You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

Orchitis adalah reaksi inflamasi akut dari testis akibat dari infeksi sekunder. Sebagian
besar kasus dikaitkan dengan infeksi virus gondok (Mumps). Namun, virus dan bakteri lain
dapat menyebabkan orchitis. Orchitis dapat diikuti dengan infeksi pada organ genitalia laki-
laki lainnya (prostat, epididimis, atau kandung kemih) atau traktus urogenital bawah atau
penyakit menular seksual melalui penyebaran hematogen.
Sebagian besar kasus disebabkan oleh virus mumps; virus penyebab lainnya adalah
virus Coxsackie, infeksi mononukleosis, echovirus, virus lymphocytic choriomeningitis
(LCM), virus Marburg, virus arbo kelompok B, virus Dengue, dan virus varicella-zoster.
Penyebab orkitis bakteri termasuk Neisseria gonorrhoeae, C. trachomatis, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Haemophilus influenzae dan
staphylococcus dan streptococcus. Pada pasien imunokompromis, kasus orkitis dilaporkan
disebabkan karena Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare
complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan
Candida albicans.
Insidens terjadinya orkitis pada laki-laki yang belum pubertas 14%. Orkitis sering
terjadi pada laki-laki prepubertal (<10 tahun); 70% kasus terjadi secara unilateral, dan 30%
secara bilateral dan pada laki-laki yang sudah pubertas lebih tinggi 30%-38%. Insidens
tertinggi terjadinya orkitis pada parotitis epidemika adalah pada usia 15-29 tahun. Sekitar
20% dari anak laki-laki dengan infeksi Mumps berkembang menjadi orchitis 4 sampai 7 hari
setelah parotitis.
Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan. Kasus ini bervariasi dan
berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga rasa sakit yang parah. Gejala sistemik yang
terkait meliputi kelelahan, myalgia, demam dan menggigil, mual, sakit kepala, serta nyeri
pada abdomen bagian bawah yang muncul tiba tiba. Testis yang terkena terasa nyeri,
bengkak, dan kulit disekitarnya menjadi merah dan edematous. Bila orkitis mengenai testis
kanan, tanda-tanda yang muncul dapat menyerupai apendisitis. Orkitis umumnya terjadi
selama 4 hari. Testis dapat terinfeksi dengan atau tanpa adanya epididimitis. Orkitis juga
dapat terjadi tanpa tanda-tanda parotitis. Orkitis bilateral terjadi pada 30% kasus. Walaupun
jarang, orkitis dapat disertai hidrokel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TESTIS

Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal. Fungsi
utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama testosteron.
Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan
sel spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat
dimana sel leydig berada.
Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu lapisan
yang disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat testis dibagi
menjadi 250 lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa
yang disebut dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal, lapisan
ini langsung berhubungan dengan kulit skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan
dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya. Testis terdapat di dalam skrotum
yang merupakan lapisan kulit yang tidak rata dimana dibawahnya terdapat suatu lapisan yang
disebut tunika dartos yang terdiri dari serabut-serabut otot.

Peredarahan darah testis memiliki keterkaitan dengan peredarahan darah di ginjal


karena asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari
aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari vasa deferensia yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari testis kembai ke pleksus
pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di anulus inguinalis interna akan
membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava
inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke dalam vena renalis kiri.3
Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening di
daerah interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan saluran limfe
testis kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri dan daerah hilus ginjal
kiri, paracaval kiri dan iliaka kiri
Epididimis merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang
berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis
dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan
menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis
berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi

Epididimis terbagi menjadi


3 bagian yaitu:
- Head of epididymis : dibentuk
oleh lobule yang berisi 12—14
duktus eferen.
- Body of epididymis
- Tail of Epididymis : bagian
epididimis yang akan menu vas
deferens.

