Professional Documents
Culture Documents
PEDOMAN
PENINGKATAN MUTU
DAN KESELAMATAN PASIEN
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
PANGKALAN UTAMA TNI AL VII Lampiran Keputusan Karumkital Samuel J. Moeda
RUMKITAL SAMUEL J. MOEDA Nomor : Kep / 04 / I / 2019
Tanggal : Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan tekhnologi dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
(Undang–undang No.44 Th. 2009 tentang Rumah Sakit).
Rumkital Samuel J. Moeda bertugas pokok menyelenggarakan
pelayanan perumah sakitan tertinggi di jajaran Angkatan Laut, melalui
upaya-upaya pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu
dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif dalam
rangka mendukung tugas pokok Korps. Pelaksanaan tugas pokok tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor sumber daya
manusia.
Kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah proses
dinamis di berbagai area rumah sakit yang menekankan pada
perencanaan, perancangan, pengukuran, analisis dan perbaikan proses
klinis serta proses manajerial harus secara terus–menerus dikelola
dengan baik dengan kepemimpinan jelas sehingga tercapai hasil
maksimal.
1
Tujuan umum dari Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP) adalah untuk memberikan arahan dan pedoman
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
berkualitas.
2) Tujuan Khusus.
Secara khusus tujuan PMKP ini adalah:
a) Membuat suatu strategi yang komprehensif tentang upaya
peningkatan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dengan
pertimbangan utama kesejahteraan, perlindungan, keamanan, dan
keselamatan pasien.
b) Untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan
dalam upaya mencegah situasi yang dapat menimbulkan resiko
keselamatan pasien
c) Mengembangkan budaya keselamatan pasien di seluruh
area rumah sakit.
d) Menjelaskan otoritas dan tanggung jawab pihak-pihak yang
terlibat dalam eksekusi PMKP. Dalam hal ini melibatkan seluruh
staff rumah sakit untuk ikut serta berperan aktif dalam implementasi
PMKP.
e) Memfasilitasi komunikasi, pelaporan, dan dokumentasi
terhadap seluruh aktifitas peningkatan mutu dan keselamatan
pasien pada staf medis, non medis, dan manajemen.
2
2) BAB II Konsep Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit
3) BAB III Konsep Dasar Upaya
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
4) BAB IV Tata Laksana Kegiatan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di
Rumkital Samuel J. Moeda
5) BAB V Monitoring dan Evaluasi Indikator
Mutu dan Keselamatan Pasien
6) BAB VI Penutup
4. Landasan
a. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
dan Standar Pelayanan Medis, juncto Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 tentang
Keselamatan Pasien.
3
BAB II
KONSEP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
A. Pengertian
Mutu pelayanan kesehatan berarti memberikan pelayanan kepada
pasien dengan kompetensi yang handal, komunikasi yang baik,
pengambilan keputusan yang tepat, dan sensitifitas budaya yang kuat.
Mutu adalah konsep yang bersifat komprehensif dan multisegi yang
mengukur 1 atau lebih dimensi mutu, seperti diantaranya kompetensi
teknis, akses pelayanan, efektifitas, efisiensi, hubungan interpersonal,
kontinuitas, keselamatan, dan fasilitas.
Dimensi mutu merupakan kerangka kerja yang dapat digunakan
untuk menganalisa masalah kesehatan dan melakukan pengukuran
standar mutu. Setiap dimensi harus didefinisikan sesuai dengan konteks
lokal dan program spesifik yang digunakan rumah sakit. Penjelasan
dimensi mutu adalah sebagai berikut :
4
pelaksanaan norma pelayanan kesehatan dan
pedoman klinis. Efektifitas pelayanan terkait dengan
Efektifitas
tingkatan dimana hasil (outcome) yang diharapkan
dari pelayanan dapat tercapai. Pasien harus
mendapat pelayanan yang berdasarkan pada
informasi ilmiah dan pengetahuan terkini.
Pelayanan yang efisien adalah pelayanan yang
diberikan secara optimal ketimbang maksimal.
Efisiensi Efisiensi pelayanan adalah pelayanan yang
memberikan benefit yang besar meskipun dengan
sumber daya yang terbatas untuk menghindari
terbuangnya suplai, peralatan, waktu, ide-ide, dan
informasi secara percuma.
Hubungan interpersonal terkait dengan interaksi
antara pemberi pelayanan dan pasien, manager dan
Hubungan
interpersonal pemberi pelayanan, serta antara tim kesehatan dan
masyarakat. Hubungan interpersonal yang baik
terbangun apabila ada kepercayaan, kredibilitas,
respek, kerahasiaan, daya tanggap, dan empati.
Kontinuitas berarti pasien menerima pelayanan
kesehatan secara lengkap dan berkelanjutan sesuai
Kontinuitas
kebutuhannya tanpa ada interupsi, penghentian
sementara, atau bahkan pengulangan yang tidak
perlu. Ketiadaan kontinuitas dapat berimbas pada
efektifitas pelayanan, mengurangi efisiensi, serta
mengurangi kualitas hubungan interpersonal.
Keselamatan / safety berarti meminimalkan resiko
Keselamatan
terjadinya luka, infeksi, bahaya efek samping, dan
bahaya lain yang berhubungan dengan pemberian
pelayanan kesehatan. Dimensi ini melibatkan pasien
dan pemberi pelayanan. Safety tidak hanya menjadi
faktor yang penting pada pelayanan kesehatan yang
kompleks tapi juga pada pelayanan dasar.
Infrastruktur fisik berarti tampilan fisik dari fasilitas,
5
kebersihan, kenyamanan, privacy, dan aspek lain
Infrastruktur
yang penting bagi pasien. Insfrastruktur fisik yang
fisik
memadai dan membuat pasien/ keluarga/
pengunjung nyaman dapat meningkatkan kepuasan
mereka serta menunculkan keinginan untuk kembali
lagi mendapatkan pelayanan kesehatan.
6
Terintegrasi diorganisir, saling terhubung, dan dapat bekerja sama untuk
dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas harus
Sumber
didukung dengan sumber daya yang memadai seperti
daya yang
sumber daya manusia, dana, peralatan, suplai, dan fasilitas
memadai
fisik yang dibutuhkan oleh pasien.
7
Indikator
Indikator
Care is
Safe
Indikator
Indikator
Care is Care is
Indikator
Indikator Efficient Effective
PMKP
Care is
Equitable
Indikator
Indikator
B. PENENTUAN PRIORITAS
Karena keterbatasan sumber daya, rumah sakit tidak dapat
mengumpulkan data untuk mengukur segala sesuatu yang diinginkan.
Maka dipilihlah proses klinis dan manajerial serta hasil mana yang paling
penting untuk diukur berdasarkan misi, kebutuhan pasien, dan layanan
yang mereka sediakan. Oleh karena itu, pengukuran sering kali
difokuskan pada proses-proses yang berisiko tinggi bagi pasien, sering
sekali dilakukan, atau yang rawan masalah. Pemimpin rumah sakit
bertanggung jawab menetapkan seleksi terakhir ukuran penting apa saja
8
yang akan dimasukkan dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
mutu.
