ekonomi

10
Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan
perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis
pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan.

2. Program ACI ( Aku Cinta Indonesia )

ACI ( AKu Cinta Indonesia ) merupakan salah satu gerakan ‘Nation


Branding’ bagian dari pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk dalam
Inpres No.6 Tahun 2009 yang berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27
Kementrian Negara dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih berjalan sampai
sekarang dalam bentuk kampanye nasional yang terus berjalan dalam berbagai
produk dalam negeri seperti busana, aksesoris, entertainment, pariwisata dan
lain sebagainya. ( dalam Kemendag RI : 2009 : 17 ).

3. Penguatan Sektor UMKM

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM di Indonesia, pihak


Kadin mengadakan beberapa program, antara lainnya adalah ‘Pameran
Koperasi dan UKM Festival’ pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463
KUKM. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk UKM
yang ada di Indonesia dan juga sebagai stimulant bagi masyarakat untuk lebih
kreatif lagi dalam memgembangkan usaha kecil serta menengah.

F. Solusi dalam Menghadapi MEA

Jika Indonesia mampu mengantisipasi, pengaruh liberalisasi akan


mengarah pada efisiensi pasar jasa. Dampaknya adalah pilihan bagi konsumen
meningkat, produktivitas meningkat, serta persaingan yang lebih sehat di
dorong. Pencapaian MEA dilakukan melalui empat tahapan starategi, meliputi
: pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang
berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan

11
perekonomian global. Menghadapi tantangan itu HIPMI mulai menyiapkan
sejumlah langkah menghadapi persaingan ekonomi pada 2020. “Indonesia
harus menjadi pemain dalam komunitas ekonomi ASEAN.” Kata Oktohari.
Untuk menghadapi itu semua, paparnya, mulai saat ini HIPMI telah mengambil
sejumlah lanhkah antara lain menyiapkan dan memberikan mentoring pda
pengusaha pemula agar mampu menghadapi persaingan baik di dalam negeri,
kawasan dan global. Selain itu, katanya, HIPMI juga memberikan perhatian
pada pengusaha-pengusaha local atau di daerah agar dapat mengembangkan
usahanya sekaligus memperluas pasar produksi barang-barang mereka.
Program kebijakan penguatan daya saing telah mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah, antara lain penguatan UKM nasional. Hal tersebut penting
untuk memfasilitasi UKM nasional yang bedaya saing tinggi, inovatif dan
kreatif, serta mampu melakukan perluasan pasar dari Komunitas Ekonomi
ASEAN.

Integrase pasar tunggal ASEAN 2015 tinggal menghitung hari. MEA


2015 memiliki sebuah peluang dan ancaman bagi perekonomian domestic,
khususnya bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). MEA
direalisasikan dengan ide dasar untuk mentransformasikan ASEAN menjadi
sebuah kawasan pasar bebas tunggal dan basis produksi bagi pergerakan
barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan arus modal. Selanjutnya, MEA
juga diarahkan sebagai sebuah kawasan yang sangat kompetitif; sebuah
kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan sebuah kawasan
yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global.

G. Pengertian Global Health Security Agenda ( GHSA )

12
Global Health Security Agenda (GHSA) merupakan inisiatif global
yang diluncurkan pada bulan Februari 2014. Inisiatif tersebut muncul sebagai
bentuk respon terhadap meningkatnya kerentanan masyarakat global terhadap
kemungkinan munculnya berbagai jenis penyakit baru dan pandemi yang
diakibatkan oleh dampak negatif perubahan iklim, meningkatnya lalu lintas
barang, jasa, manusia dan hewan lintas negara serta praktek-praktek pertanian,
peternakan dan industri yang dinilai tidak lagi alamiah dan ramah lingkungan.

GHSA bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan merespon cepat


berbagai ancaman penyakit infeksi di tingkat global, baik yang terjadi secara
alamiah maupun karena adanya unsur kesengajaan ataupun musibah. GHSA
melibatkan multi-stakeholders, bersifat multi-sektoral serta di dukung badan-
badan dunia di bawah PBB, antara lain: World Health Organisation (WHO),
Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World Organisation for
Animal Health (OIE).

Melalui kemitraan dengan 53 negara (Daftar Negara Anggota GHSA),


dengan organisasi internasional, dan para pemangku kepentingan non-
pemerintah, GHSA memfasilitasi upaya kolaborasi dan peningkatan kapasitas
negara, yang dilakukan sejalan dengan International Health Regulation (IHR)
WHO, Performance of Veterinary Services (PVS) OIE, dan framework
keamanan kesehatan global terkait lainnya.

Motor penggerak kegiatan GHSA adalah Steering Group yang


beranggotakan sepuluh negara yaitu Amerika Serikat, Chile, Finlandia, India,
Indonesia, Italia, Kanada, Kenya, Korea Selatan, dan Saudi Arabia. Keketuaan
Steering Group dilaksanakan melalui mekanisme Troika (3 negara secara
bergantian). Troika pertama terdiri dari Amerika Serikat (memimpin pada
2014), Finlandia (2015), dan Indonesia (2016).

13
Selain menjadi Ketua Troika GHSA pada tahun 2016, Indonesia juga
menjadi lead country untuk Action Package Zoonotic Disease (Prevent-2) dan
menjadi contributing country untuk Action Package Anti Microbial Resistance
(Prevent-1), Real-Time Surveillance (Detect-2), dan Linking Public Health with
Law and Multisectoral Rapid Response (Respond-2). Di tingkat nasional,
penanganan GHSA dilakukan oleh 25 Kementerian/Lembaga (Daftar 25
Kementerian atau Lembaga) di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan, serta Menteri Kesehatan sebagai Ketua Umum.

