You are on page 1of 11

ISSN:2339 -0042 (p)

SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272


ISSN: 2528-1577 (e)

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) DAN


PENGENTASAN KEMISKINAN

OLEH:
ISHARTONO1 & SANTOSO TRI RAHARJO2

1 Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Pasca Sarjana—Universitas Padjadjaran 2


Staf Pengajar Pada Departemen Kesejahteraan Sosial—Universitas Padjadjaran

(ishartono@unpad.ac.id; santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id)

ABSTRAK
Isu kemiskinan tetap menjadi isu penting bagi negara-negara berkembang, demikian pula dengan
Indonesia. Penanganan persoalan kemiskinan harus dimengerti dan dipahami sebagai persoalan
dunia, sehingga harus ditangani dalam konteks global pula. Sehingga setiap program penanganan
kemiskinan harus dipahami secara menyeluruh dan saling interdependen dengan beberapa program
kegiatan lainnya. Dalam SDGs dinyatakan no poverty (tanpa kemiskinan) sebagai poin pertama
prioritas. Hal ini berarti dunia bersepakat untuk meniadakan kemiskinan dalam bentuk apapun di
seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pengentasan kemiskinan akan sangat terkait dengan
tujuan global lainnya, yaitu lainnya, dunia tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
pendidikan berkualitas, kesetaraan jender, air bersih dan sanitasi, energy bersih dan terjangkau; dan
seterusnya hingga pentingnya kemitraan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Deklarasi ini memberikan indikasi bahwa
masalah kemiskinan masih menjadi masalah

PENDAHULUAN besar dunia yang harus ditanggulangi bersama.


Sampai dengan akhir Dengan berakhirnya era MDGs yang
abad 20 kemiskinan masih menjadi beban berhasil mengurangi penduduk miskin
dunia. Nampaknya isu kemiskinan akan terus dunia hampir setengahnya. Selanjutnya saat ini
menjadi persoalan yang tidak akan pernah memasuki era SDGs (sustainable development

hilang di dunia ini. Dunia goals), yang dimulai dengan pertemuan yang
dilaksanakan pada tanggal 25-27 September
meresponnya dengan menyepakati suatu
2015 di markas besar PBB (Perserikatan
pertemuan pada September 2000 yang diikuti
Bangsa-Bangsa), New York, Amerika Serikat.
oleh 189 negara dengan mengeluarkan
Acara tersebut merupakan kegiatan seremoni
deklarasi yang dikenal dengan pengesahan dokumen SDGs (Sustainable
The Millenium Development Goals (MDG’s). Development Goals) yang dihadiri perwakilan
Salah satu targetnya adalah mengurangi jumlah dari 193 negara. Seremoni ini merupakan
penduduk miskin hingga 50% pada tahun 2015. lanjutan dari kesepakatan dokumen SDGs yang
terjadi pada tanggal 2 Agustus 2015 yang juga

159
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

berlokasi di New York. Saat itu sebanyak 193 tentang Percepatan Penanggulangan
negara anggota PBB mengadopsi secara Kemiskinan telah membentuk Tim Nasional
aklamasi dokumen berjudul ”Transforming
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Our World: The 2030 Agenda for Sustainable
(TNP2K). Tim ini diketuai langsung oleh
Development” atau ”Mengalihrupakan Dunia
Kita: Agenda Tahun 2030 untuk Pembangunan Wakil Presiden. Upaya nasional ini

Berkelanjutan”. Dokumen SDGs pun menunjukkan bahwa kemiskinan masih


dicetuskan untuk meneruskan dan menjadi masalah yang serius. Bahkan
memantapkan capaian-capaian MDGs pemerintah pusat telah merealisasikan
sebelumnya agar langgeng dan berlanjut penyaluran dana desa tahap pertama kepada
seterusnya. pemerintah desa, sekitar 47 triliyun. Dana desa
tersebut telah disalurkan oleh Kementerian
Keuangan (Kemenkeu). Setelah disalurkan,
Kemiskinan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Bagi Indonesia sendiri, kemiskinan Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa
masih merupakan persoalan yang menjadi PDTT) bertugas mengawal prioritas
beban berat, terutama dikaitkan dengan isui penggunaan dana desaagar sesuai dengan
kesenjangan yang semakin melebar antara si Peraturan Menteri yang telah ditetapkan.
kaya dan si miskin. Sebagai bagian dari Berdasarkan Peraturan Menteri Desa,
anggota PBB Indonesia tentunya berkomitmen Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
untuk mengatasi persoalan seiring dengan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang
deklarasi SDGs. Itu artinya Indonesia juga Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa,
dituntut untuk mewujudkan target-target yang dana desa di tahun 2016 ini digunakan untuk
ditetapkan dalam deklarasi PBB tersebut. membiayai pelaksanaan program dan kegiatan
Upaya pemerintah untuk mengatasi berskala lokal desa bidang Pembangunan Desa
kemiskinan secara integratif sebetulnya sudah dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. 1
dilakukan sejak tahun 1995, yaitu dengan
dikeluarkannya Inpres Desa Tertinggal. Seberapa berat masalah kemiskinan ini