Duktus deferen merupakan perpanjangan saluran epididimis. Duktus deferens:


- Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan
struktur yang kuat
- Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis
- Merupakan komponen utama spermatic cord
- Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal
- Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus
ejakulatori
- Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.
Vaskularisasi:
- Arteri : berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri
testicular.
- Vena : berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya
menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.
A. DEFINISI

Orkitis adalah proses inflamasi (peradangan) satu atau kedua biji testis (zakar).
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering
menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria yang
menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis.
70% kasus orchitis biasanya didahului dengan kejadian parotitis akibat infeksi
virus Mumps. Bakteri yang menyebabkan orchitis biasanya merupakan penyebaran dari
epididimitis pada pria yang aktif secara seksual atau pada pasien BPH.

B. ETIOLOGI

Penyebab orkitis umumnya adalah sebagai berikut.


1. Virus: mumps – 20% post pubertas; virus coxsackie
2. Bakteri: piogenik melalui penyebaran dari epididimis; bakteri yang termasuk adalah
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, P. aeruginosa, Staphylococcus,
Streptococcus atau Rickettsia, Brucella spp.
3. Lainnya:
a. Virus – HIV terkait, CMV
b. Jamur
1) Cryptococcosis
2) Histoplasmosis
3) Candida
4) Blastomycosis
5) Syphilis
c. Mycobacterium tuberculosis dan M. leprae
d. Penyebab parasitik: toksoplasmosis, filariasis, skistosomiasis
e. Trauma

Sebagian besar kasus disebabkan oleh virus mumps; virus penyebab lainnya adalah
virus Coxsackie, infeksi mononukleosis, echovirus, virus lymphocytic choriomeningitis
(LCM), virus Marburg, virus arbo kelompok B, virus Dengue, dan virus varicella-zoster.
Penyebab orkitis karena bakteri disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, C. trachomatis,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Haemophilus
influenzae dan staphylococcus dan streptococcus. Pada pasien imunocompremised, kasus
orchitis disebabkan karena Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium
intracellulare complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma gondii, Haemophilus
parainfluenzae, dan Candida albicans.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial,
aktinomikosis, penyakit jamur, Mycobacterium tuberculosis, dan Mycobacterium leprae.
Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran
selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.

C. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 20% pasien prepubertal (lebih muda dari 10 tahun) dengan mumps
berkembang menjadi orkitis. Kondisi ini terjadi secara umum pada pria remaja dan
postpubertal dengan mumps, terutama dalam dekade terakhir, dengan pengurangan
penggunaan vaksin measles, mumps, rubella (MMR). Gejala orkitis biasanya terjadi
beberapa hari setelah parotitis. Orchitis bakteri terisolasi bahkan lebih jarang dan
biasanya terjadi bersamaan dengan epididymitis. Hal ini terjadi pada laki-laki yang aktif
secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun
dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Atrofi testis unilateral terjadi pada 60% pasien
dengan orchitis.
Orchitis adalah komplikasi mumps yang paling umum. Pada pria pasca pubertas,
mempengaruhi sekitar 20% -30% kasus, 10% -30% bersifat bilateral. Orkitis biasanya
terjadi 1-2 minggu setelah parotitis. Dari testis yang terkena, 30% - 50% menunjukkan
atrofi pada testis.