Kegiatan penentuan prioritas dilakukan di tingkat unit / bagian
karena permasalahan ada atau muncul pada tingkat tersebut. Setiap
unit/bagian akan menetapkan 1 (satu) atau lebih masalah dengan
mempertimbangkan hal-hal di bawah. Masalah yang menjadi prioritas ini
kemudian dijadikan indikator mutu dan dibuatkan cara pengukuran
sehingga memudahkan untuk memantau dan mengevaluasi hasil
perbaikan. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan penentuan prioritas
adalah (QPSP The University of Toledo Medical Centre, 2011):
a. Memiliki resiko tinggi (high risk)
b. Sering sekali dilakukan (high volume)
c. Merupakan rawan masalah (problem prone)
d. Penting untuk mewujudkan misi rumah sakit (important to
mission)
e. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
f. Kepuasan staf (staff satisfaction)
g. Kepuasan dokter (physician satisfaction)
h. Keluaran klinis (clinical outcome)
i. Keamanan (safety)
j. Memenuhi persyaratan/peraturan yang berlaku (regulatory
requirement)
9
BAB III
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN RUMKITAL SAMUEL J. MOEDA
A. PENGERTIAN MUTU
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan
(commitment)yang selalu dicurahkan pada pekerjaan.
c) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.
d) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan
pekerjaan.
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang
berbeda namun berimplikasi pada Superioritas sesuatu hal.
Peningkatan Mutu merupakan pendekatan terhadap proses
pembelajaran dan proses perbaikan Yang terus menerus dari proses
penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya.
Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah
sakit sebagai suatu sistem. Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan
outcome.
a. Struktur :
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya
keuangan dan sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Baik tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan
mutu komponen-komponen struktur itu.
b. Proses :
10
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien: evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan,
penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat
diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu
sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap
mutu asuhan.
c. Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi
lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan
kepuasannya serta kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian
besar tergantung kepada mutu struktur dan mutu proses yang baik.
Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur atau proses
yang buruk.
B. KEGIATAN PMKP
Kegiatan PMKP sesuai dengan konsep peningkatan mutu dan
standar Akreditasi RS (SNARS) Edisi 1 Secara garis besar dibagi dua
standarisasi dan pengukuran mutu RS dan Unit Kerja.
Penilaian standarisasi mulai dari input, proses dan output/outcome.
Standarisasi proses ditujukan untuk Asuhan klinis dan intergrasi
pelayanan. Standarisasi asuhan klinis dilaksanakan dengan penetapan 5
area Prioritas Panduan Praktek Klinis dan Clinical Pathway. Integrasi
pelayanan sesuai dengan konsep dimana pasien sebagai core pelayanan
asuhan pasien.
Kegiatan untuk mengukur mutu dengan menentukan indikator mutu
kunci RS dan indikator mutu Unit Kerja.
Penetapan 5 area prioritas dan indikator mutu kunci RS
berdasarkan high volume dari data 10 penyakit Terbanyak RS tahun 2018
sedangkan indikator mutu Unit Kerja disesuaikan dengan masalah utama
yang terjadi di Unit Kerja masing-masing. Kegiatan PMKP dibagi dua
kegiatan PMKP Rumah Sakit ( Prioritas ) dan kegiatan PMKP unit kerja.
1. Kegiatan PMKP Prioritas
11
Kegiatan PMKP pelayanan RS meliputi standarisasi asuhan klinis
dan pengukuran mutu dengan menetapkan 5 PPK dan CP prioritas serta
30 indikator mutu kunci RS.
Untuk melakukan pengawasan mutu, maka pimpinan menetapkan
Prioritas yang selanjutnya ditetapkan indikator-indikator prioritas
pelayanan yang terdiri dari Indikator Area Klinik (IAK), Indikator Area
Manajement (IAM), Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
(ISKP),Indikator Mutu Wajib Nasional.
Penetapan Prioritas Pelayanan di Rumkital Samuel J. Moeda pada
tahun 2019 adalah Pelayanan Bedah.
Dasar pemikiran: Pelayanan Bedah merupakan unggulan RS
Tujuan : Meningkatkan mutu asuhan pelayanan bedah secara
keseluruhan untuk mengurangi risiko terhadap proses asuhan pasien
Tujuan Khusus :
1. Kesesuaian dengan visi dan misi untuk menjadi rumah
sakit terbaik di Jakarta Selatan
2. Sebagai RS rujukan wilayah Selatan
3. Mengurangi angka kematian
4. Mengurangi komplain
5. Meningkatkan kepuasan pasien
6. Kendali mutu dan kendali biaya
2. Penyusunan Dokumen
Dalam rangka pelaksanaan standarisasi asuhan klinis maka
disusun dokumen sebagai berikut
Kebijakan penyusunan PPK dan CPP
menyusunan PPK dan CP untuk area prioritas
Panduan/SPO audit klinis
12
4. Monitoring melalui audit klinis secara berkala dan
berkesinambungan
5. Audit PPK/CP dilakukan praimplementasi dan
pascaimplementasi, dinilai kepatuhan implementasi PPK/CP
oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
6. Evaluasi pasca implementasi PPK/CP meliputi indikator
proses, indikator outcome dan varians
5 (lima) prioritas paduan praktik klinis-alur klinis dan/atau protocol
klinis dan atau prosedur dan/atau standing order sebagai panduan
standarisasi proses asuhan klinis yang dimonitor oleh Komite Medik
dengan tujuan sebagai berikut :
1) Melakukan standarisasi proses asuhan klinis
2) Mengurangi risiko dalam proses asuhan terutama yang
berkaitan asuhan kritis
3) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien
dalam memberikan asuhan klinis tepat waktu dan efektif
4) Memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam
penilaian kepatuhan penerapan alur klinis di area yang akan
diperbaiki ditingkat rumah sakit
5) Secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti
(“evidence based practices”) dalam memberikan asuhan
bermutu tinggi
13
1. Indikator Mutu Prioritas
a. AB Profilaksi
b. AFF DC 24 – 48 Jam Post Operasi
c. ILO 30 Hari Post Operasi
d. Ketersediaan Stok Obat Bedah
e. Respon Timen Pelayanan Bedah IGD
14
- Melakukan perbaikan berdasarkan perbandingan dengan rumah
sakit lainnya, baik tingkat nasional dan internasional
Secara rinci referensi dan informasi terkini yang diperlukan rumah
sakit dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien meliputi:
a) Literature dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan untuk
mendukung asuhan pasien terkini, misalnya pedoman nasional
pelayanan kedokteran dan international clinical guidelines informasi
lainnya sesuai kebutuhan rumah sakit, misalnya data indikator mutu
di tingkat nasional atau internasional.