Pemerintah melalui Peraturan Presiden membebani dunia? Angka-angka statistik

Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 berikut memberikan gambaran beratnya dunia
memikul beban masalah.

1
http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-
siaranpers/sektor-infrastruktur-prioritas-penggunaan-
danadesa-2016/

160
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

“Pada akhir abad 20 kurang lebih Angka di atas jelas menunjukkan betapa masih
sebanyak 2,8 milyar penduduk
Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 1970-2013 (Juta)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber :
BPS, 2015 (diolah)

hingga tahun 2013 secara absolut jumlah


Pada tahun 2000 jumlah penduduk penduduk miskin di Indonesia masih sangat
miskin di Indonesia sebesar 38,74 juta jiwa. besar (28,55 juta jiwa) (Gambar 1.). Pada
Meskipun jumlah penduduk miskin gambar ini
terlihat bahwa pada tahun 2006
menunjukkan kecenderungan menurun, namun
jumlah penduduk miskin sempat naik hingga
penduduk yang hidup dengan sangat besarnya penduduk dunia ini yang
penghasilan di bawah $2 per hari atau
masih hidup dalam kemiskinan.
1,2 milyar pend$1,25 per hari. World
Bank sendiri memperkirakan pada Bagi Indonesia sendiri kemiskinan
tahun 2005 penduduk miskin ini juga masih menjadi masalah serius.
sebesar 1,3 milyar yang 95% tersebar
di 119 negara sedang berkembang. Meskipun secara statistik jumlah penduduk
Melalui program dalam rangka miskin di Indonesia menunjukkan
mencapai target MDG’s jumlah
penduduk miskin ini berkurang kecenderungan menurun, kecuali pada
menjadi 900 juta pada tahun 2010 . tahun 2006. namun secara absolute jumlah
Jika target MDG’s tercapai maka
penduduk miskin di Indonesia masih sangat
jumlah penduduk dunia akan menjadi
600 juta pada tahun 2015” besar. Pada tahun 2000 jumlah penduduk
(terjemahan) miskin di Indonesia mencapai 38,74 juta
http://www.onedayswages.org/about
/what-extreme-global-poverty jiwa. Jumlah ini terus menurun hingga pada
tahun 2006 penduduk miskin di Indonesia
naik menjadi 39,3 juta.

161
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

162
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

mencapai 39,3 juta jiwa, kemudian kembali kemiskinan akan mewariskan generasi yang
menunjukkan kecenderungan menurun. menjadi penyandang masalah sosial, bahkan
Kecenderungan kembali menurun pada menjadi sumber masalah sosial. Itulah
tahuntahun berikutnya. sebabnya kemiskinan pada akhirnya akan
menjadi beban negara dan masyarakat hingga
Dari grafik di atas terlihat bahwa
saat ini. Itu pulalah sebabnya kajian terhadap
jumlah penduduk miskin di Indonesia
cenderung menurun. Penurunan ini jelas tidak masalah kemiskinan masih sangat aktual

lepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan untuk dilakukan. Kajian-kajian tentang

pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. kemiskinan masih sangat signifikan untuk

Meskipun demikian, pada tahun 2005-2006 dilakukan. Kajian dalam tesis inipun terkait

jumlah penduduk miskin sempat mengalami dengan kemiskinan.

kenaikan. Kenaikan jumlah penduduk miskin Kemiskinan adalah


pada tahun itu diduga erat kaitannya dengan persoalan kemanusiaan. Dari dimensi
penurunan subsidi BBM, yang berimbas pada ini adanya kemiskinan membawa
kenaikan harga berbagai komoditas. Di sisi lain konsekuensi adanya tanggung jawab moral
daya beli masyarakat justru mengalami bagi setiap orang untuk memperhatikan
penurunan. Situasi ini berimbas pada jumlah kehidupan orang yang hidup dalam
penduduk miskin. kemiskinan. Kemiskinan adalah juga

