Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang besar ini patut
kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan
kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita sebagai pemakalah tidak ingin menanyakan
“sejak kapan kita masuk islam” karena jawaban dari pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling
mendasar. Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan adalah “sudah sejauh
manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?” pertanyaan inilah yang paling
penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan ini yang nantinya
sangat menentukan kualitas keislaman dan ketaqwaan kita.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita rumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian akidah itu?
2. Apa itu akidah pokok dan akidah cabang dalam islam?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita simpulkan tujuan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai mata kuliah akidah ilmu kalam.
3. Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah
Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan- ‘aqidatan. Artinya
simpul, ikatan atau perjanjian. Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Para ulama’ mendefinisan aqidah sebagai“sesuatu
yang terikat kepadanya hati dan hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah” diartikan sebagai
: “wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” Sedangkan secara terminologi
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang yang
mempercayainya. dan dalam hal ini Allah SWT telah mejelaskan melalui firman-Nya dalam
surah Al-Ikhas ayat satu dan dua. Yang artinya “ Katakanlah Dia-Lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah Adalah Tuhan Yang Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-Ikhlas ([112]: 1-
2)
Dalam surah Al-Ikhlas ayat satu dan dua di atas telah di beritakan atau di jelaskan bahwa,
kita di suru untuk meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan hanya satu-satunya Tuhan
yang patut di sembah oleh seluruh umat manusia dan untuk umat Nabi Muhammad pada
khususnya. Dan Allah juga tuhan yang berdiri sendiri, yang tidak bergantung pada satu apapun.
Dia Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain
Allah SWT, yang pernah kita kenal, seperti Tuhan matahari, tuhan patung atau berhala, tuhan
kayu pada pohon yang besar yang di yakaini kekeramatnya.
Akidah islam adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya
dan hari akhir juga pada qadha’ dan qadar baik-buruk dari Allah SWT. Dan ini yang di sebut
aqida-aqida pokok dalam ajaran agama islam. Iman inin sendiri bermakna pembenaran yang
pasti, yang sesuai dengan kenyataan yang mencul dari dalil dan bukti. Pasti artinya seratus
persen kebenaranya atau kekakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta
artinya hal yang di imani tersebut memang benar adanya, bukan di ada-adakan (missal:
keberadaan Allah, kebenaran Al-Qur’an Dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut
memiliki hujjah/dalil tertentu. Tanpa dalil sebenarnya tidak aka ada pembenaran yang bersifat
pasti.
Suatu dalil untuk masalah iman, adakalahnya bersifat ‘aqli dan atau naqli, bergantung pada
perkara yang di imani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/akal maka dalil
keimanannya bersifat ‘aqli namun, jika di luar jangkauan panca indra maka ia di dasarkan pada
dalil naqli. Hanya saja perlu di ingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga di tetapkan
dengan jalan ‘aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut di lakukan melalui
penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh di jadikan sebagai
sumber dalil naqli. Oleh karna itu, semua dalil tentang akidah pada dasarnya di sandarkan pada
metode ‘aqliyah.
Dan dalam hal ini Menurut Hasan Al-Banna, aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Dan Menurut Abu Bakar
Jabir Al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia baik secara akal, dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta
diyakini keshahihannya dan keberadaannya secara pasti.
B. Aqidah Cabang
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab umat islam mulai terjadi
perpecahan. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan
khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir
yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi
persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan yang
berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan
keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang
sebelumnya terkunci.
Maka lahirlah cabang-cabang aqidah yang pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek
rukun iman, diantaranya :
a. Masalah Tuhan
Dalam masalah zat tuhan muncul pendapat yang menggambarkan tuhan dengan sifat-sifat
bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah
Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal ini muncul 2 golongan yang berpendapat
berbeda :
Pertama : golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah
Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-EsakanTuhan dengan
mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.
Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diwakili oleh golongan Ay’ariyah dan
Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-
Esaan-Nya.
b. Masalah Kitab-Kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim
(kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an
adalah Qadim bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa
Al-Qur’an tidak Qadim karena Al-Qur’an itu makhluk (diciptakan).
c. Masalah Nabi dan Rasul
Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan
Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama’
mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat
menjadi Rasul sebanyak 313 orang.
e. Masalah Takdir
Dalam masalah taqdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang
berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan
memperaktekkannya.
Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun buruk
semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai sangkut pautnya dalam
hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia. Allah akan memberi pahala
kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah menggunakan kodrat yang diberikan
Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya
karena kodrat yang diberikan digunakn untuk jalan keburukan.
Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai I’tiqod yang bertolak belakang dengan I’tiqod kaum
Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena segalanya
telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab seluruhnya
yang menentukan adalah Allah. Pendapat Jabariyyah ini dianggap menyimpang oleh golongan
Ahlussunnah Waljama’ah. Memang semuanya ini ditentukan oleh Allah tetapi Allah juga telah
menciptakan usaha dan ikhtiar manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk
berusaha.
Ketiga : sebenarnya I’tiqod Ahlussunnah Waljama’ah merupakan perpaduan dari I’tiqod
Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam ini memang telah ditentukan oleh Allah,
namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar terlebih dahulu. Seperti firman
Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an yang artinya:“sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri
mereka. (QS ar-Ra’du: 11)”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang yang
mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2. Akidah pokok adalah aqidah umata islam yang masih terpelihara dan masih murni sebagai mana
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul Iman.
3. Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin
Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah
Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak
puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang
akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan
teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi
mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka
persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah yang
pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman.
B. Saran
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Alfat, Masan. dkk. 1997. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 1. Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Ikandar, Arief B. (ed.) . 2012 . Matei Dasar Islam, Islam mulai dari akar. Bogor: Al Azhar
Press
Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. ISBN. 2009. Himpunan Putusan Tarjih, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Djogjakarta: Gramasurya
https://.Fara-cantika.blogspot.com/?m0