b) Peraturan perundang-undangan terkait dengan mutu dan
keselamatan pasien di RS termasuk pedoman-pedoman yang
dikeluarkan oleh pemerintah
c) literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan
untuk mendukung penelitian (khusus untuk rumah sakit pendidikan)
d) literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan
untuk mendukung terselenggaranya manajemen yang baik
e) informasi lainya sesuai kebutuhan rumah sakit, misalnya data
indikator mutu di tingkat nasional atau internasional
Rumah sakit mempunyai regulasi system manajemen data, antara
lain meliputi :
a) RS mempunyai system manajemen data yang didukung dengan
teknologi informasi, mulai dari pengumpulan, pelaporan, analisis,
validasi, serta publikasi data untuk internal rumah sakit dan
eksternal rumah sakit. Publikasi data tetap harus memperhatikan
kerahasiaan pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b) Data yang dimaksud meliputi data dari indikator mutu unit dan
indikator mutu prioritas rumah sakit;
c) data dari pelaporan insiden keselmatan pasien; dan
d) data dari hasil monitoring kinerja staf klinis (bila monitoring kinerja
menggunakan indikator mutu)
e) data hasil pengukuran budaya keselamatan
f) Dua belas data pengukuran mutu nasional dari Kemenkes
1) Kepatuhan identifikasi pasien
2) Emergency respon time (EMT)
3) Waktu tunggu rawat jalan
4) Penundaan operasi elektif
15
5) Kepatuhan jam visit dokter
6) Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium
7) Kepatuhan pengguanaan Formularium Nasional (FORNAS)
hanya untuk RS provider BPJS
8) Kepatuhan cuci tangan
9) Kepatuhan upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien
jatuh
10) Kepatuhan terhadap clinical pathway
11) Kepuasan pasien dan keluarga
12) Kecepatan respon terhadap complain
Rumah sakit mempunyai regulasi dan bukti pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan oleh narasumber yang kompeten serta sertifikat
peserta pelatihan program pelatihan PMKP untuk pimpinan rumah sakit
dan semua staf yang terlibat dalam pengumpulan, analisa dan validasi
data mutu.
16
h. frekuensi pengumpulan data
i. frekuensi analisis data
j. metodologi analisis data
k. sumber data
l. penanggung jawab pengumpulan data
m. publikasi data
Rumah sakit menetapkan evaluasi pelayanan kedokteran dengan
panduan praktik klinik, alur klinis (clinical pathway) dan / atau protokol
klinis dan / atau prosedur dan atau standing order di prioritas pengukuran
mutu pelayanan klinis. Jumlah setiap tahun 5 PPK setiap KSM dengan
topik mengikuti prioritas mutu yang akan diperbaiki di RS.
Setiap unit kerja di Rumah sakit memilih dan menetapkan indikator
mutu yang dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja.Pimpinan unit
kerja melakukan supevisi terhadap proses pengumpulan data dan
pelaporan serta melakukan perbaikan mutu berdasarkan hasil capaian
indikator mutu. Indikator mutu unit meliputi SPM, indikator mutu nasional
(bila ada),indikator mutu prioritas RS (bila ada), indikator mutu prioritas
mutu unit, indikator mutu yang dikontrakan (bila ada), evaluasi kepatuhan
DPJP terhadap PPK (bila ada) dan data untuk OPPE – PPA (bila ada).
Program PMKP prioritas di rumah sakit dianailisis dan mempunyai
dampak terhadap peningkatan mutu dan efisiensi biaya.Bukti analisis data
dengan menggunakan metoda dan tehnik stastitik run chart/control
chart/pareto/Bar diagram. Bukti pelaksanaan analisis data meliputi analisis
trend, perbandingan dengan data eksternal atau RS lain, perbandingan
dengan standard an perbandingan dengan praktik terbaik.Direktur, kepala
bidang dan kepala unit menyampaikan hasil analisa, tindak lanjut
perbaikan serta hasil perbaikan prioritas. Direktur rumah sakit mengukur
keberhasilan program PMKP prioritas melalui :
a) Pengukuran capaian-capaian indikator area klinik dan area
manajemen
b) Pengukuran kepatuhan penerapan keselamatan pasien
c) Pengukuran kepatuhan pelakasanaan PPK-CP sehingga
mengurangi variasi dalam pemberian pelayanan
Pengukuran penggunaan sumber daya termasuk biaya yang
dipergunakan untuk perbaikan program prioritas rumah sakit tersebut.
17
Rumah sakit menetapkan regulasi validasi data indikator area klinik
yang baru atau mengalami perubahan dan data yang akan dipubliksikan.
Regulasi ini diterapkan dengan menggunakan proses internal validasi
data.Rumah sakit melaksanakan validasi data IAK yang akan dipublikasi
di web atau media lainnya termasuk kerahasiaan pasien dan keakuratan
sesuai regulasi.
Petugas dengan pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan cukup
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik. Disusun kebijakan
dan panduan validasi dan analisa data yang meliputi bagaimana
melakukan pencatatan, pengumpulan, validasi dan analisa data, metoda
dan tehnik statistik dalam melakukan analisa data; persyaratan kualifikasi
petugas yang melakukan analisa data; dan bagaimana sistem
pelaporannya.
Dalam pelaksanaan disusun SPO pencatatan, pengumpulan,
validasi dan analisa data. Frekuensi dari analisis data disesuaikan dengan
proses yang sedang dikaji dan sesuai ketentuan rumah sakit. Disusun
kebijakan frekuensi melakukan analisa data
Proses analisis yang dilakukan dengan membandingkan secara
internal, membandingkan dengan rumah sakit lain bila tersedia, dengan
standar yang ditetapkan oleh badan akreditasi dan membandingkan
dengan standar keilmuan serta membandingkan dengan praktek yang
baik.
Disusun kebijakan dan SPO analisa data dengan melakukan
perbandingan melalui empat cara. Bila rumah sakit mempublikasikan data
atau menempatkan data di website publik, pimpinan rumah sakit
menjamin reliabilitas data dan disusun Kebijakan dan SPO penyampaian
data ke publik.
F. KESELAMATAN PASIEN
Rumah sakit menyusun system pelaporan insiden keselamatan
pasien baik internal maupun eksternal antara lain meliputi:
a) Kebijakan
b) Alur pelaporan
18
c) Formulir pelaporan
d) Prosedur pelaporan
e) Insiden yang harus dilaporkan, yaitu kejadian yang sudah terjadi,
potensial terjadi, ataupun nyaris terjadi
f) Siapa saja yang membuat laporan
g) Batas waktu pelaporan
Rumah sakit menetapkan jenis kejadian sentinel, melaporkan dan
melakukan analisis akar masalah (root cause analysis). Adapun definisi
operasional kejadian sentinel adalah:
a) Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya:
- Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi pasien, contoh: kematian
setelah infeksi pasca operasi atau emboli paru
- Kematian bayi aterm
- Bunuh diri
b) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien atau
kondisi pasien
c) Operasi salah tempat, salah prosedur, salah pasien
d) Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fatal akibat tranfusi darah
atau produk darah atau transplantasi organ atau jaringan
e) Penculikan anak termasuk bayi, atau anak termasuk bayi
dikirimkan ke rumah bukan rumah orang tuanya
f) Perkosaan atau kekejaman ditempat kerja, seperti penyerangan
(berakibat kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau
pembunuhan (yang disengaja) atas pasien, anggota staf, dokter,
mahasiswa magang, siswa latihan, pengunjung atau vendor/pihak
ketiga ketika berada di dalam lingkungan rumah sakit
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan analisis data
KTD dan mengambil langkah tindak lanjut. Analisi dilakukan untuk semua
hal berikut ini:
a) Semua reaksi tranfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk
rumah sakit
b) Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jika sesuai
sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah sakit
c) Semua kesalahan pengobatan yang signifikan jika sesuai
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan
diagnosis pasca operasi
19
e) Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau
mendalam dan pemakaian anestesi
f) Kejadian-kejadian lain, misalnya:
- Infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau
wabah penyakit menular sebagaimana yang didefinisikan
oleh rumah sakit.