D. PATOFISIOLOGI

Virus mumps menyebabkan gangguan testis pada manusia. Virus mumps bereplikasi
pada testis, dan sebuah penelitian morfologi testis pasien yang terinfeksi virus mumps
menunjukkan degenerasi epitel seminiferus. Gangguan spermatogenesis mungkin akibat
dari penurunan sekresi testosteron oleh sel Leydig. Aiman et al. menunjukkan bahwa sel-
sel Leydig rusak oleh virus mumps.
Orkitis adalah reaksi inflamasi testis akibat infeksi virus mumps yang ditandai
dengan pembengkakan testis yang disertai rasa nyeri. Orkitis biasanya terjadi satu sampai
dua minggu setelah pembengkakan kelenjar parotis. Muncul tiba-tiba, dapat disertai
kenaikan suhu, nyeri kepala, mual, dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Testis yang
terkena terasa nyeri, bengkak, dan kulit disekitarnya menjadi merah dan edematus. Bila
orkitis mengenai testis kanan, tanda-tanda yang muncul dapat menyerupai apendisitis.
Orkitis umumnya terjadi selama 4 hari. Testis dapat terinfeksi dengan atau tanpa adanya
epididimitis. Orkitis juga dapat terjadi tanpa tanda-tanda parotitis. Orkitis bilateral terjadi
pada 30% kasus. Walaupun jarang, orkitis dapat disertai hidrokel.
Pada awal infeksi, virus menyerang testis dan menimbulkan respon imun bawaan
sehingga diproduksi sitokin pro inflamasi dan kemokin yang meliputi TNF-, IL-6,
MCP-1, IFN-, dan IFN-. Virus menyerang testis dan menyebabkan inflamasi pada
testis serta terdapat infiltrasi limfosit pada jaringan interstisial. Kejadian tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intratestis yang kemudian dapat terjadinya atrofi testis
(volume testis < 12 mL; Normal 12-30 mL). Pada sekitar 30%-50% kasus orkitis, terjadi
atrofi testis. Tunika albugenia membentuk barrier terhadap edema, dan kenaikan
berikutnya pada tekanan intratestikular yang mengarah ke tekanan yang disebabkan oleh
atrofi testis.
Orkitis mumps jarang sampai menyebabkan infertilitas, namun dapat menyebabkan
terjadinya subfertilitas. Hal ini juga menyebabkan oligospermia, azoospermia, dan
asthenospermia (defek pada perpindahan sperma), namun pada umumnya bersifat
sementara. Fertilitas diperkirakan terjadi pada sekitar 13% pasien, sedangkan 30%-87%
pasien dengan orkitis mumps bilateral mengalami infertilitas.
Beberapa hipotesis mencoba menerangkan terjadinya infertilitas pada orkitis
parotitis epidemika. Penurunan fungsi sel Leydig dan kadar testosteron yang rendah pada
pasien dengan orkitis parotitis epidemika, diduga menjadi penyebab infertilitas. Selain
itu, peningkatan leuteinizing hormone (LH) dan respon yang berlebihan dari kelenjar
pituitari menyebabkan leuteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) terlepas pada
fase akut. Kadar testosteron basal akan kembali ke normal setelah beberapa bulan,
sedangkan follicle stimulating hormone (FSH) dan LHRH akan tetap meningkat sampai
10-12 bulan setelah fase akut. Hipotesis lain menjelaskan terjadinya infertilitas akibat
antibodi antisperma pada orkitis parotitis epidemika, namun hubungan kausalnya masih
belum jelas.

E. FAKTOR RISIKO
Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:
 Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
 Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
 Infeksi saluran kemih berulang
 Kelainan saluran kemih.

Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
 Berganti-ganti pasangan
 Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
 Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala klinis orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan. Kasus ini
bervariasi dan berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga rasa sakit yang parah.
Gejala sistemik yang terkait meliputi:
1) Kelelahan
2) Mialgia
3) Demam dan menggigil
4) Mual
5) Sakit kepala
6) Orchitis mumps mengikuti perkembangan parotitis selama 4-7 hari.
7) Dapatkan riwayat seksual