Angka statistik memang dapat merupakan pelanggaran terhadap Hak-Hak

menggambarkan berat ringannya masalah Asasi Manusia. “…human rights become a

kemiskinan ini. namun di balik angka statistik constitutive element of development and

ini kemiskinan pada dasarnya human rights violations become both a cause

mengindikasikan adanya permasalahan yang and symptom of poverty” (Tammie O’Nei,

lebih mendasar. Kemiskinan mengindikasikan 2006,p-7). Hak-hak asasi manusia yang

adanya ketidakmampuan orang melekat pada diri orang manusia tidak dapat

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dikurangi, apalagi dicabut. 2 Dari perspektif

yang pada akhirnya membawa dampak ke ini masalah kemiskinan tidak cukup hanya
berbagai permasalahan. Kemiskinan akan dilihat dari angka-angka statistik saja. Besar
mewariskan generasi yang kekurangan gizi, kecilnya masalah kemiskinan tidak dapat
rentan terhadap penyakit, serta tidak mampu hanya dilihat dari persoalan angka statistik.
menikmati pendidikan. Pada akhirnya Sekecil apapun angka statistk, di dalamnya

2
http://ifsw.org/policies/poverty-eradication-and-
therole-for-social-workers

163
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

terdapat persoalan manusia yang terancam


hidupnya. Ada manusia yang hak-hak
asasinya dilanggar. Jika kemiskinan itu terjadi
dalam keluarga, disitu ada anak-anak yang
mungkin akan menghadapi masalah sampai
tahap kelaparan, kekurangan gizi, hingga
kesehatannya bahkan jiwanya terancam.
Disitu ada anak-anak yang tidak mampu
menikmati pendidikan, yang sebetulnya
merupakan haknya. Disitu pula ada
pelanggaran hak-hak asasi manusia jika
orang-orang di sekitarnya, masyarakatnya,
apalagi jika negara membiarkan itu semua
terjadi. Dari perspektif hak asasi manusia,
adanya kemiskinan adalah tanggung jawab
lingkungan, baik dari dalam hal penyebab
maupun solusinya. Oleh karena itulah
berbagai kajian maupun upaya
penanggulangan kemiskinan tidak hanya
masih aktual, tetapi juga masih sangat
dibutuhkan.

Dari MDGs ke Sustainable Development


Goals (SDGs)

Konsep SDGs itu sendiri lahir pada kegiatan


Koferensi mengenai Pembangunan
Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB di
Rio de Jainero tahun 2012. Tujuan yang ingin
dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah
memperoleh tujuan bersama yang universal
yang mampu memelihara keseimbangan tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan:
lingkungan, sosial dan ekonomi.

164
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Dalam menjaga keseimbangan tiga Ke-17 (tujuh belas) Tujuan Global (Global
dimensi pembangunan tersebut, maka SDGs Goals) dari SDGs tesebut yaitu:
memiliki 5 pondasi utama yaitu manusia, 1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada
planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemiskinan dalam bentuk apapun di
kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan
seluruh penjuru dunia.
mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi
kemiskinan, mencapai kesetaraan dan
mengatasi perubahan iklim. Kemiskinan masih kelaparan, mencapai ketahanan pangan,

menjadi isu penting dan utama, selain dua perbaikan nutrisi, serta mendorong
capaian lainnya. Untuk mencapai tiga tujuan budidaya pertanian yang berkelanjutan.
mulia tersebut, disusunlah 17 Tujuan Global 3) Kesehatan yang Baik dan
berikut ini. Kesejahteraan. Menjamin kehidupan