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk analisis Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) dan Kejadian Tidak Cedera (KTC) dalam system pelaporan
insiden keselamatan pasien internal dan eksternal. Proses mengumpulkan
dan analisis data untuk dilakukan kajian perubahan proses agar dapat
mengurangi atau menghilangkan KNC dan KTC.
Keselamatan Pasien/pasien safety merupakan issue global dan
nasional bagi rumah sakit dan merupakan komponen penting dari mutu
pelayanan kesehatan, serta merupakan prinsip dasar dalam pelayanan
pasien dan komponen kritis dalam manajemen mutu (WHO, 2004).
Keselamatan pasien atau Patient Safety adalah : Pasien bebas dari
cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang
potensial akan terjadi ( penyakit, cedera fisik atau sosial atau psikologis
atau cacat, kematian dll ) terkait dengan pelayanan kesehatan.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah : setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
atau cidera yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden keselamatan pasien Berdasarkan Permenkes Nomor 1691
Tahun 2011 : Insiden Terdiri Dari 5 Jenis, yaitu :
a. Kejadian Sentinel
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
e. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Definisi kejadian sentinel (Sentinel Event) adalah Kejadian yang
menyebabkan kematian atau kerugian atau kecacatan permanen yang
bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya
dapat dicegah.
20
Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :
a. Kejadian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yg mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri).
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya. (contoh pada
operasi pengangkatan batu ginjal, tidak sengaja ureter pasien
terpotong, tidak dapat dikoreksi sehingga 1 ginjal tidak berfungsi).
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah (contoh
amputasi kaki kiri tapi yg diamputasi kaki kanan. Pasien bekas
sectio caesarea akan melahirkan dalam protap tidak boleh diinduksi
tetapi dilakukan induksi dg pitocin drip sehingga uterus ruptur dan
pasien meninggal, salah identifikasi pasien yg dioperasi).
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain
yang bukan orang tuanya.
Kejadian Tidak Diharapkan atau KTD (Adverse Event) adalah
Kejadian yang menyebabkan cedera atau komplikasi yang tidak
diharapkan sehingga menyebabkan perawatan lebih lama, kecacatan atau
kematian yang bukan oleh proses penyakit.
Kejadian tidak diharapkan antara lain :
a. Reaksi tranfusi di rumah sakit
b. Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak
diharapkan
c. Kesalahan medis (medical error) yang menyebabkan kecacatan
dan perpanjangan hari rawat
d. Ketidak cocokkan yang besar (major) antara diagnosis pre operasi
dan pasca operasi
e. Kejadian tidak diharapkan pada pemberian sedasi moderat dan
anestesi
f. Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi
Kejadian Nyaris Cedera atau KNC (Near Miss) adalah Kejadian
yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena
21
faktor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) meliputi keadaan sebagai berikut :
Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan
dengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari atau dicegah dan
perlu dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS.
Kesalahan peresepan obat ; salah nama pasien, salah obat, salah
dosis, salah jumlah obat, salah rute pemberian obat
Salah mendiagnosa penyakit, tapi segera diketahuai
Salah marking pre operasi,tapi segera diketahui saat operasi.
Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah terpapar
kepada pasien tapi tidak menimbulkan cedera.
- Pasien salah minum obat tapi tidak alergi
- Pasien terjatuh dari tempat tidur tapi tidak ada cedera serius
Kondisi Potensial Cedera ( KPC ) adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera tapi belum terjadi insiden.
Daftar Kondisi Potensial Cidera (KPC)
a. Bangunan
1. Atap pecah / bocor
2. Tembok retak
3. Plafon retak
4. Plafon berlubang
5. Plafon bocor
6. Ubin pecah/berlubang
7. Lantai berlumut
8. Kaca retak
9. Jendela rusak
10. Pintu rusak
11. Pipa air bocor
12. Keran air bocor
13. Talang air bocor / meluap
14. Saluran pembuangan air tersumbat
15. Lantai basah/licin
22
16. Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah
23
Kamar Operasi
1. Kauter tidak berfungsi dengan baik
2. Warmer tidak berfungsi dengan baik
Kamar Bersalin
1. Alat NST tidak berfungsi dengan benar
2. Incubator tidak siap pakai/rusak
3. Alat Doppler tidak berfungsi
Radiologi
1. Alat tidak berfungsi
dengan baik
2. Tampilan gambar tidak
jelas
d. Obat
1. Obat High alert
tidak tertandai dengan benar
2. Penyimpanan obat
high alert yang tidak benar
3. Penyimpanan obat
tidak sesuai aturan prosedur
4. Tidak tersedia atau
tidak lengkapnya obat emergency setelah di gunakan
5. Penyimpanan obat
pasien tidak dilakukan dengan benar
Kesalahan Medis (Medical errors) adalah Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana
yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah :
Suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan
24
tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan
kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
INTERNAL :
Satuan Kerja melaporkan insiden ke KOMITE/TIM
KESELAMATAN PASIEN
EKSTERNAL :
Komite Mutu melakukan Input data setiap ada laporan Insiden
Keselamatan Pasien ke KKPRS – PERSI.
Analisis secara intensif terhadap data dilakukan jika terjadi
penyimpangan tingkatan, pola atau kecenderungan dari KTD. Kebijakan
pimpinan rumah sakit dan disusun Pedoman mengenai analisis terhadap
hal-hal berikut : semua reaksi transfusi yang terjadi di rumah sakit; semua
kesalahan obat yang signifikan, jika terjadi sesuai definisi yang ditetapkan
rumah sakit; semua kesalahan medis yang signifikan, jika terjadi definisi
yang ditetapkan rumah sakit; semua ketidak cocokan yang besar (major)
antara diagnosis pre-operasi dan pasca-operasi; kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau pola KTD selama pemberian sedasi moderat atau
dalam dan anestesi; dan kejadian lain, seperti wabah penyakit infeksi.
Keselamatan Pasien suatu sistem dimana RS membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen identikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan analisis insiden,
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
25
1 Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun
3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun
4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sering Terjadi dalam minggu / bulan
Likelihood 1 2 3 4 5
Sangat Sering Terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Tiap mgg /bln)
5
Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Bebrp x /thn)
4
26
Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn/x)
3
Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(2-5 thn/x)
2
Sangat jarang sekali (>5 Low Low Moderate High Extreme
thn/x)
1
27
RISIKO RENDAH, RISIKO SEDANG RISIKO TINGGI RISIKO EKSTRIM
DILAKUKAN DILAKUKAN DILAKUKAN RCA DILAKUKAN RCA
INVESTIGASI INVESTIGASI PALING LAMA 45 PALING LAMA 45
SEDERHANA SEDERHANA HARI KAJI DENGAN HARI
PALING LAMA 1 PALING LAMA 2 DETIL & PERLU MEMBUTUHKAN
MINGGU MINGGU. TINDAKAN SEGERA TINDAKAN
DISELESAIKAN MANAJER / SERTA SEGERA,
DENGAN PIMPINAN KLINIS MEMBUTUHKAN PERHATIAN
PROSEDUR RUTIN SEBAIKNYA PERHATIAN SAMPAI KE
MENILAI DAMPAK TOP MANAJEMEN DIREKTUR
TERHADAP BIAYA
DAN KELOLA
RISIKO
TINDAKAN
SESUAI GRADE RISIKO
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam
table matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari
warna bands risiko.
a. Skor Risiko
28
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen
risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama,
maka untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands risiko.