Orkitis mumps ditandai dengan serangan tiba-tiba dari pembengkakan testis,


nyeri, mual, muntah, dan demam. Rasa sakit dan pembengkakan mungkin mereda
dalam 1 minggu, tetapi nyeri dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Biasanya,
orkitis terjadi setelah parotitis terjadi, tetapi mungkin juga terjadi lebih dahulu. Orkitis
mumps tanpa parotitis jarang, tetapi dapat juga tidak dikenali. Fase akut infeksi diikuti
dengan nyeri, pembengkakan testis, demam, dan gejala umum. Peningkatan tekanan
intratestikular, menyebabkan iskemia atau virus itu sendiri dapat menyebabkan
kerusakan spermatogenesis yang ireversibel. Penurunan fungsi sel Leydig, terjadi
selama tahap akut, biasanya cepat pulih.
Orkitis akut mempunyai gambaran klinis yang jelas. Sedangkan prevalensi,
diagnosis dan gambaran klinis orkitis kronis sebagian besar tidak jelas. Orkitis tanpa
gejala kronis dapat secara sementara atau permanen memengaruhi spermatogenesis
dan menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sperma.
Gejala dan temuan klinis memainkan peranan yang besar dalam mendiagnosis
orkitis. Infeksi biasanya terjadi unilateral atau bisa juga bilateral. Pasien biasanya
hadir dengan onset nyeri skrotum yang bertahap dan ditemukan eritema dan
pembengkakan skrotum. Berdasarkan penyebabnya, manifestasi klinis dapat termasuk
disuria, hematuria, discharge uretra, massa skrotum, fistula skrotum, dan gejala
sistemik yang berhubungan seperti lelah, malaise, mialgia, demam, panas dingin,
muntah, dan sakit kepala. Pada proses infeksi akut, pemeriksaan fisik memperlihatkan
pembesaran testis (dan epididimis) dengan indurasi dan nyeri. Korda spermatika dapat
juga menjadi nyeri dan bengkak.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan testis menunjukkan hal berikut:
1) Pembesaran testis
2) Testis yang mengeras
3) Nyeri
4) Kulit skrotum eritematosa
5) Kulit skrotum edematous
6) Epididimis membesar berhubungan dengan epididymo-orchitis
7) Pada pemeriksaan dubur, ada prostat yang teraba (prostatitis). Sering dikaitkan
dengan epididymo-orchitis.
8) Temuan lainnya termasuk parotitis dan demam
9) Refleks kremaster
Reflek yang timbul dengan menggoreskan kulit paha bagian atas medial.
Refleks normal (yaitu, kontraksi otot kramaster ipsilateral yang menghasilkan
elevasi testis unilateral) muncul pada epididimitis atau orkitis, namun hampir
selalu absen dengan torsi testis
10) Prehn Sign
Dilakukan dengan mengelevasi testis ke atas. Phren sign dinyatakan positif
apabila nyeri berkurang apabila testis diangkat keatas. Tanda ini ditemukan
positif pada kasus epididymitis

3. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasound
Pemeriksaan ultrasound bertujuan untuk mengetahui kondisi testis,
menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
Pemeriksaan ultrasound biasanya menunjukkan pembesaran testis (dan
epididimis) secara homogen. Multiple small hypoechoic nodules pada
pembesaran testis dapat terjadi oleh orkitis tuberkulosa. Colour Doppler
Ultrasound dari testis biasanya menunjukkan hipervaskularisasi jaringan yang
terkait. Ultrasound merupakan pilihan pemeriksaan, dengan colour doppler
ultrasound yang sangat membantu pemeriksaan.
2) Pemeriksaan kultur urin
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dianjurkan untuk mendeteksi uretritis dan infeksi
gonokokus.
5) Urethral smear
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe
6) Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme penyebab
7) Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai
adanya patologi pada kandung kemih

G. Diagnosa Banding
1. Epididimitis
Epididimitis merupakan inflamasi epididimis (duktus ekskretori testis).
Penyebab epididmitis adalah Neisseria gonorrheae dan Chlamydia trachomatis.
Bakteri penyebab lainnya meliputi Escherichia coli, Staphylococcus, dan
Streptococcus. Keadaan ini dapat juga disebabkan oleh prostatitis, infeksi traktus
urinarius, dan sifilis. Laki-laki merupakan faktor predisposisi pada keadaan ini karena
mumps, tuberkulosis, prostatektomi, penggunaan kateter yang lama, dan trauma.
Pasien dengan epididimitis biasanya datang dengan onset nyeri yang bertahap
dimana lokasinya posterior testis dan kadang-kadang menyebar ke perut bagian
bawah. Meskipun pasien sering mengalami nyeri unilateral yang dimulai di
epididimis, rasa nyeri dapat menyebar ke testis yang berdekatan. Gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah, seperti demam, frekuensi, urgensi, hematuria, dan
disuria mungkin ada. Gejala-gejala ini umum pada epididimitis dan orkitis, tetapi
jarang pada torsio testis.
Gejala inflamasi paada epididimis meliputi nyeri skrotum dan ketidaknyamanan
yang menjalar ke selangkangan, serta nyeri dengan ejakulasi. Epididimis dapat
membesar, nyeri, dan keras saat dipalpasi.
Epididimitis dapat didignosis berdasarkan pemeriksaan fisik, urinalisis, kultur
urin, dan swab uretra untuk chlamydia dan gonorrheae. Pasien juga dapat mengalami
peningkatan jumlah sel darah putih (WBC).