Gambar : Simbol 17 Tujuan Global SDGs

yang sehat serta mendorong

165
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

kesejahteraan hidup untuk seluruh negara maupun di antara negara-negara di


masyarakat di segala umur. dunia.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin 11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas.
pemerataan pendidikan yang Membangun kota-kota serta pemukiman
berkualitas dan meningkatkan yang inklusif, berkualitas, aman,
kesempatan belajar untuk semua orang, berketahanan dan bekelanjutan.
menjamin pendidikan yang inklusif dan 12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung
berkeadilan serta mendorong Jawab. Menjamin keberlangsungan
kesempatan belajar seumur hidup bagi konsumsi dan pola produksi.
semua orang. 13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat
5) Kesetaraan Gender. Mencapai untuk memerangi perubahan iklim dan
kesetaraan gender dan memberdayakan dampaknya.
kaum ibu dan perempuan. 14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan
6) Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin menjaga keberlangsungan laut dan
ketersediaan air bersih dan sanitasi kehidupan sumber daya laut untuk
yang berkelanjutan untuk semua orang. perkembangan pembangunan yang
7) Energi Bersih dan Terjangkau. berkelanjutan.
Menjamin akses terhadap sumber 15) Kehidupan di Darat. Melindungi,
energi yang terjangkau, terpercaya, mengembalikan, dan meningkatkan
berkelanjutan dan modern untuk semua keberlangsungan pemakaian ekosistem
orang. darat, mengelola hutan secara
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang berkelanjutan, mengurangi tanah tandus
Layak. Mendukung perkembangan serta tukar guling tanah, memerangi
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, penggurunan, menghentikan dan
lapangan kerja yang penuh dan produktif, memulihkan degradasi tanah, serta
serta pekerjaan yang layak untuk semua menghentikan kerugian keanekaragaman
orang. hayati.
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. 16) Institusi Peradilan yang Kuat dan
Membangun infrastruktur yang berkualitas, Kedamaian. Meningkatkan perdamaian
mendorong peningkatan industri yang termasuk masyarakat untuk
inklusif dan berkelanjutan serta mendorong pembangunan berkelanjutan,
inovasi. menyediakan akses untuk keadilan bagi
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi semua orang termasuk lembaga dan
ketidaksetaraan baik di dalam sebuah bertanggung jawab untuk seluruh

166
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

kalangan, serta membangun institusi juga terdiri dari negara berpendapatan


yang efektif, akuntabel, dan inklusif di menengah dan rendah.
seluruh tingkatan. 2) Sekarang, sektor swasta juga akan
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. memiliki peran yang sama, bahkan
Memperkuat implementasi dan lebih besar.
menghidupkan kembali kemitraan global 3) MDGs tidak memiliki standar dasar hak
untuk pembangunan yang berkelanjutan. asasi manusia (HAM). MDGs dianggap
gagal untuk memberikan prioritas
Menyikapi 17 Tujuan Global tersebut, Presiden keadilan yang merata dalam bentuk-
Majelis Umum PBB menegaskan bahwa bentuk diskriminasi dan pelanggaran
ambisi dari negara-negara anggota PBB HAM, yang akhirnya berujung kepada
tersebut hanya akan tercapai jika dunia telah masih banyaknya orang yang terjebak
damai, aman, serta menghormati hak asasi dalam kemiskinan. Sementara SDGs
manusia bukan di dunia di mana investasi dinilai sudah didukung dengan dasar-
dalam persenjataan dan perang lebih besar dasar dan prinsip-prinsip HAM yang
sehingga menghancurkan sebagian besar lebih baik.
sumber daya yang telah menjadi komitmen 4) SDGs adalah program inklusif. Tujuh
untuk berinvestasi dalam pembangunan target SDG sangat eksplisit tertuju
berkelanjutan. kepada orang dengan kecacatan, dan
Terdapat 7 (tujuh) alasan mengapa SDGs akan tambahan enam target untuk situasi
lebih baik dari MDGs, yakni:3 darurat, ada juga tujuh target bersifat
1) SDGs lebih global dalam universal dan dua target ditujukan
mengkolaborasikan untuk antidiskriminasi.
programprogramnya. MDGs 5) Indikator-indikator yang digunakan
sebelumnya dibuat oleh anggota negara memberikan kesempatan untuk
The Organization for Economic keterlibatan masyarakat sipil.
Cooperation and Developmen (OECD) 6) PBB dinilai bisa menginspirasi
dan beberapa lembaga internasional. negaranegara di dunia dengan SDGs.
Sementara SDGs dibuat secara detail 7) Conference of the Parties 21 (COP21)
dengan negosiasi internasional yang di Paris melahirkan perjanjian global
perubahan iklim sebagai kerangka

3 Langkat http://www.pusluh.kkp.go.id/
Markus Sembiring,S.Pi.,M.I.L Penyuluh Perikanan
Muda, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