Skala prioritas bands risiko adalah
Bands biru : Rendah / Low
Bands hijau : Sedang / Moderate
Bands kuning : Tinggi / High
Bands merah : Sangat tinggi / Extreme
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu: biru, hijau, kuning, dan merah.
c. Jenis Investigasi
1. Investigasi Sederhana (Mini RCA)
Adalah investigasi yang diperlukan untuk mencari penyebab
langsung insiden dan akar penyebab insiden secara sederhana .
Grade Biru dan hijau
29
Rumah sakit menyusun kebijakan untuk melakukan identifikasi dan
analisis kejadian nyaris cedera (KNC) termasuk jenis kejadian yang
dilaporkan sebagai KNC dan pedoman pelaporan KNC.
RCA FMEA
Reaktif Proaktif
Kejadian spesifik Proses spesifik
Diagram kronologis Diagram alur proses
“Apa yang telah “Apa yang bisa terjadi?”
Fokus pada potensi
terjadi?”
kegagalan proses suatu
Fokus pada kegagalan
sistem
system
Mencegah kegagalan
Mencegah kegagalan sebelum terjadi
muncul kembali
G. MANAJEMEN RESIKO
Rumah sakit berkewajiban untuk mengidentifikasikan dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal
ini mencakup seluruh area rumah sakit, termasuk seluruh area pekerjaan,
tempat kerja juga area klinis.Rumah sakit memastikan adanya sistem
yang kuat dan menjamin terdapatnya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko.
Hal ini meliputi dua hal :
1. Identifikasi risiko proaktif dan pengelolaan risiko-risiko
utama.adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit
mencapai tujuan.Disebut mencari karena risikonya belum muncul.
30
2. Reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko
muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden atau gangguan
Program manajemen risiko berkelanjutan digunakan untuk
melakukan identifiksai dan mengurangi cedera dan risiko lain terhadap
keselamatan pasien dan staf. Komponen penting dalam program
manajemen risiko formal meliputi:
1) Identifikasi risiko
2) Prioritas risiko
3) Pelaporan risiko
4) Manajemen risiko
5) Investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
6) Manajemen terkait tuntutan (klaim)
Ruang lingkup manajemen risiko rumah sakit yang meliputi namun
tidak terbatas pada:
a) Pasien
b) Staf medis
c) Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di rumah sakit
d) Fasilitas rumah sakit
e) Lingkungan rumah sakit
f) Bisnis rumah sakit
Dalam menerapkan manajemen risiko rumah sakit perlu
memperhatikan proses-proses berisiko yang dapat terjadi pada pasien
yang antara lain meliputi:
- Manajemen pengobatan
- Risiko jatuh
- Pengendalian infeksi
- Gizi
- Risiko peralatan
- Risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung
H. BUDAYA KESELAMATAN
Budaya keselamatan pasien merupakan hal yang medasar di
dalam pelaksanaan keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus
menjamin penerapan keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan
yang diberikannya kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008).
Pengukuran budaya keselamatan pasien juga perlu dilakukan oleh
rumah sakit. Budaya keselamatan juga dikenal sebagai budaya yang
aman, yakni sebuah budaya organisasi yang mendorong setiap indivindu
31
anggota staf (klinis atau administrative) melaporkan hal-hal yang
menghawatirkan tentang keselamatan atau mutu pelayanan tanpa imbal
jasa dari rumah sakit.
Direktur rumah sakit melakukan evaluasi rutin sesuai jadwal yang
tetap dengan menggunakan beberapa metode, survey resmi, wawancara
staf, analisis data dan diskusi kelompok.
32
digunakan dalam pengendalian mutu. Metode ini dapat digunakan dalam
lingkungan pelayanan kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal
kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian
kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os
customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap
bagian di Rumkital Rumkital Samuel J.Moeda .
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer
untuk proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus
menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik
dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar
1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan
dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan
koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan
keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.
Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan
dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus
menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan
perbaikan berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and
Improvement under P-D-C-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 2.
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya dapat berfungsi
jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar
berikut:
Peningkatan
33
A P Standar
Pemecahan masalah
C D
dan peningkatan
Standar
Gambar 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
FOLLOW - UP
CORRECTIVE
ACTION
IMPROVEMENT
Action Plan
(3) Menyelenggarakan
pendidikan dan latihan
(5) Memeriksa Akibat
(4) Melaksanakan
Pekerjaan
Check Do
1. Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara
penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana
yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil
akhir yang dicapai dalami perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja
sebagai upaya penyelesaian masalah yang terkait dengan mutu.
Pemimpin rumah sakit akan menetapkan dan membuat prioritas hal-hal
yang akan dimonitor. UPM bertanggung jawab dalam menyusun PPMKP
dan menghubungkan dengan bagian terkait dalam penyusunan frekuensi
pemantauan,penetapan bagaimana cara dan kapan seharusnya
mengumpulkan data,penggunakaan alat statistik untuk analisa data, serta
format dan tata cara pencatatan. UPM juga mengkoordinasikan hal-hal
terkait sumber daya yang digunakan, waktu untuk implementasi dan
mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit.
2. Pelaksanaan (Do)
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan
keterlibatan staf lain diluar anggota tim, perlu terlebih dahulu
35
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Setiap
bagian harus mengimplementasikan perencanaan yang telah disetujui dan
menetapkan orang yang bertanggung jawab untuk setiap tugas. Apabila
diperlukan, Komite Mutu dan Manajemen Risiko akan memberikan yang
sesuai.
3. Pemeriksaan (Check)
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan hasil yang telah dicapai. Orang yang bertanggung jawab dalam
pemantauan program mutu (Person In Charge/ PIC) harus mengumpulkan
data dan menganalisa data tersebut sesuai dengan perencanaan yang
telah disetujui. Apabila ada kegagalan atau kinerja yang buruk, PIC dapat
merekomendasikan tindakan perbaikan dan diberikan kepada pimpinan
untuk mendapat persetujuan. Apabila telah disetujui, makan mereka harus
mengimplementasikan tindakan perbaikan tersebut.
4. Perbaikan (Action)
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan
rencana kerja,lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain.
Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali.Pemantauan kemajuan serta hasil yang dicapai juga
perlu dilakukan untuk menyusun rencana langkah selanjutnya. Ketika hasil
yang diperoleh positif,prosedur kemudian diimplementasikan sebagai
sebuah ’Standar Prosedur’. Jika terjadi kegagalan, maka sebuah rencana
baru harus segera disusun sesuai dengan arahan dan prioritas yang
ditetapkan oleh pimpinan and kembali ke awal sesuai lingkaran PDCA.
