You are on page 1of 3

Sahabat Sejati dalam Islam

(Yunita Sari 712016095)

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sahabat
sejati adalah salah satu yang di butuhkan oleh setiap manusia. Sahabat sejati akan selalu
memotivasi dan membangkitkan kita manakala sedang terjatuh, membantu kita manakala
sedang kesusahan dan memerlukan bantuan, mengingatkan kita manakala kita salah dalam
langkah.
Dengan sahabat sejati, kita pun akan lebih leluasa untuk saling berbagi; berbagi cerita,
berbagi duka, berbagi tawa, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berbagi rahasia, dll. Namun
langkah sulitnya untuk mendapatkan sahabat sejati, sebab di dunia yang fana ini terlalu banyak
persahabatan dan/atau persaudaraan semu karena berdiri di atas pondasi yang rapuh, tolok ukur
yang keliru, tolok ukur berupa kepentingan-kepentingan duniawi bahkan di bangun atas dasar
kemaksiatan.
Dengan demikian maka tak heran di jaman sekarang ini kita sering menemukan orang
yang berteman atau bersahabat karena ada maunya saja, atau ketika dalam keadaan senang saja,
namun ketika keinginannya sudah tercapai dan/atau ketika temannya sedang dalam kesusahan,
maka tidak segan-segan dia meninggalkan temannya itu karena di anggap secara duniawi sudah
tidak penting, tidak menguntungkan dan tidak memerlukannya lagi.
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan
karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya.
Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat
sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus. Berbeda dengan
persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka,
selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari
Kiamat akan mendapat janji Allah.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, 'Di mana orang-orang yang saling mencintai
karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada
hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku." (HR. Muslim).
Dari Mu'adz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda, Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku
orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan
yang saling berkorban karena Aku." (HR. Ahmad).
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu , diceritakan, "Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada
saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Ke mana anda hendak pergi?
Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini', jawabnya, 'Adakah suatu kenikmatan yang
anda harap darinya?' 'Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa
Jalla', jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, "Sesungguhnya saya ini adalah
utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu
sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.
Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah
berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu
dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya "Allah
mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu." (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain
riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada
kelembutan. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada
kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya."
Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi
hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah
lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian." (HR. Imam
Malik).
Lantas, bagaimanakah kita bisa mengukur persahabatan sejati itu? Mari kita simak 12
ciri-ciri sahabat sejati menurut Imam Al Ghazali:
1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
2. Jika kau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan
membalas balik persahabatanmu itu.
3. Jika kau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya
membantu sesuai dgn kemampuannya.
4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut
dgn baik.
5. Jika ia memperoleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan
menghargai kebaikan itu.
6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, maka maka ia akan berupaya
menutupinya.
7. Jika kau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya
dengan sungguh-sungguh.
8. Jika kau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan
menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk
meringankan kesusahanmu.
10. Jika kau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
11. Jika kau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan
membantu rencana itu.
12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau perselisihan paham,
niscaya ia akan lebih senang mengalah demi menjaga persahabatan itu.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengingatkan: “Perumpamaan teman yang


shaleh dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman
dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak
wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan
pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak
sedap.” (HR. Bukhari & Muslim).

You might also like