167
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

transisi menuju ekonomi dan Akhmadi, 2006, Studi Keluar dari Kemiskinan
Kasus di Komunitas RW 4, Dusun
masyarakat rendah karbon dan
Kiuteta, Desa Noelbaki, Kecamatan
memiliki ketahanan terhadap Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,
perubahan iklim adalah salah satu Nusa Tenggara Timur, Lembaga
Penelitian SMERU, Jakarta.
kesempatan untuk maju.
Causes & Effects of Poverty On Society, Children
& Violence poverties.org Research for
social & economic development - See
Penutup more at:
http://www.poverties.org/effects-
Pekerjaan Sosial mempunyai relevansi
ofpoverty.html#sthash.lFOQKxdi.dp
uf
yang sangat kuat dengan masalah kemiskinan.
Published March 2011 - Updated May
Sudah berabad-abad profesi ini bergelut dan 2013:8)

terlibat dalam penanganan kemiskinan. Secara Francis, Tazoacha, 2001, The Causes and
Impact of Poverty on Sustainable
historis profesi Pekerjaan Development in Africa, A Paper
Presented at The Conference
Sosial boleh dikatakan lahir dari masalah “Poverty and Sustainable
Development “ Held In Bordeaux,
kemiskinan. Profesi ini bahkan menempatkan France from November 22-23, 2001
Graeme Stuart, 2012, What is Strengths
masalah kemiskinan sebagai bidang utama Perspective, Sustaining Cummunity
Maia Green, Representing poverty and
yang ditangani Pekerjaan Sosial. Jika sangat
attacking representations: some
anthropological perspectives on
menjunjung tinggi prinsip-prinsip Hak-Hak
poverty in development
Azasi Manusia, Pekerjaan Sosial harus berada Maryann Roebuck,2007, The Strength-Based
Approach : Philosophy and
di garis depan dalam upaya mengatasi Principles for Practice,
Raharjo, ST. 2016. Asesmen dan Wawancara
kemiskinan. MDGs yang kemudian bergeser
dalam Praktik Pekerjaan Sosial dan
ke SDGs merupakan tujuan bersama yang Kesejahteraan Sosial. Unpad Press:
Bandung
memerlukan pengalawan bersama baik Schiller, Bradle R. 1998, The Economics of
Poverty sn Discrimination, 7th
vertical maupun horizontal. edition,Prentice Hall. New Jersey.
The World Bank , 2001, World Development
Report 2000/2001, Attacking, ©
2001 The International
Bank for Reconstruction and
DAFTAR PUSTAKA Development / The World Bank,
1818 H Street,
N.W., Washington, D.C. 20433,

168
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

U.S.A. Institute
http://www.socialworkpolicy.org
BPS, 2010, Profil Kemiskinan di Indonesia
research/poverty.html 2feb2013)
Maret 2010, Berita Resmi Statistik,
BPS, No.45/07/Th. XIII, 1 Juli Tammie O’Nei, 2006, Human Rights and
2010, Jakarta. Poverty Reduction: Realities,
-----, 2009, Profil Kemiskinan di Indonesia Controversies and Strategies, An
Maret 2009, Berita Resmi Statistik ODI Meeting Series (editorial),
BPS, No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 Overseas Development Institute
, Jakarta. 2006.

United Nations, 1995, World Summit for Office of the United Nations High
Social Development, Copenhagen, Commissioner for Human Rights
Denmark, Principles and Guidelines for Human
www.un.org/documents/ga/conf166 Rights Approach to Poverty
/aconf166-9.htm, diunduh Reduction Strategies , 1991, What
25agustus2015 Poverty is,
http://www.thl.fi/thlclient/pdfs/b8f78
--------------------, 2013, The Millennium a80-ac1d-49ff-a50af6e14fd80dde
Development Goals Report. New diunduh 15 januari2015
York,
https://sites.google.com/site/solutionfocuseda
Laura Ellis and Elaine Weekse, 2011, Why Use pproach/5-study-
a Strengths-Dede Approach materials/2strengths--based-
Instead of a Deficit-Based approachdefinition-history-
Approach?, philisophyprinciples-and-practice
www.mtroyal.ca/cs/groups/public/.../
pdf _why_strengths_not_deficit.pdf
Maia Green, Representing poverty
and attacking representations:
some anthropological
perspectives on poverty in
development,
Natalie Scerra, 2011, Strength-Based Practice,
The Evidence, a Discussion Paper,
Research-Paper July 2011, Uniting
Care Children, Young People, and
Families, New South Wales)
Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights
Principles and Guidelines for Human
Rights Approach to Poverty
Reduction Strategies [online]
Available at ,
http://www.ohchr.org/Documents/Pu
blications/ PovertyStrategiesen. pdf >
[Accessed 10 January 2012]
(Poverty – Social Work Policy

169

You might also like