GHSA muncul sebagai bentuk tanggapan ats meningkatnya kerentanan


masyarakat global terhadap berbagai penyakit baru dan pandemic yang
disebabkan oleh dampak negative perubahan iklim dan meningkatnya lalu
lintas manusia dan hewan lintas negara. Global Health Security Agenda (
GHSA ) merupakan inisiatif global yang pada awalnya digagas oleh Amerika
Serikat beserta negara-negara maju dan diluncurkan pada 13 Februari 2014.
GHSA bertujuan memperkuat kapasitas untuk mendeteksi dan merespon wabah
penyakit menular, pandemic dan bioterorisme melalui implementasi
International Health Regulations 2005 (IHR) yang lebih efektif. Isu GHSA
bukan hanya kesehatan namun juga keamanan. Di negara AS dan Finlandia,
Kementrian Pertahanan banyak berperan bersama kementerian lainnya. Lebih
dari 40 negara terlibat dalam GHSA.

14
H. Pengorganisasian GHSA

Mekanisme koordinasi GHSA yang ada selama ini adalah terdiri dari
Steering Group yang diketuai oleh Troika secara bergantian dalm 3 tahun
pertama (AS tahun 2014, Finlandia 2015 dan Indonesia 2016), kemudian ada
Advisor yang terdiri dari organisasi-organisasi internasional, dan untuk
menjalankan agenda maka dibuat paket-paket kegiatan (Action halaman 2-IV
Package) yang terdiri dari 6 kelompok besar yaitu :
1. Pencegahan outbreak/epidemi,
2. Deteksi dini ancaman kesehatan dan keamanan, dan

15
3. Respon secara cepat dan efektif. Dan masing-masing kelompok mempunyai
tujuan khusus. Tiga kelompok besar dibagi menjadi 11 Action Packages. Dalam
mengkoordinasikan teknis kegiatan GHSA, maka ada Working Level Support
Team yang merupakan tim multisektor termasuk focal points dari negara
anggota Steering Group.
4. Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sector riil, selama tahun
2010 telah berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur
seperti prasarana jalan, perketaaapian, transportasi darat, transportasi laut,
transportasi udara, komunikasi dan informatika serta ketenagalistrikan :
a. Perbaikan akses jalan dan transportasi
b. Perbaikan dan pengembangan jalur TIK
c. Perbaikan dan pengembangan bidang energi listrik
5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM )
Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur
pendidikan. Selain itu, dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang
bermutus, pemerintah telah membangun sarana dan prasarana pendidikan
secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat. Data
Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 173.344
ruang kelas jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. ( dalam Bappenas
RI Buku I, 2011 : 36 )
6. Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan
Dalma rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,
telah ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi
jangka panjang 2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi
seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya
penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan melalui
koordinasi dan supervise yang dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan dan
Kepolisian.

16
Pengendali Anggota GHSA

I. Assesments and JEE

GHSA mengembangkan Country Assessment untuk mengukur


kapasitas dan kesiapan masing-masing negara dalam mengantisipasi dan
menghadapi ancaman wabah penyakit menggunakan assessment tools yang
dikembangkan GHSA. Assessment GHSA bersifat sukarela dan terdiri dari dua
proses yang saling terkait, yaitu self-assessment dan external assessment yang
dilakukan oleh tim ahli.

17
WHO (World Health Organization) bekerjasama dengan mitra global,
salah satunya GHSA (Global Health Security Agenda) telah mengembangkan
tool baru bernama Joint External Evaluation (JEE). Tool ini dimaksudkan
untuk menanggapi kelemahan dalam pelaksanaan IHR (2005) dengan
munculnya kejadian luar biasa (KLB) beberapa tahun terakhir ini dan
memperkuat implementasi dari IHR (2005) itu sendiri. JEE merupakan
kerangka monitoring dan evaluasi IHR (2005) yang menggunakan mekanisme
external assessment dengan prinsip kesukarelaan, disamping self-
assessment yang selama ini dilakukan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar
terbebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT
ASEAN di Singapura pada tahun 1992. Tujuan dibentuknya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di
kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalh-masalah di
bidang ekonomi antar negara ASEAN.

18
GHSA muncul sebagai bentuk tanggapan ats meningkatnya kerentanan
masyarakat global terhadap berbagai penyakit baru dan pandemic yang
disebabkan oleh dampak negative perubahan iklim dan meningkatnya lalu
lintas manusia dan hewan lintas negara. GHSA bertujuan untuk mencegah,
mendeteksi dan merespon cepat berbagai ancaman penyakit infeksi di tingkat
global, baik yang terjadi secara alamiah maupun karena adanya unsur
kesengajaan ataupun musibah.

B. Saran

Melalui penulisan makalah ini diharapkan kepada tenaga kesehatan


khususnya agar menjadi media untuk menambah wawasan, ilmu dan
pengetahuan dalam menganalisis Pasar Bebas Dunia dan Perdagangan
Internasional. Karena walaupun kita bekerja di bidang kesehatan namun
menguasai perihal masalah internasional juga perlu karena dalam mengikuti
perkembangan zaman setiap orang dipacu untuk semakin kompetitif dalam
cakupan internasional. Oleh karena itu apabila kita tidak mempunyai dasar yang
kuat maka kita akan tertinggal oleh zaman dan semakin terbelakang.

19

You might also like