Semua perencanaan dan upaya perbaikan akan disebarluaskan
kepada seluruh staf sesuai dengan Perencanaan Komunikasi RS Samuel
J. Moeda.Penyebarluasan informasi dapat dilakukan melalui intranet dan
presentasi laporan bagi staf terkait. Meskipun demikian, pada beberapa
kasus tertentu seluruh staf harus diinformasikan. Petunjuk teknis
pelaksanaan PDCA terlampir.
36
BAB IV
TATA LAKSANA KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMKITAL SAMUEL J. MOEDA
A. STRATEGI.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS Samuel J.
Moeda maka disusunlah strategi sebagai berikut :
1. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep
dasar dan prinsip mutu pelayanan RS Samuel J. Moeda sehingga
dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di
masing-masing unit kerjanya.
2. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber
daya manusia di RS Samuel J. Moeda, serta upaya meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
3. Menciptakan budaya mutu di RS Samuel J. Moeda termasuk
di dalamnya menyusun program mutu RS Samuel J. Moeda
dengan pendekatan PDCA cycle.
4. Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan
masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang
berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini
adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian
sangat penting dari seluruh proses siklus (daur), karena akan
menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan
pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul apabila :
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan Standar
yang ada terdapat penyimpangan
b. Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan
tersebut.
37
masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap
merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap
pertama.
38
Laboratorium pelayanan
laboratorium kimia
darah rawat inap
3. Layanan radiologi Pelayanan Radiologi Karu Radiologi
dan pencitraan dan Diagnostic
diagnostik Imaging
4. Prosedur-prosedur Keterlambatan waktu Kabag Bedah
Bedah operasi
5. Penggunaan Kepatuhan penulisan Kabag Farmasi
Antibiotik dan obat sesuai
Sedasi
8. Penggunaan darah Pemenuhan kebutuhan Kabag jangklin
dan darah bagi setiap
39
No Indikator Judul indikator PIC
1 Pengadaan suplai Ketersediaan obat Kabag Farmasi
serta obat-obatan pasien rawat jalan
TB KupangSamuel J.
Moeda
peristiwa yang
membahayakan
keselamatan
pasien,
40
keluarga pasien
dan staf
41
dan bulanan. Akan dikembangkan sistem pencatatan dan
pelaporan berbasis Tekhnologi Informasi.
42
d. Standar 1.4 Perbaikan mutu dan program keselamatan
pasien terkoordinasi dan program informasi dikomunikasikan
ke staf.
Implementasi: Bagian Administrasi Tim Mutu dan Manajemen
Risiko membuat agenda rapat rutin dan bukti hasil rapat
menyangkut perbaikan mutu dan keselamatan pasien, yang
disosialisasikan kepada seluruh staff. Agenda rapat mutu dan
patient safety dilakukan tiap 3 bulan.
e. Standar 1.5 Staf di training untuk berpartisipasi dalam
program
Implementasi : Bagian Diklat membuat program training yang
konsisten untuk staff sesuai dengan tugas mereka dalam
peningkatan mutu (Pelatihan analisa dan validasi data pemantauan
mutu) dan program Patient Safety (pelatihan patient safety officer)
43
Implementasi : Ketua Tim Mutu menyusun SPO tentang Validasi data.
( Lihat SPO Validasi Data ).
5. Standar 5. Rumah sakit menggunakan proses internal untuk
melakukan validasi data.
a. Standar 5.1. Apabila rumah sakit mempublikasikan data
atau mengunggah (posting) data pada situs jaringan public,
pimpinan rumah sakit harus memastikan bahwa data
tersebut dapat dipercaya.
Implementasi : Kainfollahta menyusun SPO publikasi data. (Lihat
SPO Publikasi data mutu )
6. Standar 6. Rumah Sakit menggunakan proses yang telah
ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel.
Implementasi : TKPRS mengajukan SK Pengelolaan sentinel event,
Sosialisasi SK Pengelolaan sentinel event kepada seluruh staf. ( Lihat
Kebijakan RS tentang Penanganan Sentinel Event ).
7. Standar 7. Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang
tidak diinginkan dari data itu.
Implementasi : TKPRS melakukan RCA setiap kasus sentinel,
melaporkan dan mensosialisasikan hasil analisa kepada seluruh staf.
Sesuai SK pengelolaan sentinel event.
8. Standar 8. Rumah Sakit menggunakan proses yang telah
ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegagalan.
Implementasi : TKPRS menetapkan definisi near miss, mengumpulkan
data kejadian near miss, mengevaluasi kejadian near miss dan
mensosialisasikan hasil evaluasi kepada seluruh staff untuk mencegah
terjadinya. ( Lihat kebijakan RS tentang Pengelolaan pasien Near Miss )
9. Standar 9. Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan
berkelanjutan.
Implementasi : Ka TIM MUTU dan Ka TKPRS menyusun dan
mendokumentasikan program dengan metode PDCA.
10. Standar 10. Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada
areaprioritas yang telah diindentifikasi oleh pimpinan rumah sakit
Implementasi : Ka TIM MUTU dan Ka TKPRS menyusun dan
mendokumentasikan program dengan metode PDCA.
11. Standar 11. Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi KTD dan risiko
keselamatan pasien lainnya dan staf.
44
Implementasi : Ketua Tim Manajemen Risiko menyusun kerangka kerja,
melaksanakan dan mendokumentasikan proses prioritas risiko untuk
dilaporkan kepada pimpinan untuk diambil tindakan perbaikan design
ulang proses berisiko tinggi berdasarkan analisis (Health Failure Mode
Effect Analysis/ HFMEA).
45
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI INDIKATOR MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data
46
Cara pengukuran Jumlah kumulatif pasien pasien
dalam 1 bulan
Standar 100% pasien dilayani < 5 menit dari pasien datang sampai
dilayani dokter
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa data terhadap waktu tanggap pelayanan dokter di Gawat
Darurat.Untuk bulan berikutnya analisa akan dilakukan pula
terhadap kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik akan
dipasang di papan pengumuman.
47
Verifikator Karu UGD
2. Pelayanan Laboratorium
Judul Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium kimia
darah rawat inap
Dimensi Input X Proses Output
Alasan dan implikasi Hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat dan akurat penting
bagi klinisi untuk menegakkan diagnosa medis. Penundaan
dalam menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium
mengacaukan rencana kerja yang sudah dibuat klinisi serta
meningkatkan risiko pada pasien akibat tertundanya
pemberian/pelaksanaan terapi.
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Denominator Jumlah pasien rawat inap yang diperiksa kimia darah dalam
1 bulan
48
Standar 100% pasien rawat inap yang diperiksa kimia darah nya
akan menerima hasil dalam waktu < 140 menit
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, dan akan akan
melakukan analisa data terhadap waktu tunggu hasil
laboratorium. Untuk bulan berikurtnya analisa akan di lakukan
pula terhadap kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Data di sebarkan pada staf :data berupa grafik akan di
pasang di papan pengumuman intalasi laboratorium
49
sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosa yang tentunya
harus dilakukan dalam waktu yang tepat.
hasil Definisi Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang
Operasional waktu mulai pasien difoto sampai dengan foto selesai
diekspertise yang diukur dengan satuan jam. Pelayanan
thorax foto yang akan dipantau adalah khususnya ditujukan
bagi pasien rawat jalan pasien umum dengan target waktu <
3 jam.
