You are on page 1of 3

ANATOMI SINUS PARANASALIS

Tengkorak manusia selain terdiri dari tulang – tulang wajah, juga memiliki rongga – rongga udara yang
lebih dikenal dengan sinus paranasal. Sinus paranasal ada empat bagian , dan terdapat di tulang wajah
antara lain sinus frontalis pada os frontalis, sinus ethmoidalis pada os ethmoidalis, sinus sphenoidalis
pada os sphenoid dan sinus maxillaris pada os maxilla (Ballinger W Phillips 2003).

Sementara itu pengertian sinus paranasal adalah ruangan atau rongga yang berada pada tulang
tengkorak. Rongga ini berisi udara yang berfungsi untuk meringankan berat kepala, sehingga pada saat
seseorang terserang influenza maka kepala penderita akan terasa berat karena peradangan pada rongga
sinus yang berisi cairan. Fungsi lain dari sinus ini untuk memperkeras suara pembicaraan. Jalur udara
pada sinus – sinus tersebut akan meresonansi suara selama produksi suara berlangsung. ( Clark,
2005:275 )

Selain itu, rongga – rongga tersebut ikut berperan membentuk tengkorak yang berguna untuk
penampilan bentuk dari wajah manusia. Terjadinya perubahan bentuk muka pada masa pubertas
dipengaruhi oleh sinus – sinus tersebut karena mengalami perkembangan. Sinus ini dalam keadaan
normal dilapisi oleh mukosa tipis yang melekat pada dinding sinus. Semua rongga atau sinus ini
berhubungan dengan saluran pernapasan.

Sinus pada fetus merupakan perkembangan dari kantung dan secara perlahan – lahan akan tumbuh
besar membentuk rongga – rongga sehingga terbentuklah sinus – sinus lainnya. Secara radiografi rongga
ini tampak terisi udara pada saat lahir, dibandingkan dengan rongga lain yang lebih lama berkembang
dan tidak tampak terisi udara.

Gambar 2.1 Anatomi Sinus Paranasal

(http://www.google.co.id/)
Sinus paranasal terdiri dari 4 kelompok yaitu:

1. Sinus Frontalis

Sinus frontalis merupakan sinus terbesar kedua setelah sinus maxillaris. Sepasang sinus ini terletak
antara bidang terluar dan dalam dari tulang frontalis. Sinus frontalis bentuk dan ukurannya berubah –
ubah dan sering memperluas diri ke daerah di luar tulang frontalis, sebagian besar sering menuju
permukaan orbita. Sinus frontalis ini bentuknya tidak simetris, hal ini disebabkan karena disekitarnya
terdapat macam – macam septum. Dinding sinus ini ditandai oleh septum yang tidak lengkap yang akan
memisahkan sinus frontalis.

2. Sinus Ethmoidalis

Sinus ethmoidalis memiliki dua labirin ethmoidale yang berada dalam masses lateraltulang ethmoidal.
Labirin disusun beraneka macam air cell, dan cell pada setiap kapsul dibagi kedalam tiga kelompok yang
dinamai menurut posisinya yaitu cell ethmoid anterior berjumlah 10 sampai 12 buah, cell etmoid
medial berjumlah 3 sampai 4 buah, dan cell ethmoid posterior berjumlah 1 sampai 7 buah. ( Bajpai
RN,1991 )

3. Sinus Sphenoidalis

Sinus sphenoidalis secara normal jumlahnya sepasang dan menempati badan tulang dari sphenoid. Sinus
ini banyak mengalami perubahan dari segi ukuran dan bentuk, biasanya tidak simetris. Sinus
sphenoidalis berada tepat dibawah sellatursica dan meluas sampai diantara dorsum sellae dan ethmoid
air cell posterior.

4. Sinus Maxillaris

Sinus maxillaris merupakan sinus sinus terbesar dan disebut juga antrum of highmore. Jumlahnya
sepasang dan terletak pada sisi hidung di dalam tulang maxilla. Pada proyeksi lateral bentuknya segi 4
panjang tapi sebenarnya berbentuk piramid yang memiliki 3 dinding. Ukuran dari sinus
maxillaris adalah : tinggi vertical 3,5 cm , ukuran transversal (lebar 2,5 cm, dan panjang anteroposterior
3,2 cm, dan kapasitas 15 ml. Sedangkan osteum atau pintu sinus terletak di meatus media rongga hidung
di bagian posterior hiatus semilunaris. Pintu sinus maxillaris ini lebih dekat ke akar sinus daripada ke
dasar sinus, maka terdapat gangguan alami dalam pembebasan aliran cairan sinus (Bajpai RN, 1991)

Dari segi klinis, anatomi maksilaris diantaranya adalah dasar sinus maksilaris sangat berdekatan dengan
akar gigi rahang atas yaitu premolar, molar, dan juga kadang – kadang gigi taring (caninus) dan gigi molar
3, bahkan akar – akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah
naik keatas menyebabkan sinusitis.

Keadaan sinus normal pada gambaran rontgen akan tampak berwarna lucent (keabu – abuan) karena
rongga tersebut berisi udara dan dapat diperlihatkan dengan proyeksioccipitomental. Sinus normal
mempunyai translucent yang kira – kira sama dengan rongga orbita. Sinus – sinus tersebut dilapisi
mukosa tipis sehingga sulit divisualisasikan dengan gambaran rontgen.

You might also like