2. Torsio Testis
Torsio testis didefinisikan sebagai terputarnya salah satu testis pada korda
spermatika. Hal ini mengganggu aliran darah ke testis, menyebabkan pembengkakan
pada skrotum. Hal ini bisa terjadi secara spontan atau karena trauma.
Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala seperti nyeri hebat
yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor predisposisi, ccrotum
yang membengkak pada salah satu sisi, mual atau muntah, sakit kepala ringan. Pada
awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark dapat
menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri kemerahan dan
bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman.
Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri
alih di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio merupakan
undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata
Torsio testis merupakan kegawatdaruratan bedah. Apabila tidak bisa diterapi
secara manual (scrotal elevation), maka pembedahan harus dilakukan dalam waktu 6
jam setelah onset gejala untuk mempertahankan fungsi testis normal.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting
adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip.
Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual,
dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan
ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi
direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk
pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
Contoh antibiotik:
1. Ceftriaxone

Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi


lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa IM 125-250
mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
2. Doxycycline

Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S
dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan
ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg
/ kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari

3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran
kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia
dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4. Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO
tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas
terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan
bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan

I. KOMPLIKASI
 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi
testis.
 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
 Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk
mengurangi tekanan dari tunika.
 Abscess scrotalis
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididymitis kronis
 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang
didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya
sementara.
 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki penderita
epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini
masih belum diketahui.

J. PENCEGAHAN
 Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya orkitis akibat gondongan. Saat ini
sudah tersedia vaksin untuk mumps yaitu MMR (measles, mumps, rubella) dan
MMRV (MMR plus varisela, untuk usia 1-12 tahun).
 Perilaku seksual yang aman dan terlindung (misalnya tidak berganti-ganti pasangan
dan menggunakan kondom) bisa mengurangi resiko terjadinya orkitis akibat
penyakit menular seksual.

K. PROGNOSIS
• Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10
hari.
• Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat
sembuh tanpa komplikasi.
KESIMPULAN

Orkitis adalah reaksi inflamasi testis yang sebagian besar kasus terjadi akibat infeksi
virus mumps yang ditandai dengan pembengkakan testis yang disertai rasa nyeri. Manifestasi
klinis lainnya dapat berupa disuria, hematuria, discharge uretra, massa skrotum, fistula
skrotum, dan gejala sistemik yang berhubungan seperti lelah, malaise, mialgia, demam, panas
dingin, muntah, dan sakit kepala. Penatalaksanaan orkitis tergantung dari penyebabnya.
Apabila penyebabnya virus (mumps), terapinya meliputi bed rest, ice packs, analgesik, dan
scrotal sling dapat membantu dari ketidaknyamanan yang menyertai orkitis mumps. Apabila
penyebabnya bakteri, terapinya menggunakan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab.
DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Mumps. In Epidemiology and
Prevention of Vaccine-Preventable Diseases, 13th Edition.
2. Ferri, F. F. 2016. Ferri’s Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. United States of America:
Elsevier Health Sciences. Halaman 892.
3. Nieschlag, E., Behre, H. M., and Nieschlag, S. 2010. Andrology: Male Reproductive
Health and Dysfunction, 3rd Edition. New York: Springer. Halaman 206, 266.
4. Terry, N. 2016. Orchitis: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. Article
Medscape.
5. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4. Jakarta:EGC.
6. Trojian, Thomas H. dkk. 2009. Epididymitis and Orchitis
7. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit.Jakarta : Media Aesculapius

You might also like