Numerator Jumlah pasien umum rawat jalan yang di foto thorax dengan
waktu tunggu < 3 jam dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien umum rawat jalan yang difoto thorax yang di
foto thorax dalam 1 bulan
50
Format Harian IAK 3
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa data waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto pada
pasien umum rawat jalan.Untuk bulan berikutnya analisa akan
dilakukan pula terhadap kecenderungan kenaikan atau
penurunan angka capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data
berupa grafik akan dipasang di papan pengumuman.
Alasan dan implikasi Formularium nasional adalah daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam
pemakaian obat disuatu rumah sakit yang dipilih secara
51
rasional, berdasarkan informasi obat yang sah dan
kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Standar 100%
52
Format Harian IAK 5
yang
diorder
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa data kepatuhan penulisan obat sesuai formularium
nasional.Untuk bulan berikutnya analisa akan dilakukan pula
terhadap kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik
akan dipasang di papan pengumuman.
53
pasien yang meliputi kejadian yang tidak diharapkan
(KTD),kejadian nyaris cedera (KNC),kejadian sentinel dan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker dan
tenaga farmasi,pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
Standar 100%
54
5
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa dataKejadian nyaris cedera peresepan obat.Untuk
bulan berikutnya analisa akan dilakukan pula terhadap
kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik
akan dipasang di papan pengumuman.
Alasan dan implikasi Anastesi spinal memiliki komplikasi dini maupun lambat.
Komplikasi tersebut berupa gangguan pada sirkulasi
(hipotensi, bradikardi), gangguan respirasi dan ggangguan
gastrointestinal.Tingginya angka operasi dengan spinal
anastesi mendasari perlunya pemantau terhadap efek dari
spinal anastesi , melihat besarnya dampak yang ditimbulkan.
Definisi Operasional Kejadian yang tidak diharapkan dari anestesi spinal (mual-
muntah)
55
Data
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa data pasien dengan komplikasi anestesi.Untuk bulan
berikutnya analisa akan dilakukan pula terhadap
56
kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik
akan dipasang di papan pengumuman.
Alasan dan implikasi Tranfusi darah (PRC) berguna untuk mengatasi kondisi yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain, Terpenuhinya kebutuhan darah
bagi setiap pasien menggambarkan telah terjalin hubungan
yang efektif antara rumah sakit dengan Bank Darah
57
Cara pengukuran Seluruh pasien yang terpenuhi kebutuhan
dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan
tranfusi.Untuk bulan berikutnya analisa akan dilakukan pula
terhadap kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik
akan dipasang di papan pengumuman.
Verifikator WS Kabagwat
58
8. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medis
Alasan dan implikasi Kelengkapan dokumen rekam medis merupakan hal sangat
penting karena berpengaruh terhadap proses yang dilakukan
oleh petugas medis dan mempengaruhi kualitas dan pelayan
suatu rumah sakit.
59
Standar 100% ringkasan pulang 24 jam setelah pelayanan rawat
inap selesai terisi lengkap
Verifikator Kataud
Alasan dan implikasi Infeksi nosokimial merupakan salah satu indicator dari
keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Infeksi nosokimial meningkatkan biaya
keperawatan kesehatan secara signifikan,lamanya masa
dirawat di institusi layanan kesehatan,dan masa penyembuhan
yang memanjang akan menambah pengeluaran klien.
60
Dimensi Mutu Keselamatan dan kenyamanan
Definisi Operasional Terjadinya infeksi pada luka tusukan infus yang dipasang di
rawat inap dalam periode waktu lebih dari 2 X 24 jam (hari ke
3 dst)
Standar 0%
Format Harian -
Rencana Analisis -
Verifikator PPI
61
Dimensi X Input Proses X Output
Alasan dan implikasi Tingkat ketersediaan obat merupakan alat ukur untuk
mengetahui manajemen obat yang dilaksanakan di rumah
sakit. Apabila obat-obat ini telah dapat dipenuhi maka
keterlambatan pelayanan obat tidak akan terjadi
dst
62
Verifikator Pengumpul Data
63
Dimensi Mutu Efektivitas
dalam 1 bulan
x100%
dst
64
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan
dilakukananalisa Kepatuhan kontrol pasien TB di RSSamuel
J. Moeda. Untuk bulan berikutnya analisa akan dilakukan pula
terhadap kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian.Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa grafik
akan dipasang di papan pengumuman.
Verifikator Petugas TB
3. Manajemen Resiko
Judul Dilakukan FMEA setahun sekali
Definisi Operasional FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah metode
perbaikan kinerja dengan mengidentifikasikan dan
mencegah potensial kegagalan sebelum terjadi.
65
Hal tersebut di design untuk meningkatkan keselamatan
pasien . Hal ini merupakan langkah proaktif dimana
kegagaln dapat dicegah dan doprediksi.
Frekuensi Pengumpulan -
Data
Numerator -
Denominator -
Cara pengukuran -
Sumber Data
Standar -
Alasan dan implikasi Pemanfaatan ruang VIP secara efektif merupakan penggunaan
sumber daya rumah sakit yang akan meningkatkan
pendapatan rumah sakit
66
Nembrala
Standar 100%
dst
Verifikator Karu
67
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
68
Format Harian IAM 5
Baik
Verifikator Karu
Alasan dan implikasi Kepuasan kerja perawat adalah pernyataan puas oleh perawat
terhadap kepemimpinan, motivasi dan kesejahteraan. Pegawai
yang dimaksud adalah pegawai yang telah bekerja minimal 1
tahun, tidak sedang cuti, dan masih aktif bkerja di RS
marinerSamuel J. Moeda
69
perawatan 3 hari diruang rawat inap
Dst
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan dilakukan
analisa kepuasan pasien. Untuk bulan berikutnya analisa akan
dilakukan pula terhadap kecenderungan kenaikan atau
penurunan angka capaian.Data disebarluaskan pada staf : Data
70
berupa grafik akan dipasang di papan pengumuman.
Verifikator Karu
Alasan dan implikasi Pencatatan yang reguler sangat diperlukan untuk memberikan
informasi kepada unit kesehatan masyarakat dalam rangka
kegiatan preventif untuk mengurangi penyebaran wabah yang
terjadi.
Definisi Operasional Demografi pasien dengan diagnose DHF adalah data pasien
dengan diagnose klinis DHF yang meliputi umur, jenis
kelamin dan wilayah tempat tinggal
Numerator -
Denominator -
Cara pengukuran -
Standar -
71
Format Harian IAM 6
dst
Verifikator Karu
8. Manajemen keuangan
72
RS
Standar 100%
Dst
73
Rencana Analisis Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, akan
dilakukananalisa demografi pasien dengan diagnose DHF
kepuasan pasien .Datadisebarluaskan pada staf : Data berupa
grafik akan dipasang di papan pengumuman.
Verifikator Bendahara
Alasan dan implikasi Salah satu cara untuk menilai keberhasilan Tim PPI adalah
menilai tingkat keberhasilan para pekerja di rumah sakit seperti
Dokter,Perawat,Bidan dan pekarya dan melaksanakan hand
higyene yang bertujuan untuk mencegah penularan penyakit di
RS.
74
Numerator Jumlah orang (yang disurvey) yang benar melakukan
tindakan hand higyene dalam 1 bulan
Standar 100%
Y T Y T Y T Y T
SP
SD
SP
Verifikator PPI
75
b. Indikator Keselamatan Pasien Area pemantauan :
1. Kepatuhan identifikasi pasien dengan benar
Judul Kepatuhan identifikasi pasien dengan benar
Definisi Operasional Semua pasien rawat inap yang masuk melalui UGD
diberi gelang identifikasi dan dipasang oleh petugas
UGD. Yang dimaksud dengan gelang identifikasi adalah
gelang yang dipasang sebagai tanda identifikasi pasien
sesuai dengan
identitas pasien (pink untuk perempuan dan biru untuk
pria) didalamnya dicantumkan nama, no rekam medic
dan tanggal lahir. Bila pasien dengan resiko jatuh
diberikan gelang merah sedangkan bila pasien alergi
obat maka diberi gelang kuning.
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Standar 100%
Inklusi
Eksklusi
76
Pengumpul data Wakil Karu
Format Pemantauan
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
77
ketika pesan tersebut dibaca dan di beri paraf oleh
pemberi informasi/instruksi dalam rekam medic pasien
rawat inap.
Standar 80 %
Definisi Operasional Bahwa semua obat high alert harus sdh diberi label
sesuai ketentuan .
78
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Numerator Semua obat high alert yang keluar dari gudang sudah
diberi label
Standar 100%
Penanggung Jawab / Karu
Verifikator
79
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Standar 100%
80
langkah secara benar
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Standar 100%
81
RS
Frekwensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Standar 0%
c. Indikator Mutu
1. Thypoid
82
UU NO.6 Tahun 1962,tentang wabah. Kelompok penyakit
menular dan menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah World Health (WHO),memperkirakan
jumlah kasus deman thypoid di seluruh dunia mencapai
16-33 dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya.
CP Ada ( terlampir)
2. Neurologi
Alasan dan Implikasi Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama.
(Latar belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
Masalah penyakit jantung dan kanker,serta menjadi penyebab
kecacatan nomor satu diseluruh dunia.
Laporan WHO (2011),memperlihatkan bahwa penyakit
tidak menular saat ini merupakan penyebab kematian
utama di seluruh dunia. Penyakit pembuluh darah (Stroke
dan penyakit kardiovaskuler),kanker dan penyakit paru
kronik merupakan penyebab kematian utama dan
bertanggung jawab pada 63 % dari seluruh kematian.
83
Stroke menjadi penyebab kematian peringkat ketiga
setelah penyakit jantung dan kanker di Indonesia menjadi
penyebab kematian peringkat pertama di rumah sakit
sejak Tahun 1996 hingga 1999.
CP Ada (terlampir)
84
37,2%,Sedangkan pada tahun 2000 terdapat 1000
penderita stroke dirawat. RSUP Djamil padang tahun 1995
jumlah 37 pada tahun 1999 menjadi 279 penderita RSUD
Muctar Bukit Tinggi tahun 1995 sebanyak 227,pada tahun
1999 menjadi 830 penderita stroke,dan setelah didirika
stroike unit pada tahun 2007 sampai sekarang,dapat
menurunkan angkla kematian yaitu tahun 2007 jumlah
pasien stroke iskemik sebanyak 135 orang dengan angka
kematian sebesar 15,6%,tahun 2001 jumlahg pasien
meningkat sebanyak 242 orang dengan angka kematian
sebanyak 7,83%,tahun 2009 dengan angka kematian
sebesar 3,26% dan tahun 2010 sebanyak 3,80%.
Secara keseluruhan kejadian stroke (insiden) sebesar
51,6/100.000 penduduk,angka kematian berdasarkan umur
adalah sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun),26,8% (umur 5-
64 tahun) dan 23,5% (umur > 65 tahun. Angka kecacatan
sebesar 1,6% tidak berubah,4,3% semakin memberat
.Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil
usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8% usia 45-64 % tahun
sebesar 54,2% dan usia dia atas 65 tahun sebesar 33,5%.
Stroke juga menyerang usia produktif dan usia lanjut yang
berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan nasional di kemudian hari.
3. Bedah
Kasus Apendiktomi
85
Alasan dan Implikasi Apendiksitis adalah peradangan dan apendiks vermiformis
(latar belakang ) dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering.Penyakit ini dapat meneganai semua umur baik laki-
laki maupun perempuan tetapinlebih sering,menyerang
laki-laki berusia antar 10 sampai 30 tahun
CP Ada ( terlampir)
Evidence (data Insiden apendiktomi akut dinegara maju lebih tinggi dari
dasar) pada dinegara berkembang. Namun dalam tiga-empat
dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna
yaiyu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi tiap
100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan
pereubahan pola makan,yaitu negara berkembang
berubah menajdi makanan kurang serat. Menurut data
epidemologi apendiks akut,meningkat pada pubertas dan
86
mencapai puncaknya pada saat remaja awal 20-an.
Insiden apendiksitis sama banyaknya antara wanita dan
laki-laki pada masa pra puber,sedangkan pada masa
remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3,2,kemudian
angka tinggi ini menurun pada pria.
Di Rumkital Samuel J. Moeda,dijumpai data pasien dengan
apendiksiti akut yang menjalani operasi apendiktomi
selama periode januari aperil pada tahun 2016 adalah
sebanyak sebanyak 42 orang Kasus tersebut diluar
apendisitis dengan komplikasi (abses intra
abdomen,peritonitis maupun periapendicular infiltrat)
87
korban anak-anak berusia > 15 tahun,Nyamuk aedes
aegyptry maupun aedes aibopictus merupakan vektor
penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain
melalui gigitannya,nyamuk ini lebih menyukai
menghisap darah korbannya terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari. Penyakit ini terdapat di daerah
tropis dsan sub tropis terutama di daerah Asean dan
asia menimbulkan epidemic di asia tenggara terutama
di Indonesia Thailand dan Filina
CP Ada ( terlampir)
5. Obsgyn
88
(berencana) ataup[un darurat. Terdapat sejumlah
indikasi untuk melakukan seksio sesarea,yaitu indikasi
ibu (CPD,kemacetan persalinan),berkas seksio > 2
kali,perdarahan anterpartem,kegagalan induksi,atau
bekas operasi lain pada uterus) dan indikasi janin
(gawat janin,malpresentasi,pertumbuhan janin
terhambat makrosomia)’
Gawat janin dalam persalinan adalah keadaan yang
menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janian.
Tanpa oksigen yang adekuat denyut jantung janin
kehilangan variebilitas dasarnya dan menunjukkan
deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus.
Bila hipoksia menetap,glikolisis (pemecahan glucosa)
anaerobb menghasilkan asam laktat dengan PH janin
menurun. Pada keadaan gawat janin yang menetap
diperlukan tindakan segera untuk melahirkan janian.
CP Ada ( terlampir)
89
kasus seksio sesaria pada gawat janin menjadi sangat
penting. Selama periode Januari- Mei 20-16 di subdep
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumkital Samuel
J. Moeda,tersdapat data sejumlah 139 kasus
persalinan
90
BAB VI
PENUTUP
Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal Januari 2019
91